Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PEDAHULUAN
LATAR BELAKANG

HAM (Hak Asasi Manusia) memiliki nama lain versi Alkitab yaitu Free
will  (Kehendak bebas). Tentulah kita masih mengingat kisah tentang perbudakan di
perjanjian lama, dimana jikalau ada seorang yang tidak mampu, ia bisa memberi diri
untuk diperbudak oleh seorang yang cukup mampu yang disebut “tuan”. Dan si tuan
berhak penuh terhadap si hamba, entah itu memperkerjakannya secara paksa,
menganiayanya, atau melakukan apa saja kepadanya.
Karena pada dasarnya free will atau HAM menurut iman Kristen ini
merupakan kehendak bebas yang diberikan sebagai karunia namun tetap harus dapat
dilakukan sesuai firmanNya. Sehingga diharapkan tidak timbul resiko karena umat
Kristen berupaya maksimal mengedepankan HAM. 

BAB II
ISI
A. Secara garis besar disimpulkan hak-hak asasi dapat dibedakan menjadi :

1.      Hak-hak asasi pribadi atau personal rights yang meliputi kebebasan menyantakan


pendapat, kebebasan memeluk agama,kebebasan bergerak dan sebagainya.
2.      Hak-hak asasi ekonomi atau property rights yaitu hak untuk memiliki
sesuatu,membeli ,dan menjual serta memanfaatkannya.
3.      Hak-hak asasi politik atau political rights yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintah, hak pilih (dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan umum), hak mendirikan
partai politik ,dsb.
4.      Hak-hak asasi untuk mendapatkat perlakuan yang sama dalam hokum dan
pemerintahan atau rights of legalequality.
5.      Hak-hak asasi social dan kebudayaan atau social an cultural rights.Misal hak untuk
memilih pedidikan hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
6.       Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
atau procedural rights. Misalnya : peraturan dalam hal penahanan, penangkapan
penggeledahan, peradilan dan sebagainya.
B. Pandangan Theologis Kristen , yang merupakan hak- hak asasi manusia:

  Manusia adalah suatu makhluk diantara makhluk-mahkluk yang lain, dan bahwa
diantara manusia dan Allah (khaliq) ada hubungan yang istimewa yang secara hakiki
membedakan manusia dari makhluk-mahkluk yang lain
  Manusia memiliki keistimewaan dalam hal kesegambaran manusia dengan Allah
(Kejadian 1:26-28).
  Manusia disituasikan oleh Khaliq didalam eksistensi terbuka, artinya eksistensi
manusia adalah bukan eksistensi yang telah selesai melainkan eksistensi yang masih
menuntut penyelesaiannya.
  Khaliq menghendaki eksistensi manusia ditentukan sendiri oleh manusia,
direncanakan,diprogramkan, dibuat, dijadikan oleh manusia, dengan konsekuensi logis.
C. Dasar Alkitabiah Hak Asasi Manusia menurut Alkitab

  Martabat manusia sebagai pusat hak-hak asasi manusia maka manusia memiliki hak-
hak yang disebut asasi.
  Bahwa semua dan setiap orang berhak dihargai dan diperlakukan berdasarkan martabat
eksistensinya(Ams 14:21, 14:31, 22:22, 22:23)
  Simpati terhadap orang lemah sangat kuat terdengar didalam Alkitab(Ams 29:7)
  Penghargaan terhadap anak sebagai manusia penuh ketaatan kepada taurat. Perjanjian
keselamatan berlaku pula bagi anak-anak.(Ef 6:4).

D.     Pelanggaran tehadap Hak Asasi Manusia.


Di dalam Universal Declaration of Human Rights, disebutkan 30 hal yang harus
disepakati dan dijalankan bangsa-bangsa PBB,dalam rangka menciptakan dunia yang penuh
damai. Ringkasan 30 hal tesebut adalah :
       Setiap orang lahir bebas dan sama dalam martabat dan hak-hak.
       Sikap orang memiliki kebebasan dan hak sebagai mana ditetapakan oleh
deklarasi  tanpa pembedaan apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kulit, jenis kelamin, bahasa
atau asal usul social, barang milik kelahiran,atau status lainya
       Setiap orang memiliki hak atas hidup,kemerdekaan dan keamanan.
       Tidak boleh ada orang yang diperbudak .
       Tidak boleh ada orang yang disiksa atau dihukum secara kejam tidak manusiawi atau
direndahkan martabatnya .
       Hukum setiap negara harus mengakui bahwa setiap orang adalah pribadi .
       Setiap orang harus diperlakukan sama oleh hukum dan harus dilindungi.
       Hukum sebuah negara harus melindungi setiap orang melawan pelanggaran hak-hak
yang ditetapkan di dalam deklarasi.
       Tidak ada orang yang boleh ditangkap,ditahan,atau diasingkan seraca sewenang–
wenang.
       Setiap orang yang dituduh dengan tindakan kejahatan berhak atas peradilan  yang
bersifat public dan adil.
       Setiap orang dianggap tidak bersalah sampai kesalahan dapat dibuktikan.
       Kebebasan pribadi, rumah dan keluarga seseorang harus dihormati.
       Orang mempunyai hak untuk berpindah dari negaranya dan pergi ke luar negeri.
       Orang dapat meminta Negara lain untuk melindungi dari penganiayaan dinegaranya
sendiri.
       Setiap orang mempunyai ha katas suatu kebangsaan.
       Orang dewasa berhak untuk menikah,dan mempunyai anak. Tak seorangpun boleh
dipaksa untuk menikah,dan keluarga harus dilindungi oleh Negara sebagai suatu dasar
masyarakat.
       Setiap orang mempunyai hak memiliki harta dan tidak boleh diambil secara tidak
adil.
       Orang bebas berfikir menurut seleranya dan mempraktekkan agama mereka dengan
ibadah dan ajaran,baik sendiri maupun didepan umum.
       Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan bicara.
       Orang harus diperbolehkan bergabung dalam suatu perserikatan dan mengadakan
pertemuan,tetapi tak seorangpun boleh dipaksa untuk bergabung pada suatu perserikatan
apapun.
       Pemerintah harusdidasarkan pada kehendak rakyat.
       Manusia mempunyai ha katas jaminan social dan ambil bagian didepan kekayaan
Negara, marterial dan cultural.
       Setiap orang mempunyai hak atas pekerjaan dan perlindungan melawan
pengangguran.
       Hal ini mencangkup hak atas kondisi kerja dan upah yang layak,atas upah yang sama
bagi pekerjaan yang sama,dan untuk bergabung dalam persatuan perdangangan.Setiap orang
harus mempunyai pilihanbebas atau pekerjaan.
       Setiap orang berhak atas waktu senggang,termasuk hari libur yang dibayar.
       Orang mempunyai hak atas standar hidup yang layak untuk diri mereka sendiri dan
keluarganya termasuk makanan, pakaian, perumahan, pelayanan kesehatan, dan jaminan
social.
       Setiap orang mempunyai hak atas pendidikan yang mengajarkan toleransi dan
pengeetian antar manusia. Pendidikan dasar harus bebas.
       Orang berhak mengambil bagian dalam kehidupan seni dan ilmiah negaranya dan
untuk mengambil manfaat darinya.
       Setiap orang mempunyai hak untuk hidup disuatu Negara dimana semua hal diatas
dimungkinkan,hak-hak sah orang lain dan juga tatanan public dan moralitas.
       Tak seorangpun boleh menggunakan salah satu artikel deklarasi ini untuk
membenarkan penghancuran hak-hak orang lain.
E.     Penyebab terjadinya pelanggaran-pelanggaran atas hak-asasi manusia:
1.      Manusia kurang memenuhi kewajiabannya untuk menyediakan bahan-bahan guna
memenuhi hak-hak asasi manusia.
2.      Dalam masyarakat modern,dimana hubungan-hubungan diantara anggota-anggotanya
bersifat impersonal,zakelik,(hubungan pamrih),kurang didapati perasaan welas asih diantara
sesame anggota.
3.      Sifat masyarakat Indonesia yang plurartis, hingga lebih mementingkan anggota ”in
group”  nya dari pada anggota-anggota lain.
4.      Dalam masyarakat Indonesia masih banyak terdapat hubungan-hubungan pribadi
yang dilaksanakan atas dasar rasa simpati (emosional).
5.      Anggot-anggota masyarakat Indonesia kurang mengerti atau kurang sadar akan hak-
haknya serta hak asasi belum dianggap suatu nilai yang tertinggi,hingga tak jarang atau
belum menuntut hak-hak tersebut.
6.      Masyarakat Indonesia yang “bobrok”dimana masih terdapat perbedaan-perbedaan
yang tajam Antara yang berkecukupan dan yang tidak punya.
7.      Banyak anggota-anggota masyarakat, pejabat, pemerintah, atau tentara, yang belum
melihat human dignity sebagai suatu nilai yang harus dijunjung tinggi in abstract, terlepas
dari siapa orangnya.
8.      Adanya “tempat-tempat lemah” pada alat-alat Negara yang mempunyai kekuasaan
istimewa yang mempermudah timbulnya pelanggaran-pelanggaran.
9.      Kalaupun para pemimpin atau pejabat-pejabat tinggi Negara sudah banyak sadar
pentingnya perlindungan hak-hak asasi manusia, tidak dapat menjamin bahwa bawahannya
pun mempunyai perasaan yang sama.
10.  Hal-hal yang seharusnya merupakan kewajiban bagi para penguasa untuk
melaksanakannya dipandang sebagai suatu  “kemurahan hati” mereka bila mana mereka
melaksanakan.
F.     Tanggung Jawab Komando dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia
Impunitas yaitu membiarkan para pemimpi politik dan militer dan diduga terlibat dalam
kasus pelanggaran berat hak asasi manusia seperti, kejahatan genosida, kejahatan
kemanusiaan, dan kejahatan perang tidak diadili, merupakan fenomena hukum dan politik
yang lalu hingga hari ini..
Masih terus berlangsungnya fenomena impunitas menunjukan pertimbangan-
pertimbangan kepentingan politik,ekonomi jangka pendek dan bahkan militer masih dominan
ketimbang kepentinag penegakan HAM  dan keadilan.
Namun demikian sesuai Perang Dunia Kedua melalui Piagam Pengadilan
Nuremberg.  Piagam Nuremberg merupakan langkah awal untuk mengakhiri Impunitas Para
Komandan Militer dan pemimpin politik yang diduga bertanggung jawab melakukan
pelanggaran berat hak asasi manusia. Pasal 6 (c) Piagam Nuremberg menegaskan prinsip
hokum sebagai berikut:
Pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengasingan dan tindakan lain yang sangat
kejam, yang dilakukan terhadap penduduk sipil, sebelum  perang maupun selama perang
atau kekerasan-kekerasan dan penyiksaan-penyiksaan atas dasar pilitik, rasial atau alasan-
alasan keagamaan menjadi yurisdiksi pengadilan, entah bertentangan dengan hukum
nasional atau tidak dari Negara dimana kejahatan itu dilakukan pemimpin-pemimpin,
organisator-organisator, penghasut-penghasut dan antek-antek  yang terlibat ketika
menyusun dan melaksanakan rencana bersama atau berkonspirasi untuk melaksanakan
kejahata-kejahatan yang bersangkutan,bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan
oleh siapapun yang ada dalam rencana tersebut.
G.    Hukum Humaniter dan Keterkaitannya dengan Pelanggaran HAM Berat.
      Hukum Humaniter atau lengkapnya Hukum Humaniter Internasional (HHI) dikatakan
sebagai hokum yang berlaku pada waktu perang untuk melindungi korban perang. Tujuan
perlindungan tersebut adalah untuk mengurangi penderitaan akibat perang. Oleh karena itu,
biasanya sering dikatakan bahwa hak-hak korban perang yang dilindungi HHI adalah hak-hak
asasi manusia yang fundamental. Disamping itu untuk tujuan perlindungan tersebut, HHI
dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan tentang pembatasan atau larangan terhadap
penggunaan alat-alat dan cara peperangan tertentu,dapat disimpulkan dari adanya kewajiban
para pihak yang berperang untuk tidak melakukan beberapa hal terhadap orang-orang
tersebut diatas disetiap waktu dan disetiap tempat, yaitu:
  Tindakan kekerasan atas jiwa dan raga, terutama setiap macam pembunuhan,
penuduhan, perlakuan kejam dan penganiayaan ;
  Penyanderaan ;
  Pemerkosaan atas kehormatan pribadi terutama perlakuan yang menghina dan
merendahkan martabat;
  Menghukum dan menjalankan hukuman mati tanpa didahului keputusan yang
dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang dibentuk secara teratur,yang memberikan segenap
jaminan peradilan yang diakui sebagai keharusan oleh bangsa-bangsa beradab.
      Pelanggaran berat HHI dalam Pasal 50/51/130 dan 147 yang bersamaan dari
Konvensi-Jenewa I/II/III dan IV seperti dalam Pasal 8.2.a Status Roma adalah sebagai berikut
:
  Pembunuhan dengan sengaja.
  Penganiayaan atau perlakuan yang tidak manusiawi, termasuk experiment biologis,
  Dengan sengaja menyebabkan penderitaan berat atau cidera serius terhadap badan atau
kesehatan,
  Penghancuran meluas serta pengambilan hak mili,yangtidak dibenarkan oleh
kepentingan militer dan dilakukan secara melawan hokum serta disengaja,
  Memaksa seorang tawanan perang atau orang-orang yang dilindungi untuk berdinas
dalam ketentaraan Negara musuh.
  Dengan sengaja merampas hak-hak tawanan perang atau orang-orang yang dilindung
atas hak-haknya akan peradilan yang adil dan wajar,
  Deportasi atau pemindahan yang tidak sah atau penahanan yang tidak sah terhadap
orang yang dilindungi,
  Penyenderaan.
H.    Faktor-Faktor Yang Mungkin Merupakan Penghalang Realisasi Hak-Hak Asasi
Manusia.
Beberapa pikiran yang diharapkan dapat membuka diskusi mengenai beberapa faktor yang
mungkin merupakan
  Pada umumnya rakyat Indonesia masih banyak hidup dalam alam tradisionil
”komunal” atau”kolektif.
  Budaya barat membawa proses modernisasi dengan tiga cirinya yang khas:
rasionalisasi, diferensiasi dan spesialisasi yang pada gilirannya mengerakan proses
individualisasi ala liberalism.
  Beraneka rupa ideologi dan agama yang saling bersaing tidak jarang berpedoman
dalam cinta dan perang semua taktik boleh dippergunakan.
  Alat-alat penegak dan penyelenggara hokum (polisi, jaksa, hakim) karena fungsinya
sering kali memandang orang-orang yang dituduh sebagai lawan yang menyulitkan pekerjaan
mereka, untuk memperoleh hasil kerja diinginka hak-hak asasi sering dikesampingkan.
  Kuasa, bersifat memerintah,tidak bersifat mengalah. Ia cenderung dihormati, tidak
menghormati.
  Sebaliknya rakyat Indonesia sejak kemerdekaan dididik dan diindoktrinir untuk
waspada terhadap musuh-musuhya dan untuk mengikis habis-habisan musuk musuh baik
dalam maupun dari luar.
  Keadaan ekonomi yang buruk dan terus merosot mengakibatkan proses kemiskinan
dan kemelaratan umum. Perencana pendidikan yang muluk-muluk harus ditinggalkan, wajib
belajar, pemberantasan buta huruf
  Politik luar negeri dan pergaulan internasional yang dikemudikan oleh aspirasi-aspirasi
yang tidak begitu sesuai dengan kemampuan ekonomis dan teknologi, serta kegagalan politik
sering menjadi alasan dari politisi didalam negeri untuk menigkatkan control dan restriksi
terhadapkehidupan rakyat.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kita dapat menduga bahwa martabat eksistensial manusia melatarbelakangi juga hokum
kasih,yang mengandung peritah untuk mengasihi sesame manusia,diberikan dalam satu nafas
dengan perintah untuk mengasihi Allah. Kasih merupakan Bahasa khas Alkitab,baik
perjanjian lama maupun perjanjian baru, yang berarti menghargai dan memperlakukan
manusia berdasarkan martabat eksistensial manusia dibahasakan dengan: ”Allah mengasihi
manusia”. Dari sini kita dapat memahami bahwa hokum kasih didasarkan pada fakta bahwa
Allah telah mengasihi manusia, fakta bahwa manusia adalah objek kasih Allah,sehingga
didalam hokum kasih, mengasihi sesama, adalah mengasihi dengan berorientasi kepada
Allah.
Krisis-krisis social, kultural, politis dan ekonomi mengakibatkan rupa-rupa ketengangan
dan konflik mental psikologis pribadi menempatkan kelompok-kelompok dan pribadi-pribadi
Indonesia dalam keadaan perang dengan diri sendiri dan dengan dunia sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai