Jurnal 3 Jeruk Nipis
Jurnal 3 Jeruk Nipis
(CITRUS AURANTIFOLIA)
Farida Ali, Didin Suwardin, Mili Purbaya, Eis Sri Hartati dan Syntia Rahutami
ABSTRAK
Penggumpalan lateks secara alamiah membutuhkan waktu yang cukup lama dan hasil
penggumpalannya tidak sempurna sehingga kualitas mutu karet kurang baik. Untuk mempercepat
penggumpalan lateks telah dicoba menambahkan berbagai bahan penggumpal/koagulan ke dalam lateks
yang berfungsi sebagai media pertumbuhan bakteri. Fermentasi karbohidrat yang terdapat di dalam lateks
oleh bakteri membentuk asam yang dapat mempersingkat waktu koagulasi menjadi sekitar 4 jam.
Lateks sebanyak 200 ml dicampur dengan ekstrak jeruk nipis dengan perlakuan variasi volume 0,
10, 20, 30, 40, 50 ml untuk mendapatkan volume optimum, variasi waktu kontak 15 menit, 1, 4, 8, 12 jam
untuk mendapatkan waktu kontak optimum dan variasi temperatur 30, 60, 90 oC untuk mendapatkan
temperatur optimum.
Karet basah yang maksimal diperoleh pada volume 30 ml, waktu kontak 720 menit atau 12 jam
dan suhu 60 oC. Untuk kadar karet kering yang tinggi yaitu pada volume 30 ml, waktu kontak 720 menit dan
suhu 60 oC. Plasticity Retention Index (PRI) yang tinggi pada volume 30 ml, waktu kontak 720 menit dan
suhu 60 oC. Kadar Abu yang rendah pada volume 30 ml, waktu kontak 720 menit dan suhu 60 oC. Kadar
Karet Kering yang maksimal, plastisitas yang tinggi dan kadar abu/kadar kotoran yang rendah
mencerminkan bahwa karet hasil penggumpalan menggunakan ekstrak jeruk nipis tanpa kulit telah sesuai
dengan Standard Indonesian Rubber (SIR). Dari penelitian ini diketahui bahwa karet hasil penggumpalan
dengan menggunakan ekstrak jeruk nipis mempunyai kualitas yang baik.
I. PENDAHULUAN
dicari alternatif lain dalam menggumpalkan
Karet alam merupakan salah satu lateks yang tidak menimbulkan dampak
hasil perkebunan yang tersebar di Indonesia, terhadap lingkungan.
khususnya Sumatera Selatan. Karet alam Dalam penelitian ini membahas
diperoleh dari lateks yang berasal dari pohon bahan pengganti dari asam semut sebagai
karet (Hevea brasiliensis). Karet alam koagulan lateks. Asam semut yang
menghasilkan lateks atau emulsi lateks yang mengandung keasaman tinggi dengan pH
merupakan suatu sistem emulsi, dengan berkisar 1-2 yang berfungsi untuk
partikel karet sebagai fasa terdispersi dan air membekukan lateks. Asam semut saat ini
sebagai fasa pendispersi serta emulgator harganya cukup mahal, sehingga bila ada
protein. Karet dapat terkoagulasi secara bahan lain yang dapat digunakan sebagai
alamiah biasanya terjadi karena pencemaran pengganti dengan harga yang lebih ekonomis
oleh mikroba yang terdapat pada pisau sadap, dan tidak menimbulkan dampak negatif
talang, mangkok sadap, udara sekeliling dan terhadap lingkungan. Dengan demikian sangat
sebagainya. mungkin bila pengggunaan sampel ekstrak
Koagulasi lateks adalah suatu tahap jeruk nipis dapat digunakan sebagai pengganti
yang sangat penting pada pengolahan karet asam semut. Dari aspek kimia terlihat bahwa
alam, biasanya penggumpalan dilakukan jeruk nipis mengandung asam sitrat yang
dengan menggunakan asam, seperti asam cukup tinggi dari berat daging buah. Dengan
sulfat dan asam format (dengan pH yang biasa demikian diharapkan jeruk nipis dapat menjadi
digunakan berkisar 1-2), penggunaan senyawa alternatif koagulan lateks sebagai pengganti
kimia ini banyak menimbulkan dampak asam semut dengan perlakuan variasi volume,
negatif terhadap alam. Oleh karena itu perlu
K a da r K a re t K e ring (gr)
45
dapat terbawa. 0 1 2 3 4 5
persamaan.
Catatan : Semakin kecil kadar 80
PR I (% )
0,4
f. Uji Total Asam dengan Cara Titrasi
0,2
o Diambil 1 ml ekstrak jeruk nipis dan
ditambah 100 ml air aquadest dan diaduk 0
0 1 2 3 4 5
sampai homogen. Lalu dari larutan Volume (m l)
terakhir atau setelah dilakukan
pengenceran diambil 1 ml dan diencerkan Gambar 3. Grafik Pengaruh Volume
lagi menjadi 100 ml. Ekstrak Jeruk Nipis Terhadap
Kadar Abu
P R I (% )
80
nilai kadar abu karetnya rendah. Pada Gambar
diatas terlihat bahwa bahan pembantu 70
koagulan yang berasal dari bahan alami yaitu 60
buah segar ekstrak jeruk nipis menunjukkan 50
nilai optimal yang lebih tinggi daripada 0 100 200 300 400 500 600 700 800
penggumpalan alamiah yang memberikan Waktu Kontak (menit)
optimal yang lebih rendah.
0 ml 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml 50 ml
Dari penilaian mutu di atas secara
spesifikasi teknik didasarkan pada hasil Gambar 5. Grafik Pengaruh Waktu
analisis dan beberapa syarat uji yang Kontak Ekstrak Jeruk Nipis
ditetapkan untuk Standar Indonesian Rubber Terhadap Plasticity Retention
(SIR) antara lain Kadar Karet Kering (KKK), Index (PRI)
Plasticity Retention Index (PRI), kadar abu
dan kadar kotoran (Solichin, 1991), maka
didapatkan volume optimum yaitu pada 30 ml Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kadar Abu
ekstrak jeruk nipis.
1,2
K a d a r A b u (% )
1
2. Uji Pengaruh Penambahan Variasi 0,8
Waktu Kontak 0,6
0,4
0,2
Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kadar Karet Kering
70 0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
60
Waktu Kontak (menit)
K K K (% )
50
40
0 ml 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml 50 ml
30
20
Gambar 6. Grafik Pengaruh Waktu
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Waktu Kontak (menit)
Kontak Ekstrak Jeruk Nipis
Terhadap Kadar Abu
0 ml 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml 50 ml
K ad ar A b u
Plasticity Retention Index (PRI), kadar abu
0,25
dan kadar kotoran (Solichin, 1991), maka
didapatkan waktu kontak optimum yaitu pada
720 menit dengan volume ekstrak jeruk nipis 0
0 20 40 60 80 100
30 ml.
Suhu (Celsius)
Temperatur
80
75
70 V. KESIMPULAN
65
60
Dari hasil analisis dan perhitungan
55 yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai
50 berikut :
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1. Penambahan ekstrak jeruk nipis tanpa
Suhu (Celcius) kulit dapat mempersingkat waktu
0 ml 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml 50 ml koagulasi.
2. Volume bahan koagulan ekstrak jeruk
Gambar 8. Grafik Pengaruh Temperatur nipis didapat hasil yang tidak signifikan.
Ekstrak Jeruk Nipis Terhadap
Plasticity Retention Index