Dosen pengampu:
Suriyati,S,ST.,M.Keb
Disusun oleh:
1. Revita Ag
2. Susmita Maharani
3. Lilis Karlina
4. Yesi Junia Anggraini
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat, karunia
serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang pemenuhan kebutuhan
fisik meskipun masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Dan juga kami berterima
kasih kepada Ibu D suriyati .S.ST.M.Keb selaku dosen mata kuliah KDPK yang telah.
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita terhadap pemenuhan kebutuhan fisik. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
membangun guna memperbaiki makalah yang akan kami buat di masa mendatang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi para pelajar. Dan juga semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya kami
mohon maaf sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang
sempurna di dunia ini kecuali sang maha pencipta.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................................................
Tujuan ..................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Istirahat dan tidur............................................................................................................
B. Body mekanik dan posisi.................................................................................................
C. Ambulasi dan mobilisai...................................................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...........................................................................................................................
Saran......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Kebutuhan fisik, yang dimaksud dengan kebutuhan fisik adalah segala kebutuhan
manusia yang berkaitan dengan jasmaninya. Kebutuhan ini dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan lahiriah manusia. Contoh kebutuhan fisik ini adalah sandang,
pangan, papan dan lain lain. Pemenuhan kebutuhan fisik,Istirahat dan tidur,Body
mekanik dan posisi,Ambulasi dan mobilisai. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar
yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Body mekanik merupakan penggunaan tubuh
yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan
keseimbangan selama aktivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
c. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang
berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan
disesuaikan dengan faktor lingkungan (mis: cahaya, kegelapan,
gravitasi, dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah
ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam.
Dalam hal ini, fluktuasi denyut jangtung, tekanan darah, temperature
tubuh, sekresi hormone, metabolism, dan penampilan serta perasaan
individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu
irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkornisasi sirkadian
terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam
biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologisnya dan
psikologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme
tersebut paling rendah
d. Tahapan Tidur
Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu: Pergerakan mata yang
tidak cepat NREM (Non Rapid Eye Movement) dan pergerakan mata
yang cepat REM (Rapid Eye Movement). Selama NREM seseorang
yang tidur mengalami kemajuan melalui 4 tahap yang memerlukan
waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan, tidur tahapan
REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit sebelum
tidur berakhir. Kondisi dari memori dan pemulihan psikologis terjadi
pada waktu ini, faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau
mengganggu tahapan siklus tidur yang berbeda.
1) Tahapan tidur NREM
Tidur NREM ditandai dengan berkurangnya mimpi, tekanan darah
turun, kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakan
mata lambat. Masa NREM ini dibagi menjadi 4 tahap yang
memerlukan waktu 90 menit siklus tidur dan masing-masing tahap
ditandai dengan pola gelombang otak.
a) Tahap 1 NREM
(1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dan tidur.
(2) Tahap berlangsung selama 5 menit, yang membuat orang
beralih dari tahap sadar menjadi tidur.
(3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan
secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme.
(4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori
seperti suara.
(5) Ketika terbangun, seseorang merasa telah melamun.
b) Tahap 2 NREM
(1) Tahap 2 merupakan tidur ringan.
(2) Kemajuan relaksasi otot, tanda vital dan metabolisme
menurun dengan jelas.
(3) Untuk terbangun masih relative mudah.
(4) Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan
gelombang komplek.
(5) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.
c) Tahap 3 NREM
(1) Tahap 3 meliputi tahap awal tidur yang dalam, yang
berlangsung selama 15 sampai 30 menit.
(2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarak bergerak.
(3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh dan tanda-tanda vital
menurun tetapi tetap teratur.
(4) Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat
penambahan gelombang delta yang lambat.
d) Tahap 4 NREM
(1) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam/nyenyak.
(2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur.
(3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan
menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini.
(4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan
selama jam terjaga.
(5) Ditandai dengan predominasi gelombang delta yang
melambat.
Perubahan Fisiologis Selama Tidur NREM:
a) Tekanan darah arteri menurun
b) Denyut nadi menurun
c) Pembuluh darah tepi mengalami dilatasi
d) Curah jantung menurun
e) Otak rangka rileks
f) Laju metabolisme basal menurun 10% sampai 30%
g) Kadar hormone pertumbuhan mencapat puncak
h) Tekanan intracranial menurun. (Kozier, dkk, 2010)
Seorang yang kerjanya bergeser dan sering kali berganti jam kerja harus mengatur
aktivitas untuk siap tertidur di saat yang tepat. Olahraga sedang biasanya kondusif untuk
tidur, tetapi olahraga berlebihan dapat memperlambat waktu tidur. Kemampuan
seseorang untuk relaks sebelum istirahat adalah factor terpenting yang mempengaruhi
kemampuan untuk tertidur.
10) Diet
Penurunan berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan
waktu tidur total serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih
awal. Di sisi lain, pertambahan berat badan tampak berhubungan
dengan peningkatan total waktu tidur, berkurangnya tidur yang
terputus, dan bangun lebih lambat. L-triptofan dalam makanan-
misalnya, dalam keju dan susu dapat mengindikasi tidur, sebuah
bukti yang mungkin dapat menjelaskan mengapa susu hangat
membantu sesorang untuk tidur.
h. Gangguan Tidur Yang Umumnya Terjadi
1) Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memebuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya
ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau
gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
a) Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur
b) Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
c) Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi
insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur-
istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari
rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum
tidur (mis: membaca, mendengarkan music), dan tidur jika
benar-benar mengantuk.
2) Parasomnia
Definisi Ambulasi
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca
operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai
berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Asmadi, 2008).
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan
berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien
menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier 2005 ambulasi
adalah aktivitas berjalan.
Tujuan Ambulasi
Sedangkan Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah:
1) Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a) Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang terlambat
yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
b) Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung,
hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
c) Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter maksimal,
penurunan ventilasi/perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun.
d) Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e) Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi saluran
kemih, hiperkalsiuria
f) Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot
g) Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada
bagian distal, nyeri yang hebat. Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi,
mencegah flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi
immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat
pasien pasca operasi.
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika pasien
membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi
pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan (Kozier, 2010).
2. Tindakan-tindakan Ambulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan klien pada posisi terlentang
3) Pindahkan semua bantal
4) Posisi menghadap kepala tempat tidur
5) Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat tidur di
belakang kaki yang lain.
6) Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien, sokong kepalanya
dan
vetebra servikal.
7) Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan tempat tidur.
8) Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan perawat dari depan
kaki ke belakang kaki.
9) Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat tidur.
b. Duduk di tepi tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Tempatkan pasien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi tempat tidur tempat
ia akan duduk.
3) Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2. yang berlawanan.
4) Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
5) Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
6) Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan menjauh
dari sudut tempat tidur.
7) Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat tidur di depan kaki
yang lain
8) Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu pasien,
sokong kepala dan lehernya
9) Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
10) Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
11) Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai atas pasien
memutar ke bawah.
12) Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai danangkat
pasien.
13) Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
14) Turunkan tinggi tempat tidur sa…
[09.05, 14/10/2021] Yesi Keb: c. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
(mis., meningkatkan perhatian
pada aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, fokus pada ketunadayaan/aktivitas
sebelum sakit)
d. Dispnea setelah beraktifitas
e. Perubahan cara berjalan
f. Gerakan bergetar
g. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
h. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
i. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
j. Tremor akibat pergerakan
k. Ketidakstabilan postur
l. Pergerakan lambat
h. Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi inflamasi.
Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur
dan didefinisikan sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3
menit setelah tekanan dihilangkan.
i. Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik berupa
berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih
yang dapat diraba. Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan
untuk berkemih dan tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah
j. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen
bagian bawah,rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak sempurna,
anoreksia, mual gelisah,depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
k. Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam
rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat,
tangga yang tinggi,lantai licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan
mobilitas klien.Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan
koridor yang terhalang,tempat tidudan posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai.
Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat meningkatakan
mobilitas.
Pengkajian Masalah Sistem Muskuloskeletal Mengukur lingkar lengan dan
tungkai Penurunan lingkar otot akibat Mempalpasi dan mengamati sendi penurunan
massa otot. Tubuh Kekauan atau nyeri sendi Melakukan pengukuran goniometric pada
rentang pergerakan sendi Penurunan rentang pergerakan sendi, kontraktur sendi Sistem
Kardiovaskuler Mengauskultasi jantung Peningkatan frekuensi jantung Mengukur
tekanan darah Hipotensi ortostatik Mempalpasi dan mengobservasi Edema tergantung
perifer,sakrum, tungkai, dan kaki
m. Pergerakan tidak terkoordinasi
Jenis Mobilitas dan Imobilitas
a. Jenis Mobilitas
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan
sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel
pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang
b) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang
reversibel,
contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,
poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik. (Potter, 2010)
b. Jenis Imobilitas
1) Imobilisasi fisik
Imobilisasi fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan
2) Imobilisasi intelektual
Imobilisasi intelektual merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
daya pikir
3) Imobilitas emosional
Imobilitas emosional merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri
4) Imobilitas sosial
Imobilitas sosial merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya, sehingga dapat mempengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial. (Potter, 2010)
6. Etiologi Imobilisasi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia
dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi.
Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia lanjut terus
menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit (Kozier, 2010).
Penyebab secara umum:
Kelainan postur
Gangguan perkembangan otot
Kerusakan system saraf pusat
Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
Kekakuan otot
7. Patofisiologi
sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang
karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit.Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometric
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.
Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.
Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana
hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas
dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah
suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.Ketegangan dapat dipertahankan dengan
adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke
jantung.Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal
adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,
pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah. (Potter, 2010)
B. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aspek biologis
1) Usia Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait
dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh
yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.
2) Riwayat keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem
muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis
latihan
atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain
3) Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak
imobilisasi terhadap sistem tubuh.
b. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons psikologis
klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang
digunakan.
c. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (mis., meningkatkan perhatian
pada aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, fokus pada ketunadayaan/aktivitas
sebelum sakit)
d. Dispnea setelah beraktifitas
e. Perubahan cara berjalan
f. Gerakan bergetar
g. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
h. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
i. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
j. Tremor akibat pergerakan
k. Ketidakstabilan postur
l. Pergerakan lambat
m. Pergerakan tidak terkoordinasi
d. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan
berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan
seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula
tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
f. Faktor resiko
Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi pada
usia lanjut. (Kozier, 2010)
B. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aspek biologis
1) Usia
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait dengan
kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang
sesuai dengan tahap pekembangan individu.
2) Riwayat keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem
muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis
latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain
3) Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak
imobilisasi terhadap sistem tubuh.
b. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons
psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme
koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.
c. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang
terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya,
misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor
maupun social dan lain-lain.
d. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang
dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien
menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan
kemampuan fisiknya? Dan lain-lain.
e. Kemunduran musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system musculoskeletal adalah
penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot; rentang gerak sendi; dan
kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara periodik dapat digunakan untuk memantau
perubahan dan keefektifan intervensi.
f.Kemunduran kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti langsung atau meyaknkan
tentang perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya sedikit petunjuk diagnostic yang
dapat diandalkan pada pembentukan trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi
eritema,edema, nyeri tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik dapat
menunjukkan suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut
jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam
mengikuti perintah dan sinkop.
g. Kemunduran Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan
pneumonia.Tanda-tanda awal meliputi peningkatan temperature dan denyut jantung.
Perubahanperubahan dalam pergerakan dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri
mengindikasikan adanaya perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi.
h. Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi inflamasi.
Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur
dan didefinisikan sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3
menitsetelah tekanan dihilangkan.
j. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen
bagian bawah,rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak sempurna,
anoreksia, mual gelisah,depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
k. Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam
rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat,
tangga yang tinggi,lantai licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan
mobilitas klien.Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan
koridor yang terhalang,tempat tidudan posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai.
Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat meningkatakan
mobilitas.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks,
tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Dalam arti
lain istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali.
Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu
bentuk istirahat .Sedangkan pengertian tidur merupakan suatu keadaan tidak
sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun/hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau
rangsangan yang cukup (Guyton, dalam buku Haswita, 2017). Body mekanik merupakan
penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan
dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi
merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Ambulasi dini adalah tahapan
kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk
sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai
dengan kondisi pasien (Asmadi, 2008).
B SARAN
Menjaga kebutuhan fisik harus benar benar dihaga agar tidak terjadi gangguan dalam kesehatan
tubuh manusia. Tubuh memerlukan nistirahat dan tidur,body mekanik dan posisi setra ambulasi
dam mobilasi dalam kebutuhan fisik.
DAFTAR PUSTAKA:
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/
http://indahfebriyantisiwi.blogspot.com/p/body-mekanik-dan-posisi.html?m=1
https://text-id.123dok.com/document/y4ee8r0q-makalah-ambulasi-dan-mobilisasi.html