OLEH :
NURUL MUTMAINNAH
119431708
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan semesta alam, karena dengan rahmat dan karunia-NYA sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II untuk meningkatkan kemampuan
dan pemahaman tentang mata kuliah ini terutama tentang Asuhan Keperawatan
Agregat di Komunitas Kesehatan Sekolah.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah “KEPERAWATAN
KOMUNITAS II” yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 4
D. Manfaat Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN 6
A. Definisi Keperawatan Komunitas 6
B. Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko 6
C. Tes Formatif 7
BAB IV PENUTUP 17
A. Kesimpulan 17
B. Kritik Dan Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas di bagi berdasarkan kelompok usia
diantaranya adalah kelompok usia anak sekolah. Menurut Wong (2008), anak
sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi
pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka,
teman sebaya, dan orang lainnya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 mulai masuk
sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak
masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik
dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan,
kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan
pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. (Profil Kesehatan
Indonesia, 2014)
Sulitnya memenuhi target penjaringan SD/MI dapat disebabkan oleh
beberapa masalah. Masalah utama yang sering ditemukan di daerah yaitu
kurangnya tenaga di puskesmas sedangkan jumlah SD/MI cukup banyak,
sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan waktu
lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum terintegrasi dengan
baik. Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah dilaksanakan di
puskesmas namun di beberapa provinsi, pengelola program UKS di
kabupaten/kota berada pada struktur organisasi yang berbeda sehingga menjadi
1
penyebab koordinasi pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan baik.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
Penjaringan kesehatan diukur dengan menghitung persentase SD/MI
yang melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi
sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan
penjaringan kesehatan untuk siswa kelas satu pada tahun 2014 di Indonesia
sebesar 82,17%, mengalami peningkatan dibandingkan cakupan tahun 2013
yang sebesar 73,91%. Namun, belum mencapai target Renstra 2014 sebesar
95%. Dari Gambar 5.39 diketahui bahwa sebagian besar provinsi belum
memenuhi target Renstra 2014 yang sebesar 95%, hanya delapan provinsi yang
telah mencapai target. Terdapat empat provinsi dengan capaian 100%, yakni
Provinsi Kalimantan Barat, Bali, DI Yogyakarta, dan Kepulauan Bangka
Belitung. Capaian terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 0%, diikuti oleh
Nusa Tenggara Timur sebesar 13,51%, dan Papua Barat sebesar 41,81%.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
Indikator Penjaringan pada Renstra 2010-2014, berbeda dengan
Renstra 2015-2019. Jika pada akhir tahun 2014 indikator difokuskan kepada
sekolah, maka pada renstra 2015 lebih difokuskan kepada Puskesmas.
Penentuan target didapatkan dari data dasar akhir tahun 2014 dimana cakupan
sekolah yang melaksanakan sebesar 82% (bila dikonversi kedalam jumlah
puskesmas menjadi sebesar inimal 40%) dari target sebesar 95% dengan rata-
rata peningkatkan indicator ini sebesar 5% dan peningkatan sebesar 8,3%
dibandingkan tahun 2013. Pada capaian tahun 2015, puskesmas melaksanakan
penjaringan kesehatan peserta didik kelas I mencapai target yang telah
ditetapkan. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Capaian pada tahun 2015 sebesar 57% yang berarti sebanyak 5.541
puskesmas sudah melaksanakan penjaringan peserta didik kelas I. sedangkan
target nasional tahun 2015 sebesar 50% dengan demikian dari 34 provinsi
terdapat 19 provinsi yang mencapai target Puskesmas melaksanakan
penjaringan kesehatan peserta didik kelas I. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk
pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka
2
juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan
baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa
SD/sederajat kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter
kecil). Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga
keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga
pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang
ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang
UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya
berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan
pelatihan dokter kecil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan
kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta
lingkungan pada umumnya. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Masalah-masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang muncul
biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Sehingga
isu yang lebih menonjol adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
seperti cara menggosok gigi yang benar, cuci tangan pakai sabun, dan
kebersihan diri lainnya. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, menunjukkan
bahwa kurang dari 10% orang-orang Indonesia yang menggosok gigi dengan
benar.
Berdasarkan masalah diatas, maka untuk dapat mencapai kondisi
kesehatan yang optimal, kesehatan masyarakat Indonesia haruslah dimulai
dari bawah, yaitu terciptanya keadaan dan kesadaran tiap individu atau
keluarga dalam masyarakat untuk mengupayakan hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keperawatan komunitas ?
2. mengapa usia sekolah sebagai kelompok risiko
3
3. apa itu tes formatif
4. Bagaimana melakukan pengkajian data inti (core) ?
5. Bagaimana cara pengkajian sub sistem ?
6. Bagaimana cara menentukan diagnosa keperawatan komunitas ?
7. Bagaimana cara menetukan intervensi keperawatan komunitas ?
8. Bagaimana cara melakukan implementasi keperawatan komunitas ?
9. Bagaimana cara melakukan evaluasi ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar serta asuhan keperawatan
komunitas pada agregat anak usia sekolah.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi keperawatan komunitas.
2. Mengetahui usia sekolah sebagai kelompok risiko.
3. Mengetahui mengenai tes formatif .
4. Mengetahui cara melakukan pengkajian data inti (core).
5. Mengetahui cara pengkajian sub system.
6. Mengetahui cara menentukan diagnosa keperawatan komunitas.
7. Mengetahui cara menetukan intervensi keperawatan komunitas.
8. Mengetahui cara melakukan implementasi keperawatan komunitas.
9. Mengetahui cara melakukan evaluasi.
D. Manfaat
Manfaat Teoritis
1. Hasil penulisan makalah ini dapat membantu dan mempermudah mahasiswa
dalam memahami dan membentuk kerangka berpikir secara sistematis
tentang asuhan keperawatan komunitas pada agregat anak usia sekolah.
Manfaat Praktis
4
2. Masyarakat khususnya anak usia sekolah serta orang tua dan masyarakat
mampu memahami dan menerapkan prinsip hidup bersih dan sehat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun.
6
potensial terjadinya sakit atau usia sekolah merupakan populasi risiko karena
beberapa hal yaitu:
C. Tes Formatif
7
a. Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan perubahan lingkungan.
4. Dalam membantu siswa untuk hidup sehat maka peran perawat dalam
Usaha Kesehatan Sekolah , yattu sebagai :
a. 3 buIan
8
b. 4 bulan
c. 5 bulan
d. 6 bulan
e. 1 tahun
9
BAB III
3. Nilai, kepercayaan dan agama: nilai dan kepercayaan yang dianut oleh
anak usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut,
fasilitas keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia sekolah.
1. Lingkungan Fisik
10
b. Auskultasi: Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah
dari guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
3. Ekonomi
5. Komunikasi
a. Komunikasi formal
b. Komunikasi informal
11
dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru dan orang tua
dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah.
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang
digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
c. Rekreasi
D. Perencanaan
12
belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lain sesuai kebutuhan
anak sekolah.
3) Perlindungan anak usia sekolah dan child abuse dan orang dewasa
disekitarnya : meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap
13
keselamatan dan kesehatan anak usia sekolah, termasuk sikap guru
yang mendidik bukan menghukum, membuat sistem pelaporan dan
sangsi yang jelas apabila menemukan anak usia sekolah yang
mengalami tindakan kekerasan baik fisik, emosional, atau seksual dan
orang lain, untuk segera diproses secara hukum yang berlaku di
Indonesia.
c. Perawatan akut dan kritis, dtberikan pada anak usra sekolah yang
mengalami sakit akut seperti diare, demam, dan lain-lain. Perawatan
juga diberikan pada anak usia sekolah dengan penyak kronis.
14
E. Implementasi
b. Proses kelompok
c. Pendidikan kesehatan
d. Kerukunan
15
Kerukunan perlu dibentuk agar ada jejanng kerja, contoh: kerukunan
dengan pedagang kantin agar dapat menyediakan makanan yang murah dan
sehat. Kerukunan dengan perusahaan/percetakan buku yang dapat
memberikan buku murah untuk anak. Tentu masih banyak lagi kerukunan
yang dapat saudara bangun dalam rangka meningkatkan kesehatan anak
usia sekolah.
F. Evaluasi
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus anak usia
sekolah, berikut yang dapat dirangkum diatas adalah:
4. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak usia sekolah yattu :
masalah kebutuhan nutrisi (jajanan yang kurang sehat,
kelebihan/kekurangan nutrisi anoreksia), masalah kebersihan , masalah
gangguan konsentrasi belajar : resiko keamanan dan kebiasaan merokok
sejak dulu, masalah psikososial dan masalah kekerasan pada anak
17
B. Kritik dan Saran
Bagi para pembaca dan khususnya tenaga kesehatan dengan adanya
makalah ini semoga dapat menambah wawasan kita mengenai asuhan
keperawatan agregat pada anak sekolah di komunitas.
18
DAFTAR PUSTAKA
19