Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar belakang
Kasus demam berdarah terjadi karena dua faktor utama; musim dan perilaku hidup masyarakat
yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat
menyebabkan kondisi kegawatdaruratan hingga kematian, oleh karena dibutuhkan kesadaran
oleh masyarakat mengenai DBD secara umum dan tindakan pencegahannya. Berbagai upaya
dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya adalah dengan
melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M.
Permasalahan
Wabah DBD pada umumnya meningkat ketika musim hujan, hal ini disebabkan oleh semakin
bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk karena meningkatnya curah hujan.
Tidak heran jika hampir setiap tahunnya, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar biasa
(KLB).
Masyarakat diharapkan cukup berperan dalam hal ini. Oleh karena itu, langkah pencegahan yang
dapat dilakukan adalah upaya pencegahan DBD dengan 3M Plus.
Sasaran: 20-30 peserta >12 tahun hingga lansia yang datang ke poli umum
Tujuan umum:
Tujuan khusus:
Pelaksanaan
2. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di
dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang
nyamuk.
3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga
disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
“Plus” yang dimaksud disini antara lain kegiatan yang dapat menunjang PSN, diantaranya;
Koordinasi dengan kader setempat untuk pemantauan lingkungan sekitar RT/RW yang masih
memiliki potensi sebagai sarang nyamuk serta dilakukan evaluasi secara rutin mengenai kasus
DBD setiap bulannya terutama ketika musim hujan.
F2: Upaya Kesehatan Lingkungan Penyuluhan Mengenai Skabies dan Pencegahannya
Tanggal: 30 September 2021
Latar Belakang
Skabies merupakan penyakit parasitik yang menjadi tantangan dalam kesehatan lingkungan
sacara umum. Hal ini disebabkan oleh karena diagnosisnya yang cenderung terlambat dan
penularannya yang cukup cepat. Ditambah lagi, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
sanitasi lingkungan (ventilasi, pencahayaan, suhu, kelembaban dan tempat penyediaan air bersih)
berhubungan dengan angka kejadian dan penularan skabies. Pemahaman masyarakat mengenai
scabies dan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan skabies menjadi poin penting untuk
mencapai penyeleasian penyakit skabies di wilayah Kalisari.
Permasalahan
Sasaran: 20-30 peserta >12 tahun hingga lansia yang datang ke poli umum
Tujuan umum:
Tujuan khusus:
Metode: Penyampaian informasi secara langsung antara pemberi materi dan penerima materi
dalam pelayanan poli umum.
Penanggung jawab : Peserta PIDI
Pelaksanaan
Bila kamu menduga banyak tungau di dalam kamar, cobalah untuk mencuci semua pakaian dan
sprei tempat tidur. Gunakan air panas dan sabun. Bila perlu direbus untuk membunuh tungau
yang masih tertinggal.
Bersihkan dengan menggunakan mesin penyedot debu. Selain itu, bersihkan pula semua karpet
dan furnitur yang ada di dalam rumah.
3. Hindari Kontak.
Karena bisa menular lewat kontak fisik, maka cara menghindari kudis bisa dengan menyingkir
dari kontak erat dengan pengidap kudis. Jangan lupa untuk menghindari kebiasaan menggunakan
barang-barang pribadi seperti handuk.
4. Buang Barang-Barang.
Bungkus dengan plastik benda yang dicurigai terkontaminasi tungau, namun tak bisa dicuci.
Kemudian, letakkan barang tersebut di tempat yang jauh dari jangkauan. Tungau tersebut akan
mati dalam beberapa hari.
Koordinasi dengan kader setempat untuk pelacakan kasus skabies dan kontaknya, serta dilakukan
evaluasi secara rutin mengenai kasus skabies setiap triwulan di wilayah Kalisari.
F2: Upaya Kesehatan Lingkungan Investigasi Kontak TB dan Edukasi Kesehatan
Lingkungan terkait TB
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. WHO
memperkirakan insiden tahun 2018 sebesar 843.000 atau 319 per 100.000 penduduk sedangkan
TBC-HIV sebesar 36.000 kasus per tahun atau 14 per 100.000 penduduk. Kematian karena TBC
diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk, dan kematian TBC-HIV sebesar
9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk. Dengan insiden sebesar 843.000 kasus per tahun dan
notifikasi kasus TBC sebesar 570.289 kasus maka masih ada sekitar 32% kasus yang belum
ditemukan dan diobati (un-reach) atau sudah ditemukan dan diobati tetapi belum tercatat oleh
program (detected, un-notified). Mereka yang belum ditemukan menjadi sumber penularan TBC
di masyarakat. Keadaan ini merupakan tantangan besar bagi program penanggulangan TBC di
Indonesia, diperberat dengan tantangan lain dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi
seperti koinfeksi TBC-HIV, TBC resistan obat (TBC-RO), TBC kormobid, TBC pada anak dan
tantangan lainnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, Program Penanggulangan TB mergubah
strategi penemuan pasien TBC tidak hanya “secara pasif dengan aktif promotif” tetapi juga
melalui “penemuan aktif secara intensif dan masif berbasis keluarga dan masyarakat “, dengan
tetap memperhatikan dan mempertahankan layanan yang bermutu sesuai standar.
Permasalahan
Sasaran: Tiga pasien TB, anggota keluarga serumah, rumah sekitar penderita TB
Tujuan umum:
Tujuan khusus:
Metode: Koordinasi dan kunjungan langsung bersama kader TB. Evaluasi lingkungan sekitar
rumah pasien TB dan anggota keluarga serumah, serta memberikan formulir cek dahak untuk
kontak erat atau suspek TB. Evaluasi pengetetahuan mengenai kesehatan lingkungan terkait TB
dan melakukan edukasi.
Pelaksanaan
Koordinasi dengan kader setempat untuk kasus baru TB dan suspek TB. Evaluasi secara rutin
mengenai kasus TB setiap triwulan di wilayah Kalisari.
F2: Upaya Kesehatan Lingkungan Investigasi Jentik pada Wilayah Temuan Kasus DBD
Latar Belakang
Penyakit DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat, umumnya terjadi di daerah perkotaan
namun saat ini juga sudah menyebar sampai daerah pedesaan, dengan sirkulasi serotype virus
beragam dan endemik khususnya di negara-negara tropis dan subtropis seperti Indonesia. Hampir
semua wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD, sebab baik virus
dengue penyebab penyakit maupun nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penularnya sudah
tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum di seluruh Indonesia
Dalam satu minggu terakhir ditemukan dua kasus DBD baru di wilayah Kalisari. Oleh karena itu,
perlu dilakukan investigasi jentik untuk melihat apakah ada sumber pengembangbiakan jentik di
wilayah terkait.
Permasalahan
Sasaran: RW 3
Tujuan umum:
Tujuan khusus:
Pelaksanaan
Koordinasi dengan kader jemantik apakah dalam 1-2 minggu kedepan sumber jentik nyamuk
sudah dikuras. Evaluasi kasus DBD setiap triwulan.