PEDAHULUAN
LATAR BELAKANG
HAM (Hak Asasi Manusia) memiliki nama lain versi Alkitab yaitu Free
will (Kehendak bebas). Tentulah kita masih mengingat kisah tentang perbudakan di
perjanjian lama, dimana jikalau ada seorang yang tidak mampu, ia bisa memberi diri
untuk diperbudak oleh seorang yang cukup mampu yang disebut “tuan”. Dan si tuan
berhak penuh terhadap si hamba, entah itu memperkerjakannya secara paksa,
menganiayanya, atau melakukan apa saja kepadanya.
Karena pada dasarnya free will atau HAM menurut iman Kristen ini
merupakan kehendak bebas yang diberikan sebagai karunia namun tetap harus dapat
dilakukan sesuai firmanNya. Sehingga diharapkan tidak timbul resiko karena umat
Kristen berupaya maksimal mengedepankan HAM.
BAB II
ISI
A. Secara garis besar disimpulkan hak-hak asasi dapat dibedakan menjadi :
Manusia adalah suatu makhluk diantara makhluk-mahkluk yang lain, dan bahwa
diantara manusia dan Allah (khaliq) ada hubungan yang istimewa yang secara hakiki
membedakan manusia dari makhluk-mahkluk yang lain
Manusia memiliki keistimewaan dalam hal kesegambaran manusia dengan Allah
(Kejadian 1:26-28).
Manusia disituasikan oleh Khaliq didalam eksistensi terbuka, artinya eksistensi
manusia adalah bukan eksistensi yang telah selesai melainkan eksistensi yang masih
menuntut penyelesaiannya.
Khaliq menghendaki eksistensi manusia ditentukan sendiri oleh manusia,
direncanakan,diprogramkan, dibuat, dijadikan oleh manusia, dengan konsekuensi logis.
C. Dasar Alkitabiah Hak Asasi Manusia menurut Alkitab
Martabat manusia sebagai pusat hak-hak asasi manusia maka manusia memiliki hak-
hak yang disebut asasi.
Bahwa semua dan setiap orang berhak dihargai dan diperlakukan berdasarkan martabat
eksistensinya(Ams 14:21, 14:31, 22:22, 22:23)
Simpati terhadap orang lemah sangat kuat terdengar didalam Alkitab(Ams 29:7)
Penghargaan terhadap anak sebagai manusia penuh ketaatan kepada taurat. Perjanjian
keselamatan berlaku pula bagi anak-anak.(Ef 6:4).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita dapat menduga bahwa martabat eksistensial manusia melatarbelakangi juga hokum
kasih,yang mengandung peritah untuk mengasihi sesame manusia,diberikan dalam satu nafas
dengan perintah untuk mengasihi Allah. Kasih merupakan Bahasa khas Alkitab,baik
perjanjian lama maupun perjanjian baru, yang berarti menghargai dan memperlakukan
manusia berdasarkan martabat eksistensial manusia dibahasakan dengan: ”Allah mengasihi
manusia”. Dari sini kita dapat memahami bahwa hokum kasih didasarkan pada fakta bahwa
Allah telah mengasihi manusia, fakta bahwa manusia adalah objek kasih Allah,sehingga
didalam hokum kasih, mengasihi sesama, adalah mengasihi dengan berorientasi kepada
Allah.
Krisis-krisis social, kultural, politis dan ekonomi mengakibatkan rupa-rupa ketengangan
dan konflik mental psikologis pribadi menempatkan kelompok-kelompok dan pribadi-pribadi
Indonesia dalam keadaan perang dengan diri sendiri dan dengan dunia sekitarnya.