Anda di halaman 1dari 3

1.

Menggali Sumber Historis


Banyak peradaban yang hancur karena “bunuh diri” bukan karena benturan dengan kekuatan
luar. Berbeda dengan peradaban lainnya peradaban islam saat itu berkembang dengan pesat
dikarenakan memiliki kekuatan spiritual yang tinggi.
Pada masa Bani Umayyah telah mendorong penghargaan terhadap pluralitas sehingga beragam
aliran pemikiran tumbuh dan berkembang dalam bingkai kedaulatan islam yang memberikan
ruang bagi setiap golongan. Amroeni Drajat mengungkapkan bahwa menurut Margaret Smith
dalam Studies in Early Mysticism in the Near and Middle East di daerah (Syria: helenestik;
Alexandria, Beirut, Jundisyapur, Nissibis, Harran, dan Antioch: Sabean). Terdapat bukti kuat
tentang toleransi penguasa-penguasa islam dalam aktivitas intelektual sehingg orang-orang non
muslim memiliki kebebasab dan berlomba dalam mengambangkan kerja piker dan lapangan
pekerjaan.
Para khalifah dari Bani Umayyah seperti Abu Hasyim Khalid ibn Yazid merintis penerjemahan
karya-karya Yunani d Syria. Masa Bani Abbasiyah memiliki kepedulian tinggi terhadap kegiatan
intelektual sehingga transformasi bergerak cepat. Khalifah Al-Ma’mun mendirikan pusat riset
dan penerjemah di Baghdad bernama Bait al-Hikmah tahun 830M. Gerkan penerjemah ini
menghasilkan banyak sarjana seperti, kimia Jabir ibn Hayyan Al-Azdi Ath-Thusi Ash-Shuff (721-
815), Ar-Razi (865-925) dokter klinis terbesar di dunia islam dan barat mendapat julukan
“Galennya Arab”, filsuf pertama yang menguasai filsafat yunani Al-Kindi (801-866).

2. Menggali Sumber Sosiologis


Islam yang berkembang pada masa Bani Umayyah melalui ekspansi besar-besaran dilanjutkan pada
masa Al-Walid ibn Abdul Malik (711 M). Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah di Spanyol . Al-Farabi dengan
karyanya astrolabe di bidang astronomi. Bidang kedokteran Ar-Razi dan Ibnu Sina,karyanya berjudul Al-
Qanun fi al-Thibb. Ibnu rusyd, Al-Ghazali dan Ibnu Zuhr merupakan filsuf islam.
Secara kultural agama islam lahir di luar hegemoni dua dinasti yaitu Romawi dan Persia menjadikan
umat islam bersifat terbuka sehingga bersikap positif pada bangsa-bangsa lain.sebelum peradaban
islam, ilmu pengetahuan memang telah ada namun sifat dan semangatnya sangat nasionalistis dan
parokialistis dengan ketertutupan dari pengaruh luar karena merasa paling benar. Bertrand Russel
misalnya cenderung meremehkan tingkat orisinalitas konstribusi islam di bidang filsafat, namun tetap
mengisyaratkan adanya tingkat orisinalitas yang tinggi di bidang matematika dan kimia.
Pendapat mengenai sumbangan islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan pendapat pertama“
bahwa orang eropa belajar filsafat dan filsuf yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin
oleh St. Agustine(354-430M). yang kemudian diteruskanoleh Anicius Manlius Boethius (480-524M)dan
Jhon Scotus. Pendapat kedua “bahwa orang eropa belajar orang-orang yunani dari buku-bukufilsafat
yunani yang diterjemahkan dalam bahasa arab oleh filsuf islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Hoesin
menolak pendapat pertama salinan filsafat Aristoteles telah dimusnahkan oleh pemerintah romawi
bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang
dilarang Negara,jika masih ada maka John Salisbury tidak akan menyalin dari terjemahan berbahasa
Arab yang dikerjakan filsuf islam.

3. Menelusuri Sumber Filosofi dan Teologis


Dasar teologis yakni dengan melakukan pengkajian secara sistemasis terhadap sumber-sumber ajaran
agama(Al-qur’qn dan hadist) dan penghargaan yang lebih baik, namun tetap kritis kepada warisan
kultural umat, dan pemahaman yang lebih tepat akan tuntutan zaman yang semakin berkembang secara
cepat. Secara filosofis islam memiliki semangat memembangun peradaban.
Hambatan dalam membangun peradaban yaitu, sikap anti-barat,pertentangan antara kaum filsuf dan
kaum tasawuf mengenai alat yang digunakan.

D. Membangun Argumen tentang Konstribusi Islam Bagi Peradaban Dunia

Tuhan telah menganugrahi manusia dengan potensi akal dan hati. Orang yang sangat berkembang
potensi akalnya sangat senang menggunakan akalnya untuk memecahakan masalah. Orang tersebut
lebih senang melakukan olah rasio daripada olah rasa dalam pencarian kebenaran sejati dan sangat
berbakat menjadi pemikir atau filosof. Sementara itu orang yang sangat berkembang potensi hatinya
sangat senang mengeksplorasi perasaannya dalam pemecahan masalah, orang tersebut sangat suka
melakukan olah rasa dari pada olah rasio untuk menemukan kebenaran sejati dan sangat berbakat
menjadi seniman atau ahli tasawuf.
E. Mendeskripsikan / Mengomunikasikan Konstribusi Islam bagi Peradaban dunia
Peradaban islam sangat bersifat terbuka terhadap peradaban bangsa-bangsa lainnya. Konstribusi islam
dalam peradaban islam mencakup dalam berbagai bidang. Kaum muslimin telah memberikan
sumbangan mengenai metode dan teori sains. System notasi dan decimal arab dalam waktu sama telah
dikenalkan ke dunia. Karya-karya dalam bentuk terjemahan seperti karya ibnu sina dalam bidang
kedokteran. Para ilmuwan muslim semakin memperkaya karya sebelumnya dari kebudayaan romawi.
Pada masa Bani Umayyah (661-750 M)
 Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M)
 Abdul Malik bin Marwan (685-705 M)
 Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M)
 Umar bin Abdul Aziz (717-720 M)
 Hasyim bin Abdul Malik (724-743 M)
Pada masa Bani Abbasiyah
 Periode pengaruh Persia pertama (750-847 M)
 Periode pengaruh Turki pertama (847-945 M)
 Periode pengaruh Persia kedua (945-1055 M)
 Periode pengaruh Turki kedua (1055-1194 M)
 Periode pengaruh bebas (1194-1258 M)
Pada masa Turki Utsmani

Anda mungkin juga menyukai