Anda di halaman 1dari 6

Prosiding SNATIF Ke-5 Tahun 2018 ISBN: 978-602-1180-86-0

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN


HIDUP DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Inne Wahyuni1*, Faiza Renaldi2, Asep Id Hadiana3


123
Program Studi Informatika, Fakultas Sains dan Informatika, Universitas Jenderal Achmad
Yani
Jl. Terusan Jenderal Sudirman, PO Box 148, Cimahi, Jawa Barat 40285
*
Email: Innewahyuni6@gmail.com

Abstrak

Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu wilayah di Bandung yang saat ini
sedang mengalami perkembangan. Seiring dengan perkembangan wilayah, Kabupaten
Bandung Barat masuk kedalam program penilaian adipura tetapi Kabupaten Bandung
Barat belum pernah mendapatkan penghargaan adipura dikarenakan nilai yang
dihasilkan dari kementrian tidak melampaui nilai yang telah ditentukan. Hal tersebut
disebabkan adanya penurunan kualitas lingkungan pada suatu wilayah karena
kurangnya transparansi informasi mengenai kondisi suatu wilayah pada setiap
kecamatan sehingga sulit dalam mengetahui faktor penyebab penurunan kualitas
lingkungan. Parameter yang digunakan sebagai tolak ukur kualitas lingkungan hidup
menggunakan indikator penilaian adipura seperti penilaian mengenai sampah dan
ruang terbuka hijau pada area pemukiman menengah sederhana, jalan arteri atau
kolektor, perairan terbuka dan pertokoan. Dengan adanya Sistem Informasi Geografis
ini dapat memetakan lokasi untuk mengetahui informasi lengkap dari setiap lokasi
sesuai atau tidak dengan standar kelayakan sehingga masalah yang timbul dapat
diperkecil serta dapat meningkatkan kecepatan dalam pengambilan keputusan
berdasarkan hasil analisa dari masalah yang terjadi dilapangan. Metode pembuatan
perangkat lunak menggunakan metode waterfall mulai dari analisis kebutuhan,
perancangan sistem, implementasi, pengujian, operasi dan pemeliharaan. Hasil dari
penelitian ini berupa Sistem Informasi Geografis untuk mengetahui daerah yang
mengalami penurunan kualitas lingkungan hidup yang divisualisasikan dalam bentuk
peta sehingga pemantauan dapat dilakukan dengan mudah.

Kata kunci: Adipura; Kabupaten Bandung Barat; Kualitas Lingkungan Hidup; Sistem
Informasi Geografis

1. PENDAHULUAN
Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu wilayah di Bandung yang saat ini
sedang mengalami perkembangan, baik dalam bidang industri, jasa, permukiman,
perdagangan maupun transportasi. Fasilitas umum menjadi rusak disebabkan aktivitas kota
yang semakin meningkat serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan sekitar. Kualitas lingkungan hidup yang baik adalah suasana yang membuat
orang merasa nyaman tinggal di lingkungannya (Mundiatun, 2015). Keterpaduan
pengelolaan lingkungan antar berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, maupun masyarakat
sangat diperlukan untuk mendukung kelestarian lingkungan dan mendapatkan penghargaan
adipura di masa mendatang, untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan suatu langkah
awal berupa penyediaan sistem informasi yang dapat memetakan lokasi untuk mengetahui
informasi lengkap dari setiap lokasi titik pantau sesuai atau tidak dengan standar kelayakan
sehingga masalah yang timbul dapat dicegah atau diperkecil yang dapat digunakan sebagai
dasar pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai kemampuan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data
bereferensi geografis, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan
pengelolaan sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainnya (Murrai, 1999). Pemanfaatan sistem informasi geografis yang dapat menyajikan
informasi lokasi terkait dengan wilayah Kabupaten Bandung Barat sehingga informasi yang
ditampilkan lebih komunikatif. Sistem Informasi Geografis yang digunakan untuk

Fakultas Teknik - Universitas Muria Kudus 71


ISBN: 978-602-1180-86-0 Prosiding SNATIF Ke -5 Tahun 2018

memproses data spasial dan data non spasial, dengan adanya data yang akurat, dan didukung
dengan data keruangan (spasial) untuk meningkatkan kecepatan dalam pengambilan
keputusan berdasarkan analisa yang dihasilkan dari masalah yang terjadi dilapangan
(Arham, 2011), seperti perbaikan lokasi titik pantau yang tidak memenuhi kriteria untuk
menjaga kualitas lingkungan yang baik.

2. METODOLOGI

2.1. Metode Perolehan Data


a) Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana situasi atau kondisi
dalam Dinas Lingkungan Hidup khususnya pada bagian kebersihan untuk mempelajari
proses kerja yang dilakukan terutama dalam hal pemantauan kondisi lingkungan di
Kabupaten Bandung Barat. Setelah dilakukan pengamatan ini ternyata bagian
kebersihan belum melakukan pemantauan secara rutin terhadap kondisi kebersihan
lingkungan dikarenakan kurangnya sumber daya untuk kegiatan tersebut.
b) Wawancara
Wawancara ini dilakukan dengan berdialog langsung dengan pegawai Dinas
Lingkungan Hidup khususnya pada bagian kebersihan yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan adipura yaitu ketua adipura yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi sejarah perusahan, visi dan misi perusahaan, proses bisnis mengenai alur kerja
pelaksanaan adipura, kriteria pemantauan adipura, upaya pemantauan lingkungan, dan
mendapatkan data kriteria pemantauan adipura.
c) Studi Literatur
Studi litelatur ini diawali dengan pencarian data mengenai informasi lokasi titik pantau
dan kriteria pemantauan pada kegiatan adipura serta mencari informasi dengan cara
membaca dan mempelajari jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian yang dapat
menjadi acuan pembahasan, serta membaca buku atau jurnal mengenai analisis sistem,
perancangan dan pengkodean sistem informasi geografis.

2.2. Metode Pembuatan Sistem


Metode pembuatan perangkat lunak menggunakan metode waterfall. Menurut
(Pressman, 2001) waterfall terdiri dari beberapa tahapan Tahapan metode waterfall:
a) Analisis Kebutuhan
Tahapan pengembangan sistem diperlukan komunikasi yang bertujuan untuk memahami
perangkat lunak yang diharapkan oleh user dan batasan perangkat lunak tersebut.
Informasi ini biasanya dapat diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi litelatur
sesuai dengan permasalahan yang diambil.
b) Perancangan Sistem
Pada tahap perancangan sistem hasil gambaran akan diolah dan direpresentasikan ke
dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pihak manajerial. Desain sistem yang
didapatkan dengan tahapan analisis business aktor, fungsional, dokumen.
c) Implementasi /Code
Tahap ini merupakan tahap penulisan program yang telah dianalisis dan didesain. Hasil
dari desain sistem yang sudah dirancang sebelumnya, diubah ke dalam bahasa
pemrograman untuk membuat Sistem Informasi Geografis. Tahap pembuatan perangkat
lunak menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan framework CI, database MySQL
sebagai penyimpanan data, dan Google Maps Api untuk menunjang sistem informasi
geografis dalam pemetaan kualitas lingkungan.
d) Pengujian
Tahap ini merupakan tahap pengujian pada Sistem Informasi Geografis yang dibangun
untuk mengetahui semua fungsi telah berjalan sesuai dengan kebutuhan fungsionalitas
yang telah diketahui. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan dan memastikan
keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.

72 Fakultas Teknik – Universitas Muria Kudus


Prosiding SNATIF Ke-5 Tahun 2018 ISBN: 978-602-1180-86-0

e) Operasi dan Pemeliharaan


Tahap ini merupakan tahap akhir dalam model Waterfall. Perangkat lunak yang sudah
jadi, dijalankan serta dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam
memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan sebelumnya. Perbaikan implementasi unit
sistem dan peningkatan kerja sistem sebagai kebutuhan baru.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis Masalah


Permasalahan yang menjadi kajian penelitian ini yaitu adanya penurunan kualitas
lingkungan pada suatu wilayah karena kurangnya informasi mengenai kondisi suatu wilayah
pada setiap kecamatan sehingga sulit dalam mengetahui faktor penyebab penurunan kualitas
lingkungan dalam bidang persampahan dan ruang terbuka hijau dan kurangnya transparansi
untuk mengakses data dan informasi dari hasil pemantauan dan penilaian terhadap setiap
lokasi yang menyebabkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan perkotaan relatif masih
rendah dalam hal kebersihan dan penerapan ruang terbuka hijau.

3.2. Perancangan Perangkat Lunak

3.2.1. Use Case Diagram


Pada usecase diagram merupakan rancangan dari Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Kulaitas Lingkungan Hidup di Kabupaten Bandung Barat. Perangkat lunak dibuat
untuk mengetahui kondisi dari setiap lokasi dan mengelola penilaian lokasi titik pantau untuk
kegiatan adipura dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Use Case Diagram

Fakultas Teknik - Universitas Muria Kudus 73


ISBN: 978-602-1180-86-0 Prosiding SNATIF Ke -5 Tahun 2018

Pada use case diatas digambarkan bahwa aktor yang ada pada sistem terdiri dari 4
aktor yaitu:
a) Admin merupakan aktor yang bertugas untuk memberikan hak akses agar user dapat
mengakses sistem sesuai dengan level akses yang telah ditentukan oleh admin.
b) Staff Kecamatan merupakan aktor yang dapat menambah penilaian lokasi titik pantau
berdasarkan cakupan daerahnya.
c) Penanggung jawab merupakan aktor yang memberikan rekomendasi lokasi untuk
dijadikan sebagai lokasi titik pantau adipura tingkat nasional.
d) Ketua adipura merupakan aktor yang dapat memberi penilaian terhadap lokasi yang
telah ditentukan oleh penanggung jawab.
e) Masyarakat merupakan aktor yang dapat melihat pemetaan kualitas lingkungan.

3.2.2. Class Diagram


Class Diagram menunjukkan hubungan antar kelas dalam sistem yang akan
dibangun serta menggambarkan bagaimana class diagram tersebut saling berkolaborasi
untuk mencapai suatu tujuan (S & shalahuddin, 2018). Class Diagram pada sistem ini
menggunakan konsep MVC dimana terdapat empat class controller, tiga class model dan
lima view. Class Diagram Sistem Informasi Geografis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Class Diagram

74 Fakultas Teknik – Universitas Muria Kudus


Prosiding SNATIF Ke-5 Tahun 2018 ISBN: 978-602-1180-86-0

3.3. Implementasi
3.3.1. Halaman Login
Halaman login ini dilakukan pada saat admin akan mengelola data user, staff
kecamatan akan melakukan penilaian terhadap suatu lokasi, penanggung jawab melakukan
penentuan lokasi titik pantau dan melihat uraian tugas, ketua adipura akan memberi penilaian
terhadap lokasi titik pantau yang dipilih oleh penanggung jawab untuk mengetahui kondisi
dari suatu lokasi. Halaman login dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Implementasi Halaman Login


3.3.2. Halaman Tambah Penilaian Lokasi
Halaman penilaian lokasi dilakukan oleh staff kecamatan dengan memilih marker peta
dan memberi nilai pada setiap kolom masukan terdapat empat form penilaian lokasi yaitu,
perumahan, pertokoan, jalan, dan perairan terbuka. Halaman penilaian terdapat pada halaman
staff kecamatan dan ketua adipura dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Implementasi Tambah Penilaian Lokasi


3.3.3. Halaman Penentuan Lokasi
Halaman penentuan lokasi digunakan oleh penanggung jawab dalam memberikan
rekomendasi lokasi titik pantau adipura kepada ketua adipura , halaman penentuan dapat
dilihat pada
Gambar 5.
Error! Reference source not found.

Gambar 5. Implementasi Halaman Penentuan Lokasi


3.3.4. Halaman Pemetaan Kualitas Lingkungan

Fakultas Teknik - Universitas Muria Kudus 75


ISBN: 978-602-1180-86-0 Prosiding SNATIF Ke -5 Tahun 2018

Tampilan ini dapat di akses oleh semua aktor, pada halaman ini terdapat peta dan
marker utuk menunjukan suatu lokasi yang menampilkan informasi alamat, jenis lokasi, hasil
penilaian dan foto. Pada halaman ini juga menampilkan nilai rata-rata keseluruhan sesuai
dengan jenis lokasinya untuk mengetahui kondisi kebersihan dan ruang terbuka hijau di
kabupaten bandung barat tergolong baik atau buruk Gambar 6

Gambar 6 Implementasi Pemetaan Kualitas Lingkungan

4. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Sistem
Informasi Geografis Pemetaan Kualitas Lingkungan Hidup yang dibangun dapat membantu
Dinas Lingkungan Hidup dalam mendapatkan informasi kondisi lingkungan Kabupaten
Bandung Barat dengan mudah dan membantu kinerja bagian kebersihan dalam kegiatan
adipura.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Kualitas Lingkungan Hidup adalah:
(1) Pengembangan Sistem Informasi Geografis ini diharapkan pemetaan lokasi titik
pantau digambarkan lebih jelas dalam peta menggunakan peta administratif.
(2) Pengembangan Sistem Informasi Geografis ini diharapkan dapat memperbanyak
analisis data spasial sehingga pemetaan yang dihasilkan sesuai dengan kondisi
geografis pada dunia nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Arham, Z., 2011. Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis Web Pada Sebaran
Lokasi Tempat Pembuangan Sementara Sampah Kota. Seiminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi (SNATI), pp. B-18 - B23.
Daniyal, A., Wijaya, A. P. & Nugraha, A. L., 2017. Analisis Penentuan Lokasi Dan Rute
TPA Berbasis Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Demak. Jurnal Geodesi
Undip, 6(4), pp. 79-88.
Farizki, M. & Anugoro, W., 2017. Pemetaan Kualitas Pemukiman Dengan Menggunakan
penginderaan Jauh Dan SIG Di Kecamatan Batam. Majalah Geografi Indonesia,
31(1), pp. 40-45.
J., 1998. Analisis & Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur. Yogyakarta: Andi
Offset.
Marantika, M. Y., Subiyanto, S. & H., 2014. Analisis Geopasial Persebaran TPS dan TPA di
Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip,
3(1), pp. 228-240.
Mundiatun, D. & D. D., 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. s.l.:Gava Media.
Murrai, S., 1999. GIS Work Book, Institute Of Industrial Science. Minatoku Tokyo:
University Of Tokyo.
Pressman, R. S., 2001. Software Engineering. s.l.:s.n.
S, R. A. & shalahuddin, M., 2018. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur Dan Berorientasi
Objek. Bandung: BI-OBSES.

76 Fakultas Teknik – Universitas Muria Kudus

Anda mungkin juga menyukai