Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA AGREGAT

DI KOMUNITAS KESEHATAN SEKOLAH

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II

(Dosen Mata Kuliah : Ns. MUH. SYAHRUL ALAM, S.Kep., M.Kes)

OLEH :

NURUL MUTMAINNAH

119431708

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019 / 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan semesta alam, karena dengan rahmat dan karunia-NYA sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II untuk meningkatkan kemampuan
dan pemahaman tentang mata kuliah ini terutama tentang Asuhan Keperawatan
Agregat di Komunitas Kesehatan Sekolah.

Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah “KEPERAWATAN
KOMUNITAS II” yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua Aamiin.

Mangottong, 12 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 4
D. Manfaat Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN 6
A. Definisi Keperawatan Komunitas 6
B. Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko 6
C. Tes Formatif 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT PADA USIA SEKOLAH

A. Pengkajian Data Inti (Core) 10


B. Pengkajian Sub Sistem 10
C. Diagnosa Keperawatan Komunitas 12
D. Intervensi Keperawatan Komunitas 12
E. Implementasi Keperawatan Komunitas 15
F. Evaluasi Keperawatan Komunitas 16

BAB IV PENUTUP 17
A. Kesimpulan 17
B. Kritik Dan Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas di bagi berdasarkan kelompok usia
diantaranya adalah kelompok usia anak sekolah. Menurut Wong (2008), anak
sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi
pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka,
teman sebaya, dan orang lainnya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 mulai masuk
sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak
masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik
dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan,
kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan
pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. (Profil Kesehatan
Indonesia, 2014)
Sulitnya memenuhi target penjaringan SD/MI dapat disebabkan oleh
beberapa masalah. Masalah utama yang sering ditemukan di daerah yaitu
kurangnya tenaga di puskesmas sedangkan jumlah SD/MI cukup banyak,
sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan waktu
lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum terintegrasi dengan
baik. Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah dilaksanakan di
puskesmas namun di beberapa provinsi, pengelola program UKS di
kabupaten/kota berada pada struktur organisasi yang berbeda sehingga menjadi

1
penyebab koordinasi pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan baik.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
Penjaringan kesehatan diukur dengan menghitung persentase SD/MI
yang melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi
sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan
penjaringan kesehatan untuk siswa kelas satu pada tahun 2014 di Indonesia
sebesar 82,17%, mengalami peningkatan dibandingkan cakupan tahun 2013
yang sebesar 73,91%. Namun, belum mencapai target Renstra 2014 sebesar
95%. Dari Gambar 5.39 diketahui bahwa sebagian besar provinsi belum
memenuhi target Renstra 2014 yang sebesar 95%, hanya delapan provinsi yang
telah mencapai target. Terdapat empat provinsi dengan capaian 100%, yakni
Provinsi Kalimantan Barat, Bali, DI Yogyakarta, dan Kepulauan Bangka
Belitung. Capaian terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 0%, diikuti oleh
Nusa Tenggara Timur sebesar 13,51%, dan Papua Barat sebesar 41,81%.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
Indikator Penjaringan pada Renstra 2010-2014, berbeda dengan
Renstra 2015-2019. Jika pada akhir tahun 2014 indikator difokuskan kepada
sekolah, maka pada renstra 2015 lebih difokuskan kepada Puskesmas.
Penentuan target didapatkan dari data dasar akhir tahun 2014 dimana cakupan
sekolah yang melaksanakan sebesar 82% (bila dikonversi kedalam jumlah
puskesmas menjadi sebesar inimal 40%) dari target sebesar 95% dengan rata-
rata peningkatkan indicator ini sebesar 5% dan peningkatan sebesar 8,3%
dibandingkan tahun 2013. Pada capaian tahun 2015, puskesmas melaksanakan
penjaringan kesehatan peserta didik kelas I mencapai target yang telah
ditetapkan. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Capaian pada tahun 2015 sebesar 57% yang berarti sebanyak 5.541
puskesmas sudah melaksanakan penjaringan peserta didik kelas I. sedangkan
target nasional tahun 2015 sebesar 50% dengan demikian dari 34 provinsi
terdapat 19 provinsi yang mencapai target Puskesmas melaksanakan
penjaringan kesehatan peserta didik kelas I. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk
pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka

2
juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan
baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa
SD/sederajat kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter
kecil). Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga
keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga
pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang
ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang
UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya
berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan
pelatihan dokter kecil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan
kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta
lingkungan pada umumnya. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Masalah-masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang muncul
biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Sehingga
isu yang lebih menonjol adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
seperti cara menggosok gigi yang benar, cuci tangan pakai sabun, dan
kebersihan diri lainnya. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, menunjukkan
bahwa kurang dari 10% orang-orang Indonesia yang menggosok gigi dengan
benar.
Berdasarkan masalah diatas, maka untuk dapat mencapai kondisi
kesehatan yang optimal, kesehatan masyarakat Indonesia haruslah dimulai
dari bawah, yaitu terciptanya keadaan dan kesadaran tiap individu atau
keluarga dalam masyarakat untuk mengupayakan hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keperawatan komunitas ?
2. mengapa usia sekolah sebagai kelompok risiko

3
3. apa itu tes formatif
4. Bagaimana melakukan pengkajian data inti (core) ?
5. Bagaimana cara pengkajian sub sistem ?
6. Bagaimana cara menentukan diagnosa keperawatan komunitas ?
7. Bagaimana cara menetukan intervensi keperawatan komunitas ?
8. Bagaimana cara melakukan implementasi keperawatan komunitas ?
9. Bagaimana cara melakukan evaluasi ?

C. Tujuan
Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar serta asuhan keperawatan
komunitas pada agregat anak usia sekolah.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi keperawatan komunitas.
2. Mengetahui usia sekolah sebagai kelompok risiko.
3. Mengetahui mengenai tes formatif .
4. Mengetahui cara melakukan pengkajian data inti (core).
5. Mengetahui cara pengkajian sub system.
6. Mengetahui cara menentukan diagnosa keperawatan komunitas.
7. Mengetahui cara menetukan intervensi keperawatan komunitas.
8. Mengetahui cara melakukan implementasi keperawatan komunitas.
9. Mengetahui cara melakukan evaluasi.

D. Manfaat
Manfaat Teoritis
1. Hasil penulisan makalah ini dapat membantu dan mempermudah mahasiswa
dalam memahami dan membentuk kerangka berpikir secara sistematis
tentang asuhan keperawatan komunitas pada agregat anak usia sekolah.

Manfaat Praktis

1. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan komunitas pada


kelompok khusus yaitu agregat anak usia sekolah.

4
2. Masyarakat khususnya anak usia sekolah serta orang tua dan masyarakat
mampu memahami dan menerapkan prinsip hidup bersih dan sehat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Keperawatan Komunitas


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu
dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok / agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah
kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko (atas
resiko) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak
sehat.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat
berbagai definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
1. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak
yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak
yang berusia 7-12 tahun.

2. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun.

B. Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko

Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12


tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan
perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah merupakan kelompok
risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan dengan peningkatan
kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor
risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat

6
potensial terjadinya sakit atau usia sekolah merupakan populasi risiko karena
beberapa hal yaitu:

1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah

2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat

3. Pada usia ini anak akan mencari jati diri nya

4. Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu


memenuhi kebutuhan

5. Framework/Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia


sekolah menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien
(anak usia sekolah) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah,
demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem
yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan
dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 .dalam
Ervin, 2002).

C. Tes Formatif

1. Tujuan khusus Usaha Kesehatan sekolah, adalah:

a. Menurunkan masyarakat yang merasa kesakitan dan kelelahan fisik.

b. Meningkatkan kesehatan peserta didik batk , mental maupun sosial.

c. Membantu dalam cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.

d. Memungkinkan pertumbuhan perkembangan anak sekolah.

e. Mewaspadai daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk


narkoba.

2. UKS yang dijalankan harus mengacu pada Trias UKS, yaitu :

7
a. Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan perubahan lingkungan.

b. Pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dan imunisasi anak


sekolah.

c. Promosi kesehatan, pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan.

d. Pembinaan lingkungan, pelayanan kesehatan dan promosi lingkungan


sekolah.

e. Pendidikan kesehatan, umumnya dan perubahan kesehatan lingkungan


sekolah.

3. Pelayanan UKS yang diselenggarakan sekolah seharusnya dapat dirasakan


oleh semua masyarakat sekolah, salah satunya adalah rnenciptakan
lingkungan sekolah yang sehat secara praktis, bagainana cara sekolah
menciptakan lingkungan praktis yang sehat adalah:

a. Menyediakan akan security 24 Jam di sekolah untuk rasa aman.

b. Memasang CCTV di area lingkungan sekolah.

c. Memberikan layanan konseling baik anak sekolah.

4. Dalam membantu siswa untuk hidup sehat maka peran perawat dalam
Usaha Kesehatan Sekolah , yattu sebagai :

a. Pembina pembuatan Askep di sekolah.

b. Pengatur semua kegiatan usaha kesehatan sekolah.

c. Pendidikan dalam bidang kesehatan.

d. Pengawas dan pemantauan hasil kegiatan kesehatan.

e. Pelaksanaan dalam membima semua kegiatan di sekolah.

5. Pelayanan UKS minimal dikunjungi petugas puskesmas setiap :

a. 3 buIan

8
b. 4 bulan

c. 5 bulan

d. 6 bulan

e. 1 tahun

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT

PADA USIA SEKOLAH

Pelayanan dalam asuhan keperawatan komunitas sifatnya berkelanjutan


dengan pendekatan proses keperawatan sebagai pedoman dalam upaya
menyelesaikan masalah kesehatan komunitas. Proses keperawatan komunitas
meliputi pengkajian, analisa dan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

A. Pengkajian Data Inti (Core) ( Reni chairani , 2015. )

Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan


negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun
strategi untuk promosi kesehatan.
1. Demografi: Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia
sekolah menurut jenis kelamin, golongan umur.

2. Etnis: suku bangsa, budaya, tipe keluarga.

3. Nilai, kepercayaan dan agama: nilai dan kepercayaan yang dianut oleh
anak usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut,
fasilitas keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia sekolah.

B. Pengkajian Sub Sistem

1. Lingkungan Fisik

a. Inspeksi: Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan


lingkungan, aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data
dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.

10
b. Auskultasi: Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah
dari guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.

c. Angket: Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang


kurang baik bagi perkembangan anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan social

Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk


pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi
anak usia sekolah melalui wawancara.

3. Ekonomi

Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua


siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui wawancara dan melihat data
di staff tata usaha sekolah.

a. Keamanan: adanya satpam sekolah, petugas penyebrangan jalan.

b. Transportasi : Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia


sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa.

4. Politik dan pemerintahan

Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib


sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa.

5. Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk


memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan
sosialisasi dari pendidikan

b. Komunikasi informal

Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan gur


dan orang tua, peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan

11
dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru dan orang tua
dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah.
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang
digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.

c. Rekreasi

Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat


sarana penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan
seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.

C. Diagnosis Keperawatan Komunitas

Bentuk masalah keperawatan komunitas pada kelompok khusus anak


usia sekolah yang dapat di rumuskan menjadi diagnosa keperawatan seperti:

1. Risiko gangguan tumbuh kembang pada anak usia sekolah

2. Risiko peningkatan kejadian cedera pada anak usia sekolah

3. Dapat merumuskan diagnosa lain sesuai dengan kondisi masalah


kesehatan komunitas yang ditemukan.

D. Perencanaan

Dapat menggunakan pendekatan pencegahan dalm membuat


perencanaan keperawatan yaitu :

1. Pencegahan primer (primary prevention)

a. Program promosi kesehatan

1) Pendidikan kesehatan tentang : manfaat makanan sehat dan cara


menaruh jajanan sehat, kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah,
kebersihan diri (rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu), cara mencuci
tangan yang baik, kebutuhan latihan fisik anak usia sekolah, cara

12
belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lain sesuai kebutuhan
anak sekolah.

2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (perawat dapat


meminta bantuan guru dan kader kesehatan sekolah untuk melakukan
pengukuran TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di KMS anak
sekolah). Mengingat banyak sekolah yang ada di wilayah binaan
perawat, maka sebaiknya perawat sudah membuat jadwal kunjungan
tenaga kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali untuk tiap
sekolah.

3) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah


atau masalah kesehatan

4) Membentuk kelompok sewaktu anak usia sekolah sebagai support


bagi anak sekolah, orang tua atau keluarga.

b. Program proteksi kesehatan:

1) Pelayanan masyarakat : pemberian untuk anak SD kelas 1 pemberian


OT dan SD kelas VI (waruta) pemberian TT.

2) Program pencegahan kecelakaan pada anak usia sekolah seperti


memfasilitasi zebra cross untuk penyebrangan. Menyediakan petugas
yang membantu anak sekolah menyeberang, menganjurkan anak
menggunakan pelindung lutut atau helm jika bersepeda,
rnenganjurkan sekolah untuk menjaga kebersihan lantai (membuat
tanda peringatan bila sedang dibersihkan), menganjurkan sekolah
untuk dapat memperhatikan keselamatan anak seperti : tangga dibuat
tidak curam, lapangan tidak berbatu, menganjurkan keluarga untuk
meningkatkan pengawasan pada anak usia sekolah khususnya anak
usia sekolah yang tinggal didekat jalan, tempat yang berbahaya,
pemantauan yang ketat terhadap jajanan yang dijual di sekolah.

3) Perlindungan anak usia sekolah dan child abuse dan orang dewasa
disekitarnya : meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap

13
keselamatan dan kesehatan anak usia sekolah, termasuk sikap guru
yang mendidik bukan menghukum, membuat sistem pelaporan dan
sangsi yang jelas apabila menemukan anak usia sekolah yang
mengalami tindakan kekerasan baik fisik, emosional, atau seksual dan
orang lain, untuk segera diproses secara hukum yang berlaku di
Indonesia.

2. Pencegahan sekunder (secondary prevention)

a. Pencegahan dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang


anak sekolah, atau penyakrt untuk segera ditegakkan diagnosis dan
pengobatan sejak dulu.

b. Perawatan emergency, misalnya ditemukan pada anggota anak usia


sekolah yang mengalami kecelakaan disekolah, atau lalu lintas

c. Perawatan akut dan kritis, dtberikan pada anak usra sekolah yang
mengalami sakit akut seperti diare, demam, dan lain-lain. Perawatan
juga diberikan pada anak usia sekolah dengan penyak kronis.

d. Diagnosa dan terepi perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis


keperawatan dan segera memberikan terapi keperawatannya.

e. Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebrh lanjut

3. Pencegahan tersier (tertiary prevention)

a. Memberikan dukungan pada upaya pemulihan anak usia sekolahsetelah


sakit dengan memelihara kondisi kesehatan agar tumbuh kembangnya
optimal

b. Memberikan konseling perawatan lanjut pada kelompok anak usia


sekolah pada masa pemulihan

14
E. Implementasi

a. Pemberdayaan komunitas sekolah

Hal yang penting dapat dilakukan agar komunitas sekolah peduli


terhadap masalah kesehatan anak usia sekolah. Pemberdayaan disesuaikan
dengan kemampuan yang ada di komunitas, misalnya : sekolah
mendirikan kantin sehat dan jujur, yang menjual jajanan yang sehat (bebas
pewama / pernarus buatan, bebas pengawet, serta memperhatikan masa
kadaluarsanya) dan siswa di rasakan untuk jujur mengambil dan membayar
sendiri di kotak yang telah disediakan.

b. Proses kelompok

Perawat komumtas juga dapat menggunakan pendekatan kelompok,


agar implementasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kelompok yang
terdiri dari anak sekolah yang mempunyai masalah yang sama, kelompok ini
akan sangat bermanfaat membantu keluarga menemukan solusti masalah
kesehatan. Contoh di bentuknya kelompok swadaya bantu anak usia
sekolah. yang mengatur gangguan konsentrasi belajar; kelompok untuk
dengan di fasilitasi oleh guru dan perawat komunitas akan mencoba
mengenal penyebab dan mencahkan solusi , serta melainkan konsentrasi
anak. Anjuran untuk latihan berenang cukup efektif untuk membantu anak
belajar konsentrasi.

c. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan seperti dijelaskan di awal akan sangat


membantu anak sekolah meningkatkan pengetahuannya untuk merubah
perilaku hidup lebih sehat.

d. Kerukunan

15
Kerukunan perlu dibentuk agar ada jejanng kerja, contoh: kerukunan
dengan pedagang kantin agar dapat menyediakan makanan yang murah dan
sehat. Kerukunan dengan perusahaan/percetakan buku yang dapat
memberikan buku murah untuk anak. Tentu masih banyak lagi kerukunan
yang dapat saudara bangun dalam rangka meningkatkan kesehatan anak
usia sekolah.

F. Evaluasi

Perawat komunitas bersama komunitas dapat mengevaluasi semua


implementasi yang telah dilakukan dengan merujuk pada tujuan yang
telah ditetapkan yaitu mencapai kesehatan anak usia sekolah yang optimal.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus anak usia
sekolah, berikut yang dapat dirangkum diatas adalah:

1. Sasaran pembenaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok


khusus anak usia sekolah ada hanya pada anak sekolahnya saja, pada
komunitas sekolah yattu : guru, staf administyrasi. orang tua / wali siswa,
masyarakat sekitar sekolah termasuk para pedagang yang ada di kantin atau
di luar sekolah-sekolah.

2. Perawat komunitas dapat berperan sebagat : Advokat, Case finder; Case


manager, Community , Konselor kesehatan, Pendidik kesehatan.

3. UKS dikembangkan berdasarkan historical model yang tercantum dalam


Trias UKS yaitu : pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
perubahan lingkungan sekolah yang sehat.

4. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak usia sekolah yattu :
masalah kebutuhan nutrisi (jajanan yang kurang sehat,
kelebihan/kekurangan nutrisi anoreksia), masalah kebersihan , masalah
gangguan konsentrasi belajar : resiko keamanan dan kebiasaan merokok
sejak dulu, masalah psikososial dan masalah kekerasan pada anak

5. Perawat bersama komunitas sekolah dapat melakukan upaya pencegahan


dan mengatasi masalah kesehatan pada anak usia sekolah dengan rnerujuk
pada level pencegahan dan menggunakan 4 strategi pendekatan intervensi
keperawatan komunitas.

17
B. Kritik dan Saran
Bagi para pembaca dan khususnya tenaga kesehatan dengan adanya
makalah ini semoga dapat menambah wawasan kita mengenai asuhan
keperawatan agregat pada anak sekolah di komunitas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.N., & Spredley, B.W. (2001). Community health nursing :


concept and practice. Philadelphia: Lrppmcot.

Anderson, E.T. & McFarlane,J. (2000). Community as partner: Theory and


practice nursing. Philadelphia: Lippmcot.

Departemen Kesehatan RI .(2003). Kemitraan menuju Indonesia sehat


2010. Jakarta : SekretanatJenderal Departemen Kesehatan RI.

Ervin, N.E. (2002). Advanced community health nursing practice: population


focused care. New Jersey: Pearson Educanon.lnc.

Neuman, B. (1995). The Neuman systems model ( 3 ed.). Norwalk, CT:


Appleton-Lange.

McMurray, A. (2003). Community health and wellness: a soctoecological


approach. Toronto: Mosby.

Chairani, R. (2015). Modul keperawatan komunitas: Asuhan keperawatan


komunitas pada kelompok khusus. Dilihat dari
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-2-47932732. Di askes pada
tanggal 10/01/2020

19

Anda mungkin juga menyukai