Abstrak
Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu wilayah di Bandung yang saat ini
sedang mengalami perkembangan. Seiring dengan perkembangan wilayah, Kabupaten
Bandung Barat masuk kedalam program penilaian adipura tetapi Kabupaten Bandung
Barat belum pernah mendapatkan penghargaan adipura dikarenakan nilai yang
dihasilkan dari kementrian tidak melampaui nilai yang telah ditentukan. Hal tersebut
disebabkan adanya penurunan kualitas lingkungan pada suatu wilayah karena
kurangnya transparansi informasi mengenai kondisi suatu wilayah pada setiap
kecamatan sehingga sulit dalam mengetahui faktor penyebab penurunan kualitas
lingkungan. Parameter yang digunakan sebagai tolak ukur kualitas lingkungan hidup
menggunakan indikator penilaian adipura seperti penilaian mengenai sampah dan
ruang terbuka hijau pada area pemukiman menengah sederhana, jalan arteri atau
kolektor, perairan terbuka dan pertokoan. Dengan adanya Sistem Informasi Geografis
ini dapat memetakan lokasi untuk mengetahui informasi lengkap dari setiap lokasi
sesuai atau tidak dengan standar kelayakan sehingga masalah yang timbul dapat
diperkecil serta dapat meningkatkan kecepatan dalam pengambilan keputusan
berdasarkan hasil analisa dari masalah yang terjadi dilapangan. Metode pembuatan
perangkat lunak menggunakan metode waterfall mulai dari analisis kebutuhan,
perancangan sistem, implementasi, pengujian, operasi dan pemeliharaan. Hasil dari
penelitian ini berupa Sistem Informasi Geografis untuk mengetahui daerah yang
mengalami penurunan kualitas lingkungan hidup yang divisualisasikan dalam bentuk
peta sehingga pemantauan dapat dilakukan dengan mudah.
Kata kunci: Adipura; Kabupaten Bandung Barat; Kualitas Lingkungan Hidup; Sistem
Informasi Geografis
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu wilayah di Bandung yang saat ini
sedang mengalami perkembangan, baik dalam bidang industri, jasa, permukiman,
perdagangan maupun transportasi. Fasilitas umum menjadi rusak disebabkan aktivitas kota
yang semakin meningkat serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan sekitar. Kualitas lingkungan hidup yang baik adalah suasana yang membuat
orang merasa nyaman tinggal di lingkungannya (Mundiatun, 2015). Keterpaduan
pengelolaan lingkungan antar berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, maupun masyarakat
sangat diperlukan untuk mendukung kelestarian lingkungan dan mendapatkan penghargaan
adipura di masa mendatang, untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan suatu langkah
awal berupa penyediaan sistem informasi yang dapat memetakan lokasi untuk mengetahui
informasi lengkap dari setiap lokasi titik pantau sesuai atau tidak dengan standar kelayakan
sehingga masalah yang timbul dapat dicegah atau diperkecil yang dapat digunakan sebagai
dasar pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai kemampuan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data
bereferensi geografis, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan
pengelolaan sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainnya (Murrai, 1999). Pemanfaatan sistem informasi geografis yang dapat menyajikan
informasi lokasi terkait dengan wilayah Kabupaten Bandung Barat sehingga informasi yang
ditampilkan lebih komunikatif. Sistem Informasi Geografis yang digunakan untuk
memproses data spasial dan data non spasial, dengan adanya data yang akurat, dan didukung
dengan data keruangan (spasial) untuk meningkatkan kecepatan dalam pengambilan
keputusan berdasarkan analisa yang dihasilkan dari masalah yang terjadi dilapangan
(Arham, 2011), seperti perbaikan lokasi titik pantau yang tidak memenuhi kriteria untuk
menjaga kualitas lingkungan yang baik.
2. METODOLOGI
Pada use case diatas digambarkan bahwa aktor yang ada pada sistem terdiri dari 4
aktor yaitu:
a) Admin merupakan aktor yang bertugas untuk memberikan hak akses agar user dapat
mengakses sistem sesuai dengan level akses yang telah ditentukan oleh admin.
b) Staff Kecamatan merupakan aktor yang dapat menambah penilaian lokasi titik pantau
berdasarkan cakupan daerahnya.
c) Penanggung jawab merupakan aktor yang memberikan rekomendasi lokasi untuk
dijadikan sebagai lokasi titik pantau adipura tingkat nasional.
d) Ketua adipura merupakan aktor yang dapat memberi penilaian terhadap lokasi yang
telah ditentukan oleh penanggung jawab.
e) Masyarakat merupakan aktor yang dapat melihat pemetaan kualitas lingkungan.
3.3. Implementasi
3.3.1. Halaman Login
Halaman login ini dilakukan pada saat admin akan mengelola data user, staff
kecamatan akan melakukan penilaian terhadap suatu lokasi, penanggung jawab melakukan
penentuan lokasi titik pantau dan melihat uraian tugas, ketua adipura akan memberi penilaian
terhadap lokasi titik pantau yang dipilih oleh penanggung jawab untuk mengetahui kondisi
dari suatu lokasi. Halaman login dapat dilihat pada Gambar 3
Tampilan ini dapat di akses oleh semua aktor, pada halaman ini terdapat peta dan
marker utuk menunjukan suatu lokasi yang menampilkan informasi alamat, jenis lokasi, hasil
penilaian dan foto. Pada halaman ini juga menampilkan nilai rata-rata keseluruhan sesuai
dengan jenis lokasinya untuk mengetahui kondisi kebersihan dan ruang terbuka hijau di
kabupaten bandung barat tergolong baik atau buruk Gambar 6
4. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Sistem
Informasi Geografis Pemetaan Kualitas Lingkungan Hidup yang dibangun dapat membantu
Dinas Lingkungan Hidup dalam mendapatkan informasi kondisi lingkungan Kabupaten
Bandung Barat dengan mudah dan membantu kinerja bagian kebersihan dalam kegiatan
adipura.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Kualitas Lingkungan Hidup adalah:
(1) Pengembangan Sistem Informasi Geografis ini diharapkan pemetaan lokasi titik
pantau digambarkan lebih jelas dalam peta menggunakan peta administratif.
(2) Pengembangan Sistem Informasi Geografis ini diharapkan dapat memperbanyak
analisis data spasial sehingga pemetaan yang dihasilkan sesuai dengan kondisi
geografis pada dunia nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Arham, Z., 2011. Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis Web Pada Sebaran
Lokasi Tempat Pembuangan Sementara Sampah Kota. Seiminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi (SNATI), pp. B-18 - B23.
Daniyal, A., Wijaya, A. P. & Nugraha, A. L., 2017. Analisis Penentuan Lokasi Dan Rute
TPA Berbasis Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Demak. Jurnal Geodesi
Undip, 6(4), pp. 79-88.
Farizki, M. & Anugoro, W., 2017. Pemetaan Kualitas Pemukiman Dengan Menggunakan
penginderaan Jauh Dan SIG Di Kecamatan Batam. Majalah Geografi Indonesia,
31(1), pp. 40-45.
J., 1998. Analisis & Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur. Yogyakarta: Andi
Offset.
Marantika, M. Y., Subiyanto, S. & H., 2014. Analisis Geopasial Persebaran TPS dan TPA di
Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip,
3(1), pp. 228-240.
Mundiatun, D. & D. D., 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. s.l.:Gava Media.
Murrai, S., 1999. GIS Work Book, Institute Of Industrial Science. Minatoku Tokyo:
University Of Tokyo.
Pressman, R. S., 2001. Software Engineering. s.l.:s.n.
S, R. A. & shalahuddin, M., 2018. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur Dan Berorientasi
Objek. Bandung: BI-OBSES.