TINJAUAN KEPUSTAKAAN
b. Karakteristik Lansia
a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas ( Cahyani,2020)
Meliputi nama, umur, usia, jenis klamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama dan suku bangsa, biasanya hipertensi terjadi
pada laki-laki lanjut usia (65 tahun ke atas)
2) Keluhan Utama (Cahyani,2020)
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk,sakit
kepala berdenyut.
3) Riwayat Penyakit Sekarang (Cahyani,2020)
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala. Gejala yang di maksud adalah sakit di kepala,
pendarahan di hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan
yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi. Jika hiprtensinya
berat atau menahun dan tidak di obati, bisa timbul gejala sakit
kepala, kelelahan muntah, sesak napas,pndangan menjadi kabur,
yang terjadi karena kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma.
4) Riwayat Penyakit Dahulu (Cahyani,2020)
Riwayat penyakit dahulu yang perlu dikaji antara lain:
apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus,
penyakit ginjal, obesitas, hiperkolestrol, adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral, dan
lain-lain.
5) Riwayat Penyakit Keluarga ( Cahyani 2020 )
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
6) Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan (Cahyani,2020)
Pada pasien hipertensi biasanya ditemukan kebiasaan
merokok, sering mengonsumsi makanan tinggi natrium dan lemak.
7) Riwayat psikososial meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien
terhadap tindakan yang di lakukan oleh dirinnya (Cahyani,2020).
9
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengaan peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan iskemia
2. Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi
3. Keletihan berhubungan dengan fisik tidak bugar (Nurarif &
Kusuma, 2015).
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan
9
6
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan di
mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan,
membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada pasien, mengevaluasi kerja
anggota staf, dan mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari pasien (Potter & Perry, 2007).
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan
yang digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu
asuhan keperawatan yang telah dibuat meskipun evaluasi
dianggap tahapan akhir dari proses keperawtan. Evaluasi ini
berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan,
mengukur kemajuan pasien dalam mencapai tujuan akhir
(Kumalasari, 2018).
C. Konsep hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah
fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang
dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan
fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin
besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan
sebutan hipertensi ini merupakan suatu meningkatnya tekanan
darah di dalam arteri atau tekanan systole > 140 mmhg dan
tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal.
2. Gejala Hipertensi
Hipertensi biasanya ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan rutin. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur
tekanan darah. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala,
meskipun beberapa pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing,
pandangan kabur, muka yang terasa panas atau telinga
mendenging (Agoes, A dkk, 2009).
3. Jenis Hipertensi
Hipertensi berdasarkan faktor penyebabnya
a) Hipertensi Primer (Esensial)
Menurut Rinawang (2011) yang dikutip Masriadi (2016),
hipertensi esensial adalah penyakit multifaktoral yang timbul
terutama karena interaksi antara faktor risiko tertentu. Faktor utama
yang berperan dalam patofisiologi hipertensi adalah interaksi faktor
gentik dan faktor lingkungan. Hipertensi primer ini tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
b) Hipertensi Non Esensial (Sekunder)
Aris Sugiarto (2007) dalam Masriadi (2016) menyatakan bahwa
hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, sering berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya
ginjal, jantung koroner, diabetes, dan kelainan sistem saraf pusat.
c) Hipertensi berdasarkan gangguan tekanan darah (Bustan, 2015).
a. Hipertensi sistolik ; peninggian tekanan darah sistolik saja.
b. Hipertensi diastolik ; peninggian tekanan diastolik.
d) Hipertensi berdasarkan beratnya atau tingginya peningkata tekanan
darah (Bustan, 2015).
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat
4. Pencegahan Hipertensi
1) Pencegahan Primordial
Pencegahan Primordial adalah usaha pencegahan predisposisi
terhadap hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko
penyakit hipertensi. Contoh : adanya peraturan pemerintah
membuat peringatan agar tidak mengonsumsi rokok, dan
melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya
hipertensi (Ismayadi, 2012).
2) Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau
mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi
terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan
cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin
melakukan aktivitas dan tidak merokok (Ginting, F, 2013).
3) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mejadikan
orang yang sakit menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi,
dan kecacatan akibatnya. Misalnya mengukur tekanan darah
secara rutin dan skreening. Pencegahan sekunder juga dapat
dilakukan terapi nonfarmakologis seperti menejemen stres
dengan relaksasi, pengurangan berat badan dan berhenti
merokok (Yulia, 2011).
4) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat atau kematian. Upaya yang
dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu menurunkan
tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati
penyakit yang dapat memperberat hipertensi (Manik, 2011).