Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Psikologi

Volume 44, Nomor 1, 2017: 50 - 65


DOI: 10.22146/jpsi.22988

Literasi Kesehatan Mental dan Sikap Komunitas sebagai


Prediktor Pencarian Pertolongan Formal
Anita Novianty1 & M. Noor Rochman Hadjam2
1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Abstract. Mental illness had contributed 23% of global mental health burden. The high
number of mental illness prevalence had impact on social and economic burden, yet only
10% was treated by professional. This study aimed to find out the significance of mental
health literacy and community attitude toward mental illness toward formal help seeking.
The hypothesis was mental health literacy and community attitude toward mental illness
predicted formal help-seeking. A survey method was applied with total respondent was
168 people living in urban area. Multiple regression analysis was used to analyze the data.
The result showed mental health literacy and community attitude toward mental illness
significantly predicted the formal help seeking simultaneously (F=3.466; p<0.05). This
study concluded that people who well literate in mental health issues and having positive
community attitude in their environment can affect their help seeking to professional
treatment.
Keywords: community attitude; formal help seeking; mental health literacy

Abstrak. Gangguan mental berkontribusi sebesar 23% terhadap beban kesehatan mental
dunia. Tingginya angka prevalensi gangguan mental berdampak pada beban sosial dan
ekonomi, namun hanya 10% yang menerima penanganan profesional. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan signifikansi literasi kesehatan mental dan sikap komunitas
terhadap gangguan mental terhadap pencarian pertolongan formal. Hipotesisnya adalah
literasi kesehatan mental dan sikap komunitas terhadap gangguan mental memprediksi
pencarian pertolongan formal. Metode survei digunakan dengan jumlah responden 168
orang yang tinggal di area perkotaan. Analisis regresi ganda digunakan untuk analisa
data. Hasil menunjukkan literasi kesehatan mental dan sikap komunitas terhadap
gangguan mental secara bersama-sama signifikan memprediksi pencarian pertolongan
formal (F=3,466; p<0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa orang yang memiliki literasi
kesehatan mental yang tinggi dan sikap komunitas yang positif memengaruhi pencarian
pertolongan ke penanganan profesional.
Kata kunci: literasi kesehatan mental; pencarian pertolongan formal; sikap komunitas

Gangguan 12mental merupakan salah satu ditanggung oleh individu, keluarga,


tantangan kesehatan global yang memiliki komunitas, dan negara (Kohn, Saxena,
dampak signifikan dikarenakan prevalensi Levav, & Saraceno, 2004). Gangguan
yang tinggi dan penderitaan berat yang mental akan muncul satu waktu pada 10%
populasi orang dewasa (World Health
Organization, 2001). Pada tahun 1990,
1
Koresponden untuk tulisan ini ditujukan kepada: gangguan mental dan neurologis berkon-
anita_novianty@ugm.ac.id
tribusi sebesar 10% dari total Disability-

50 JURNAL PSIKOLOGI
LITERASI KESEHATAN MENTAL DAN SIKAP KOMUNITAS

Adjusted Life Years (DALYs yaitu tahun bentuk pencarian pertolongan informal
yang dihabiskan seseorang dalam kondisi dengan cara pengobatan ke dukun atau
disabilitas), kemudian pada tahun 2000 ahli agama. Temuan ini didukung oleh
menjadi sebesar 12%, dan diperkirakan Salim (2014) bahwa salah satu bentuk
terus akan meningkat hingga 15% pada pencarian pertolongan yang dominan
tahun 2020 (World Health Organization, terkait gangguan mental baik pada
2001). Estimasi saat ini 450 ribu orang penduduk di desa maupun kota adalah
setidaknya memiliki satu gangguan mendatangi kiai. Dampak dari tingginya
mental (McBain, Salhi, Morris, Salomon, & angka penanganan yang bersifat informal
Betancourt, 2012). adalah penundaan pencarian pertolongan
formal (Burns, 2014; Uwakwe & Otakpor,
Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskedas) menunjukkan prevalensi 2014) dan juga penundaan diketahuinya
gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7 gangguan dari onset pertama kali muncul
per mil, yang artinya 1-2 orang dari 1000 (Kohn et al., 2004).
penduduk Indonesia mengalami gang- Pencarian pertolongan formal terkait
guan jiwa (Badan Penelitian dan Pengem- gangguan mental adalah niat atau upaya
bangan Kesehatan, 2013). Prevalensi proses pengatasan adaptif individu yang
penduduk yang mengalami gangguan berusaha memeroleh pendampingan
mental emosional secara nasional pada eksternal yaitu tenaga profesional kese-
tahun 2013 sebesar enam persen (37.728 hatan untuk menangani isu terkait gang-
orang dari subjek yang dianalisis). Angka guan mental. Adapun aspek-aspek dari
bunuh diri di Indonesia juga terus pencarian pertolongan formal dalam
meningkat hingga mencapai 1,6 - 1,8 tiap penelitian ini terdiri dari keterbukaan diri,
100.000 penduduk. Adapun kejadian nilai dan kebutuhan, dan keyakinan orang
bunuh diri tertinggi berada pada kelom- lain terhadap penanganan profesional
pok usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 (Ajzen, 1988; Elhai, Schweinle, &
tahun). Fenomena bunuh diri di Indonesia Anderson, 2008; Fischer & Turner, 1970;
meningkat pada kelompok masyarakat Mak & Davis, 2013; Rickwood, Thomas, &
yang rentan terhadap sumber tekanan Bradford, 2012; Salim, 2014).
psikososial yaitu pengungsi, remaja, dan
Berdasarkan penelitian sebelumnya
masyarakat sosial ekonomi rendah (World
terdapat beberapa model yang dapat
Health Organization, 2012).
menjelaskan prediktor pencarian perto-
Prevalensi individu dengan gangguan longan, walaupun beberapa diantaranya
mental secara global sangat tinggi, namun saling kontradiktif. Dearing dan
jumlah individu yang mendapatkan Twaragowski (2012) mengemukakan dua
penanganan profesional kurang dari 10% faktor utama yang berkaitan dengan
di negara-negara dengan pendapatan pencarian pertolongan, yaitu faktor terkait
menengah ke bawah (McBain et al., 2012). individu dan faktor terkait penanganan.
Di banyak konteks negara-negara dengan Faktor terkait individu yang memengaruhi
pendapatan menengah ke bawah, gang- pencarian pertolongan seperti faktor
guan mental lebih banyak ditangani oleh demografi (Mendoza, Masuda, &
penyembuh tradisional (Burns, 2014). Swartout, 2015; Reynders, Kerkhof,
Penelitian Subandi dan Utami (1996) pada Molenberghs, & Van Audenhove, 2015),
keluarga yang memiliki anggota keluarga kepribadian dan kompetensi emosional
dengan gangguan mental menemukan (Mendoza et al., 2015; Umubyeyi, Mogren,
JURNAL PSIKOLOGI 51
NOVIANTY & HADJAM

Ntaganira, & Krantz, 2016). Faktor terkait untuk mencari pertolongan profesional
penanganan yang memengaruhi kepu- (Jorm, 2000). Keyakinan dan intensi
tusan individu untuk mencari pertolongan terhadap pencarian pertolongan meme-
seperti faktor geografis, transportasi, ngaruhi tindakan nyata pada respon
waktu, dan biaya (Fox, Blank, Rovnyak, & individu untuk mendekati dan merujuk
Barnett, 2001; Sun et al., 2016). orang dengan gangguan mental pada
penanganan yang tepat (Yap & Jorm,
Salah satu faktor yang menghambat
2012).
pencarian pertolongan formal terkait
gangguan mental pada level individu Kido, Kawakami, Miyamoto, Chiba
adalah rendahnya pengetahuan mengenai dan Tsuchiya (2013) menemukan asosiasi
gangguan mental (Andersson et al., 2013; antara sosial kapital pada level individu
Fox et al., 2001; Sun et al., 2016; Umubyeyi dan stigma gangguan mental. Secara
et al., 2016). Rendahnya pengetahuan khusus, rasa percaya dalam komunitas,
ditunjukkan dari ketidakmampuan dalam kerja sama, dan hubungan mutual ber-
identifikasi gangguan mental (Andersson kaitan dengan rendahnya stigma. Rasa
et al., 2013) atau konsepsi keliru mengenai percaya dalam komunitas berkaitan
gangguan mental yang memicu orang dengan rasa percaya pada orang dengan
cenderung mencari pertolongan informal gangguan mental yang menyebarkan
(Mehta & Thornicroft, 2014; Umubyeyi et keyakinan bahwa mereka aman dan tidak
al., 2016). melukai orang lain, serta adanya harapan
untuk menerima bantuan dari tetangga.
Literasi kesehatan mental didefini-
sikan sebagai pengetahuan dan keyakinan Penelitian yang dilakukan oleh
mengenai gangguan-gangguan mental Hickling, Robertson-Hickling, dan Paisley
yang membantu rekognisi, manajemen, (2011) juga menemukan perubahan sikap
dan prevensi (Jorm, 2000). Aspek-aspek individu terhadap gangguan mental dan
kesehatan mental dalam penelitian ini rendahnya stigma terjadi ketika keterli-
terdiri dari rekognisi gejala-gejala gang- batan komunitas dengan orang gangguan
guan mental, pengetahuan mengenai mental meningkat. Stigma negatif berubah
informasi kesehatan mental, pengetahuan menjadi positif ketika adanya kebersama-
mengenai penyebab gangguan mental, an dan kebaikan hati, serta penempatan
pengetahuan mengenai pencarian perto- layanan kesehatan mental komunitas di
longan formal, pengetahuan cara menjaga sistem layanan kesehatan primer.
kesehatan mental positif, dan keyakinan
Sikap komunitas terhadap gangguan
mengenai gangguan mental (Jorm, 2000;
mental didefinisikan sebagai evaluasi
O’Connor & Casey, 2015; O’Connor,
subjektif individu sebagai bagian dari
Casey, & Clough, 2014; Wang et al., 2013).
komunitas di area tempat tinggalnya
Marastuti (2014) menemukan hubung- terhadap penerimaan atau penolakan
an positif antara literasi kesehatan mental terkait kehadiran orang dengan gangguan
dan perilaku pencarian pertolongan. mental dan fasilitas layanan kesehatan
Literatur sebelumnya juga menunjukkan mental di komunitas. Aspek-aspek dari
bahwa literasi kesehatan mental berkaitan sikap komunitas terhadap gangguan
dengan intensi dan perilaku pencarian mental terdiri dari keterbukaan pikiran
pertolongan (Mason, Hart, Rossetto, & dan pro-integrasi, takut dan penghin-
Jorm, 2015). Literasi kesehatan mental daran, dan ideologi kesehatan mental
berkaitan dengan keyakinan dan tindakan komunitas (Högberg, Magnusson,
52 JURNAL PSIKOLOGI
LITERASI KESEHATAN MENTAL DAN SIKAP KOMUNITAS

Ewertzon, & Lützén, 2008; Taylor & Dear, untuk mengevaluasi sikap atau perilaku
1981). tertentu, serta memprediksi perilaku
Model Perilakuan yang dikemukakan (Bordens & Abbott, 1991).
oleh Andersen (1995) menemukan bahwa Total subjek yang berpartisipasi
faktor predisposisi dan sumber yang dalam penelitian ini sebanyak 168 orang
memfasilitasi (seperti keluarga atau yang tinggal di kawasan perkotaan
komunitas) dapat menjadi variabel inde- (kisaran usia 15-63 tahun; 26 laki-laki dan
penden yang memengaruhi penggunaan 65 perempuan). Kriteria inklusif terdiri
layanan kesehatan. Cauce et al., (2002) dari: a) Berusia di atas 15 tahun; dan b)
mengemukakan bahwa keputusan penca- Tinggal di area tempat tinggalnya lebih
rian pertolongan bergantung pada dari dua tahun. Total subjek yang berpar-
rekognisi (terdefinisi secara epidemiologis tisipasi dalam uji skala sebanyak 77 orang.
atau persepsi kebutuhan) dan keputusan Total subjek yang berpartisipasi dalam
pencarian pertolongan (dengan paksaan pengumpulan data penelitian sebanyak 91
atau sukarela) yang dipengaruhi oleh orang.
konteks terdekat ke individu (keluarga)
Penelitian ini menggunakan tiga
hingga konteks terjauh dari individu
instrumen yang dikembangkan penulis
(budaya). Budaya dapat memengaruhi
dan dimodifikasi dari penelitian sebelum-
keyakinan awam mengenai penyebab
nya. Skala pencarian pertolongan formal
gangguan mental dan referensi orang
dikembangkan penulis berdasarkan
terkait pencarian pertolongan (Wong,
pengukuran pencarian pertolongan oleh
Tran, Kim, Kerne, & Calfa, 2010). Pola
(Rickwood et al. (2012), Teori Perilaku
perilaku pencarian pertolongan keluarga
Terencana oleh Ajzen (1988) dan beberapa
dengan gangguan mental menunjukkan
penelitian mengenai pengembangan teori
bahwa pencarian pertolongan diprediksi
dan pengukuran (Elhai et al., 2008; Fischer
dari analisis penyebab dan pengaruh
& Turner, 1970; Mak & Davis, 2013; Salim,
eksternal (Subandi & Utami, 1996).
2014). Skala ini mengukur niat atau usaha
Berdasarkan kajian literatur dan individu dalam mencari bantuan eksternal
penelitian sebelumnya, hipotesis peneli- oleh profesional. Format skala ini adalah
tian ini adalah literasi kesehatan mental Likert dengan empat alternatif jawaban
dan sikap komunitas terhadap gangguan (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju,
mental secara signifikan memprediksi sangat setuju). Jumlah aitem yang diguna-
pencarian pertolongan formal. Tujuan dari kan dalam penelitian adalah delapan
penelitian ini adalah menguji signifikansi aitem dengan nilai reliabilitas sebesar
variabel-variabel prediktor (literasi kese- 0,740.
hatan mental dan sikap komunitas terha- Skala literasi kesehatan mental
dap gangguan mental) terhadap pencarian dikembangkan oleh peneliti berdasarkan
pertolongan formal dan menemukan kerangka konseptual dari literatur
kontribusi efektif masing-masing variabel. sebelumnya (Jorm, 2000; O’Connor &
JURNAL PSIKOLOGI Casey, 2015; O’Connor et al., 2014; Wang et
al., 2013). Skala ini mengukur rekognisi
Metode
publik, pengetahuan, dan keyakinan
Penelitian ini menggunakan pendekatan mengenai gangguan mental. Format skala
kuantitatif dengan desain survei lapangan. ini adalah dikotomi. Jumlah aitem yang
Survei lapangan biasanya digunakan digunakan dalam penelitian adalah 11

53
NOVIANTY & HADJAM

aitem dengan nilai reliabilitas sebesar sebanyak 91 orang. Hasil analisis pada
0,760. sampel penelitian menunjukkan deskripsi
Skala sikap komunitas terhadap statistik sebagai berikut:
gangguan mental diadaptasi dari Skala
Community Attitude toward Mental Deskripsi hasil data penelitian
Illness (CAMI) yang dikembangkan oleh
Deskripsi data disajikan dalam rerata
Högberg et al. (2008), yang kemudian di
hipotesis dan rerata empirik yang diper-
beberapa aitem dimodifikasi sesuai kon- oleh dari respon jawaban subjek terhadap
teks subjek penelitian. Skala ini mengukur setiap skala yang diberikan. Deskripsi data
evaluasi subjektif individu sebagai bagian penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
dari komunitas terhadap penerimaan atau
penolakan terhadap kehadiran orang Berdasarkan analisis deskriptif empi-
dengan gangguan mental dan fasilitas rik untuk data pencarian pertolongan
layanan kesehatan mental di area tempat formal didapatkan skor maksimum
tinggal mereka. Format skala ini adalah sebesar 25 dan skor minimum sebesar 15.
Likert dengan empat alternatif jawaban Berdasarkan skor rerata menunjukkan
(Sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju bahwa rerata empirik ( x =21,01) lebih
dan sangat setuju). Total aitem yang tinggi dari rerata hipotetik (=20) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menunjukkan bahwa pencarian perto-
tujuh aitem, dengan nilai reliabilitas 0,753. longan formal subjek penelitian cukup
tinggi.
Data dianalisis dengan analisis regresi
ganda dengan perangkat lunak statistik. Hasil perbandingan standar deviasi
Uji asumsi yang digunakan dalam peneli- menunjukkan bahwa standar deviasi
tian ini adalah normalitas, liniearitas, dan empirik (=2,019) lebih rendah daripada
multikoliniearitas. standar deviasi hipotetik ( =4). Hal ini
menunjukkan bahwa pencarian perto-
longan formal subjek penelitian memiliki
Hasil
variasi yang rendah, dengan kata lain
pencarian pertolongan formal antara
Pengambilan data penelitian dilakukan
subjek satu dan lainnya memiliki kemi-
pada tanggal 22 - 28 Mei 2016 di RT 04, RT
ripan atau seragam.
05 dan RT 06. Total responden pada tahap
pengambilan data ini sebanyak 100 orang,
namun data yang dapat dianalisis

Tabel 1
Rerata hipotetik dan rerata empiris
Rerata Hipotetik Rerata Empirik

Variabel
Max Min μ σ Max Min x σ

Pencarian Pertolongan Formal 32 8 20 4 25 15 21,01 2,019


Literasi Kesehatan Mental 11 0 5,5 1,83 11 0 6,98 2,481
Sikap Komunitas terhadap
28 7 17,5 3,5 23 13 18,21 1,847
Gangguan Mental

Keterangan: Max = skor maksimum; Min = skor minimum; μ = rerata hipotetik; x = rerata empirik;
σ = standar deviasi.
54 JURNAL PSIKOLOGI
LITERASI KESEHATAN MENTAL DAN SIKAP KOMUNITAS

Berdasarkan analisis deskriptif empi- Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat


rik untuk data literasi kesehatan mental disimpulkan bahwa hipotesis penelitian
didapatkan skor maksimal sebesar 11 dan diterima.
skor minimal sebesar 0. Berdasarkan skor
Hasil analisis regresi dengan metode
rerata menunjukkan bahwa rerata empirik
Stepwise menunjukkan bahwa variabel
( x =6,98) lebih tinggi dari rerata hipotetik
sikap komunitas terhadap gangguan
(=5,5) yang menunjukkan bahwa literasi
mental lebih kuat dalam memprediksi
kesehatan mental subjek penelitian tinggi.
intensi pencarian pertolongan formal
Hasil perbandingan standar deviasi
(F=5,473; p<0,05). Akan tetapi, variabel
menunjukkan bahwa standar deviasi
literasi kesehatan mental tidak dapat
empirik (=2,481) lebih tinggi daripada
memprediksi intensi pencarian perto-
standar deviasi hipotetik ( =1,83). Hal ini
longan formal secara independen (F=0,176;
menunjukkan bahwa literasi kesehatan
p>0,05).
mental subjek penelitian memiliki variasi
yang tinggi.
Diskusi
Berdasarkan analisis deskriptif empi-
rik untuk data sikap komunitas terhadap Hasil dari kajian pustaka menunjukkan
gangguan mental didapatkan skor mak- bahwa literasi kesehatan mental berkaitan
simal sebesar 23 dan skor minimal sebesar dengan perilaku pencarian pertolongan
13. Berdasarkan skor rerata menunjukkan formal (Hanisch et al., 2016; Marastuti,

bahwa rerata empirik ( x =18,21) lebih 2014; Mason et al., 2015; Wilson, Bushnell,
tinggi dari rerata hipotetik ( =17,5) yang & Caputi, 2011; Yap & Jorm, 2012). Selain
menunjukkan bahwa sikap komunitas dari itu, sikap komunitas terhadap gangguan
subjek penelitian positif.Hasil perban- mental juga memengaruhi niat atau upaya
dingan standar deviasi menunjukkan seseorang dalam mencari pertolongan
bahwa standar deviasi empirik (=1,847) (Ayazi, Lien, Eide, Shadar, & Hauff, 2014;
lebih rendah daripada standar deviasi Hickling, Robertson-Hickling, & Paisley,
hipotetik (=3,5). Hal ini menunjukkan 2011; Kido et al., 2013). Hasil analisis
bahwa sikap komunitas subjek penelitian statistik dalam penelitian ini menunjukkan
memiliki variasi yang rendah. bahwa literasi kesehatan mental dan sikap
komunitas terhadap gangguan mental
Uji hipotesis secara bersama-sama berperan dalam
pencarian pertolongan formal (F=3,466;
Uji hipotesis dilakukan dengan analisis
p<0,05). Hal ini mengindikasikan apa yang
regresi ganda. Hasil analisis regresi
diketahui individu dan apa yang
menghasilkan nilai F=3,466 (p<0,05). Hasil
berterima di masyarakat memengaruhi
ini mengindikasikan bahwa variabel
pencarian pertolongan formal. Hasil
literasi kesehatan mental dan sikap komu-
penelitian ini mendukung literatur
nitas terhadap gangguan mental secara
sebelumnya bahwa pemilihan layanan
bersama-sama memengaruhi pencarian
untuk pencarian pertolongan tergantung
pertolongan formal. Sumbangan efektif
dari pengenalan masalah (baik yang
yang diberikan kedua variabel prediktor
terdefinisi secara epidemiologis atau
(literasi kesehatan mental dan sikap
analisis penyebab) dan pengaruh konteks
komunitas terhadap gangguan mental)
yang paling dekat dengan individu yaitu
terhadap variabel kriterium (pencarian
pertolongan formal) sebesar tujuh persen.

JURNAL PSIKOLOGI 55
NOVIANTY & HADJAM

keluarga hingga pada budaya (Cauce et al., sebelumnya. Pertama, adanya keterkaitan
2002; Subandi & Utami, 1996). antara karakteristik demografi dengan
Temuan yang berbeda dari hasil banyaknya subjek penelitian yang berada
penelitian sebelumnya ditunjukkan dari pada kategorisasi sedang dalam pencarian
analisis terpisah pada masing-masing pertolongan formal. Karakteristik demo-
variabel prediktor. Hasil analisis regresi grafi subjek pada penelitian ini menun-
secara independen menunjukkan variabel jukkan bahwa kebanyakan dari mereka
sikap komunitas terhadap gangguan men- memiliki latar pendidikan rendah, tidak
tal dapat secara signifikan memprediksi bekerja, dan belum memiliki penghasilan
pencarian pertolongan formal (F=5,473; sendiri. Keluarga dengan status sosial
p<0,05) dibandingkan literasi kesehatan ekonomi menengah ke bawah yang memi-
mental. Variabel literasi kesehatan mental liki anggota keluarga dengan gangguan
secara independen tidak dapat mempre- mental cenderung merujuk pada penca-
diksi pencarian pertolongan formal secara rian pertolongan profesional dibanding-
signifikan (F=0,176; p>0,05). kan keluarga dengan pendapatan di atas
rata-rata yang cenderung menutupi karena
malu (Ojeda & Bergstresser, 2008; Putri et
Peran sikap komunitas terhadap pencarian
al., 2013).
pertolongan formal
Selain itu, kemungkinan kedua yang
Rickwood, Deane, Wilson, dan Ciarrochi
terjadi biasanya pencarian pertolongan
(2005) menyebutkan bahwa pencarian
formal didapatkan setelah mencoba men-
pertolongan erat kaitannya dengan
cari pertolongan informal (berbicara pada
pengaruh sosial yaitu dukungan keluarga
keluarga/teman dekat atau mendatangi
dan teman yang sangat memengaruhi
ahli agama) sebelumnya. Penelitian di
intensi individu mencari pertolongan.
Afrika, Arab, Asia dan India menunjukkan
Faktor sosial akan memengaruhi deter-
bahwa individu mencari pertolongan
minasi individu dalam memanfaatkan
informal terlebih dahulu sebelum men-
layanan kesehatan (Andersen & Newman,
coba jalur medis (Angermeyer, Breier,
1973). Penelitian Salim (2014) terkait
Dietrich, Kenzine, & Matschinger, 2005;
intensi pencarian pertolongan pada
Ediriweera, Fernando, & Pai, 2012;
gangguan mental menemukan bahwa
Uwakwe & Otakpor, 2014). Hal ini juga
keyakinan normatif lebih berpengaruh
didukung oleh penelitian Subandi dan
daripada kebutuhan dan kontrol perilaku.
Utami (1996) bahwa keluarga dengan
Hal ini mendukung temuan penelitian
gangguan mental biasanya mencari bentuk
bahwa sikap komunitas terhadap gang-
pertolongan ke dukun atau ahli agama.
guan mental memengaruhi pencarian
Bahkan Salim (2014) menyebutkan tidak
pertolongan formal.
ada perbedaan bentuk pencarian
Analisis kategorisasi pada variabel pertolongan antara masyarakat yang
sikap komunitas terhadap gangguan tinggal di desa dan di kota, kebanyakan
mental menunjukkan bahwa kebanyakan bentuk pencarian pertolongan untuk
subjek berada pada kategori sedang gangguan mental adalah dengan cara
(94,5%), sehingga dapat diartikan sikap mendatangi kiai (ahli agama).
komunitas terhadap gangguan mental
Berdasarkan amatan penulis pada saat
cukup positif. Hasil kategorisasi ini
subjek penelitian merespon aitem-aitem uji
menunjukkan dua kemungkinan penje-
coba skala terdapat suatu bentuk
lasan yang didukung oleh penelitian

56 JURNAL PSIKOLOGI
LITERASI KESEHATAN MENTAL DAN SIKAP KOMUNITAS

keyakinan bahwa gangguan mental ini dapat diartikan bahwa apa yang diper-
berbeda dengan gangguan fisik, sehingga cayai sebagai kebenaran oleh partisipan
perlu penanganan eksklusif. Gangguan lebih kuat memengaruhi kecenderungan
mental dipersepsikan sebagai gangguan perilakunya daripada pengetahuan yang
yang dapat membahayakan orang lain dan sifatnya telah terjustifikasi terkait isu
mengamuk tanpa dapat diprediksi. Bagi gangguan mental.
orang dengan gangguan mental yang
Penelitian Wong et al. (2010) menge-
keluar dari rumah sakit ada anggapan
mukakan model pencarian pertolongan
bahwa mereka sudah sembuh dan dapat
profesional yang dipengaruhi oleh keya-
diterima kembali di masyarakat, namun
kinan awam mengenai gangguan mental
tidak serta merta dapat membangun relasi
dan enkulturasi nilai-nilai orang Asia.
sosial dan membina hubungan dengan
Konsepsi budaya dan persepsi masyarakat
warga lain. Mereka tetap dianggap berbe-
umum mengenai gangguan mental
da, walaupun juga tidak disingkirkan.
memiliki konsekuensi negatif pada usaha
pencarian pertolongan (Link, Phelan,
Peran literasi kesehatan mental terhadap
Bresnahan, Stueve, & Pescosolido, 1999).
pencarian pertolongan formal
Pada model yang dikembangkan oleh
Hasil analisis statistik menunjukkan Altweck, Marshall, Ferenczi, &
bahwa variabel literasi kesehatan mental Lefringhausen (2015) pun menunjukkan
secara independen tidak signifikan budaya sebagai moderator akan keyakinan
berperan terhadap pencarian pertolongan pencarian pertolongan profesional. Dalam
formal. Berdasarkan sudut pandang model tersebut pencarian pertolongan
filosofis, pengetahuan secara konvensional profesional dapat bermula dari telah
diartikan sebagai keyakinan yang benar adanya pengenalan mengenai gangguan
adanya dan terjustifikasi. Pendefinisian mental dari individu atau keyakinan pen-
tersebut dikritik oleh Hunt (2003) bahwa carian pertolongan informal.
hanya dengan dua komponen esensial itu Apabila ditinjau dari aspek literasi
saja tidak cukup untuk membuat suatu kesehatan mental yang dikonsepsikan
pengetahuan digunakan dalam menentu- para peneliti sebelumnya yang menekan-
kan kecenderungan suatu perilaku atau kan aspek pengenalan dan pengetahuan,
yang diistilahkannya sebagai ‘usable maka pada aspek pengenalan subjek
knowledge’. Komponen ketiga yang diper- penelitian berbeda dengan masyarakat
lukan agar suatu pengetahuan digunakan belahan dunia barat. Kemampuan pelabel-
sebagai kapasitas untuk bertindak sebagai- an yang tepat pun masih sangat minim.
mana fungsinya untuk membuat konsep Penelitian sebelumnya menyebutkan bah-
tujuan, antisipasi dan persepsi adalah wa pelabelan terhadap gangguan mental
keyakinan seseorang terhadap apa yang berkaitan dengan identifikasi kebutuhan
benar. pencarian pertolongan dari tenaga profe-
Apabila hasil penelitian ini dikaitkan sional (Lauber, Nordt, Falcato, & Rössler,
dengan konsep pengetahuan yang diar- 2004; Wright, Jorm, & Mackinnon, 2011).
gumentasikan oleh Hunt (2003), maka Pengenalan yang tepat terkait gang-
dapat diindikasikan bahwa kebanyakan guan mental berhubungan dengan kecen-
partisipan dalam penelitian ini menggu- derungan pemilihan strategi pengatasan
nakan ‘usable belief’ sebagai referensi dalam masalah kepada tenaga profesional.
menentukan kecenderungan tindakan. Hal Pengenalan akan masalah tidak akan

JURNAL PSIKOLOGI 57
NOVIANTY & HADJAM

terlepas dari budaya dan konteks setem- pertolongan dari tenaga formal diban-
pat, misalnya individu dengan etnis Asia dingkan informal (Kutcher, Wei, &
cenderung untuk tidak mengakui adanya Coniglio, 2016). Namun yang terlihat pada
gangguan mental yang nantinya akan subjek penelitian adalah apa yang diyakini
memengaruhi keputusan untuk mencari benar lebih berpengaruh pada pencarian
pertolongan dan tipe pertolongan yang pertolongan. Keyakinan akan penyebab
dipilih (Cauce et al., 2002). gangguan mental memengaruhi bentuk
pencarian pertolongan individu (Altweck
Literasi kesehatan mental adalah sua-
et al., 2015; Subandi & Utami, 1996; Wong
tu bentuk konsep dalam agenda kesehatan
et al., 2010; Wright et al., 2011). Penelitian
mental global yang bertujuan memberikan
Subandi (2012) menunjukkan bahwa
pemahaman pada masyarakat umum
secara umum pasien gangguan mental
mengenai isu gangguan mental dan
akan beralih ke hal-hal yang berkaitan
meningkatkan akses dan rujukan pada
dengan agama dalam mencari perto-
penanganan yang tepat. Konsep ini
longan, karena agama diyakini memberi-
dirangkai dalam bentuk pelabelan psikia-
kan dukungan dalam mengatasi tekanan
tris, namun kenyataannya di lapangan ada
dan gangguan mental yang dialami.
berbagai macam bentuk pemahaman lokal
dalam memahami konsep gangguan men- Hasil analisis kategorisasi menunjuk-
tal, serta bentuk pencarian pertolongan, kan bahwa pada umumnya literasi
strategi pengatasan masalah dan inter- kesehatan mental subjek penelitian berada
vensi yang telah terbangun di masyarakat dalam kategori sedang dan tinggi dengan
tertentu. variasi yang sangat beragam. Hasil ini
menunjukkan bahwa pemahaman subjek
Kirmayer dan Pedersen (2014) menge-
mukakan bahwa memberikan edukasi penelitian mengenai gangguan mental
pada pekerja sosial dan masyarakat umum tidak serta merta secara langsung meme-
berdasarkan konsep literasi kesehatan ngaruhi pencarian pertolongan formal
mental yang dijadikan standar sama seseorang. Namun ketika berinteraksi
dengan mengabaikan pemahaman lokal dengan sikap komunitas terhadap gang-
serta strategi pengatasan masalah, cara guan mental, maka secara bersama-sama
penyembuhan, dukungan sosial, dan kedua variabel ini dapat memprediksi
reintegrasi yang mungkin telah ada pencarian pertolongan formal individu.
sebelumnya di masyarakat, belum tentu Selain itu yang menjadi perhatian lain
cocok untuk konteks tertentu. Maka dari dalam temuan penelitian ini bahwa kedua
itu, perlu ada dialog dua arah antara para variabel prediktor memberikan sumbang-
ahli kesehatan mental dan tokoh/warga an efektif sebesar tujuh persen. Berdasar-
masyarakat dengan mempertimbangkan kan kajian literatur yang telah dilakukan
pengetahuan yang bersifat lokal, nilai-nilai faktor-faktor yang memengaruhi penca-
dan sudut pandang dari masyarakat itu rian pertolongan sangat beragam, berbeda
sendiri (Kirmayer & Pedersen, 2014). dalam tiap konteks dan juga cukup
meluas. Kedua variabel prediktor yang
Peran literasi kesehatan mental dan sikap diuji dalam penelitian ini hanya sebagian
komunitas terhadap pencarian pertolongan kecil dari faktor-faktor lainnya, salah
terkait gangguan mental satunya hambatan eksternal yang sering
terjadi di lapangan yaitu faktor geografis,
Pengetahuan mengenai gangguan mental
akan mendorong seseorang mencari akses transportasi, dan faktor ekonomi

58 JURNAL PSIKOLOGI
LITERASI KESEHATAN MENTAL DAN SIKAP KOMUNITAS

(Harvey & Gumport, 2015), serta kemam- maka cenderung ingin menghentikan
puan identifikasi tenaga kesehatan terkait pengisian skala atau bertanya pada orang
kesehatan mental (Marastuti, 2014). yang dikenalnya.

Perlunya pertimbangan literasi kese- Poin kedua terkait dinamika masya-


hatan mental dan sikap komunitas dalam rakat, yaitu subjek penelitian adalah warga
menentukan pencarian pertolongan terkait yang tinggal di kawasan padat penduduk
gangguan mental juga dapat dikaji dari di atas tanah sengketa, sehing-ga ada
sistem pemaknaan budaya terhadap kon- kecenderungan curiga dengan orang asing
sep sakit dan sehat berdasarkan susunan yang masuk kawasan mereka. Hal ini
skema budaya dan realitas klinis subjek dapat diminimalisir dengan mengajak
penelitian. Castillo (1997) mengungkapkan salah satu Ibu PKK (Pembinaan
bahwa adanya perbedaan konstruksi Kesejahteraan Keluarga) sebagai asisten
kognitif mengenai perilaku normal dan peneliti di lapangan yang menemani
abnormal pada pasien dan kalangan penulis selama berada di lapangan.
formal (dokter, psikiater, psikolog) atau
Poin ketiga adalah proses pengam-
semi-formal (kyai, dukun, herbalis) akan
bilan data. Penulis dan asisten peneliti
menentukan realita klinis yang dipahami
lapangan mendatangi rumah warga satu
dan diyakini masing-masing pihak. Hal ini
per satu. Selain keterbatasan pengenalan
dikarenakan dari sudut pandang pasien,
warga terkait model Likert yang asing
sakit adalah pengalaman subjektif yang
sehingga perlu diberi instruksi sederhana
dirasakan secara personal, sementara dari
dan jelas. Di setiap aitem warga cenderung
sudut pandang kalangan semi-formal/
banyak bercerita mengenai apa yang
formal dilihat sebagai diagnosa klinis
mereka persepsikan mengenai pernyataan
(Castillo, 1997). Hal ini terkadang menye-
aitem dibandingkan memberikan pilihan
babkan adanya perbedaan pendefinisian
jawaban secara langsung. Namun proses
masalah dari apa yang dialami pasien dan
ini justru menambah kekayaan data
apa yang didefinisikan oleh kalangan
penulis mengenai dinamika di lapangan.
formal/semi-formal.

dan motivasi membaca sangat rendah.


Keterbatasan penelitian
Selain itu perlu ada dukungan dan rasa
Keterbatasan penelitian ini meliputi tiga aman dari orang lain agar mereka bersedia
hal yaitu karakteristik demografi subjek menjadi subjek penelitian ini. Apabila
penelitian, dinamika masyarakat di area mereka tidak dapat memahami aitem,
penelitian, dan proses pengambilan data.
Pada poin pertama terkait karakterisik
demografi, subjek penelitian yang bersedia
dan dapat dijangkau saat pengambilan
data ini sebagian besar adalah ibu rumah
tangga yang tidak bekerja dengan latar
pendidikan rendah sehingga kemampuan
Kesimpulan efektif literasi kesehatan mental dan sikap
komunitas terkait gangguan mental secara
Berdasarkan hasil analisis dan pem- bersama-sama terhadap pencarian perto-
bahasan dalam penelitian ini maka dapat longan formal sebesar tujuh persen.
disimpulkan bahwa pencarian perto- Adapun variabel sikap komunitas
longan formal terkait gangguan mental terhadap gangguan mental lebih kuat
dipengaruhi secara signifikan oleh literasi dalam memprediksi pencarian
kesehatan mental dan sikap komunitas
terhadap gangguan mental. Sumbangan
JURNAL PSIKOLOGI 59
NOVIANTY & HADJAM

pertolongan formal dibandingkan variabel penerimaan kehadiran penulis serta


literasi kesehatan mental. kemauan terlibat dalam penelitian. Maka
dari itu, penulis menyarankan peneliti
Saran selanjutnya melakukan proses yang sama
ketika mengambil data di lapangan.
Berdasarkan hasil amatan penulis di
lapangan dan analisis data penelitian, Saran bagi tenaga profesional kese-
maka diajukan beberapa saran dan usulan hatan mental, program peningkatan
yang sebaiknya dilakukan pada penelitian pengenalan dan layanan kesehatan mental
selanjutnya. Kriteria demografi subjek di negara-negara maju banyak yang
dalam penelitian ini hampir seragam, menyasar pada anak-anak maupun remaja
yaitu sebagian besar adalah perempuan, di sekolah. Apabila program serupa akan
ibu rumah tangga, tingkat sosial ekonomi diadaptasi, maka penulis menyarankan
menengah ke bawah, dan tidak memiliki bahwa sasaran modul tidak hanya pada
pengalaman dengan orang atau anggota target individual dalam kelompok dengan
keluarga dengan gangguan mental. latar tertentu, akan tetapi juga menyasar
Penelitian selanjutnya perlu mempertim- komunitas di tempat individu tersebut
bangkan keragaman faktor demografi tinggal. Hal ini dikarenakan adanya
(faktor statis) untuk dapat menemukan keterkaitan antara literasi kesehatan
apakah ada hubungan langsung atau tidak mental dan sikap komunitas terhadap
langsung dalam pencarian pertolongan pencarian pertolongan formal.
formal. Saran bagi pemangku kepentingan di
Penelitian selanjutnya juga perlu bidang kesehatan, tingginya prevalensi
mempertimbangkan situasi subjek pene- gangguan mental secara global, menarik
litian saat pengambilan data berlangsung. perhatian para pengambil kebijakan untuk
Subjek penelitian yang tinggal di kawasan memerhatikan peningkatan layanan
kolektif dapat memiliki respon jawaban kesehatan mental, terutama di aras primer.
yang berbeda ketika mereka sendiri, Fokus pada peningkatan literasi kesehatan
bersama keluarga atau saat berkumpul mental pada level individu saja tanpa
dengan tetangga. Apabila ada orang lain memperhatikan sikap dan keyakinan yang
di sekitar subjek penelitian, mereka selama ini ada di masyarakat tidak akan
cenderung akan menyamakan jawaban. memberikan dampak yang signifikan pada
Hal ini menarik dikaji lebih lanjut oleh peningkatan penggunaan layanan kese-
peneliti selanjutnya bagaimana pengaruh hatan mental.
lingkungan tidak hanya berupa orang Studi mengenai gangguan mental
signifikan, akan tetapi juga mungkin tidak dapat terlepas dari produk tradisi
dalam bentuk pola interaksi atau relasi intelektual budaya di mana seseorang
antar individu maupun kelompok. hidup dan berkembang. Pemahaman
Dalam proses uji coba skala, penulis mengenai gangguan mental dari pende-
juga mencatat respon warga terhadap katan biomedis saja tidak akan dapat
aitem dan situasi pengambilan data yang diterima langsung di masyarakat yang
sangat bermanfaat dalam perbaikan aitem selama ini memiliki kepercayaan dan
dan pembahasan dari hasil analisis pemahaman lokalnya sendiri. Maka dari
statistik. Hadirnya warga setempat (kader itu, pemberdayaan kader sehat mental di
PKK) sebagai asisten peneliti memudah- masyarakat adalah strategi yang baik,
kan proses pendekatan ke warga dan namun bukan hanya mengadaptasi secara

60 JURNAL PSIKOLOGI
LITERASI KESEHATAN MENTAL DAN SIKAP KOMUNITAS

langsung apa yang diterjemahkan dari parison. Social Psychiatry and


perspektif biomedis di negara maju ke Psychiatric Epidemiology, 40(11), 855–
masyarakat umum. Penulis menyarankan 864. doi: 10.1007/s00127-005-0958-x
agar program utama bertujuan untuk Ayazi, T., Lien, L., Eide, A., Shadar, E. J. S.,
peningkatan kesadaran mengenai sehat
& Hauff, E. (2014). Community
mental dengan memfasilitasi transformasi
attitudes and social distance towards the
simbol atau skema budaya yang ada di
mentally ill in South Sudan: A survey from
masyarakat.
a post-conflict setting with no mental health
services. Social Psychiatry and Psychiatric
Kepustakaan Epidemiology, 49(5), 771–780. doi:
10.1007/s00127-013-0775-y
Ajzen, I. (1988). Attitudes, personality, and
Badan Penelitian dan Pengembangan
behavior. England: Open University
Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan
Press.
Dasar (RISKESDAS) 2013. (Laporan
Altweck, L., Marshall, T. C., Ferenczi, N., Penelitian Tidak Dipublikasikan),
& Lefringhausen, K. (2015). Mental Kementerian Kesehatan, Jakarta.
health literacy: A cross-cultural approach to
Bordens, K. S., & Abbott, B. B. (1991).
knowledge and beliefs about depression, Research design and methods. California:
schizophrenia and generalized anxiety Mayfield Publishing Company.
disorder. Frontiers in Psychology, 6, 1-12. doi:
10.3389/ fpsyg.2015.01272 Burns, J. K. (2014). The burden of untreated
mental disorders in KwaZulu-Natal
Andersen, R. (1995). Revisiting the
Province – mapping the treatment gap.
behavioral model and access to
medical care: Does it matter? Journal of South African Journal of Psychiatry,
Health and Social Behavior, 36(1), 1-10. 20(1), 6-10. doi: 10.7196/sajp.499

Andersen, R., & Newman, J. F. (1973).


Castillo, R. J. (1997). Culture & mental
Societal and individual determinants
illness: A client-centered approach. Onta-
of medical care utilization in the rio: Brooks/Cole Publishing Company.
United States. Health and Society, 51(1),
95. doi: 10.2307/3349613 Cauce, A. M., Domenech-Rodríguez, M.,
Paradise, M., Cochran, B. N., Shea, J.
Andersson, L. M. C., Schierenbeck, I.,
M., Srebnik, D., & Baydar, N. (2002).
Strumpher, J., Krantz, G., Topper, K.,
Cultural and contextual influences in
Backman, G., … Van Rooyen, D.
mental health help seeking: A focus on
(2013). Help-seeking behaviour, ethnic minority youth. Journal of
barriers to care and experiences of care Consulting and Clinical Psychology,
among persons with depression in 70(1), 44–55. doi: 10.1037/0022-
Eastern Cape, South Africa. Journal of
006X.70.1.44
Affective Disorders, 151(2), 439–448. doi:
10.1016/j.jad.2013.06.022 Dearing, R. L., & Twaragowski, C. (2010).
The social psychology of help seeking.
Angermeyer, M. C., Breier, P., Dietrich, S.,
Dalam J. E. Maddux & J. P. Tangney
Kenzine, D., & Matschinger, H. (2005).
(Eds), Social psychological foundations of
Public attitudes toward psychiatric
clinical psychology (hlm. 395-415). New
treatment: An international com-
York: The Guilford Press.

JURNAL PSIKOLOGI 61
NOVIANTY & HADJAM

Ediriweera, H. W., Fernando, S. M., & Pai, illness in Jamaica: A qualitative study.
N. B. (2012). Mental health literacy Revista Panamericana de Salud Publica =
survey among Sri Lankan carers of Pan American Journal of Public Health,
patients with schizophrenia and 29(3), 169–176. doi: 10.1590/S1020-
depression. Asian Journal of Psychiatry, 49892011000300004
5(3), 246–250. doi: 10.1016/ j.ajp.
Högberg, T., Magnusson, A., Ewertzon, M.,
2012.02.016
& Lützén, K. (2008). Attitudes towards
Elhai, J. D., Schweinle, W., & Anderson, S. mental illness in Sweden: Adaptation and
M. (2008). Reliability and validity of development of the community attitudes
the attitudes toward seeking towards mental illness questionnaire.
professional psychological help scale- International Journal of Mental Health
short form. Psychiatry Research, 159(3), Nursing, 17(5), 302–310. doi: 10.1111/j.1447-
320–329. doi: 10.1016/j.psychres. 2007. 0349.2008. 00552.x
04.020
Fischer, E. H., & Turner, J. L. (1970). Hunt, D. P. (2003). The concept of
Orientations to seeking professional knowledge and how to measure it.
help:Development and research utility Journal of Intellectual Capital, 4(1), 100–
of an attitude scale. Journal of 113. doi: 10.1108/14691930310455414
Consulting and Clinical Psychology,
Jorm, A. F. (2000). Mental health literacy.
35(1), 79–90.
Public knowledge and beliefs about
Fox, J. C., Blank, M., Rovnyak, V. G., & mental disorders. The British Journal of
Barnett, R. Y. (2001). Barriers to help Psychiatry, 177(5), 396–401. doi: 10.
seeking for mental disorders in a rural 1192/bjp.177.5.396
impoverished population. Community
Kido, Y., Kawakami, N., Miyamoto, Y.,
Mental Health Journal, 37(5), 421–436.
Chiba, R., & Tsuchiya, M. (2013).
doi: 10.1023/A:1017580013197
Social capital and stigma toward
Hanisch, S. E., Twomey, C. D., Szeto, A. C. people with mental illness in Tokyo,
H., Birner, U. W., Nowak, D., & Japan. Community Mental Health
Sabariego, C. (2016). The effectiveness Journal, 49(2), 243–247. doi: 10.1007/
of interventions targeting the stigma of s10597-012-9548-4
mental illness at the workplace: a
Kirmayer, L. J., & Pedersen, D. (2014).
systematic review. BMC Psychiatry,
Toward a new architecture for global
16(1), 1-11. doi: 10.1186/s12888-015-
mental health. Transcultural Psychiatry,
0706-4
51(6), 759–776. doi: 10.1177/ 1363 4615
Harvey, A. G., & Gumport, N. B. (2015). 14557202
Evidence-based psychological treat-
Kohn, R., Saxena, S., Levav, I., & Saraceno,
ments for mental disorders: Modifia-
B. (2004). The treatment gap in mental
ble barriers to access and possible
health care. Bulletin of the World Health
solutions. Behaviour Research and
Organization, 82(11), 858–866. doi: 10
Therapy, 68, 1–12. doi: 10.1016/
042-96862004001100011
j.brat.2015.02.004
Kutcher, S., Wei, Y., & Coniglio, C. (2016).
Hickling, F. W., Robertson-Hickling, H., &
Mental health literacy: Past, present,
Paisley, V. (2011). Deinstitutionali-
and future. The Canadian Journal of
zation and attitudes toward mental
Psychiatry, 61(3), 154–158. doi: 10.1177/

62 JURNAL PSIKOLOGI
LITERASI KESEHATAN MENTAL DAN SIKAP KOMUNITAS

0706743715616609 Promoting Human Rights. Dalam V.


Lauber, C., Nordt, C., Falcato, L., & Patel, H. Minas, A. Cohen, & M. J.
Rössler, W. (2004). Factors influencing Prince (Eds.), Global mental health:
social distance toward people with Principles and practice (hlm. 401-424).
mental illness. Community Mental New York: Oxford University Press.
Health Journal, 40(3), 265–274. doi: Mendoza, H., Masuda, A., & Swartout, K.
10.1023/B:COMH.0000026999.87728.2d M. (2015). Mental health stigma and
Link, B. G., Phelan, J. C., Bresnahan, M., self-concealment as predictors of help-
Stueve, A., & Pescosolido, B. A. (1999). seeking attitudes among Latina/o college
Public conceptions of mental illness: students in the United States. International
Labels, causes, dangerousness, and Journal for the Advancement of Counselling,
social distance. American Journal of 37(3), 207–222. doi: 10. 1007/s10447-015-
Public Mental Health, 89(9), 1328-1333. 9237-4

Mak, H. W., & Davis, J. M. (2013). The O’Connor, M., & Casey, L. (2015). The
application of the theory of planned mental health literacy scale (MHLS): A
behavior to help-seeking intention in a new scale-based measure of mental
Chinese society. Social Psychiatry and health literacy. Psychiatry Research,
Psychiatric Epidemiology, 1–15. doi: 10. 229(1–2), 511–516. doi: 10.1016/ j.
1007/s00127-013-0792-x psychres.2015.05.064

Marastuti, A. (2014). Hubungan antara O’Connor, M., Casey, L., & Clough, B.
mental health literacy dengan perilaku (2014). Measuring mental health
remaja dalam mencari bantuan tenaga literacy – a review of scale-based
measures. Journal of Mental Health,
kesehatan mental profesional: Studi
23(4), 197–204. doi: 10.3109/ 0963 8237.
remaja SMP dan SMU di DIY. Laporan
2014.910646
hibah tidak dipublikasikan, Fakultas
Psiko-logi Universitas Gadjah Mada, Ojeda, V. D., & Bergstresser, S. M. (2008).
Yogyakarta. Gender, race-ethnicity, and psycho-
social barriers to mental health care:
An examination of perceptions and
Mason, R. J., Hart, L. M., Rossetto, A., &
Jorm, A. F. (2015). Quality and attitudes among adults reporting
predictors of adolescents’ first aid unmet need. Journal of Health and Social
intentions and actions towards a peer Behavior, 49(3), 317–334. doi: 10.1177/
with a mental health problem. 002214650804900306
Psychiatry Research, 228(1), 31–38. doi: Putri, A. S., Martiningtyas, M. A. D.,
10.1016/j.psychres.2015.03.036 Sagala, A .E. S. B., Erawan, G. N.,
McBain, R., Salhi, C., Morris, J. E., Yana, I. P. A., Martiningtyas, D.,
Salomon, J. A., & Betancourt, T. S. Matulu, S.,...& Subandi. (2013). Era
(2012). Disease burden and mental baru kesehatan mental Indonesia:
health system capacity: WHO Atlas Sebuah kisah dari desa siaga sehat jiwa
study of 117 low- and middle-income (DSSJ). Jurnal Psikologi, 40(2), 169-180.
countries. British Journal of Psychiatry,
201(6), 444–450. doi: 10.1192/ bjp.bp. Reynders, A., Kerkhof, A. J. F. M.,
112.112318 Molenberghs, G., & Van Audenhove,
C. (2015). Help-seeking, stigma and
Mehta, N., & Thornicroft, G. (2014).
Stigma, Discrimination, and
JURNAL PSIKOLOGI 63
NOVIANTY & HADJAM

attitudes of people with and without a 225–240. doi: 10.1093/schbul/7.2.225


suicidal past. A comparison between a Umubyeyi, A., Mogren, I., Ntaganira, J., &
low and a high suicide rate country. Krantz, G. (2016). Help-seeking
Journal of Affective Disorders, 178, 5–11. behaviours, barriers to care and self-
doi: 10.1016/j.jad.2015.02.013 efficacy for seeking mental health care:
Rickwood, D., Deane, F. P., Wilson, C. J., & a population-based study in Rwanda.
Ciarrochi, J. (2005). Young people’s Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology,
help-seeking for mental health 51(1), 81–92. doi: 10.1007/ s00127-015-1130-2
problems. Australian E-Journal for the
Uwakwe, R., & Otakpor, A. (2014). Public
Advancement of Mental Health, 4(3),
mental health: Using the mental health
218–251. doi: 10.5172/jamh.4.3.218
gap action program to put all hands to
Rickwood, D., Thomas, K., & Bradford, S. the pumps. Frontiers in Public Health, 2,
(2012, August). Help-seeking 1–5. doi: 10.3389/fpubh.2014.00033
measures in mental health: A rapid
Wang, J., He, Y., Jiang, Q., Cai, J., Wang,
review. Diunduh dari https://www.
W., Zeng, Q., … Zhang, M. (2013).
saxinstitute.org.au/wp-content/
Mental health literacy among residents
uploads/02_Help-seeking-measures-
in Shanghai. Shanghai Archives of
in-mental-health.pdf
Psychiatry, 25(4), 224–235. doi: 10.3969/
Salim, A. Z. (2014). Keterkaitan antara j.issn.1002-0829.2013.04.004
stigma, keyakinan, dan niat keluarga Wilson, C. J., Bushnell, J. A., & Caputi, P.
dalam mencari pertolongan untuk
(2011). Early access and help seeking:
anggota keluarga yang rentan mengalami
Practice implications and new
gang-guan mental di Yogyakarta.
initiatives. Early Intervention in
(Disertasi tidak Dipublikasikan). Psychiatry, 5, 34–39. doi: 10.1111/j.1751-
Fakultas Psiko-logi Universitas Gadjah 7893.2010.00238.x
Mada, Yogyakarta.
Wong, Y. J., Tran, K. K., Kim, S-H., Kerne,
Subandi. (2012). Agama dalam Perjalanan V. V. H., & Calfa, N. A. (2010). Asian
Gangguan Mental Psikotik dalam
American’s lay beliefs about
Konteks Budaya Jawa. Jurnal Psikologi,
depression and professional help-
39(2), 167–179.
seeking. Journal of Clinical Psychology,
Subandi & Utami, M. S. (1996). Pola 66(3), 317-332.
perilaku mencari bantuan pada
World Health Organization. (2001). The
keluarga pasien gangguan jiwa. Jurnal
world health report 2001 – mental health:
Psikologi, 2, 1-10.
New understanding, new hope. France:
Sun, K. S., Lam, T. P., Lam, K. F., Lo, T. L., WHO Library Cataloguing-inPubli-
Chao, D. V. K., & Lam, E. W. W. cation Data.
(2016). Barriers of Chinese primary
World Health Organization. (2012). Mental
care attenders to seeking help for health atlas 2011. Geneva: WHO
psychological distress in Hong Kong. Library Cataloguing-in-Publication
Journal of Affective Disorders, 196, 164– Data.
170. doi: 10.1016/j.jad.2016.02.041
Wright, A., Jorm, A. F., & Mackinnon, A. J.
Taylor, S. M., & Dear, M. J. (1981). Scaling (2011). Labeling of mental disorders
community attitudes toward the and stigma in young people. Social
mentally ill. Schizophrenia Bulletin, 7(2),
64 JURNAL PSIKOLOGI
LITERASI KESEHATAN MENTAL DAN SIKAP KOMUNITAS

Science and Medicine, 73(4), 498–506. predict their actions: Findings from an
doi: 10.1016/j.socscimed.2011.06.015 Australian National Survey of Youth.
Psychiatry Research, 196(2–3), 315–319.
Yap, M. B. H., & Jorm, A. F. (2012). Young
people’s mental health first aid doi: 10.1016/j.psychres.2011.10.004
intentions and beliefs prospectively

JURNAL PSIKOLOGI 65

Anda mungkin juga menyukai