Disusun Oleh:
Kelompok MSDM
ii
DAFTAR ISI
Sampul
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….iii
Daftar Tabel…………………………………………………………………………………iv
Daftar Gambar………………………………………………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….6
1.2 Tujuan dan Manfaat Benchmarking……………………………………………….9
1.3 Jenis Benchmarking……………………………………………………………….11
1.4 Tahapan dan Pendekatan Benchmarking………………………………………….12
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Implementasi Aspek SDM pada Empat Rumah Sakit Tahun 2021
Tabel 2. Best Practice Aspek SDM di Tiap Rumah Sakit Benchmarking Tahun
2021
Tabel 3. Best Practice Aspek SDM yang Dapat Diadaptasi Rumah Sakit Unhas
Tahun 2021
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Rumah sakit merupakan industry yang padat karya, padat modal,
dan padat padat tehnologi, maka dari pada itu dalam mengahadapi
fenomena global ini rumah sakit Indonesia harus siap menghadapi
kompetisi yang sangat ketat untuk menghadapi pendatang-pendatang
rumah sakit yang berasal dari luar Indonesia. Untuk mengantisipasi itu,
maka mulai dari sekarang rumah sakit Indonesia harus mulai berbenah diri
dan memperbaiki secara keseluruhan terutama dalam mutu dan kualitas
pelayanan, sehingga Indonesia dapat bersaing secara global dengan rumah
sakit di dunia.
Perkembangan rumah sakit di indonesia dari sisi pertumbuhan
jumlahnya di Indonesia terus meningkat dalam kurun waktu beberapa
tahun terakhir. Industri rumah sakit mengalami perkembangan cukup pesat
seiring di tertibkannya berbagai peraturan dan perundang-undangan yang
mendukung iklim investasi dan menciptakan kondisi bisnis dan jasa rumah
sakit yang lebih baik.
Rumah sakit merupakan lembaga pemberi pelayanan ke masyarakat
untuk menjamin dan melindungi kesehatan masyarakat. Rumah sakit
pemerintah sekarang sedang bergerak menuju perubahan dari lembaga
birokrasi ke lembaga usaha, demikian pula rumah sakit swasta. Fenomena
global yang terjadi tidak dapat dihindari oleh rumah sakit di Indonesia dan
jika dihindari maka rumah sakit Indonesia akan kesulitan mengikuti
persaingan dunia.
Pelayanan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia saat ini sedang
mendapatkan perhatian besar baik dari pemerintah maupun masyarakat
luas. Berawal dari keprihatinan Bapak Presiden Republik Indonesia
terhadap banyaknya pasien-pasien dari negara Indonesia yang pergi ke luar
negeri hanya untuk berobat atau memelihara kesehatan dirinya.
Memperhatikan hal ini, berapa besar devisa negara yang ikut terbelanjakan
ke luar negeri. Sebagai bentuk ungkapan keprihatinan ini, Bapak Presiden
6
RI meminta agar Kementerian Kesehatan segera mengupayakan dan
memfasilitasi percepatan terwujudnya “WORLD CLASS HOSPITAL” di
Indonesia.
Salah satu cara untuk berkompetisi dan mensejajarkan diri dari
rumah sakit kelas internasional, maka salah satu cara adalah dengan
melakukan “Benchmarking”. Pengertian Benchmarking diantaranya
adalah: "benchmarking is a continuous process of comparison, projection,
and implementation " (H. James Harrington and james S.Harrington,
1996). Dalam pengertian tersebut sangat ditekankan adanya proses yang
terus menerus berkesinambungan dalam hal membandingkan, membuat
proyeksi dan juga dalam pelaksanaan program.
Benchmarking juga merupakan proses untuk membandingkan
proses bisnis/praktek terbaik dan kinerja dari organisasi terbaik dalam
industri yang sama atau industri yang berbeda namun memiliki proses yang
sama. Benchmarking dilakukan untuk membandingkan kinerja organisasi
kita dengan organisasi terbaik dalam industri yang sama atau industri yang
berbeda namun memiliki proses yang sama. Prosesnya dimulai dengan
mengidentifikasi organisasi terbaik dalam suatu industri yang sama atau
industri lain yang memiliki proses yang sama, dengan cara
membandingkan hasil yang diperoleh organisasi kita dengan hasil yang
diperoleh organisasi tersebut. Hal terpenting tidak hanya terletak pada
seberapa baik kinerja organisasi tersebut, tetapi bagaimana proses yang
dilakukan untuk menghasilkan kinerja tersebut.
7
Jadi dapat dikatakan pula bahwa Benchmarking adalah seni
menemukan cara suatu organisasi mengorganisir dan
mengimplementasikan hal yang sama dengan yang dilakukan atau
direncanakan oleh organisasi anda. Penekanannya bukan sekedar pada
perbandingan efisiensi antara organisasi satu dengan yang lain, tetapi lebih
pada memahami proses, prosedur, dan aplikasi teknologi untuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik. Penemuan tersebut selanjutnya
diadopsi dan atau diapdaptasikan pada organisasi anda.
Dewasa ini, benchmarking telah menjadi alat manajemen yang
mendasar yang dapat membimbing pihak manajemen perusahaan/rumah
sakit untuk keluar perusahaan/rumah sakit, guna mendapatkan gagasandan
inspirasi yang dibutuhkan untuk menghilangkan kesenjangan performance
perusahaan/rumah sakit dibandingkan dengan perusahaan/rumah sakit
pesaing yang unggul. Benchmarking juga dapat meningkatkan performance
untuk menjadi lebih unggul daripada pesaing yang unggul. Hal ini juga
berlaku untuk usaha pelayanan kesehatan di rumah sakit, dimana hasil
pengukuan performance, kondisi produk, dan pelayanan rumah sakit
pesaing melalui proses benchmarking akan dapat dijadikan bahan
pembanding bagi rumah rumah tempat bertugas dalam menyusun rencana
strategis atau dalam mendesain produk baru.
Kami mahasiswa magister administrasi rumah sakit (MARS)
angkatan XII program pasca sarjana Universitas Hasanuddin tahun 2020,
mendapat kesempatan melakukan benchmarking ke Rumah Sakit
Dharmais, rumah sakit Pusat Pertamina (RSPP), dan rumah sakit An-Nisa.
Dimana benchmarking ini merupakan salah satu program mata kuliah
kami, yang dimana kami mengamati apa saja yang dapat kami ambil
sebagai bahan perbandingan dan pembelajaran dengan tempat kami bekerja
dan dituangkan dalam sebuah laporan ilmiah yang baik.
Benchmarking ini dilaksanakan pada tanggal 13-16 Oktober 2021,
dengan rute perjalanan dari Makassar – Jakarta – kembali ke Makassar.
Jumlah peserta sebanyak 24 orang.
8
Kesemuanya dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok
membuat laporan terhadap hasil temuan benchmarking pada ke 4 rumah
sakit tersebut. Obyek atau dimensi pengamatan yang kami lakukan pada ke
4 rumah sakit tersebut yaitu terkait dengan dimensi manajemen sumber
daya manusia. Adapun data-data yang kami ambil adalah dengan meninjau
langsung rumah sakit tersebut, pengamatan dan wawancara, presentasi dan
diskusi sharing dari pihak rumah sakit.
10
1.3 Jenis-jenis benchmarking
a. Proses
1. Co-Operative Benchmarking : dilakukan pada organisasi lain pada
industri yang berbeda.
2. Collaborative Benchmarking : dilakukan pada organisasi lain pada
industi yang sama melalui pertukaran data diantara suatu
konsorsium.
3. Internal Benchmarking : dilakukan pada unit lain pada organisasi
yang sama.
b. Topik
1. Produk benchmarking : proses untuk mendesain produk baru atau
meningkatkan mutu produk lama
2. Strategik benchmarking : mempelajari bagaimana suatu organisasi
menghasilkan keunggulan bersaing. Hal ini lebih baik dilakukan
pada industri yang berbeda
3. Fungsional benchmarking : benchmarking difokuskan pada salah
satu fungsi didalam organisasi untuk mengembangkan fungsi
tersebut. Mis; MSDM
4. Best-in-class benchmarking : mempelajari bagaimana organisasi
terbaik dalam industri yang sama menjalankan fungsi-fungsinya
5. Operational benchmarking : menganalisis berbagai hal berkaiatan
dengan pengorganisasian meliputi desain organisasi, staffing,
mekanisme kerja, SOP, dsb
6. Process benchmarking : Berfokus pada pengamatan dan investigasi
proses bisnis dengan tujuan mengidentifikasi dan mempelajari best
practices antara berbagai organisasi terbaik dalam industri tersebut
7. Financial benchmarking : membandingkan analisis keuangan untuk
menilai daya saing dan produktivitas
8. Benchmarking dari perspektif investor : melakukan benchmarking
untuk membandingkan perusahaan-perusahaan yang dapat
menjanjikan peluang investasi bagi investor
11
9. Performance benchmarking : menilai posisi persaingan dengan
membandingkan produk dan jasa yang dimiliki dengan organisasi
yang di benchmark
12
2. Basis pada proses perusahaan itu sendiri.
Sebelum perbaikan dilakukan, proses dan aspek-aspek yang telah ada
harus dipahami karena inilah yang akan dibandingkan.
3. Identifikasi dan dokumentasi setiap kekuatan dan kelemahan proses
perusahaan.
Dalam benchmarking setiap pihak membutuhkan informasi tentang
proses untuk diperbandingkan.
4. Pemilihan proses yang akan di-benchmarking.
Yang dapat dijadikan obyek benchmarking adalah setiap perilaku dan
kinerja perusahaan (antara lain: barang, jasa, proses, operasi, staf, biaya,
modal atau sistem pendukung, dsb) yang dipilih yang benar-benar
menjadi kelemahan atau diinginkan diubah, selainnya dimasukan
sebagai program perbaikan berkesinambungan.
5. Pembentukan tim benchmarking.
Sebaiknya tim terdiri dari unsur pihak yang memahami perbedaan
proses yang dimiliki perusahaan dengan mitra benchmarking, pihak
manajemen, dan pihak yang mampu melaksanakan penelitian.
6. Penelitian terhadap obyek yang terbaik di kelasnya. Mitra
benchmarking tidak hanya berasal dalam satu industri, tetapi bias
berasal industriyang berlainan, yang terbaik di kelasnya dan bersedia
menjadi mitra benchmarking.
7. Pemilihan calon mitra benchmarking yang terbaik dikelasnya.
Tim benchmarking harus menentukan mitra yang paling tepat untuk
dipilih dengan mempertimbangkan faktor lokasi calon mitra dan
merupakan pesaing atau bukan.
8. Mencapai kesepakatan dengan mitra benchmarking.
Jika mitra sudah ditentukan, perusahaan akan menghubungi untuk
mencari kesepakatan mengenai aktivitas benchmarking.
9. Pengumpulan data. Setelah ada kesepakatan kedua belah pihak, tim
melakukan pengamatan, pengumpulan data, dan dokumentasi yang
berkaitan dengan proses (kunci sukses)
13
10. Analisis data dan penentuan gap.
Tim melakukan analisis dan perbandingan data, dengan demikian
akan bias diidentifikasi gap atau kesenjangan yang ada.
11. Perencanaan tindakan untuk mengurangi kesenjangan yang ada atau
bahkan mengunggulinya. Untuk mengimplementasikan proses baru
diperlukan perencanaan, pelatihan, dan memperhatikan bahwa tujuan
benchmarking bukan sekedar meniru melainkan mengunguli kinerja
proses benchmarking tersebut.
12. Implementasi perubahan.
Dengan diterapkan prosedur baru, pada awal perubahan belum sesuai
dengan benchmarking, untuk itu perlu waktu untuk bisa menjadi
kebiasaan.
13. Pemantauan.
Kinerja perusahaan akan meningkat dengan perbaikan yang
berkesinambungan serta dilakukan kegiatan pemantauan.
14. Memperbaharui benchmarking.
Mitra benchmarking yang menjadi terbaik di kelasnya akan selalu
mengembangkan diri dan memperbaiki prosesnya, oleh karena
itu perusahaan harus memperbaharui benchmarking secara
berkesinambungan.
14
BAB II
ANALISIS HASIL
BENCHMARKING DAN DESKRIPSI RUMAH SAKIT
15
Sehingga dianggap perlu untuk mengembangkan RS Pendidikan
yang bisa dijadikan sebagai laboratorium pendidikan tidak hanya untuk
fakultas kedokteran namun juga untuk fakultas ilmu-ilmu kesehatan di
Unhas seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Fakultas
Keperawatan.
RS Unhas berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Kampus
Tamalanrea Makassar dan diresmikan pada tanggal 15 Februari 2010 di
Makassar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Dr.M.Nuh.
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin didirikan dengan ijin operasional No
12536/YANKES-2/XII/2013. RS Unhas berdampingan dengan RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo bertujuan untuk efisiensi penggunaan sarana dan
efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat
dikembangkan konsep saling menguatkan dalam mengintegrasikan
program pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan dengan RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Selain diatas, lokasi yang berdekatan ini juga dalam rangka
perkembangan wilayah kampus Unhas Tamalanrea akan dikembangkan
menjadi Academic Health Centre di Indonesia bagian Timur. Rumah
Sakit Universitas Hasanuddin akan dikembangkan sebagai rumah sakit
yang environmental friendly, energy saving serta mengembangkan
teknologi informasi yang canggih dalam menjalankan pelayananannya.
Pelayanan kesehatan yang dilayani di rumah sakit ini antara lain dekteksi
dini penyakit melalui penggunaan teknologi canggih (Hi-Tech) seperti
penggunaan Biomolekuler serta pengembangan teknologi modern dan
pengembangan pusat-pusat layanan yang tidak dikembangkan oleh rumah
sakit yang ada di Sul-Sel.
Pelayanan disediakan terdiri dari pelayanan spesialis dan sub
spesialis yang terpadu dalam centre dan multidisiplin yang dimulai dari
deteksi dini dengan menggunakan teknologi canggih seperti PET Scan,
Gamma Camera hingga terapi dengan menggunakan gamma knife, gen
terapi dan Sistem Sel, juga akan dikembangkan pelayanan Cancer Center,
16
Eye Center, Cerebral and Vascular Intervention Center, Research Center,
Tele Medicine and Education Center, Trauma Center, Diagnostic Center,
Endocrinology Fertility Center, Assesment Alternative Medicine
Center,dan Fisioterapi and Rehabilitation Center.
Gambar 1
Logo Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
17
1) Lambang UNHAS :
Universitas Hasanuddin : sebagai organisasi induk Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dengan
warna kuning melambangkan kemuliaan dan kejayaan bagi organisasi.
2) Selempang :
18
3) Compassion
Dalam memberikan pelayanan atas dasar tulus melayani dengan
penuh kasih sayang dan perhatian
h. Struktur Organisasi
Struktur organisasi rumah sakit mengacu pada Keputusan Rektor
Universitas Hasanuddin tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin dengan susunan sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas
2. Direktur Rumah Sakit
3. Direksi Rumah Sakit, terdiri dari :
a. Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan
i. Bidang Medik
ii. Bidang Keperawatan
b. Direktur Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian
i. Bidang pendidikan
ii. Bidang Pelatihan
19
iii. Bidang Penelitian
c.Direktur Pelayanan Penunjang dan Kerjasama
i. Pelayanan penunjang
ii. Pemasaran dan Kerjasama
d. Direktur Administrasi Umum, SDM dan Keuangan
i. Bidang Administrasi
ii. Bidang Keuangan
iii. Bidang Perencanaan dan Evaluasi
4. Komite Klinik
5. Hospital Safety
6. Satuan Pemeriksa Internal
7. Instalasi
20
Gambar 2
Struktur Organisasi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar
21
h. Budaya Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
1. Cepat Tanggap
2. Cerdas Berinovasi
3. Cermat Menilai
4. Ceria Melayani
5. Cekatan bertindak
6. Canggih teknologi
7. Curahan hati pelanggan
RS Unhas melaksanakan beberapa kegiatan pengembangan SDM untuk
menciptakan budaya kerja tersebut antara lain dengan menciptakan role
model pada tingkat manajemen, menyelenggarakan pelatihan service
excellent, menyelenggarakan pengajian, pelatihan peningkatan Emotional
Spiritual Question (ESQ), dan lain-lain.
22
2.2 Rumah Sakit Dharmais
Visi : Menjadi rumah sakit kanker komprehensif dan mengembangkan
pusat kanker nasional yang setara tingkat asia
Misi :
1. Memberikan pelayanan kanker komprehensif sesuai dengan
perkembangan kekinian berbasis bukti serta Good Clinical
Governance, Patient Safety dan Patient Care Center
2. Menyelenggarakan pendidikan rujukan nasional dibidang kanker
yang tersertifikasi berbasis Academic Health System untuk
peningkatan pelayanan kanker tingkat rumah sakit kanker
komprehensif dan Pusat Kanker Nasional.
3. Menyelenggarakan penelitian dibidang kanker berbasis bukti dan
nilai yang dapat diterapkan dalam pelayanan.
4. Menyelenggarakan registrasi kanker rumah sakit dan mendukung
terlaksananya registrasi kanker nasional.
23
sikap selalu optimis menghadapi segala tantangan dan
hambatan dalam tugas
C : Continually improvement, senantiasa melakukan
perbaikan mutu berkesinambungan
Tujuan Rumah Sakit Kanker Dharmais
Didirikannya Rumah Sakit Kanker Dharmais memiliki tujuan untuk:
24
d. Pelaksanaan upaya rehabilitasi terhadap pasien penyakit kanker
BUDAYA
Melayani dengan budaya PRO CARE CS
Pro Professional mengandung makna melaksanakan dan menyelesaikan
suatu pekerjaan tertentu secara tuntas, memuaskan, dan tepat waktu. Care Care
atau Peduli mengandung makna berkomunikasi dengan santun kepada semua
pihak C Continuous Improvement atau
Diresmikan tanggal 6 Januari 1972, sampai saat ini RSPP telah melakukan
beberapa kali peremajaan bangunan yang mengutamakan prinsip Patient Safety untuk
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pelanggannya RSPP mengelola 360
25
bed rawat inap dan lebih dari 20 Poliklinik serta pelayanan IGD 24 jam dengan
dukungan tenaga medis, perawat dan penunjang medis yang profesional dan terlatih.
Pelayanan medis dan non medis yang disediakan RSPP kepada pelanggan
menggunakan standar pelayanan sesuai Akreditasi KARS dengan predikat paripurna.
a. Sejarah
Berdiri sejak tanggal 6 Januari 1972, Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP)
merupakan Unit terbesar dari PT. Pertamedika IHC. Menjelang usia emasnya,
RSPP terus bergerak mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat, baik preventif, kuratif, rehabilitative dan pasca rawat atau home health
care.
Didukung tenaga kesehatan yang kompeten dan andal serta peralatan medis
yang mutakhir, RSPP mengedepankan ketulusan dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pelanggan sesuai dengan motto : We Care, We Cure.
26
terbaik di Indonesia, Cathlab 24 jam untuk penanganan serangan jantung, Kamar
Rawat Ablasi untuk terapi Iodium, dan Laboratorium berstandar Internasional.
Sebagai bagian dari masyarakat, RSPP terus membangun komunikasi
dengan masyarakat dengan memberikan edukasi kesehatan secara offline maupun
melalui platform akun social media Facebook, Instagram dan Youtube RS Pusat
Pertamina.
Bersama Pemerintah dan masyarakat, RSPP berkomitmen meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat untuk mendukung generasi penerus bangsa yang
sehat dan produktif.
b. Visi
Menjadi Rumah Sakit terbaik yang menggunakan konsep pelayanan medis c.
mutakhir.
c. Misi
1. Sebagai Rumah Sakit yang secara komprehensif memberikan layanan
kesehatan spesialistik.
2. Membangun loyalitas melalui kepuasan Pelanggan dengan SDM yang
profesional dan berbudaya kerja prima.
3. Meningkatkan pertumbuhan pendapatan disertai pengendalian biaya secara
efisien dan efektif.
d. Kebijakan Mutu
Menetapkan kebijakan mutu untuk pasien dengan memberikan perawatan dan
pelayanan yang berkualitas, untuk karyawan memenuhi lingkungan kerja yang
aman dan memberikan tanggung jawab komunitas.
e. CORE VALUE
La Prima, yang merupakan kepanjangan dari : Pelayanan Profesional,
Ramah, Ikhlas, Mutu, dan Antusias
f. MOTTO
We Care We Cure
g. NILAI BUDAYA
Profesional
Ramah
Ikhlas
Mutu
27
Antusias
28
2.4 Rumah Sakit An-Nisa
a. Sejarah
RS AN-NISA Tangerang berawal dari gagasan dr. Anwar Hasyim, Sp.OG sebagai
pendiri dan pemilik. Awal pembangunannya dimulai pada tahun 1989, dimana untuk
pemancangan tiang pertama dihadiri oleh Direktur RSI Cempaka Putih, Bpk. Rahmat
Ramli.
Akhirnya pada tahun 1991 berdirilah sebuah bangunan sederhana dengan status
Rumah Bersalin (RB) dibawah kepemilikan Yayasan Permata Bunda. Rumah Bersalin
AN-NISA pada waktu itu hanya memiliki kapasitas 15 tempat tidur, dan pada tahun
1993 Rumah Bersalin AN-NISA berhasil meraih prestasi sebagai Juara III Rumah
Bersalin Sayang Ibu.
Pada tahun 2000 terjadi pergantian status dari Rumah Bersalin menjadi Rumah
Sakit Ibu & Anak dibawah kepemilikan PT. AN-NISA Utama dengan kapasitas tempat
tidur lebih banyak dari Rumah Bersalin AN-NISA yaitu 47 Tempat Tidur.
b. Falsafah, Visi dan Misi
1. Falsafah
Rumah Sakit AN-NISA sebagai lahan ibadah
2. Visi
Menjadi Rumah Sakit Berciri Islam Yang Dipercaya Dan Dipilih Oleh
Masyarakat
3. Misi
a) Menyediakan pelayanan bermutu dan profesional
b) Mewujudkan citra Islam diseluruh jajaran dalam segala tindakan dan
penampilan
c) Mengembangkan jiwa melayani secara ihsan dalam setiap karyawan
c. Nilai Budaya
Motto : Ihsan dalam Pelayanan
d. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien di Rumah Sakit AN-NISA secara efektif dan efisien agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
29
2. Tujuan Khusus
a) Mengurangi risiko insiden keselamatan pasien
b) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
c) Terciptanya lingkungan kerja yang aman dan nyaman
d) Menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
e) Terlaksananya kegiatan pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang
tidak diharapkan
f) Meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
g) Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit
h) Terlaksananya kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien yang berkelanjutan.
30
2.5 IMPLEMENTASI HASIL BENCMARKING
Benchmarking merupakan kegiatan untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dari organisasi yang
terbaik dikelasnya. Berikut merupakan hasil benchmarking khusus aspek sumber daya manusia (SDM) yang kami
peroleh dari ke tiga rumah sakit dibandingkan dengan Rumah Sakit Unhas.
Tabel 1
Implementasi Aspek SDM pada Empat Rumah Sakit Tahun 2021
11 POLA MUTASI Mutasi dapat dilakukan Mutasi dilakukan Mutasi dilakukan Mutasi dilakukan
baik secara vertical secara vertical secara vertical maupun secara vertical maupun
maupu horizontal maupun horisental horisental dalam horisental dalam
dalam organisasi organisasi organisasi
12 POLA PROMOSI Berdasarkan kualifikasi Pola karier yang dapat Pola promosi dilakukan Pola promosi dilakukan
Pendidikan, pelatihan berbentuk vertikal atau dengan dengan
dan kompetensi diagonal. PNS dapat mempertimbangkan mempertimbangkan
dipromosikan di dalam syarat” jabatan tersebut syarat” jabatan tersebut
dan/atau antar JA dan JF misalnya jengjang misalnya jengjang
keterampilan, JF ahli Pendidikan pegawai, Pendidikan pegawai,
pertama, dan JF ahli muda pelatihan-pelatihan pelatihan-
sepanjang memenuhi yang telah diikuti pelatihan yang telah
persyaratan Jabatan, dengan maupun adanya kinerja diikuti maupun adanya
memperhatikan kebutuhan pekerja yang sangat kinerja pekerja yang
organisasi. baik terhadap organisasi sangat baik terhadap
RS organisasi RS
13 KEBIJAKAN DAN Perjanjian dengan Perjanjian dengan Melakukan perjanjian Perjanjian kontrak
CARA pihak ketiga atau pihak ketiga atau dengan pihak ketiga dengan pihak ketiga.
MELAKUKAN Kontrak untuk tenaga kontrak untuk tenaga CS dan
OUTSOURCING cleaning service, security parkir
dan parkir
14 PENETAPAN BEBAN Unit/instalasi ABK dibuat dan diusulkan ABK dibuat dan ABK dibuat dan
KERJA PEGAWAI menentukan uraian oleh unit kemudian diberikan diusulkan oleh unit diusulkan oleh unit
pekerjaan (mengacu pada kepada SDM untuk kemudian diberikan kemudian diberikan
renstra, Juklak, juknis dirasionalisasikan untuk kepada SDM untuk kepada SDM untuk
RS), untuk kemudian kemudian menjadi ABK yang dirasionalisasikan untuk dirasionalisasikan
digunakan dalam disepakati kemudian menjadi ABK untuk kemudian
pengukuran IKI yang disepakati menjadi ABK yang
disepakati
15 PELAKSANAAN Dilakukan setiap setahun Adanya pemberian Adanya survei Melakukan survei
DAN sekali di trimester kuesioner survei kepuasan karyawan kepuasan karyawan,
37
Rumah Sakit Bencmarking
Aspek Pengamatan
No Rumah Sakit Unhas
RS Dharmais RSPP RS An-Nisa
PEMANFAATAN pertama awal tahun kepuasan karyawan setiap sekali setahun dimana survei
SURVEY sekali dalam setahun dilakukan maksimal 1
KARYAWAN kali dalam setahun
16 STRATEGI RETENSI - Menempatkan Adanya asuransi Adanya asuransi Adanya asuransi
staf sesuai kesehatan dan kesehatan dan kesehatan dan
kompetensi ketenagakerjaan ketenagakerjaan ketenagakerjaan
- Jika terjadi
kejenuhan,
mengupayakan rotasi
dan mencari
pengganti sementara
- Pemberian
Asuransi Kesehatan
dan BPJSTK
Sumber: olahan penulis 2021
38
Berdasarkan implementasi aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dari ketiga
rumah sakit yang ditempati benchmarking dibandingkan dengan Rumah Sakit
Unhas terdapat beberapa perbedaan yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk
mengembangkan SDM di rumah sakit Unhas. Aspek SDM dari rumah sakit yang
berbeda di rumah sakit Unhas adalah system Penilaian kinerja staf dibedakan
berdasarkan penilaian kinerja staf medis dan non medis. Seluruh staf non medis
membuat SKP dan mengumpulkan IKI (terkhusus kepala instalasi mengumpulkan
IKU). Sistem penilaian kinerja staf medis khususnya perawat ditetapkan
berdasarkan kinerja klinis dan jenjang karir. Standar pengukuran yang digunakan
tergantung target pasien dan kriteria pasien. Khusus penilaian kinerja perawat di OK
ditetapkan standar pengukuran berdasarkan target jumlah operasi dengan
mempertimbangkan waktu dan komplesifitas. Sedangkan untuk ketiga RS yang
telah di bencmarking tidak menjelaskan secara detail system penilaian kinerja
secara khusus antara staf medis non medis. Yang kami dapatkan cukup unik dari RS
An-Nisa yang tidak dilakukan oleh RS lain yang dikunjungi yaitu system penilaian
kinerja di RS An-Nisa telah menggunakan system penilaian yang terintegrasi
dengan layanan RS. Jadi penilaian kinerja melalui data yang bersumber dari system
informasi yang ada di RS. Penilaian kinerja dokter spesialis berdasarkan hasil
evaluasi kunjungan/visite dokter serta menghitung biaya produktif yang dihasilkan
selama melakukan pelayanan tiap bulan (sejauh mana dokter spesialis mampu
mendukung efektivitas dan efisiensi biaya produktivitas RS). RS An-Nisa
menetapkan kebijakan dokter spesialis boleh memegang saham RS sebanyak 30 %
hal ini mampu meningkatkan kinerja, komitmen dan keterikatan dokter spesialis
(employee engagement) dalam layanan di RS.
Dalam hal punishment dan reward ketiga rumah sakit memiliki punishment
yang berbeda- beda pada masing-masing rumah sakit sehingga dapat menjadi
referensi untuk mengembangkan SDM di rumah sakit Unhas. Dari ketiga rumah
sakit tempat benchmark, memberlakukan sistem punishment yang ketat agar
pegawai dapat merubah perilaku dan meningkatkan kinerjanya.
Dalam hal rotasi jabatan keempat rumah sakit yang ditempati benchmarking
memperbolehkan adanya rotasi tetapi dengan syarat harus mengikuti pelatihan yang
39
terkait dengan unit baru yang akan ditempati.
40
Tabel 2
Best Practice Aspek SDM di Tiap Rumah Sakit
Benchmarking Tahun 2021
No Majemen
Fungsi Manajemen SDM Best Practice Yang Dapat
Keterangan
Sdm Diadaptasi
Est Practice Yang Dapat Diadaptasi
1 Fokus pada transformasi digitalisasi
Memberikan beasiswa pendidikan
kepada perawat berfokus pada
Pengembangan Bisa diadaptasi
kebutuhan spesialisasi untuk
mendukung optimalisasi pelayanan
dokter spesialis
2 Pemberian sanksi yang tegas kepada
Punishment Bisa diadaptasi
pegawai yang melanggar
3 Pemberian beasiswa pendidikan
kepada staf fungsional dan
Reward manajemen yang berdedikasi dan Bisa diadaptasi
memberi kontribusi besar ke RS tanpa
menetapkan persyaratan lama kerja
4 Persyaratan rotasi dari suatu bagian ke
bagian lain harus
Rotasi Bisa diadaptasi
mengikuti pelatihan di sub bagian
yang dituju
5 Penjenjangan karir jelas untuk semua
Penjenjangan Karir Bisa diadaptasi
status kepegawaian
6 Penilaian kinerja menggunakan
Penilaian Kinerja SISKINDOK( Sistem Penilaian
Bisa diadaptasi
Karyawan Kinerja Perawat yang terintegrasi
dengan E-Dokumen Keperawatan)
42
Tabel 3
Best Practice Aspek SDM yang Dapat Diadaptasi Rumah Sakit Unhas
Tahun 2021
43
Sistem Penilaian Evaluasi visite RS Unhas memiliki Belum adanya 1. Menyusun system pembayaran
kinerja dokter dokter dan case manager dan penilaian terhadap jasa dengan memperhatikan
Spesialis kontribusi tim KMKB yang kontribusi dokter dalam kontribusi dokter terhadap
dalam kendali dapat berkolaborasi kendali mutu dan biaya produktivitas yang
mutu dengan dokter kendali biaya dihasilkan selama melakukan
dankendali spesialis pelayanan di RS.
biaya
untuk 2. Case manager membuat
memaksimalkan laporan per bulan terkait
kendali mutu dan kinerja dokter spesialis dalam
kendali biaya agar kendali mutu dan biaya
biaya produktivitas sehingga evaluasi pelayanan
yang dihasilkan lebih segera dapat dilakukan, dan
efisien. segera dapat dilakukan evaluasi
terhadap PPK jika dianggap
perlu untuk direvisi.
Penilaian
kinerja
menggunakan
SISKINDOK( S RS UNHAS Telah Belum terintegrasi SIM
RS UNHAS dengan Staf IT membuat rencana
Penilaian Kinerja istem Penilaian memiliki SIMRS dan
2 Aplikasi Penilaian pengembangan SIMRS yang mampu
Karyawan Kinerja Perawat aplikasi untuk
yang Kinerja Pegawai di integrasikan dengan aplikasi
penilaian kinerja
terintegrasi penilaian kinerja pegawai
berbasis web
dengan E-
Dokumen
Keperawatan)
44
Sumber: Olahan Penulis 2019
Berdasarkan best practice pada tabel 3, hanya dua aspek yang dapat diadaptasikan di rumah sakit Unhas yaitu aspek pelatihan
dan pengembangan Staf IT. Aspek ini didukung dengan kekuatan yang dimiliki rumah sakit Unhas terutama sebagian besar SDM
yang mampu menjadi trainer dan mampu berbahasa iggris serta status rumah sakit Unhas yang dibawahi rumah Universitas sehingga
mampu untuk bekerja sama dengan fakultas terkait dalam melakukan pelatihan. Kemudian yang dapat diadaptasi oleh Rumah Sakit
Unhas adalah system penilaian kinerja bagi para pegawai dimana aspek ini di dukung dengan
Sedangkan kelemahan dalam penerapan best practice di rumah sakit Unhas yakni belum ada kebijakna terkait program
tersebut.
45
2.7 KETERBATASAN PENELITIAN
Benchmarking dilaksanakan pada tanggal 9-14 April 2019, ditiga
Rumah Sakit yaitu, rumah sakit Dharmais, Rumah Sakit Pertamina Pusat,
dan Rumah Sakit An-Nisa. Pada pelaksanaannya benchmarking, kami
memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
5. Waktu kunjungan yang sangat terbatas, sehingga informasi yang
didapatkan minim.
6. Kurangnya informasi yang di dapatkan mengenai SDM di RSPP
7. Kunjungan ke tiap unit sangat terbatas pada RS An-Nisa, untuk
RSPP dan Dharmais di karenakan pandemic covid yang
mengharuskan dilakukan pembatasan kunjungan
46
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Benchmarking telah menjadi alat manajemen yang mendasar yang dapat
membimbing pihak manajemen perusahaan/rumah sakit untuk keluar
perusahaan/rumah sakit, guna mendapatkan gagasandan inspirasi yang dibutuhkan
untuk menghilangkan kesenjangan performance perusahaan/rumah sakit
dibandingkan dengan perusahaan/rumah sakit pesaing yang unggul.
Benchmarking juga dapat meningkatkan performance untuk menjadi lebih unggul
daripada pesaing yang unggul. Benchmarking merupakan proses untuk
membandingkan proses bisnis/praktek terbaik dan kinerja dari organisasi terbaik
dalam industri yang sama atau industri yang berbeda namun memiliki proses yang
sama.
Dari proses benchmarking diperoleh beberapa best practice yang dapat
dijadikan referensi kami dalam mengembangkan SDM di rumah sakit. Best
practice yang diperoleh dari tiga rumah sakit yaitu Rumah sakit Dharmis,Rumah
Sakit Pertamina Pusat dan Rumah Sakit An-Nisa terdiri enam aspek. Namun, dari
enam aspek tersebut hanya dua aspek yang dapat diterapkan oleh pihak
manajemen SDM rumah sakit Unhas sesuai dengan kekuatan yang dimiliki yaitu
dari aspek pelatihan dan pengembangan SDM (Staf IT), dan system Penilaian
kinerja pegawai di Rumah Sakit.
3.2 SARAN
Dari hasil bencmarking kami mengajukan saran yaitu waktu kunjungan ke
rumah sakit sebaiknya ditambah agar peserta benchmarking bisa mendapatkan
informasi lebih banyak.
47