Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya sehingga
laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun sebagai wujud dari akuntabilitas terhadap
pelaksanaan kegiatan dan pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan yang diamanahkan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2019 yang bersumber dari dana APBN pada
Satker 07.
Pelaporan ini akan memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan
tantangan dalam pelaksanaan kegiatan, hasil yang dicapai dan berbagai bentuk saran dalam
perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan.
Sangat disadari bahwa pelaporan ini belum sempurna, sehingga saran terhadap perbaikannya sangat
dibutuhkan.
Terima kasih terhadap seluruh pihak terkait yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan dan
membantu penyelesaian laporan ini.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat dan dapat dijadikan bahan untuk penyusunan perencanaan kerja
tahun berikutnya dan pedoman untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan ke depannya.
BAB I. PENDAHULUAN……………………………….......................………………… 3
LAMPIRAN …………………………………………………………………………………… 16
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat telah ditetapkan antara lain dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan
Kebijakan Obat Nasional (KONAS). Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam
jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan
harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Salah satu tujuan
KONAS yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 189/Menkes/ SK/III/2006
adalah menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat terutama obat esensial
dengan ruang lingkup yang mencakup pembiayaan, ketersediaan serta pemerataan obat bagi
masyarakat. Akses masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu
penggunaan obat rasional, harga yang terjangkau, pembiayaan yang berkelanjutan dan sistem
pelayanan kesehatan serta suplai yang dapat menjamin ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan.Salah satu sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Rencana
Strategis 2015-2019 adalah meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi
standar dan terjangkau oleh masyarakat.
Program pengadaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin dilaksanakan sesuai amanat
KONAS sebagai upaya pembiayaan yang berkelanjutan sehingga Pemerintah dapat menjamin
ketersediaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin hingga tingkat pelayanan kesehatan dasar
(Puskesmas).
Dalam hal pengamanan peralatan kesehatan dan PKRT maka tujuan yang ingin dicapai
adalah agar segala bentuk Alkes dan PKRT yang beredar di masyarakat dan sarana pelayanan
kesehatan yang akan dimanfaatkan untuk memberikan pertolongan / pelayanan kesehatan kepada
masyarakat harus terjamin keamanan, mutu dan kemanfaatannya.
Untuk mencapai hal tersebut maka kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah
sebagai berikut :
- Pemberian perizinan terhadap sarana produksi dan distribusi Alkes dan PKRT
- Pengawasan perizinan terhadap sarana produksi dan distribusi Alkes dan PKRT
- Pemberian izin edar terhadap produk Alkes dan PKRT yang beredar
- Pengawasan terhadap produk Alkes dan PKRT yang beredar dimasyarakat
- Pengawasan Inspeksi sarana produksi dan distribusi Alkes dan PKRT dalam penerapan
CPAKB/CPPKRTB/CDAKB
- Pelaksanaan Vigilance
- Peningkatan Gerakan Masyarakat Sehat melalui peningkatan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi kepada masyarakat tentang Alkes dan PKRT yang baik dan benar.
- Menyediakan berbagai aplikasi yang dapat memberikan informasi tentang Alkes dan PKRT
dimana Kementerian Kesehatan sudah membuat berbagai aplikasi yang dapat mempermudah
masyarakat untuk mengakses informasi untuk mengetahui izin edar alat kesehatan, melaporkan
kejadian yang tidak diinginkan terhadap produk alat kesehatam yang beredar, untuk tenaga
pengelola program juga sudah ada berbagai aplikasi untuk memudahkan pengawasan terhadap
produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
- Meningkatkan kemampuan dan kapasitas petugas dalam melaksanakan tugas dalam pengawasan
terhadap perizinan, sarana maupun produk Alkes dan PKRT.
Berbagai kegiatan yang sudah dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut, namun masih
ditemukan dilapangan bahwa masih ada sarana produksi ataupun sarana distribusi Alat kesehatan
dan PKRT yang belum menjalankan Cara Produksi atau Cara Distribusi yang baik, sehingga
dikhawatirkan bahwa Alkes dan PKRT yang diproduksi dan didistribusi tidak aman, bemutu dan
bermanfaat ketika akan digunakan.
Dipasaran setelah dilakukan pengawasan juga masih ditemukan adanya produk Alkes dan PKRT
yang tidak memiliki izin edar, produk yang tidak memenuhi syarat edar sehingga tentu juga tidak
menjamin keamanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat ketika menggunakannya.
Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
dan pelimpahan kewenangan yang diterima dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
melalui dana Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2019, maka dilakukanlah berbagai bentuk kegiatan
yang secara umum bertujuan untuk menjamin keamanan, mutu dan kemanfaatan Alkes dan
PKRT ketika dimanfaatkan oleh masyarakat, kegiatan untuk meningkatkan kapasitas petugas
dalam pelaksanaan program Alkes dan PKRT dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat dalam mengenali produk Alkes dan PKRT yang aman, bermutu dan bermanfaat serta
berbagai informasi program Alkes dan PKRT.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah,mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
Negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan
pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan, dan program dengan menyusun laporan
akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana stratejik, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja.
Laporan Akuntabilitas Kinerja disusun dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pernerintahan yang
lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, untuk mengetahui kemampuannya
dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah ini disusun berdasarkan pedoman yang ditetapkan
oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui PerMenPAN &
RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran.
Laporan Kinerja Satker 07 Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (089018)
memberikan informaasi yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan
seharusnya dicapai dari anggaran bersumber APBN (Dekonsentrasi)
Laporan Pertanggungjawaban Kinerja memberikan informasi kinerja yang terukur atas
kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk
peningkatan kinerja.
Untuk pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Satker 07) dilakukan oleh 2 (dua)
seksi yaitu : Seksi Kefarmasian dan Seksi Alkes dan PKRT
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 52 tahun 2017 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat maka Seksi Alkes dan PKRT berada di Bidang Sumber
Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional di bidang kefarmasian, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT), Makanan dan Minuman serta sumber daya manusia kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan
di bidang Kefarmasian;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan
di bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT); dan
c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan
di bidang Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Bidang Sumber Daya Kesehatan membawahi :
a. Seksi Kefarmasian;
b. Seksi Alat Kesehatan dan PKRT; dan
c. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan;
Seksi Seksi Kefarmasian, mempunyai tugas Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, bimbingan teknisdan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pelayanan kefarmasian dan Seksi Seksi Kefarmasian mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis perencanaan dan program pelayanan
kefarmasian.
b. Pelaksanaan pelayanan administrasi, teknis pengembangan dan fasilitasi pelayanan
kefarmasian.
Dengan rincian tugas :
Seksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), mempunyai
tugas pokok : penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, pelatihan, workshop serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang alat kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Untuk melaksanakan tugas pokoknya Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis di bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
b. pelaksanaan kebijakan di bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT); dan
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT).
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sasaran Program dan Aspek Strategis
D. Struktur Organisasi
E. Sistematika
Bab II Perencanaan Kinerja
Perjanjian Kinerja
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
1. Pengukuran Kinerja
2. Analisis Akuntabilitas Kinerja
B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi
C. Sumber Daya Manusia
Bab IV Penutup
Lampiran
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan
instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah
komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja
yang terukur berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Berdasarkan Perjanjian Kinerja disusunlah Alur Anggaran serta Jadwal Pelaksanaan kegiatan
Satker (07) yang terjadwal sepanjang tahun 2019 mulai bulan Januari sampai bulan Desember yang
tersusun dalan POA dan Anggaran Kas 2019.
Perjanjian Kinerja Pengelola Dana Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan (Satker 07) Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
(089018) Tahun 2019 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
2. Peningkatan Tata Kelola obat Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota yang 1 Provinsi
Publik dan Perbekalan Melaksanakan Program Tata Kelola Obat
Kesehatan Publik dan Perbekalan Kesehatan
5 Peningkatan Penilaian Alat Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Provinsi/ 281 orang
Kesehatan (Alkes) dan Kab/Kota yang terpapar tentang penggunaan
Perbekalan Kesehatan Rumah alat kesehatan dan PKRT yang tepat guna
Tangga (PKRT)
6 Peningkatan Pengawasan Alat Produk dan sarana distribusi Alat Kesehatan 21 produk
Kesehatan (Alkes) dan serta perbekalan kesehatan rumah tangga
Perbekalan Kesehatan Rumah (PKRT) yang diuji
Tangga (PKRT)
Anggaran Kegiatan
No Kegiatan Anggaran
1. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Rp. 348.481.000,-
4. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Rp.417159.000,-
Kefarmasian dan Alata Kesehatan
TARGET
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN 2019(%)
1 Meningkatnya Kemampuan Pengelola Persentase Kabupaten/Kota yang menyusun
Obat Dalam Perencanaan Rencana Kebutuhan Obat dan vaksin 99
Kebutuhan Obat, Vaksin dan BMHP
2 Meningkatnya Ketersediaan Sarana Persentase IFK Kab/Kota Yang
Pengelolaan Obat, vaksin dan BMHP Melaksanakan Manajemen Pengelolaan 96
sesuai standar Obat sesuai standar
3 Meningkatnya Ketersediaan Obat, dan Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin
perbekes di faskes dasar Essensial 96
Persentase Kab/Kota Yang Menyusun Jumlah Kabupaten/Kota yang menyusun Rencana Kebutuhan Obat
Rencana Kebutuhan Obat melalui e-Monev Katalog dibagi dengan Jumlah Kabupaten/Kota yang
ada di Provinsi Sumatera Barat dikali
seratus persen
Persentase IFK Kab/Kota Yang Jumlah Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan Manajemen
Melaksanakan Manajemen Pengelolaan Pengelolaan Obat sesuai standar ≥ 70% dibagi dengan jumlah Instalasi
Obat Sesuai Standar Farmasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat dikali dengan
≥ 70% seratus persen
Persentase Ketersediaan Obat Dan Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n)
Vaksin Essensial Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang Melapor x jumlah total item obat
indikator × 100%
Persentase Kabupaten/Kota Yang Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Penggunaan Obat Rasional di
Puskesmasnya Dengan Capaian Por Puskesmas dibagi jumlah Kabupaten/Kota keseluruhan x 100 %.
Minimal 60% Indikator kinerja POR di Puskesmas dinyatakan dalam persentase, dengan
formula sebagai berikut :
Persentase Produk Alat Kesehatan Jumlah produk Alkes dan PKRT yang memenuhi persyaratan x 100%
(Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Jumlah produk Alkes dan PKRT yang dilakukan pengujian
Rumah Tangga (PKRT) yang
memenuhi syarat
Persentase sarana produksi Alat Jumlah sarana produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan
Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang memenuhi syarat x 100 %
Kesehatan Rumah Tangga
Jumlah sarana produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan
(PKRT) yang memenuhi cara
pembuatan yang baik Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diperiksa
(GMP/CPAKB)
2. Analisis Akuntabilitas Kinerja
1. Persentase Kab/Kota Yang Menyusun Rencana Kebutuhan Obat Target Tahun 2019
(99 %) dengan realisasi 100% dengan Capaian Kinerja 101,01%.
Mengacu pada Permenkes nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan
Katalog Elektronik (E-Catalogue) dan Permenkes No.71 tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada JKN, maka diperlukan suatu sistem monitoring dan evaluasi obat e-
catalog untuk membantu dalam pemantauan ketersediaan obat e-catalogue dalam
pemenuhan kebutuhan Obat Program JKN.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat publik di pelayanan kesehatan, maka perlu adanya Rencana
Kebutuhan Obat (RKO) yang berasal dari seluruh Dinas Kesehatan Provinsi yang dikumpulkan
dari setiap Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kota, dan dikirim melalui aplikasi e- monev Kementerian
Kesehatan (http://monevkatalogobat.kemkes.go.id).
Pengiriman RKO yang valid dan tepat waktu akan sangat berpengaruh sekali kepada pemenuhan
ketersediaan obat di tahun berikutnya, meskipun banyak faktor yang mempengaruhi tingkat ketersediaan
obat . antara lain 1. Kelancaran (tidak ada penunggakan) pembayaran pengadaan obat dari user/faskes
(Kab/Kota dan RS) ke distributor menyebabkan lancarnya pembayaran distributor ke pabrik , sehingga
pabrik bisa menyediakan bahan baku obat sesuai kebutuhan. 2.Kecepatan waktu tayang harga e katalog,
(semakin cepat tayang semakin cepat faskes melakukan pengadaan, semakin cepat obat terpenuhi).
Dari 19 Kabupaten/Kota sudah melakukan penyusunan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) melalui aplikasi
e-Monev RKO.
Bila dibandingkan dengan tahun 2016 (Target 96 %, Realisasi 100 %), Tahun 2017 ( Target 97%
Realisasi 100%),Tahun 2018 (Target 98 %, Realisasi 100 % ) sedangkan Tahun 2019 (Target 99%,
Realisasi 100 %).Hal ini menandakan kesadaran Fasilitas Kesehatan (Dinkes Kab/Kota dan Rumah Sakit)
untuk membuat RKO cukup tinggi dengan harapan ketersediaan obat dapat terpenuhi dari tahun ke tahun.
2. Persentase IFK Kab/Kota Yang Melaksanakan Manajemen Pengelolaan Obat Sesuai Standar ≥
70 %. target tahun 2019 (96 %) realisasi 100% dengan capaian kinerja 106,38%.
Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat
19
Analisis Data :
Penilaian dilakukan terhadap 2 komponen yaitu Komponen A untuk Sumber Daya dan
Komponen B untuk Pengelolaan.
Komponen Sumber Daya (A) dilakukan penilaian terhadap :
- Struktur Organisasi
- Sumber Daya Manusia : Penanggungjawab IF dan Jumlah SDM
- Biaya Operasional
- Sarana dan Prasarana
Obat-obat yang dipilih sebagai obat indikator merupakan obat pendukung program
kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit,
serta obat pelayanan kesehatan dasar esensial dan terdapat di dalam Formularium
Nasional.
No DEFINISI OPERASIONAL
INDIKATOR
Persentase Definisi Operasional :
Kab/Kota yang Persentase Kabupaten/Kota yang menerapkan Penggunaan Obat
menerapkan Rasional di Puskesmas adalah Kabupaten/Kota yang
penggunaan Puskesmasnya memiliki nilai rerata Penggunaan Obat Rasional
obat rasional di minimal ≤ 60 %.
Puskesmas
Penghitungan Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas
menggunakan Formulir Pelaporan Indikator Peresepan dengan
mengacu pada 4 (empat) parameter, yaitu :
(1) Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus
ISPA non-pneumonia,
(2) Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus
diare non-spesifik,
(3) Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia, dan
(4) Rerata item obat perlembar resep di Puskesmas, terhadap
seluruh kasus ISPA non-pneumonia, diare non-spesifik dan
Myalgia di sarana yang sama
Cara Perhitungan:
Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Penggunaan Obat
Rasional di Puskesmas dibagi jumlah Kabupaten/Kota keseluruhan
x 100 %.
Indikator kinerja POR di Puskesmas dinyatakan dalam persentase,
dengan formula sebagai berikut :
c.
Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat
26
c. Persentase Penggunaan Injeksi pada myalgia
Persentase
Jumlah
JUMLAH Kab/Kota
JUMLAH Kab/Kota
NO. KAB/KOTA KAB/KOTA YG dengan
KAB/KOTA dengan capaian
MELAPOR capaian
POR ≥60%
POR ≥60%
Kabupaten /
1 19 18 18 94,59 %
Kota
Perhitungan capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional berdasarkan rekapitulasi data capaian
Penggunaan Obat Rasional secara berjenjang mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian dilaporkan ke Kementerian Kesehatan
c.q. Direktorat Pelayanan Kefarmasian setiap tiga bulan.
Dari data diatas tampak bahwa Indikator Penggunaan Obat Rasional pada tahun 2019 yaitu “Persentase
Kabupaten/Kota yang puskesmasnya dengan capaian POR minimal ≥ 60 %, Target 2019 = 35 % dan
Realisasi 94,59 % dengan capaian 270,67 % , Ini artinya bahwa dari 19 Kab/Kota, 18 Kab Kota
capaian POR nya ≥ 60 %. Hanya 1 Kabupaten (Kepulauan Mentawai) yang tidak diketahui karena tidak
melaporkan tetapi itu sudah melampui target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Jadi Target
Persentase Nilai POR sudah tercapai bahkan dengan capaian kinerja lebih dari 200%, Hal ini
disebabkan adanya beberapa upaya yang dilakukan al :
- Melakukan sosialisasi POR kepada tenaga kesehatan dan masyarakat secara berkesinambungan.
- Selalu Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan lintas program terkait POR.
- Melakukan evaluasi terhadap capaian POR baik melalui pertemuan maupun pembinaan ke kab/kota.
6. Persentase sarana produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB).
Indikator ini target 70 % terealisasi 100%, di Sumbar terdapat 1 unit sarana Pabrik
Produsen Alkes dan PKRT dan sarana ini dilakukan inspeksi dan penilaian terhadap
penerapan CPAKB/CPPKRTB dan mendapatkan nilai 70, ini menunjukkan bahwa
sarana tersebut sudah memenuhi penerapan CPAKB/CPPKRT yang dilakukan tetapi
perlu terus perbaikan lebih lanjut agar dapat ditingkatkan untuk bisa direkomendasikan
mendapatkan sertifikat CPAKB/CPPKRTB jika bernilai diatas 80 %.
Target kegiatan yang didanai oleh Dana Dekonsentrasi Satker 07 (Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan) Tahun 2019 yang menjadi tanggungjawab pelaksanaannya di Seksi Kefarmasian
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut :
C. Sosialisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat, dan Optimalisasi AoC dalam
rangka mendukung Germas di Kabupaten Kota Provinsi
Dari permasalahan yang terdapat pada beberapa PBF yang dikunjungi, sudah
dilakukan pembinaan dan pemberian informasi kepada Pimpinan dan APJ terkait
penyimpanan dan pendistribusi obat yang memenuhi persyaratan. Begitu juga bagi
PBF yang melakukan perpindahan lokasi petugas provinsi juga melakukan
kunjungan ke PBF baru dalam rangka pemenuhan persyaratan untuk tempat
penyimpanan obat.
IV. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Total Anggaran : Rp.417.159.000,-
A. Melaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (RP.139.642.000,-
1. Anggaran : Rp 139.642.000,-
2. Realisasi Fisik : 100%
4. Permasalahan :
Tidak ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan
5. Pemecahan Masalah :
-
VI. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kegiatan Peningkatan Pengawasan Alat
Kesehatan (PKRT)
Total Anggaran Rp. 175.894.000,-
B. Melaksanakan Inspeksi Sarana produksi Alkes dan PKRT dan Sarana Penyalur Alat
Kesehatan
B.1. Inspeksi Sarana Alat Kesehatan dan PKRT ( Rp. 6.830.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 6.830.000,- (100 %)
3. Pelaksanaan :
Dilakukan kegiatan inspeksi ke sarana alat kesehatan dan PKRT yang ada di
Kabupaten Kota
4. Permasalahan :
- Masih ditemukan adanya sarana yang sudah tidak aktif/pindah
- Masih ditemukan sarana yang belum melaksanakan CDAKB secara baik.
B.3. Pemeriksaan Sarana Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan PKRT dalam
rangka pemberian sertifikat Produksi Alkes dan PKRT serta Sertifikat Distribusi Alkes
(Rp. 20.870.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 14.849.500,- (71,08 %)
3. Pelaksanaan :
a. Dilakukan kegiatan penilaian pelaksanaan CDAKB/CPKRTB ke sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan maka dilakukan perhitungan dan penilaian pada
sebanyak 18 sarana distribusi dan 1 sarana produksi untuk penilaian
CDAKB/CPPKRTB.
b. Dari 18 sarana Distribusi Alat Kesehatan dan 1 sarana produksi yang dilakukan
perhitungan penilaian pelaksanaan CDAKB/CPPKRTB maka belum ada sarana
yang bisa direkomendasikan untuk mendapatkan Sertifikat CPPKRTB atau
CDAKB ke Kementerian Kesehatan karena nilai yang didapatkan belum sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan (> 80).
4. Permasalahan :
Seluruh tenaga yang ada dapat diberdayakan dalam melaksanakan kegiatan secara baik sesuai
target yang telah ditetapkan.
KESIMPULAN
- Pelaksanaan kegiatan bersumber dana APBN pada Satker 07 Tahun Anggaran 2019 telah
dapat dilaksanakan dengan baik.
- Seluruh target perjanjian kinerja dapat dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.