Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia


1. Konsep Lansia
a. Pengertian
Menua adalah proses yang mengakibatkan suatu perubahan
bersifat kumulatif, dan suatu proses penurunan daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Secara umum, proses menua adalah perubahan terkait waktu,
bersifat universal, intrinsik, profresif dan detrimental (Dewi, 2014).
Proses penuaan merupakan proses biologis dimana terdapat
perubahan-perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam
biologis, terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi spontan,
radikal bebas dan adanya kesalahan pada molekul DNA, dan
perubahan yang terjadi di dalam sel ataupun akibat pengaruh dari
luar sel. Menurut Dewi & Darwin, 2014 dalam Christine Yohana,
(dalam Noerinta Ridhasta Dewi 2017).
Menurut Constantinides (1994) yang dikutip oleh Sunaryo
dkk (2015), pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara pelahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi.Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin
banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit
degenaratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup
dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999 dalam
Suryono dkk 2015).
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardwiyanto & Setiabudhi, 2005). Pada lanjut usia alan
terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat berhan
terhadap infeksi dan meperbarbaakan kerusakan yang terjadi
(Aster, 2009). Oleh karetan itu dalam tubuh akan menumpuk makin
banayk distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit
dengeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup
dengan episode terminal (Sunaryo, 2016).
Lansia merupakan periode penutup dalam rentang
kehidupan seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah
beranjak jauh dari periode terdahulu (Peldian Olds, 2007). Proses
menua (aging) adalah suatu proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologi maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain (Sudaryanto, 2008). Lansia akan
mengalami perubahan yang terkait dengan biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual yang kecepatan perubahan tersebut berbeda
untuk setiap individu. Jenis kelamin, rasa, kelas sosial, dan
keimanan menciptakan interaksi yang komplek yang berkontribusi
dalam proses penuaan setiap individu.

b. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999) yang dikutip Maryam (2008),


lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang Kesehatan.

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat


sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

c. Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi dalam Sunaryo
(2016), batas-batas umur yang mencakup batas umur lansia
sebagai berikut:

1) Menurut undang-undangn Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1


Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang
yang mmencapai usia 60 tahun ke atas”.
2) Menurut Wordl Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut usia pertengahan (middle age)
ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut
usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah
di batsu 90 tahun.
3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase,
yaitu: pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (Fase
virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65
tahun, keempat (fase senium) ialah 65 sampai tutup usia.

4) Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setypnegoro masa lanjut usia


(geriatric age) > 65 tahun, atau 70 tahun. Masa lanjut usia
(getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu
young old (70-75 tahun), old (75- 80 tahun), dan very old (> 80
tahun) (Efendi & Makhfudli, 2009). Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Maryam, 2008).
d. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter,


pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya (Nugroho, 2000 dalam Maryam, 2008). Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan
teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. Tipe lain dari
lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan
tipe serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan
dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada
diri sendiri).
e. Masalah Pada Lansia

Menurut Suiraoka, (2012), penyakit degeneratif adalah istilah


medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat
proses kemunduran fungsi sel dalam tubuh yaitu dari keadaan
normal menjadi lebih buruk. Menurut (Meredith Wallace, 2007),
beberapa perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya
adalah perubahan fisik, intlektual, dan keagamaan :
1. Perubahan fisik

a. Sel saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel


dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang
menurun, ukuran lebih besar sehingga mekanisme
perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak,
otot, ginjal, darah.

b. Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada


lansia akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya
syaraf panca indra. Pada indra pendengaran seperti
hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, pada
indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan kornea,
hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang
pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon
terhadap nyeri menurun dan kelenjer keringat berkurang.
Pada indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya
kekuatan otot pernapasan, sehingga kemampuan
membau juga berkurang.
c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi
menurunnya selera makan, seringnya terjadi konstipasi,
menurunnya produksi air liur (saliva) dang era peristaltic
usus juga menurun.
d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami
pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.
e. Sistem musculoskeletal, kehilangan cairan pada tulang dan
makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian
kaku dan tendon mengerut.
f. Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami
pompa darah yang menurun, ukuran jantung secara
keseluruhan menurun dengan tidanya penyakit klinis, denyut
jantung menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal
dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik
meningkat pada lansia karena hilangnya distensibility arteri.
Tekanan darah diastolic tetap sama atau meningkat.
2. Perubahan intelektual Akibat proses penuaan juga akan terjadi
kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan
intelegenita quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami
penurnan sehingga lansia akan mengalami penurunan
sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi
dan kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain
adalah perubahan ingatan, karena penurunan kemampuan otak
maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima
rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan
untuk mengingat pada lansia juga menurun (Mujahidullah,
2012).

3. Perubahan keagamaan Pada umumnya lansia akan semakin


teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut
bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan
kehidupan dunia.
B. Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan hipertensi

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah langkah pertama dalam berfikir untuk


menentukan diagnosa keperawatan pengkajian meliputi beberapa hal
yang berkesinambungan yakni pengumpulan data,pengaturan
data,validasi data serta pencatatan data (Wikinson & Nancy, 2012).

1) Identitas ( Cahyani,2020)
Meliputi nama, umur, usia, jenis klamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama dan suku bangsa, biasanya hipertensi terjadi
pada laki-laki lanjut usia (65 tahun ke atas)
2) Keluhan Utama (Cahyani,2020)
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk,sakit
kepala berdenyut.
3) Riwayat Penyakit Sekarang (Cahyani,2020)
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala. Gejala yang di maksud adalah sakit di kepala,
pendarahan di hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan
yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi. Jika hiprtensinya
berat atau menahun dan tidak di obati, bisa timbul gejala sakit
kepala, kelelahan muntah, sesak napas,pndangan menjadi kabur,
yang terjadi karena kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma.
4) Riwayat Penyakit Dahulu (Cahyani,2020)
Riwayat penyakit dahulu yang perlu dikaji antara lain:
apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus,
penyakit ginjal, obesitas, hiperkolestrol, adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral, dan
lain-lain.
5) Riwayat Penyakit Keluarga ( Cahyani 2020 )
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
6) Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan (Cahyani,2020)
Pada pasien hipertensi biasanya ditemukan kebiasaan
merokok, sering mengonsumsi makanan tinggi natrium dan lemak.
7) Riwayat psikososial meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien
terhadap tindakan yang di lakukan oleh dirinnya (Cahyani,2020).

8) Pemeriksaan Fisik (Nurhsanah,2013)


a) Kepala : terdapat nyeri tekan pada kepala bagian belakang, ada
tidaknya oedema dan lesi, serta adakah kelainan bentuk kepala,
warna rambut putih.
b) Mata : biasanya terdapat conjungtivis, anemis
c) Hidung dan sinus : biasanyadapat dijumpai epistaksis jika sampai
terjadi kelainan vaskuler akibat dari hipertensi
d) Telinga : tidak ada serumen, simetris kanan kiri, biasanya
pendengaran pada lansia menurun.
e) Mulut dan tenggorokan : biasanya ada perdarahan pada gusi,
peradangan, kesilitan mengunyah dan kesulitan menelan
f) Leher
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : terdapat kekakuan bagian belakang, terdapat nyeri
tekan pada bagian belakang
g) Payudara
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekian.
h) Sistem pernafasan
Inspeksi : adanya dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas atau
kerja, takipnea, penggunaan otot pernafasan
Palpasi : pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi dan taktil
fremitus normal dan seimbang kanan dan kiri
Perkusi : di dapat suara hipersonor Auskultasi : bunyi nafas
tambahan ( krekele/mengi).
i) Kardiovaskuler
Inspeksi : kulit pucat, sianosis, diaphoresis ( kongesti
hipoksemia). Kenaikan tekanan darah, hipertensi postural (
mungkin berhubungan dengan regimen obat)
Palpasi : nadi biasanya takikardi
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF
dini), S4 ( pengerasan ventrikel kiri atau hipertropi,ventrikel
kiri ). Murmur stenosis valvular, desilar vascular tedengar di
atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri)
j) Gastrointestinal
Inspeksi : anoreksia tidak tolerar, Terhadap makan: hilangnya
nafsu makan mual, muntah, perubahan berat badan,
perubahan kelembapan kulit.
k) Perkemihan : pada perkemihan di tinjau dari adanya lesi atau
tidak, infeksi, adanya nyeri saat berkemih, warna urine
keruh, lansia juga biasaya sering inkotensia usia.
l) Genitroproduksi wanita/pria : pada wanita di tinjau adanya lesi
atau tidak, infeksi, penyakit kelamin, masalah aktivitas
seksual, riwayat menstruasi dan menopouse.
m) Musculuskeletal : pada pasien dengan hipertensi tidak terjadi
kelainan tonus otot, terkecuali jika sudah terjadi komplikasi
dari hipertensi itu sendiri seperti stroke, maka akan terjadi
penurunan tonus otot atau hemi parase
n) Sistem saraf pusat : pada sistem saraf pusat biasanya
terdapat masalah seperti sakit kepala, paresis, dan tremor
o) Sistem endokrin : pada sistem endokrin adakah masalah
terhadap panas dan dingin, keringat yang berlebihan,
terdapat perubahan rambut, dan poiliuria.

9
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengaan peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan iskemia
2. Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi
3. Keletihan berhubungan dengan fisik tidak bugar (Nurarif &
Kusuma, 2015).

c. Intervensi Keperawatan
Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1.nyeri akut Setelah dilakukan kegiatan 1. Jelaskan kepada klien
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam tentang penyebab nyeri
dengan diharapkan diharapkan rasa 2. Anjurkan kepada klien untuk
peningkatan nyeri berkurang, dengan kriteria posisi semi fowler
tekanan hasil: 3. Ajarkan klien untuk
vaskuler 1. Klien mampu menjelaskan melakukan teknik relaksasi
serebral dan penyebab terjadinya nyeri dan distraksi
iskemia 2. Klien mampu 4. Kaji karakteristik nyeri
mendemonstrasikan 5. Pantau ttv
tindakan untuk mengurangi 6. Ajarkan klien mengompres
nyeri area nyeri dengan air
3. Klien melaporkan nyeri hangat
berkurang
4. Skala nyeri 1-3, klien
menyeringai
2.Difisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan pasien
Pengetahuan selama 3x24 jam diharapkan tentang penyakitnya
Berhubungan pasien melaksanakan apa yang 2. Jelaskan tentang proses
Dengan telah di informasikan dengan penyakit(tanda dan gejala)
Kurangnya kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien untuk
Informasi 1. Pasien dan keluarga mampu mengubah gaya hidupnya
menjelaskan kembali apa untuk mencegah komplikasi
yang di jelaskan 4. Jelaskan cara memilih
perawat/tim kesehatan program pengobatan dan
lainnya alternatif pengobatan
2. Pasien dan keluarga 5. Ajarkan pada pasien cara
mengatakan paham memanajement penyakitnya
tentang penyakit, kondisi, 6. Diskusikan tentang terapi
prognosis, dan program pilihannya
pengobatan
3. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur
yang di jelaskan dengan
benar
4. Pasien mengetahui faktor
resiko tentang penykitnya
3.Keletihan 1. Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi adanya
Berhubungan keperawatan 2x24 jam pembatasan klien dalam
Dengan Fisik diharapkan pasien mampu melakukan aktivitas
Tidak Bugar mengatasi keletihan dengan 2. Kaji adanya faktor yang
kriteria hasil: menyebabkan kelelahan
2. Memverbalisasikan 3. Monitor nutrisi dan sumber
peningkatan energi dan energi
merasa lebih baik 4. Monitor respon kardiovaskuler
3. Menjelaskan penggunaan terhadap aktivitas
energi untuk mengatasi 5. Bantu aktivitas sehri-hari
kelelahan sesuai dengan kebutuhan
4. Kecemasan menurun 6. Konsultasi dengan ahli gizi
5. Mempertahankan untuk meningkatkan asupan
kemampuan untuk makanan yang berenergi
berkonsentrasi tinggi.

9
6

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan di
mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan,
membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada pasien, mengevaluasi kerja
anggota staf, dan mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari pasien (Potter & Perry, 2007).
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan
yang digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu
asuhan keperawatan yang telah dibuat meskipun evaluasi
dianggap tahapan akhir dari proses keperawtan. Evaluasi ini
berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan,
mengukur kemajuan pasien dalam mencapai tujuan akhir
(Kumalasari, 2018).

C. Konsep hipertensi
1. Pengertian
​Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah
fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang
dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan
fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).
​Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin
besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
​Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan
sebutan hipertensi ini merupakan suatu meningkatnya tekanan
darah di dalam arteri atau tekanan systole > 140 mmhg dan
tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal.
2. Gejala Hipertensi
Hipertensi biasanya ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan rutin. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur
tekanan darah. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala,
meskipun beberapa pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing,
pandangan kabur, muka yang terasa panas atau telinga
mendenging (Agoes, A dkk, 2009).

3. Jenis Hipertensi
Hipertensi berdasarkan faktor penyebabnya
a) Hipertensi Primer (Esensial)
Menurut Rinawang (2011) yang dikutip Masriadi (2016),
hipertensi esensial adalah penyakit multifaktoral yang timbul
terutama karena interaksi antara faktor risiko tertentu. Faktor utama
yang berperan dalam patofisiologi hipertensi adalah interaksi faktor
gentik dan faktor lingkungan. Hipertensi primer ini tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
b) Hipertensi Non Esensial (Sekunder)
Aris Sugiarto (2007) dalam Masriadi (2016) menyatakan bahwa
hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, sering berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya
ginjal, jantung koroner, diabetes, dan kelainan sistem saraf pusat.
c) Hipertensi berdasarkan gangguan tekanan darah (Bustan, 2015).
a. Hipertensi sistolik ; peninggian tekanan darah sistolik saja.
b. Hipertensi diastolik ; peninggian tekanan diastolik.
d) Hipertensi berdasarkan beratnya atau tingginya peningkata tekanan
darah (Bustan, 2015).
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat

4. Pencegahan Hipertensi
1) Pencegahan Primordial
Pencegahan Primordial adalah usaha pencegahan predisposisi
terhadap hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko
penyakit hipertensi. Contoh : adanya peraturan pemerintah
membuat peringatan agar tidak mengonsumsi rokok, dan
melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya
hipertensi (Ismayadi, 2012).
2) Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau
mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi
terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan
cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin
melakukan aktivitas dan tidak merokok (Ginting, F, 2013).

3) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mejadikan
orang yang sakit menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi,
dan kecacatan akibatnya. Misalnya mengukur tekanan darah
secara rutin dan skreening. Pencegahan sekunder juga dapat
dilakukan terapi nonfarmakologis seperti menejemen stres
dengan relaksasi, pengurangan berat badan dan berhenti
merokok (Yulia, 2011).
4) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat atau kematian. Upaya yang
dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu menurunkan
tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati
penyakit yang dapat memperberat hipertensi (Manik, 2011).

D. Konsep terapi meditasi


1. Pengertian Meditasi
Meditasi merupakan proses menaikkan kesadaran dari
pikiran yang lebih rendah ke pikiran yang lebih tinggi (Wilson, 2003:
5). Walsh (dalam Subandi, 2003: 181) menyatakan bahwa meditasi
merupakan teknik atau metode latihan yang digunakan dalam
melatih perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang
selanjutnya dapat membawa proses-proses mental menjadi lebih
terkontrol secara sadar.
Humphrey dalam (Baskara, 2006: 105) mengartikan
meditasi sebagai suatu proses perjalanan meniti kedalam diri,
kesadaran diri ditingkatkan untuk pengembangan diri secara positif.
Senada dengan pernyataan Prayitno (2014: 15) bahwa meditasi
adalah suatu cara untuk melatih diri, agar memiliki keadaan cita
atau sikap yang lebih bermanfaat. Dimana dalam keadaan cita
individu dapat menjadi lebih positif karena dalam tahapnya meditasi
menjadikan individu lebih bijaksana.
Merta dalam (Kushartanti, 2003: 3) juga mendefinisikan
meditasi sebagai suatu teknik untuk mengkonsentrasikan pikiran
agar lebih waspada dan bijaksana serta dapat digunakan untuk
mencegah atau menyembuhkan penyakit. Senada dengan
penyataan Greenbergh (2002: 157) bahwa meditasi adalah latihan
mental yang sederhana yang mempengaruhi proses tubuh. Sebuah
latihan fisik yang dapat dipercaya memberikan keuntungan secara
psikologis, dengan mengendalikan perhatian secara lebih sehingga
dapat memilih apa yang akan menjadi fokus pada subjek secara
mengalir.
Berdasarkan beberapa pendapat tokoh diatas dapat
disimpulkan bahwa Meditasi adalah latihan konsentrasi terhadap
suatu hal untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi sehingga
individu dapat merasa lebih positif yang pada akhirnya
memperbaiki kondisi tubuh, memberikan kenyamanan secara
psikologis dan menurunkan tingkat stres pada individu.
2. Penggolongan Meditasi
Wilber (dalam Prabowo, 2007: 98) membagi teknik meditasi
menjadi empat kuadran yaitu:
1. The Way of from Dikenal sebagai meditasi konsentratif, dengan
beberapa cara yang melibatkan objek nyata seperti mantra
(desain simbolik), mudra (gerakan tangan).

2. The Expressive Way Berkaitan dengan spirit dan energi,


merupakan meditasi dengan menggunakan teknik pernafasan,
gerakan cepat, nyanyian keras, dan lain sebagainya. Beberapa
bentuk meditasi ini adalah shamatic, metode tantri, dzikir.

3. The Negative Way Meditasi ini membuat seseorang mencoba


menyingkirkan semua bentuk, semua ekspresi dengan cara
letting go atau mengosongkan pikiran.

4. The Facilitative Way Bentuk meditasi ini merupakan semua hal


tentang kesaksian terhadap apapun yang terjadi, fokusnya adalah
mengalir dengan apapun yang dialami, mengikutinya, dan
membiarkanya. Seperti meditasi vipassana, mahavipassana.
3. Tahapan meditasi
Keadaan meditasi adalah keadaan dimana individu sadar
sepenuhnya tapi pikiran dalam keadaan diam dan tenang. Keadaan
tersebut dapat dicapai ketika individu tidak dalam keadaan
mengharapkan sesuatu atau memaksakan kehendak, hal tersebut
dapat dicapai saat individu dapat berkonsentrasi dengan sikap
tubuh yang pasrah (Haryanto, 2002: 81). Meditasi sendiri memiliki
tiga tahapan antara lain:
1. Konsentrasi
Konsentrasi ialah pemusatan pikiran pada satu hal. Ilmu
konsentrasi mengajarkan, bagaimana individu menggunakan
pikiran secara aktif dan benar untuk selalu menyertai dan
menyatu dengan tindakan, perbuatan, perkataan, dan hanya
tertuju pada yang satu (yang sedang diutamakan).
2. Kontemplasi
Kontemplasi ini akan terjadi jika aliran konsentrasi tidak
terganggu dan fokus memilih pusat perhatiannya sendiri. Pada
tahap ini pikiran masih terlibat, tapi pikiran tersebut menjadi
semakin kurang aktif karena buah pikiran dan gangguan
dibiarkan lewat. Ini adalah posisi kekuatan dan ketenangan dan
banyak manfaat penyembuhan diperoleh dalam tahap ini.
3. Samadhi
Tahap ini merupakan keadaan menyatu yang
membahagiakan. Ini adalah keadaan meditatif yang
sebenarnya. Menurut Arcaya (1991: 84) tahap ini disebut
dengan pemusatan pikiran yang sangat teratur dan kuat. Semua
pikiran menjadi koheren atau selaras dan berkembang daya-
daya psikis.
6

Anda mungkin juga menyukai