Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KINERJA

DANA APBN SATKER 07


TAHUN ANGGARAN 2019
DINAS KESEHATAN PROV. SUMBAR

DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya sehingga
laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun sebagai wujud dari akuntabilitas terhadap
pelaksanaan kegiatan dan pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan yang diamanahkan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2019 yang bersumber dari dana APBN pada
Satker 07.

Pelaporan ini akan memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan
tantangan dalam pelaksanaan kegiatan, hasil yang dicapai dan berbagai bentuk saran dalam
perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan.

Sangat disadari bahwa pelaporan ini belum sempurna, sehingga saran terhadap perbaikannya sangat
dibutuhkan.

Terima kasih terhadap seluruh pihak terkait yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan dan
membantu penyelesaian laporan ini.

Semoga laporan ini bisa bermanfaat dan dapat dijadikan bahan untuk penyusunan perencanaan kerja
tahun berikutnya dan pedoman untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan ke depannya.

Padang, 31 Desember 2019


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat

Dr. Hj. Merry Yulieday, MARS.


NIP. 19730610 199503 1 002
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………... 1

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………….. 2

BAB I. PENDAHULUAN……………………………….......................………………… 3

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ……………………………………..…………… 5

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ..........................................……………………. 8

BAB IV. PENUTUP….......…………………………………………………………….. 15

LAMPIRAN …………………………………………………………………………………… 16
BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai Amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan maka


diamanatkan tentang pengamanan sediaan farmasi dan Alat Kesehatan yang kemudian diatur lebih
lanjut dalam PP No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan sediaan farmasi dan peralatan kesehatan,
maka sebagai suatu amanat aturan perundangan yang ada di Indonesia sudah diterbitkan berbagai
peraturan yang mengatur hal tersebut dan berbagai bentuk program, upaya dan kegiatan dalam
pelaksanaannya.

Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat telah ditetapkan antara lain dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan
Kebijakan Obat Nasional (KONAS). Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam
jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan
harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Salah satu tujuan
KONAS yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 189/Menkes/ SK/III/2006
adalah menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat terutama obat esensial
dengan ruang lingkup yang mencakup pembiayaan, ketersediaan serta pemerataan obat bagi
masyarakat. Akses masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu
penggunaan obat rasional, harga yang terjangkau, pembiayaan yang berkelanjutan dan sistem
pelayanan kesehatan serta suplai yang dapat menjamin ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan.Salah satu sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Rencana
Strategis 2015-2019 adalah meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi
standar dan terjangkau oleh masyarakat.
Program pengadaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin dilaksanakan sesuai amanat
KONAS sebagai upaya pembiayaan yang berkelanjutan sehingga Pemerintah dapat menjamin
ketersediaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin hingga tingkat pelayanan kesehatan dasar
(Puskesmas).
Dalam hal pengamanan peralatan kesehatan dan PKRT maka tujuan yang ingin dicapai
adalah agar segala bentuk Alkes dan PKRT yang beredar di masyarakat dan sarana pelayanan
kesehatan yang akan dimanfaatkan untuk memberikan pertolongan / pelayanan kesehatan kepada
masyarakat harus terjamin keamanan, mutu dan kemanfaatannya.

Untuk mencapai hal tersebut maka kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah
sebagai berikut :
- Pemberian perizinan terhadap sarana produksi dan distribusi Alkes dan PKRT
- Pengawasan perizinan terhadap sarana produksi dan distribusi Alkes dan PKRT
- Pemberian izin edar terhadap produk Alkes dan PKRT yang beredar
- Pengawasan terhadap produk Alkes dan PKRT yang beredar dimasyarakat
- Pengawasan Inspeksi sarana produksi dan distribusi Alkes dan PKRT dalam penerapan
CPAKB/CPPKRTB/CDAKB
- Pelaksanaan Vigilance
- Peningkatan Gerakan Masyarakat Sehat melalui peningkatan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi kepada masyarakat tentang Alkes dan PKRT yang baik dan benar.
- Menyediakan berbagai aplikasi yang dapat memberikan informasi tentang Alkes dan PKRT
dimana Kementerian Kesehatan sudah membuat berbagai aplikasi yang dapat mempermudah
masyarakat untuk mengakses informasi untuk mengetahui izin edar alat kesehatan, melaporkan
kejadian yang tidak diinginkan terhadap produk alat kesehatam yang beredar, untuk tenaga
pengelola program juga sudah ada berbagai aplikasi untuk memudahkan pengawasan terhadap
produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
- Meningkatkan kemampuan dan kapasitas petugas dalam melaksanakan tugas dalam pengawasan
terhadap perizinan, sarana maupun produk Alkes dan PKRT.

Berbagai kegiatan yang sudah dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut, namun masih
ditemukan dilapangan bahwa masih ada sarana produksi ataupun sarana distribusi Alat kesehatan
dan PKRT yang belum menjalankan Cara Produksi atau Cara Distribusi yang baik, sehingga
dikhawatirkan bahwa Alkes dan PKRT yang diproduksi dan didistribusi tidak aman, bemutu dan
bermanfaat ketika akan digunakan.

Dipasaran setelah dilakukan pengawasan juga masih ditemukan adanya produk Alkes dan PKRT
yang tidak memiliki izin edar, produk yang tidak memenuhi syarat edar sehingga tentu juga tidak
menjamin keamanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat ketika menggunakannya.
Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
dan pelimpahan kewenangan yang diterima dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
melalui dana Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2019, maka dilakukanlah berbagai bentuk kegiatan
yang secara umum bertujuan untuk menjamin keamanan, mutu dan kemanfaatan Alkes dan
PKRT ketika dimanfaatkan oleh masyarakat, kegiatan untuk meningkatkan kapasitas petugas
dalam pelaksanaan program Alkes dan PKRT dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat dalam mengenali produk Alkes dan PKRT yang aman, bermutu dan bermanfaat serta
berbagai informasi program Alkes dan PKRT.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah,mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
Negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan
pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan kebijakan, dan program dengan menyusun laporan
akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana stratejik, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja.
Laporan Akuntabilitas Kinerja disusun dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pernerintahan yang
lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, untuk mengetahui kemampuannya
dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah ini disusun berdasarkan pedoman yang ditetapkan
oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui PerMenPAN &
RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran.

B. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
- Menjamin produk Farmasi, Alkes dan PKRT yang beredar dimasyarakat terjamin keamanan
mutu dan manfaatnya.
- Menjamin terlaksananya proses produksi dan distribusi produk Farmasi, Alkes dan PKRT
sesuai manajemen pengelolaan yang baik sehingga keamanan, mutu dan kemanfaatannya
dapat terjamin ketika digunakan oleh masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Tujuan
- Meningkatkan kapasitas petugas dalam pelaksanaan program Farmasi, Alkes dan PKRT.
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengenali produk Farmasi,
Alkes dan PKRT yang aman, bermutu dan bermanfaat.
- Meningkatkan Manajemen pengelolaan Farmasi, Alkes dan PKRT yang baik disarana
produksi dan distribusi serta fasilitas pelayanan kesehatan.
- Meningkatkan diseminasi berbagai informasi program Farmasi, Alkes dan PKRT kepada
berbagai stake holder terkait.

Laporan Kinerja Satker 07 Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (089018)
memberikan informaasi yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan
seharusnya dicapai dari anggaran bersumber APBN (Dekonsentrasi)
Laporan Pertanggungjawaban Kinerja memberikan informasi kinerja yang terukur atas
kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk
peningkatan kinerja.

C. Sasaran Program dan Aspek Strategis


Sasaran Program Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Khususnya Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (Satker 07) sebagai berikut :
a. Meningkatnya Kemampuan Pengelola Obat Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat, Vaksin
dan BMHP.
b. Meningkatnya Ketersediaan Sarana Pengelolaan Obat, vaksin dan BMHP sesuai standar.
c. Meningkatnya Ketersediaan Obat, dan perbekes di faskes dasar.
d. Meningkatnya Penggunaan Obat Rasional (POR).
e. Meningkatnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program Alkes dan PKRT
f. Meningkatnya cakupan Alkes dan PKRT yang aman yang beredar dimasyarakat.
g. Meningkatnya jumlah sarana distribusi Alkes dan PKRT yang melaksanakan CDAKB
h. Meningkatnya Cara pengguna Alkes dan PKRT yang baik dan benar.
D. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Struktur Organisasi


Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat, susunan organisasi Seksi Kefarmasian dan Seksi
Alkes dan PKRT berada pada Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat yang terdiri atas:
a. Seksi Kefarmasian
b. Seksi Alkes &PKRT
c. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)

Untuk pelaksanaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Satker 07) dilakukan oleh 2 (dua)
seksi yaitu : Seksi Kefarmasian dan Seksi Alkes dan PKRT

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 52 tahun 2017 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat maka Seksi Alkes dan PKRT berada di Bidang Sumber
Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional di bidang kefarmasian, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT), Makanan dan Minuman serta sumber daya manusia kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan
di bidang Kefarmasian;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan
di bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT); dan
c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan
di bidang Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Bidang Sumber Daya Kesehatan membawahi :
a. Seksi Kefarmasian;
b. Seksi Alat Kesehatan dan PKRT; dan
c. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan;

Seksi Seksi Kefarmasian, mempunyai tugas Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, bimbingan teknisdan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pelayanan kefarmasian dan Seksi Seksi Kefarmasian mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis perencanaan dan program pelayanan
kefarmasian.
b. Pelaksanaan pelayanan administrasi, teknis pengembangan dan fasilitasi pelayanan
kefarmasian.
Dengan rincian tugas :

a. Melaksanakan dan sosialisasi pedoman dan petunjuk pelaksanaan ProgramKefarmasian;


b. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan obat , obat tradisional, kosmetika dan Makanan
danMinuman;
c. Menyusun rencana dan program kerja seksi Kefarmasian;
d. Menyusun perencanaan, dan menganalisis data kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan
Kab/Kota dan stok cadangan Provinsi (BufferStock);
e. Melakukan Pembinaan terhadap tenaga kesehatan dalam menerapkan penggunaan obat
rasional (POR), Pelayanan Kefarmasian di Sarana Farmasi Komunitas danKlinik;
f. Melakukan monitoring dan pemantauan tingkat ketersediaan obat, Penggunaan Obat
Rasional, Pelayanan Kefarmasian di sarana pelayanan kesehatanpemerintah.
g. Pembinaan dalam rangka perizinan bagi sarana farmasi ( PBF, IKOT, IOT, Kosmetika dan
Makanan dan Minuman ).
h. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap pendistribusian obat pada Pedagang Besar
Farmasi(PBF)
i. Melaksanakan penyebaran informasi dan sosialisasi tentang Penggunaan Obat,
Kosmetika, Obat tradisonal dan Makanan danMinuman.
j. Mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi laporan Penggunaan Obat, Pelayanan
Kefarmasian, Ketersediaan Obat, , Penggunaan Narkotika dan psikotropika, di Sarana
Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

k. Mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi laporan Produksi dan Distribusian obat,


Obat Tradisonal, Kosmetika dan Makanan dan Minuman di sarana produksi dan distribusi
kefarmasian.
l. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan seksiKefarmasian;
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas danfungsinya.

Seksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), mempunyai
tugas pokok : penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, pelatihan, workshop serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang alat kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Untuk melaksanakan tugas pokoknya Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis di bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
b. pelaksanaan kebijakan di bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT); dan
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT).

Uraian tugas pokok dan fungsi tersebut meliputi :


a. melaksanakan dan sosialisasi pedoman dan petunjuk pelaksanaan program Alkes dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
b. mengumpulkan data yang berkaitan dengan Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT);
c. menyusun rencana dan program kerja seksi Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT);
d. menganalisa kebutuhan Alkes dari fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah;
e. memfasilitasi izin penggunaan peralatan yang mengandung Radio Aktif ke Bapeten;
f. melakukan Pembinaan terhadap tenaga kesehatan dalam Pengelolaan Alkes dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
g. melakukan monitoring dan pemantauan Pengelolaan Alkes di sarana pelayanan kesehatan
pemerintah;
h. melakukan Pembinaan dalam rangka perizinan bagi sarana produksi dan distribusi Alkes dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
i. melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap cara produksi dan distribusi alkes dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang baik di sarana produksi dan distribusi Alkes
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
j. melaksanakan pelatihan dan workshop program alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT);
k. melaksanakan penyebaran informasi dan sosialisasi tentang Alkes dan perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT);
l. mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi laporan Produksi dan distribusi Alkes dan
perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
m. melaksanakan penyimpanan berkas kerja, data dan bahan seksi Alkes dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT);
n. membuat laporan pelaksanaan kegiatan seksi Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT); dan
o. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
E. SISTEMATIKA
Sistematika laporan kinerja Satker 07 Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
(089018) Tahun 2019 sebagai berikut :

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sasaran Program dan Aspek Strategis
D. Struktur Organisasi
E. Sistematika
Bab II Perencanaan Kinerja
Perjanjian Kinerja
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
1. Pengukuran Kinerja
2. Analisis Akuntabilitas Kinerja
B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi
C. Sumber Daya Manusia
Bab IV Penutup
Lampiran
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan
instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah
komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja
yang terukur berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Berdasarkan Perjanjian Kinerja disusunlah Alur Anggaran serta Jadwal Pelaksanaan kegiatan
Satker (07) yang terjadwal sepanjang tahun 2019 mulai bulan Januari sampai bulan Desember yang
tersusun dalan POA dan Anggaran Kas 2019.
Perjanjian Kinerja Pengelola Dana Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan (Satker 07) Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
(089018) Tahun 2019 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

No Sasaran Kegiatan Indikator Kegiatan Target


1. Peningkatan Pelayanan Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan 76 Fasyankes
Kefarmasian pelayanan kefarmasian sesuai standar

2. Peningkatan Tata Kelola obat Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota yang 1 Provinsi
Publik dan Perbekalan Melaksanakan Program Tata Kelola Obat
Kesehatan Publik dan Perbekalan Kesehatan

3. Peningkatan Produksi dan Sarana Produksi dan Distribusi sediaan 56 Sarana


Distribusi Kefarmasian Farmasi dan Pengamanan Pangan yang di bina
4. Dukungan Manajemen dan Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi 1 Provinsi
Pelaksanaan Tugas Teknis terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas
Lainnya pada Program teknis lainnya
Kefarmasian dan Alata
Kesehatan

5 Peningkatan Penilaian Alat Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Provinsi/ 281 orang
Kesehatan (Alkes) dan Kab/Kota yang terpapar tentang penggunaan
Perbekalan Kesehatan Rumah alat kesehatan dan PKRT yang tepat guna
Tangga (PKRT)
6 Peningkatan Pengawasan Alat Produk dan sarana distribusi Alat Kesehatan 21 produk
Kesehatan (Alkes) dan serta perbekalan kesehatan rumah tangga
Perbekalan Kesehatan Rumah (PKRT) yang diuji
Tangga (PKRT)
Anggaran Kegiatan
No Kegiatan Anggaran
1. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Rp. 348.481.000,-

2. Peningkatan Tata Kelola obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Rp.414.303.000,-

3. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rp.181.468.000,-

4. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Rp.417159.000,-
Kefarmasian dan Alata Kesehatan

5 Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rp.231198.000,-


Rumah Tangga (PKRT)
6 Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rp. 175.894.000,-
Rumah Tangga (PKRT)
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi


1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat kinerja yang
dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Pengukuran dimaksud merupakan hasil dari suatu
penilaian (assessment) yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan
yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.

TARGET
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN 2019(%)
1 Meningkatnya Kemampuan Pengelola Persentase Kabupaten/Kota yang menyusun
Obat Dalam Perencanaan Rencana Kebutuhan Obat dan vaksin 99
Kebutuhan Obat, Vaksin dan BMHP
2 Meningkatnya Ketersediaan Sarana Persentase IFK Kab/Kota Yang
Pengelolaan Obat, vaksin dan BMHP Melaksanakan Manajemen Pengelolaan 96
sesuai standar Obat sesuai standar
3 Meningkatnya Ketersediaan Obat, dan Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin
perbekes di faskes dasar Essensial 96

4 Meningkatnya Penggunaan Obat Persentase Kabupaten/Kota Yang


Rasional (POR) Puskesmasnya Dengan Capaian POR 85
Minimal 60%.
5 Meningkatnya Ketersediaan Produk Persentase Produk Alat Kesehatan (Alkes)
Alkes dan PKRT yang Memenuhi dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Persyaratan (PKRT) yang memenuhi syarat 86

6 Meningkatnya sarana produksi Alat Persentase sarana produksi Alat Kesehatan


Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Tangga (PKRT) yang memenuhi cara 70
yang memenuhi cara pembuatan yang pembuatan yang baik (GMP/CPAKB)
baik
Cara perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian

INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN

Persentase Kab/Kota Yang Menyusun Jumlah Kabupaten/Kota yang menyusun Rencana Kebutuhan Obat
Rencana Kebutuhan Obat melalui e-Monev Katalog dibagi dengan Jumlah Kabupaten/Kota yang
ada di Provinsi Sumatera Barat dikali
seratus persen

Persentase IFK Kab/Kota Yang Jumlah Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan Manajemen
Melaksanakan Manajemen Pengelolaan Pengelolaan Obat sesuai standar ≥ 70% dibagi dengan jumlah Instalasi
Obat Sesuai Standar Farmasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat dikali dengan
≥ 70% seratus persen

Persentase Ketersediaan Obat Dan Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n)
Vaksin Essensial Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang Melapor x jumlah total item obat
indikator × 100%

Persentase Kabupaten/Kota Yang Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Penggunaan Obat Rasional di
Puskesmasnya Dengan Capaian Por Puskesmas dibagi jumlah Kabupaten/Kota keseluruhan x 100 %.
Minimal 60% Indikator kinerja POR di Puskesmas dinyatakan dalam persentase, dengan
formula sebagai berikut :

% Capaian POR = Jumlah Persentase Capaian masing-masing


Indikator Peresepan
Jumlah komponen IndikatorPeresepan

Persentase Produk Alat Kesehatan Jumlah produk Alkes dan PKRT yang memenuhi persyaratan x 100%
(Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Jumlah produk Alkes dan PKRT yang dilakukan pengujian
Rumah Tangga (PKRT) yang
memenuhi syarat

Persentase sarana produksi Alat Jumlah sarana produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan
Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang memenuhi syarat x 100 %
Kesehatan Rumah Tangga
Jumlah sarana produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan
(PKRT) yang memenuhi cara
pembuatan yang baik Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diperiksa
(GMP/CPAKB)
2. Analisis Akuntabilitas Kinerja

1. Persentase Kab/Kota Yang Menyusun Rencana Kebutuhan Obat Target Tahun 2019
(99 %) dengan realisasi 100% dengan Capaian Kinerja 101,01%.

Mengacu pada Permenkes nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan
Katalog Elektronik (E-Catalogue) dan Permenkes No.71 tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada JKN, maka diperlukan suatu sistem monitoring dan evaluasi obat e-
catalog untuk membantu dalam pemantauan ketersediaan obat e-catalogue dalam
pemenuhan kebutuhan Obat Program JKN.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat publik di pelayanan kesehatan, maka perlu adanya Rencana
Kebutuhan Obat (RKO) yang berasal dari seluruh Dinas Kesehatan Provinsi yang dikumpulkan
dari setiap Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kota, dan dikirim melalui aplikasi e- monev Kementerian
Kesehatan (http://monevkatalogobat.kemkes.go.id).

Pengiriman RKO yang valid dan tepat waktu akan sangat berpengaruh sekali kepada pemenuhan
ketersediaan obat di tahun berikutnya, meskipun banyak faktor yang mempengaruhi tingkat ketersediaan
obat . antara lain 1. Kelancaran (tidak ada penunggakan) pembayaran pengadaan obat dari user/faskes
(Kab/Kota dan RS) ke distributor menyebabkan lancarnya pembayaran distributor ke pabrik , sehingga
pabrik bisa menyediakan bahan baku obat sesuai kebutuhan. 2.Kecepatan waktu tayang harga e katalog,
(semakin cepat tayang semakin cepat faskes melakukan pengadaan, semakin cepat obat terpenuhi).
Dari 19 Kabupaten/Kota sudah melakukan penyusunan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) melalui aplikasi
e-Monev RKO.

Jumlah Kirim RKO 2019


No Faskes %
Faskes Melalui E- Monev
1 Dinkes Kab/Kota 19 19 100
2 RS.Pemerintah 20 20 100

Bila dibandingkan dengan tahun 2016 (Target 96 %, Realisasi 100 %), Tahun 2017 ( Target 97%
Realisasi 100%),Tahun 2018 (Target 98 %, Realisasi 100 % ) sedangkan Tahun 2019 (Target 99%,
Realisasi 100 %).Hal ini menandakan kesadaran Fasilitas Kesehatan (Dinkes Kab/Kota dan Rumah Sakit)
untuk membuat RKO cukup tinggi dengan harapan ketersediaan obat dapat terpenuhi dari tahun ke tahun.
2. Persentase IFK Kab/Kota Yang Melaksanakan Manajemen Pengelolaan Obat Sesuai Standar ≥
70 %. target tahun 2019 (96 %) realisasi 100% dengan capaian kinerja 106,38%.
Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat
19

Analisis Data :
Penilaian dilakukan terhadap 2 komponen yaitu Komponen A untuk Sumber Daya dan
Komponen B untuk Pengelolaan.
Komponen Sumber Daya (A) dilakukan penilaian terhadap :
- Struktur Organisasi
- Sumber Daya Manusia : Penanggungjawab IF dan Jumlah SDM
- Biaya Operasional
- Sarana dan Prasarana

Komponen Pengelolaan (B) dilakukan penilaian terhadap :


- Perencanaan
- Penerimaan
- Penyimpanan
- Distribusi
- Pencatatan dan Pelaporan
- Pemusnahan
- Pengembangan Kompetensi

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


20

Realisasi Indikator persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standard ≥ 70 % tahun 2019 sebesar 100%,
melebihi target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019 yaitu sebesar 96 % .Bila
dibandingkan dengan tahun 2018 ( Target 94 %, Realisasi 100 %) , Tahun 2017 (Target 92 %, Realisasi
90 %). Terlihat bahwa realisasi tetap 100% ditahun 2019 Hal ini disebabkan karena semua IFK ( 100
%) di tahun 2019 sudah lengkap semua komponen diatas yaitu komponen SDM maupun komponen
pengelolaan dengan total skor nilai ≥ 70 % .

3. Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin Essensial tahun 2019 target 96 %


realisasi 98,7 % dengan capaian kinerja 111,28 %

a. Dasar pemilihan Puskesmas


Puskesmas yang melaporkan data ketersediaan obat dan vaksin adalah seluruh Puskesmas
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2019 sebanyak 275 Puskesmas.
b. Dasar Pemilihan Item Obat Indikator

Obat-obat yang dipilih sebagai obat indikator merupakan obat pendukung program
kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit,
serta obat pelayanan kesehatan dasar esensial dan terdapat di dalam Formularium
Nasional.

c. Item Obat Indikator


NO NAMA OBAT BENTUK
1 Albendazol Tablet
2 Amoxicillin 500 mg Tablet
3 Amoxicillin Syrup
4 Deksametason 0,5 mg Tablet
5 Diazepam inj 5 mg/mL Injeksi
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi
8 Furosemid 40 mg / Hidroklorotiazid Tablet
9 Garam oralit Serbuk
10 Glibenklamid / Metformin Tablet
11 Kaptopril Tablet
12 Magnesium Sulfat 20 % Injeksi
13 Metilergometrin Maleat 0,200 mg-1 ml Injeksi
14 Obat Anti Tuberculosis dewasa Tablet
15 Oksitosin Injeksi
16 Parasetamol 500 mg Tablet

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


21

17 Tablet Tambah Darah Tablet
18 Vaksin BCG Injeksi
19 Vaksin DPT-HB-Hib Injeksi
20 Vaksin Td Injeksi

Realisasi indikator Persentase Ketersediaan Obat dan vaksin esensial

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


22

Dari tabel diatas terlihat bahwa :
Realisasi indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin esensial tahun 2019 sebesar 98,70 %,
melebihi target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019 yaitu sebesar 94 %.. Bila
dibandingkan dengan data realisasi Tahun 2018 , Target = 94 , Realisasi = 98%, terlihat adanya sedikit
peningkatan ketersediaan obat , hal ini disebabkan karena adanya perbaikan sistim yang menunjang
dalam proses pemenuhan ketersediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari hulu sampai
kehilir, seperti waktu dan validasi data RKO, waktu tayang harga e-katalog, koordinasi antara pabrik,
LKPP, Ditjen Farmalkes dan distributor yang ada di e-katalog.
Disamping itu ada beberapa upaya yang dilakukan dalam rangka pemenuhan ketersediaan 20 item obat
indikator tesebut yaitu :
1. Meningkatkan kepatuhan Puskesmas dalam mengirimkan laporan tepat waktu.
2. Meningkatkan peran IFK Kabupaten/Kota untuk memantau ketersediaan Obat dan Vaksin Essensial
di Puskesmas.
3. Meningkatkan Koordinasi dengan Pengelola Program Pelayanan Kesehatan Dasar, Program
KIA & Gizi serta Pengelola Program P2 P (TB dan Immunisasi) untuk selalu memantau dan
memonitor ketersediaan Obat indikator 20 item di Puskesmas baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Puskesmas.
4. Jumlah Kabupaten/Kota Yang Puskesmasnya Dengan Capaian POR Minimal 60% . Target =
35 % , Realisasi = 94,74 %, Capaian Kinerja =270,67 %

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


23

Defenisi operasional Indikator Penggunan Obat Rasional

No DEFINISI OPERASIONAL
INDIKATOR
Persentase Definisi Operasional :
Kab/Kota yang Persentase Kabupaten/Kota yang menerapkan Penggunaan Obat
menerapkan Rasional di Puskesmas adalah Kabupaten/Kota yang
penggunaan Puskesmasnya memiliki nilai rerata Penggunaan Obat Rasional
obat rasional di minimal ≤ 60 %.
Puskesmas
Penghitungan Persentase Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas
menggunakan Formulir Pelaporan Indikator Peresepan dengan
mengacu pada 4 (empat) parameter, yaitu :
(1) Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus
ISPA non-pneumonia,
(2) Persentase penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus
diare non-spesifik,
(3) Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia, dan
(4) Rerata item obat perlembar resep di Puskesmas, terhadap
seluruh kasus ISPA non-pneumonia, diare non-spesifik dan
Myalgia di sarana yang sama

Cara Perhitungan:
Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Penggunaan Obat
Rasional di Puskesmas dibagi jumlah Kabupaten/Kota keseluruhan
x 100 %.
Indikator kinerja POR di Puskesmas dinyatakan dalam persentase,
dengan formula sebagai berikut :

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


24

% 𝑃𝑂𝑅
Jumlah persentase capaian masing − masing indikator Peresepan
=
Jumlah komponen indikator Peresepan

!"" !"" !"" !


100 − a X + 100 − b X + 100 − c X + 100 − d X ]
!" !" !! !,!
=
4
Keterangan :
a. Persentase Penggunaan antibiotik pada ISPA non
pneumonia (angka riil)
b. Persentase Penggunaan antibiotik pada Diare non Spesifik
(angka riil)
c. Persentase Penggunaan injeksi pada Myalgia (angka riil)
d. Rerata item obat per lembar resep X 100 %
4
Batas toleransi bagi masing-masing indikator sebagai berikut:
1. Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA
non-pneumonia: 20 %
2. Penggunaan antibiotik pd penatalaksanaan kasus diare
non-spesifik: 8 %
3. Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia:
1%
4. Rerata item obat perlembar resep: 2,6

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


25

HASIL CAPAIAN

a. Persentase Penggunaan Antibiotika pada Ispa Non Pneumonia

b. Persentase Penggunaan Antibiotika pada Diare Non Spesifik

c.
Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat
26

c. Persentase Penggunaan Injeksi pada myalgia

d. Rerata item resep pada satu lembar resep

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


27

e . Rekapitulasi Capaian Nilai POR

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


28

Kondisi yang dicapai :

Persentase
Jumlah
JUMLAH Kab/Kota
JUMLAH Kab/Kota
NO. KAB/KOTA KAB/KOTA YG dengan
KAB/KOTA dengan capaian
MELAPOR capaian
POR ≥60%
POR ≥60%

Kabupaten /
1 19 18 18 94,59 %
Kota

Perhitungan capaian Indikator Penggunaan Obat Rasional berdasarkan rekapitulasi data capaian
Penggunaan Obat Rasional secara berjenjang mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian dilaporkan ke Kementerian Kesehatan
c.q. Direktorat Pelayanan Kefarmasian setiap tiga bulan.

Indikator Penggunaan Obat Rasional merupakan indikator yang terdiri


dari komponen Penggunaan Antibiotika pada ISPA Non Pneumonia, Penggunaan Antibiotika pada Diare
Non Spesifik, Penggunaan Injeksi pada Myalgia dan Rerata Jumlah R/ dalam satu lembar Resep.
Masing-masing komponen indikator dihitung terhadap jumlah kasus ISPAnon-pneumonia, diare non-
spesifik dan myalgia yang diambil di sarana yang sama, dengan menggunakan rumus tertentu.

Dari data diatas tampak bahwa Indikator Penggunaan Obat Rasional pada tahun 2019 yaitu “Persentase
Kabupaten/Kota yang puskesmasnya dengan capaian POR minimal ≥ 60 %, Target 2019 = 35 % dan
Realisasi 94,59 % dengan capaian 270,67 % , Ini artinya bahwa dari 19 Kab/Kota, 18 Kab Kota
capaian POR nya ≥ 60 %. Hanya 1 Kabupaten (Kepulauan Mentawai) yang tidak diketahui karena tidak
melaporkan tetapi itu sudah melampui target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Jadi Target
Persentase Nilai POR sudah tercapai bahkan dengan capaian kinerja lebih dari 200%, Hal ini
disebabkan adanya beberapa upaya yang dilakukan al :
- Melakukan sosialisasi POR kepada tenaga kesehatan dan masyarakat secara berkesinambungan.
- Selalu Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan lintas program terkait POR.
- Melakukan evaluasi terhadap capaian POR baik melalui pertemuan maupun pembinaan ke kab/kota.

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


29

5. Persentase Produk Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) yang memenuhi syarat
Indikator ini target 86% Realisasi 88,6 %. Masih ditemukan adanya produk PKRT yang
tidak memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu produk pembersih lantai/WC yang
koefisien fenolnya dibawah standar yang ditetapkan, perlu peningkatan dalam
pemeriksaan produk alkes dan PKRT karena banyaknya macam dan jenis produk
sehingga perlu pemeriksaan lebih banyak agar bisa didapatkan data yang lebih
representatif tentang kondisi produk Alkes dan PKRT yang beredar dimasyarakat. Belum
ada kegiatan pemeriksaan produk Alkes dan PKRT ni di Kabupaten Kota sehingga perlu
upaya replikasi kegiatan di Kabupaten/Kota untuk meningkatkan keterperiksaan produk
Alkes dan PKRT yang beredar dimasyarakat.

6. Persentase sarana produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB).
Indikator ini target 70 % terealisasi 100%, di Sumbar terdapat 1 unit sarana Pabrik
Produsen Alkes dan PKRT dan sarana ini dilakukan inspeksi dan penilaian terhadap
penerapan CPAKB/CPPKRTB dan mendapatkan nilai 70, ini menunjukkan bahwa
sarana tersebut sudah memenuhi penerapan CPAKB/CPPKRT yang dilakukan tetapi
perlu terus perbaikan lebih lanjut agar dapat ditingkatkan untuk bisa direkomendasikan
mendapatkan sertifikat CPAKB/CPPKRTB jika bernilai diatas 80 %.

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


30

Indikator Kinerja Kegiatan APBN Satker 07

Target kegiatan yang didanai oleh Dana Dekonsentrasi Satker 07 (Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan) Tahun 2019 yang menjadi tanggungjawab pelaksanaannya di Seksi Kefarmasian
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut :

No Sasaran Kegiatan Indikator Kegiatan Target Realisasi Persen


tase
1. Peningkatan Tenaga Kefarmasian 76 Fasyankes 76 Fasyankes 100%
Pelayanan yang mampu dalam
Kefarmasian melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai
standar

2. Peningkatan Tata Dinas Kesehatan 1 Provinsi 1 Provinsi 100%


Kelola obat Publik Provinsi dan Kab/Kota
dan Perbekalan yang Melaksanakan
Kesehatan Program Tata Kelola
Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan
3. Peningkatan Sarana Produksi dan 56 Sarana 56 Sarana 100%
Produksi dan Distribusi sediaan
Distribusi Farmasi dan
Kefarmasian Pengamanan Pangan
yang di bina
4. Dukungan Layanan perencanaan, 1 Provinsi 1 Provinsi 100%
Manajemen dan konsolidasi dan evaluasi
Pelaksanaan Tugas terhadap manajemen
Teknis Lainnya pada dan pelaksanaan tugas
Program teknis lainnya
Kefarmasian dan
Alata Kesehatan

5 Peningkatan Tenaga Kesehatan dan 281 orang 281 orang 100%


Penilaian Alat Masyarakat di Provinsi/
Kesehatan (Alkes) Kab/Kota yang terpapar
dan Perbekalan tentang penggunaan alat
Kesehatan Rumah kesehatan dan PKRT
Tangga (PKRT) yang tepat guna
6 Peningkatan Produk dan sarana 21 produk 35 produk 166%
Pengawasan Alat distribusi Alat 22 Sarana
Kesehatan (Alkes) Kesehatan serta
dan Perbekalan perbekalan kesehatan
Kesehatan Rumah rumah tangga (PKRT)
Tangga (PKRT) yang diuji

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


31

Dapat kita lihat bahwa Pelaksanaan kegiatan APBN pada Seksi Kefarmasian terealisasi sesuai
Target (100%), bahwa dalam kegiatan pertemuan dapat terlaksana dengan baik dan dihadiri oleh
seluruh perwakilan Kabupaten/Kota, serta seluruh Sarana Distribusi Kefarmasian dapat terbina
dengan baik.

B. Realisasi Anggaran Satker Dekonsentrasi (07)

Realisasi Persentase Persenta


No Kegiatan Anggaran
Keuangan Keuangan se Fisik
1. Peningkatan Pelayanan Rp. 348.481.000,- Rp. 339.295.335,- 97,36 100
Kefarmasian

2. Peningkatan Tata Kelola Rp.414.303.000,- Rp.368.005.900,- 88,83 100


obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan

3. Peningkatan Produksi Rp.181.468.000,- Rp.141.111.000,- 77,76 100


dan Distribusi
Kefarmasian
4. Dukungan Manajemen Rp.417.159.000,- Rp.378.115.935,- 90,94 100
dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya pada
Program Kefarmasian
dan Alata Kesehatan
1. Peningkatan Penilaian Rp. 226.708.700,- 98,06 100
Alat Kesehatan (Alkes) Rp. 231.198.000,-
dan Perbekalan
Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT)
2. Peningkatan Pengawasan Rp. 175.894.000,- Rp. 163.553.566,- 92,98 166
Alat Kesehatan (Alkes)
dan Perbekalan
Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT)

I. Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian


Total anggaran Rp. 348.481000,-, terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
A. Meningkatkan kemampuan SDM dalam Implementasi Fornas dan Analisis
Farmakoekonomi di Rumah Sakit (Rp. 129.979.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 125.956.800,- (96,91 %)

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


32

3. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Workshop dilaksanakan di Hotel Rocky Padang.
b. Kegiatan dihadiri sebagai peserta adalah : Komite Medik/Dokter, Komite Farmasi
dan Terapi dan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Kab/Kota dan RSU Provinsi, IDI
Wilayah, IAI Wilayah,
c. Nara Sumber : Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat, Narasumber Pakar dari Perguruan Tinggi dan Narasumber dari
Rumah Sakit referensi yang telah menerapkan Implementasi Fornas.
4. Permasalahan :
Dalam penerapan Implementasi Fornas di Rumah Sakit terdapat kendala bahwa
para dokter masih mengunakan obat diluar fornas karena faktor kebiasaan dan
fanatik terhadap merek tertentu yang dianggap lebih berkhasiat.
5. Pemecahan Masalah :
Harus ada dukungan dari manajemen Rumah Sakit agar Implementasi Fornas di
Rumah Sakit dapat dilakukan secara maksimal, dukungan mungkin berupa
Reward n Funishman terhadap tenaga medis yang melaksanakan implementasi
Fornas dalam peresepan obat kepada pasien.

B. Pembekalan Tenaga Kefarmasian dalam melaksanakan Pelayanan Kefarmasian


sesuai Standar dan Penggunaan Obar Rasional di Puskesmas (Rp. 74.458.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 73.701.200,- (98,98 %)
3. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Workshop dilaksanakan di Hotel Rocky Padang.
b. Peserta Tenaga Kefarmasian Puskesmas Se Kota Padang dan Penangungjawab
Pelayanan Kefarmasian di Kabupaten/Kota.
c. Nara Sumber : Direktorat Pelayanan Kefarmasian dan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat.
4. Permasalahan :
Dalam melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar dan Penggunaan
Obar Rasional di Puskesmas terdapat beberapa kendala antara lain adalah faktor
kebiasaan Tenaga Medis Puskesmas meresepkan Obat yang tidak rasional
terutama Antibiotika dan juga pemahaman pasien bahwa kalau berobat ke
puskesmas itu makin banyak obat makin cepat sembuh.
5. Pemecahan Masalah :
Harus dilakukan sosialisasi dan pemahaman kepada tenaga medis puskesmas
secara berkesinambungan tentang pentingnya pemakaian obat rasional untuk
menekan Resistensi antibiotika dan pemborosan dalam pemakaian obat, begitu
juga kepada pasien/ masyarakat melalui Gerakan Cerdas Menggunakan Obat
(Gema Cermat).

C. Sosialisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat, dan Optimalisasi AoC dalam
rangka mendukung Germas di Kabupaten Kota Provinsi

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


33

a. Sosialisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat dan Optimalisasi AoC
dalam rangka Mendukung Germas di Kab/Kota/ Provinsi (Rp. 106.875.000)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp 103.758.335,- (97,08%)
3. Pelaksanaan :
a. Dilakukan kegiatan Sosialisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat
dan Optimalisasi AoC dalam Rangka Mendukung Germas di laksanakan
di Kabupaten Solok selama 2 hari pada tanggal 16-17 September 2019.
b. Peserta terdiri dari Apoteker (AoC) 25 orang, unit lain di Dinas Kesehatan
Kab Solok 19 Orang , Kader Posyandu 40 orang, dan Tokoh Masyarakat
lainnya (PKK, Bundo Kanduang, dan Organisasi Profesi) 41 orang, Total
100 orang Masyarakat.
c. Narasumber berasal dari narasumber pusat dari Direktorat Pelayanan
Kefarmasian Kemkes RI, narasumber lokal dari Dinkes Provinsi dan
Dinkes kab. Solok, dan Apoteker Master AoC.
d. Hari pertama diisi dengan materi pembekalan untuk Apoteker AoC, hari
kedua berisi materi tentang Gema Cermat seperti DAgusibu,
Penggolongan Obat, dan Penggunaan Obat Rasional pada Masyarakat.
4. Permasalahan :
a. Belum aktifnya AoC yang ada di Kabupaten Solok
b. Masih kurangnya pemahaman dan minat masyarakat tentang pentingnya
Germas
5. Pemecahaan Masalah :
a. Tingkatkan peran AoC dalam pelaksanaan Germas
b. Membentuk kader-kader di masyarakat sebagai perpanjangan tangan AoC
yang menjangkau sampai ke nagari-nagari.

b. Evaluasi Pelaksanaan dan Optimalisasi Gema Cermat di Kab/Kota yang


telah Tersosialisasi (Rp.37.169.000)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp 35.879.000,- (96,53%)
3. Pelaksanaan :
a. Dilakukan kegiatan Evaluasi Pelaksanaan dan Optimalisasi Gema Cermat di
Kab/Kota selama 2 hari pada tanggal 14-15 Oktober 2019 di hotel Grand Zuri
Padang.
b. Peserta berjumlah 29 orang dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 8
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah tersosialisasi Gema Cermat yaitu
1. Dinas Kesehatan Kota Padang
2. Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


34

3. Dinas Kesehatan Kota Pariaman
4. Dinas Kesehatan Kota payakumbuh
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Agam
6. Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
7. Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar
8. Dinas Kesehatan Kabupaten Solok
terdiri dari Kepala Seksi Dinas Kesehatan Kab/Kota yang membawahi seksi
kefarmasian, Apoteker AoC dan Pengelola Kefarmasian/Apoteker Puskesmas
c. Narasumber berasal dari narasumber pusat, narasumber lokal dari Dinkes
Provinsi, apoteker Master AoC.
d. Dari Evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan Gema Cermat di
Kab/Kota, sebagian besar sudah melaksanakan Gema Cermat dengan baik
namun masih perlu ditingkatkan frekuensi pelaksanaannya di masyarakat.
Dari evaluasi diketahui juga belum ada indikator yang memadai untuk
mengukur keberhasilan Gema Cermat yang sudah dilakukan.
4. Permasalahan :
a. Masih banyak AoC yang belum aktif melaksanakan Gema Cermat
b. Kurangnya anggaran dari Pemda setempat
c. Kurangnya SDM dari Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam melaksanakan dan
memantau kegiatan Gema Cermat
5. Pemecahaan Masalah :
a. Tingkatkan peran AoC dalam pelaksanaan Germas, dan secara kuntinuitas
melaksanakan pertemuan antar AoC dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan mencari solusi permasalahan pelaksanaan Gema Cermat
b. Mensosialisasikan Gema Cermat dengan menumpang pada kegiatan lain
seperti kegiatan Promkes, dll
c. Meminta dukungan Pemda untuk penyediaan anggaran
d. Menambah SDM
e. Melakukan evaluasi keberhasilan pelaksanaan Gema Cermat.

II. Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan


Total anggaran Rp. 414.303.000,-, terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
A. Meningkatkan Kapasitas SDM dalam pengelolaan Vaksin dan Penerapan E-
Logistik di Instalasi Farmasi Provinsi/Kabupaten/Kota (Rp. 83.860.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 83.520.000,- (99,59 %)
3. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Workshop dilaksanakan di Hotel Daima Padang.

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


35

b. Kegiatan dihadiri oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Pengelola E-Logistik
Kab/Kota.
c. Nara Sumber : Dari Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Kemenkes RI, Operator E-Logistik Farmalkes, Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat dan Kab. Kota yang telah menerapkan E-Logistik dengan baik
dalam rangka berbagi pengalaman.
4. Permasalahan :
Dalam Penerapan Aplikasi E- Logistik di Kab/Kota masih banyak terkendala
Sumber Daya Manusia yang kompeten di bidang IT, sehingga masih belum dapat
dimanfaatkan oleh Instalasi Farmasi Kab/Kota secara maksimal, juga masih ada
yang beranggapan aplikasi ini rumit tidak praktis seperti yang diharapkan.
5. Pemecahan Masalah :
Pengadaan SDM yang kompeten dibidang IT dan Penyederhanaan item dan sistem
di dalam Aplikasi.

B. Workshop E-Monev Katalog dalam Mendukung Perencanaan Kebutuhan Obat


(RKO) dan SIPNAP untuk unit Layanan (Rp. 115.798.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 115.693.000,- (99,91 %)
3. Pelaksanaan :
a. Kegiatan Workshop dilaksanakan di Hotel Daima Padang.
b. Peserta yang hadir adalah : Kepala Instalasi Farmasi dan Petugas Penyusun
Rencana Kebutuhan Obat dan Seksi Kefarmasian/ Petugas Sistim Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) Kab/Kota Se Sumatera Barat.
c. Nara Sumber : Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat
Produksi dan Distribusi Kefarmasian, dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat..
4. Permasalahan :
Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Relatif tidak ada permasalahan,
untuk pengadaan terdapat permasalahan keterlambatan dalam pengiriman obat
yang telah dipesan secara E-Purchasing, sehingga pembayaran mepet ke akhir
tahun dan kadang ada beberapa item obat yang tidak dapat dpenuhi oleh Pabrikan
walaupun tayang di E-Katalog.
Dalam pelaporan SIPNAP permasalahn timbul karena ketidakdisiplinan unit
layanan (Apotik/Puskesmas) dalam pelaporan sehingga laporan tidak Up to date.
5. Pemecahan Masalah :
Dalam pengiriman obat yang sudah dipesan melalui E-Purchasing agar dilakukan
lebih awal dan jika memang ada item obat yang tidak dapat diproduksi agar
secepatnya ditarik / diturun tayangkan di E-Catalog agar tidak terjadi pemutusan
Kontrak/Cut off.

C. Melaksanakan Monitoring Ketersediaan Obat dan Vaksin serta hasil Capaian


Program Kefarmasian di Fasyankes (87.070.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 79.644.000,- (91,47 %)
Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat
36

3. Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang ada di Sumatera Barat yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah
yang ada di Sumatera Barat, Menggali informasi tentang permasalahan dalam
ketersediaan obat dan permasalahan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian,
selanjutnya memberikan pembinaan dan arahan terhadap permasalahan yang ada.
4. Permasalahan :
Untuk ketersediaan obat terdapat permasalahan ketersediaan obat jiwa yang sangat
minim sementara Pemesanan lewat E-Purchasing tidak dapat dipenuhi oleh
distributor sesuai jadwal, Dalam pelayanan kefarmasian permasalah adalah
keterbatasan SDM terutama Apoteker yang belum seluruh Puskesmas
mempunyainya.
5. Pemecahan Masalah :
Dalam pengiriman obat yang sudah dipesan melalui E-Purchasing agar dilakukan
lebih awal dan jika memang ada item obat yang tidak dapat diproduksi agar
secepatnya ditarik / diturun tayangkan di E-Catalog agar tidak terjadi pemutusan
Kontrak/Cut off.
Permasalahan Kekurangan SDM, tentu harus di adakan SDM sesuai kebutuhan

D. Membiayai Pendistribusian dan Pengemasan Kembali Obat dan Perbekalan


Kesehatan di Instalasi Farmasi (127.575.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 89.148.900,- (69,88 %)
Realisasi Keuangan lebih rendah karena dalam penganggaran ada anggaran
Transportasi ke Kabupaten/Kota, sementara transportasi dalam distribusi Obat
dan Perbekalan Kesehatan menggunakan Mobil Box Dinas Kesehatan.
3. Pelaksanaan :
Kegiatan Pendistribusian Obat Program dan Obat Buffer serta perbekalan
Kesehatan dilakukan ke seluruh Instalasi Farmasi Kab/Kota di Sumatera Barat
secara bergiliran selama tahun 2019, dilakukan per semester untuk masing-masing
Kabupaten/Kota.
4. Permasalahan :
Relatif tidak ada permasalahan.

III. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian


Total Anggaran : Rp. 181.468.000,-
A. Peningkatan Kemampuan SDM dalam Melakukan Monitoring Perizinan Sarana
Produksi dan Distribusi Kefarmasian (91.178.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100 %
2. Realisasi Keuangan : Rp. 90.468.000,-(99,22%)
3. Pelaksanaan Kegiatan :
a. Pertemuan dilaksanakan tanggal 20-22 Nov 2019 di Hotel Rocky Padang.

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


37

b. Pertemuan ini diikuti 73 orang peserta yang terdiri dari Seksi Kefarmasian Dinas
Kesehatan Kab/Kota, Dinas PM-PTSP Kab/Kota, Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang ada di Sumatera Barat.
c. Nara Sumber berasal dari Direktorat Jenderal Produksi dan Distribusi Kefarmasian,
Dinas PM –PTSP Prov.Sumbar, Badan POM Padang, Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat
4. Permasalahan :
Dari Pertemuan didapatkan permasalahan pada PBF terutama berkaitan dengan
pendaftaran melalui OSS dan E Lisencing dan sistim pelaporan.
5. Pemecahan Masalah :
a. Disarankan kepada Kab/Kota agar melakukan pengurusan perizinan Sarana
Produksi dan Distribusi Kefarmasian melalui system OSS dan berkoordinasi
dengan PTSP
b. Untuk PBF Pusat maupun cabang yang belum melakukan pemutakhiran data
melalui e Lisencing supaya melakukan pendaftaran segera.
c. Untuk PBF yang belum melakukan pelaporan melalui e report PBF agar segera
menindaklanjuti dan melengkapi pelaporannya.

B. Kegiatan Monitoring Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian(Rp


90.290.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100 %
2. Realisasi Keuangan : Rp. 50.643.000,-(56,09%)
Realisasi Keuangan lebih rendah karena akun perjalanan Dinas dalam penganggaran
untuk ke seluruh Kabupaten/Kota sementara PBF dan Srana Distribusi Farmasi
berada di ibukota Provinsi.
3. Pelaksanaan Kegiatan :
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2019.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dilakukan dengan mengunjungi 40 PBF dan 9
UMOT di Kabupaten Kota.
Dari hasil Monev di dapatkan permasalahan :
I.Pedadang Besar Farmasi (PBF)
Dari 40 PBF yang dikunjungi ada beberapa PBF yang masih belum memenuhi
persyaratan antara lain :
1. Masih ada PBF yang belum memiliki ruang transit khusus untuk penerimaan
Obat
2. Masih ada PBF melakukan penyimpanan produk tidak sesuai dengan persyaratan
suhu
Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat
38

3. Masih ada PBF yang menyimpan produk OOT bercampur dengan produk yang
rusak
4. Masih ada PBF dalam pengadministrasian keluar masuk obat terdapat
ketidaksesuaian dengan fisik obat yang ada
5. Masih ada PBF dalam rotasi stok obat tidak menerapkan system FEFO
6. Masih ada PBR tidak melakukan pemeriksaan terhadap No. Batch pada saat
penerimaan obat
7. Masih ada PBF yang tidak melakukan verifikasi oleh APJ terhadap SP yang
dapat dilayani
9. Masih ada PBF yang menyimpan produk rusak dan kadaluarsa tidak dalam
ruangan terkunci
10 Masih ada PBF yang melakukan penyaluran obat ke sarana Apotek tidak berizin
11. Masih ada PBF yang belum mempunyai program pelatihan karyawan dan belum
tersedia
dokumentasi pelatihan karyawan

Dari permasalahan yang terdapat pada beberapa PBF yang dikunjungi, sudah
dilakukan pembinaan dan pemberian informasi kepada Pimpinan dan APJ terkait
penyimpanan dan pendistribusi obat yang memenuhi persyaratan. Begitu juga bagi
PBF yang melakukan perpindahan lokasi petugas provinsi juga melakukan
kunjungan ke PBF baru dalam rangka pemenuhan persyaratan untuk tempat
penyimpanan obat.

II. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)


Dari 9 UMOT yang dikunjungi ada beberapa yang masih belum memenuhi
perrsyaratan antara lain :
1. Masih ada tempat produksi yang tidak memenuhi persyaratan.
2. Masih kurangnya informasi mengenai pengurusan izin secara OSS melalui PTSP
sehingga pelaku usaha terkendala dalam mendapatkan izin usahanya
3. Masih ada pelaku usaha yang tidak menggunakan tenaga teknis (AA) dalam
melaksanakan usahanya .
Dari permasalahan yang ditemui di lapangan, sudah dilakukan pembinaan dan
pemberian informasi kepada pemilik usaha dan untuk usaha yang belum mengurus
izin atau perpanjangan izin diminta untuk segera melakukan pengurusan izinnya.

IV. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Total Anggaran : Rp.417.159.000,-
A. Melaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (RP.139.642.000,-
1. Anggaran : Rp 139.642.000,-
2. Realisasi Fisik : 100%

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


39

3. Realisasi Keuangan : Rp 118.777.823,- (85,06%)
4. Pelaksanaan :
Dilakukan kegiatan Rapat Koordinasi Nasional selama 4 hari di Provinsi
Lampung pada Bulan Maret 2019 yang dihadiri 24 orang kabid / Kasi yang
membidangi Kefarmasian Kab/Kota Se Sumatera Barat dan Perwakilan dari
Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Barat
5. Permasalahan :-
6. Pemecahaan Masalah : -

B. Melaksanakan Reviu Dana Alokasi Khusus (DAK) Sub Bidang Pelayanan


Kefarmasian dan Reviu Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alkes
1. Anggaran : Rp 81.378.000,-
2. Realisasi Fisik : 100%
3. Realisasi Keuangan : Rp 80.693.000,- (99,16%)
4. Pelaksanaan :
a. Dilakukan kegiatan Reviu Dana Alokasi Khusus (DAK) Sub Bidang
Pelayanan Kefarmasian dan Reviu Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alkes
pada tangga 20-22 Agustus 2019 di Hotel Grand Zuri Padang
b. Narasumber dari Sesditjen Kefarmasian Kemkes RI, Bappeda Provinsi
Sumbar dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
c. Metode pertemuan berupa ceramah, dan diskusi tanya jawab.
d. Materi pertemuan yaitu : Perencanaan Pengganggaran DAK Bidang
Kesehatan di Sumatera Barat, Evaluasi Perencanaan dan Pelaksanaan DAK
SubBidang Pelayanan Kefarmasian, Peningkatan Kualitas Data dan Informasi
Berbasis Sistem Informasi Elektronik, Rencana Pengembangan Tenaga
Kesehatan, Manajemen Data Kefarmasian, serta pemutakhiran data SIMADA.
5. Permasalahan :
a. Realisasi dana DAK masih rendah, salah satunya karena masih banyak
pengadaan kegitan fisik berupa obat belum realisasi.
b. Data yang ada dalam SIMADA belum update
c. Kurangnya tenaga SDM sebagai penanggung jawab input data di SIMADA
6. Pemecahaan Masalah :
a. Mempercepat realisasi pengadaan obat di kab/kota
b. Update data SIMADA dengan pelaksanaan Desk pemutakhiran SIMADA
c. Menyediakan data yang update dari pengelola program untuk mempermudah
penginputan data.
d. Menunjuk satu orang staf sebagai penanggung jawab pengelola data SIMADA
di masing-masing Kab/Kota

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


40

C. Memberikan Dukungan Administrasi kegiatan Dekonsentrasi Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
a. Memberikan Dukungan Administrasi Kegiatan Dekonsentrasi Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Rp. 194.136.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp 177.425.112,- (91,39%)
3. Pelaksanaan :
a. Dilakukan belanja Honor Operasional Satuan Kerja setiap bulan
b. Dilakukan belanja bahan dan belanja Persediaan barang konsumsi dengan
jumlah memadai.
c. Dilakukan konsultasi ke Pusat sebanyak 3 kali dengan total 10 orang
d. Diikuti pertemuan ke pusat sebanyak 2 kali dengan total 2 orang
4. Permasalahan :-
5. Pemecahaan Masalah : -

b. Pelaksanaan FGD dalam rangka Monitoring dan Evaluasi Terpadu dengan


Pusat (2.003.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp 1.220.000,- (60,91%)
3. Pelaksanaan :
a. Dilaksanakan FGD dengan pusat pada tanggal 3 Mei 2019 di Aula Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
b. Peserta yang hadir berjumlah 20 orang berasal dari Sesditjen Farmalkes
Kemkes RI, Sekretaris Dinkes Prov Sumbar, Seksi Kefarmasian, Seksi Alkes
dan PKRT, Seksi SDMK, dan Subbag HKU.
c. Permasalahan yang dibahas mengenai Penilaian Angka kredit Apoteker dan
TTK, penggunaan dana DAK, permasalahan pelaporan, prosedur perizinan
berusaha terutama terkait OSS, dan permasalahan dalam penggunaan Aplikasi
SAS, SAIBA, E-rekon, dll.
4. Permasalahan :-
5. Pemecahaan Masalah : -

V. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kegiatan Peningkatan Penilaian Alat


Kesehatan (Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Total Anggaran : Rp. 231.198.000,-
A. Melaksanakan Workshop Peningkatan penggunaan Alat Kesehatan Dalam Negeri
Dalam Implementasi Instruksi Presiden (Rp. 83.478.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2 Realisasi Keuangan : Rp. 79.692.200,- (95,5 %)
3 Pelaksanaan :

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


41

a. Kegiatan Workshop dilaksanakan di Hotel Grand Zuri.
b. Kegiatan dihadiri oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Sarana Distribusi
Alat Kesehatan
c. Nara Sumber : Kasubid Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT dan Kasi
Penilaian Alkes dan PKRT
4 Permasalahan :
a. TerdapatDinkes Kab/Kota yang tidak menghadiri acara karena adanya
kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan.
5 Pemecahan Masalah :
-

B. Melaksanakan Edukasi Germas Terhadap Penggunaan Alat Kesehatan dan PKRT


yang Benar (147.720.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 147.016.500,- (99,5 %)
3. Pelaksanaan :
Kegiatan Germas Alkes dan PKRT dilakukan di 6 Kabupaten yaitu :
1) Kabupaten Dharmasraya
2) Kabupaten Agam
3) Kabupaten Padang Pariaman
4) Kabupaten Solok
5) Kabupaten 50 Kota
6) Kota Padang Panjang
Pelaksanaan Kegiatan dilakukan mulai bulan Maret s/d Mei 2019
Kegiatan dihadiri oleh undangan yang terdiri dari tenaga kesehatan di Puskesmas,
Apoteker of Change, Kader Kesehatan, PKK dan Stake holher terkait lainnya
sebanyak 35 orang setiap kab/kotanya.
Kegiatan diisi berupa Ceramah dan Tanya Jawab yang Nara Sumbernya dari Dinas
Kesehatan Kabid SDK, Kasi Alkes dan PKRT dengan materi peraturan perundangan
Alkes dan PKRT serta Tata Cara penggunaan Alkes dan PKRT yang baik dan Benar
sedangkan dari Kab/Kota nara sumber dari Kepala Dinas Kesehatan/Kabid/Kasi yang
membawahi program Alkes dan PKRT tentang Pelaksanaan Program Germas di
Kab/Kota.
Seluruh kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

4. Permasalahan :
Tidak ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan
5. Pemecahan Masalah :
-

VI. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kegiatan Peningkatan Pengawasan Alat
Kesehatan (PKRT)
Total Anggaran Rp. 175.894.000,-

A. Melaksanakan Sampling Produk Alkes dan PKRT Rp. 73.404.000,-


Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat
42

1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 68.945.212,- (93,93 %)
3. Pelaksanaan :
Kegiatan pembelian sampel Alkes dan PKRT dilakukan di 12 Kabupaten/ Kota yaitu :
1. Kab. Padang Pariaman
2. Kab. Agam
3. Kota Pariaman
4. Kota Bukittinggi
5. Kab. 50 Kota
6. Kab. Tanah Datar
7. Kota Solok
8. Kab. Solok
9. Kota Sawahlunto
10. Kab. Sijunjung
11. Kab. Pesisir Selatan
12. Kota Padang
Jenis Alat Kesehatan dan PKRT yang dikumpulkan untuk pemeriksaan adalah
sebanyak 35 Sampel yang terdiri dari 19 Alkes dan 16 jenis PKRT. Pemeriksaan
dilakukan di Balai Besar POM Padang dan IPB Bogor.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan maka dari 35 sampel ditemukan sebanyak 4
jenis (11,4 %) yang tidak memenuhi syarat (TMS) yaitu : beberapa jenis PKRT
Pembersih Lantai dan WC yang diuji koefisien fenol yang tidak memenuhi standar
yang ditetapkan.
4. Permasalahan :
a. Sulit mendapatkan No Batch/LOT yang sama pada suatu jenis alkes dan PKRT
pada sarana yang dikunjungi
b. Padatnya jadwal tunggu untuk pemeriksaan di sarana laboratorium pemeriksa.
5. Pemecahan Masalah :
a. Mencari Alkes dan PKRT yang sesuai dengan persyaratan nomor Batch/LOT
yang ditentukan utk pemeriksaan.
b. Melakukan koordinasi secara intensif dengan sarana laboratorium pemeriksa
agar pelaksanaan pemeriksaan sampel dapat dilakukan tepat waktu.

B. Melaksanakan Inspeksi Sarana produksi Alkes dan PKRT dan Sarana Penyalur Alat
Kesehatan
B.1. Inspeksi Sarana Alat Kesehatan dan PKRT ( Rp. 6.830.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 6.830.000,- (100 %)
3. Pelaksanaan :
Dilakukan kegiatan inspeksi ke sarana alat kesehatan dan PKRT yang ada di
Kabupaten Kota
4. Permasalahan :
- Masih ditemukan adanya sarana yang sudah tidak aktif/pindah
- Masih ditemukan sarana yang belum melaksanakan CDAKB secara baik.

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


43

- Masih banyak sarana yang tidak lagi aktif dalam melaksanakan kegiatan
distribusi Alkes
- Masih banyak yang tidak melakukan pelaporan e-report
5. Pemecahan Masalah :
- Melakukan pelacakan kepindahan sarana kepada pemilik/ penyewa
baru/tetangga
- Melakukan pembinaan terhadap berbagai bentuk pelaksanaan CDAKB yang
belum diterapkan.
B.2. Inspeksi Sarana Penyalur Alat Kesehatan ( Rp. 17.860.000,- )
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 17.759.000,- (99,43 %)
3. Pelaksanaan :
a. Dilakukan kegiatan inspeksi ke sarana penyalur alat kesehatan sebanyak 22 sarana
yang dikunjungi untuk dilakukan inspeksi
b. Dari 22 sarana Distribusi Alat Kesehatan yang dilakukan inspeksi maka terdapat 5
sarana yang tidak ditemukan, tutup dan pindah alamat dan baru 3 sarana yang
sudah melaksanakan CDAKB sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, tetapi
masih belum bisa direkomendasikan untuk penilaian CDAKB.
4. Permasalahan :
a. Masih ditemukannya sarana yang sudah tidak aktif/pindah
b. Masih ditemukan sarana yang belum melaksanakan CDAKB secara baik.
c. Masih banyak sarana yang tidak lagi aktif dalam melaksanakan kegiatan distribusi
Alkes
5. Pemecahan Masalah :
a. Melakukan pelacakan kepindahan sarana kepada pemilik/ penyewa baru/tetangga
b. Melakukan pembinaan terhadap berbagai bentuk pelaksanaan CDAKB yang
belum diterapkan.

B.3. Pemeriksaan Sarana Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan PKRT dalam
rangka pemberian sertifikat Produksi Alkes dan PKRT serta Sertifikat Distribusi Alkes
(Rp. 20.870.000,-)
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 14.849.500,- (71,08 %)
3. Pelaksanaan :
a. Dilakukan kegiatan penilaian pelaksanaan CDAKB/CPKRTB ke sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan maka dilakukan perhitungan dan penilaian pada
sebanyak 18 sarana distribusi dan 1 sarana produksi untuk penilaian
CDAKB/CPPKRTB.
b. Dari 18 sarana Distribusi Alat Kesehatan dan 1 sarana produksi yang dilakukan
perhitungan penilaian pelaksanaan CDAKB/CPPKRTB maka belum ada sarana
yang bisa direkomendasikan untuk mendapatkan Sertifikat CPPKRTB atau
CDAKB ke Kementerian Kesehatan karena nilai yang didapatkan belum sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan (> 80).
4. Permasalahan :

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


44

a. Masih banyaknya dokumen SOP yang belum dimiliki oleh Sarana
Distribusi/produksi.
b. Masih ditemukan sarana yang belum melaksanakan proses CDAKB secara baik.
c. Masih ditemukan sarana yang tidak aktif untuk operasional kegiatan yang
dilakukan.
5. Pemecahan Masalah :
a. Melakukan perencanaan untuk pertemuan pelatihan CDAKB bagi sarana
distribusi.
b. Melakukan pembinaan terhadap berbagai bentuk pelaksanaan
CDAKB/CPPKRTB yang belum diterapkan di sarana distribusi/produksi.

B.4. Peningkatan Kemampuan SDM dalam melakukan Inspeksi Sarana Surveilans


produk dan Pengendalian Perizinan Sarana ( Rp. 56.930.000,- )
1. Realisasi Fisik : 100%
2. Realisasi Keuangan : Rp. 55.184.854,- (96,93 %)
3. Pelaksanaan :
a. Dilakukan pertemuan di Hotel Grand Zuri dengan mengundang Dinas Kesehatan,
Rumah Sakit Kabupaten Kota dan Sarana Distribusi Alat Kesehatan.
b. Narasumber dari Kemenkes RI Kasubid dan Kasi Penilaian Alkes dan PKRT,
Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sumbar
4. Permasalahan :
a. Adanya Sarana Distribusi Alkes dan RS/Dinkes Kab/Kota yang tidak hadir
5. Pemecahan Masalah : -
C. Sumber Daya Manusia
Untuk pelaksanaan program dan kegiatan di Satker 07 maka Dinkes Provinsi Sumatera Barat
melaksnakana program dan kegiatan dari 2 Seksi yaitu Seksi Kefarmasian dan Seksi Alat
Kesehatan dan PKRT yang terdiri dari 12 orang petugas dengan pembagian sebagai berikut :
Daftar SDM pada Seksi Kefarmasian :

NO Nama NIP Gol Jabatan


1 2 3 4 5
Kasi
1 Elno Sabri, S.Si, Apt 19741123200501106 IV/a
Kefarmasian
Staf Seksi
2 Armita, S.Si, Apt 197004092003122006 IV/a
Kefarmasian
19841202 200901 2 Staf Seksi
3 Sri Rahmi.SFarm.Apt III/d
004 Kefarmasian
Staf Seksi
4 Yulia Elfianti, Amd.Farm 197307261994032001 III/b Kefarmasian
Staf Seksi
5 Evarianti, Amd.Farm 197402121994032001 III/b
Kefarmasian
6 Rini Andriani, Amd.Farm 19781110 200012 2 001 III/a Staf Seksi

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


45

Kefarmasian
Staf Seksi
7 Liza Agnes 19660829 199003 2 002 III/b
Kefarmasian

Daftar SDM pada Seksi Alat Kesehatan dan PKRT :

NO Nam NIP Gol Jabatan


a
1 2 3 4 5
Kasi Alkes
1 Yusril, SKM, ME 19730610 199503 1 002 IV/a
dan PKRT
Staf Alkes
2 Fitria, SKM 19710726 199210 2 001 III/c
dan PKRT
Staf Alkes dan
3 Dessy Riyanti, BSc. 19620810 198703 2 005 III/c
PKRT
Staf Alkes dan
4 Mursida, Amd. Farm. 19690808 199303 2 003 III/b
PKRT
Staf Alkes dan
5 Susi 19740320 201001 2 003 III/b
PKRT

Seluruh tenaga yang ada dapat diberdayakan dalam melaksanakan kegiatan secara baik sesuai
target yang telah ditetapkan.

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


46

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
- Pelaksanaan kegiatan bersumber dana APBN pada Satker 07 Tahun Anggaran 2019 telah
dapat dilaksanakan dengan baik.

- Seluruh target perjanjian kinerja dapat dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

No Sasaran Kegiatan Indikator Kegiatan Target Realisasi Persen


tase
1. Peningkatan Tenaga Kefarmasian yang 76 76 Fasyankes 100%
Pelayanan mampu dalam melaksanakan Fasyankes
Kefarmasian pelayanan kefarmasian
sesuai standar

2. Peningkatan Tata Dinas Kesehatan Provinsi 1 Provinsi 1 Provinsi 100%


Kelola obat Publik dan Kab/Kota yang
dan Perbekalan Melaksanakan Program Tata
Kesehatan Kelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan
3. Peningkatan Sarana Produksi dan 56 Sarana 56 Sarana 100%
Produksi dan Distribusi sediaan Farmasi
Distribusi dan Pengamanan Pangan
Kefarmasian yang di bina
4. Dukungan Layanan perencanaan, 1 Provinsi 1 Provinsi 100%
Manajemen dan konsolidasi dan evaluasi
Pelaksanaan Tugas terhadap manajemen dan
Teknis Lainnya pada pelaksanaan tugas teknis
Program lainnya
Kefarmasian dan
Alata Kesehatan

5 Peningkatan Tenaga Kesehatan dan 281 orang 281 orang 100%


Penilaian Alat Masyarakat di Provinsi/
Kesehatan (Alkes) Kab/Kota yang terpapar
dan Perbekalan tentang penggunaan alat
Kesehatan Rumah kesehatan dan PKRT yang
Tangga (PKRT) tepat guna
6 Peningkatan Produk dan sarana distribusi 21 produk 35 produk 166%
Pengawasan Alat Alat Kesehatan serta 22 Sarana
Kesehatan (Alkes) perbekalan kesehatan rumah
dan Perbekalan tangga (PKRT) yang diuji
Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT)
Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat
47

Laporan Kinerja Satker 07 Unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun
2019 disusun sebagai wujud pertanggung jawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan
strategis yang telah ditetapkan.
Laporan Kinerja Satker 07 Unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun
2019 ini menyajikan berbagai Capaian Kinerja yang dihasilkan dibandingkan dengan target
yang ditetapkan juga upaya dalam mencapai sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan
didalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (APBN) pada tahun anggaran 2019, yang tercermin dalam capaian Indikator
Kinerja Program serta analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran. Pencapaian indikator
pada Seksi Kefarmasian tahun 2019 telah mencapai target yang telah ditetapkan. Dapat
dilihat bahwa pencapaian Kinerja Satker 07 Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat Tahun
2019 sudah baik dan Target Kinerja tercapai sesuai target, namun masih ada beberapa
permasalahan yang harus menjadi diatasi dan menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatan
kedepannya.
5.2. Saran
Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang telah
dicanangkan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan di masa mendatang dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sinergi antara perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan perlu ditingkatkan dalam mencapai akuntabilitas kinerja seksi
kefarmasian dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi kinerja dalam
penyempurnaan dokumen perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang
akan datang, serta penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.
Demikianlah Laporan Pertanggungjawaban Kinerja Seksi Kefarmasian tahun 2019 ini
dibuat untuk menjadi acuan bagi kegiatan program tahun berikutnya.

Laporan Kinerja Satker 07 tahun 2019 Provinsi Sumatera Barat


48

Anda mungkin juga menyukai