TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Botani
1.1 Klasifikasi Tanaman
Daun kumis kucing adalah daun Orthosiphon stamineus Benth, suku
Lamiaceae, mengandung flavonoid sinensetin tidk kurang dari 0,10%.
Beberapa simplisia yang mengandung flavonoid antara lain:
Kumis kucing
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Uadivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : O. aristatus
3. Tinjauan Farmakologi
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengaruh infus daun tempuyung
dan infus daun kumis kucing terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara
in vitro sebagai berikut :
a. Kadar kalsium batu ginjal yang terlarut dalam infus daun tempuyung dan
daun kumis kucing dipengaruhi oleh kadar kalium dalam cairan infus
dan kemungkinan adanya senyawa lain yang menambah kelarutan
kalsium batu ginjal.
b. Pada kadar infus 0,5%, 1%, dan 2,5%, kadar kalsium batu ginjal yang
terlarut dalam infus daun tempuyung lebih baik daripada infus daun
kumis kucing.
c. Pada kadar infus 5%, 7,5%, dan 10%, kadar kalsium batu ginjal yang
terlarut dalam infus daun kumis kucing lebih baik daripada infus daun
tempuyung (Agus Tri Cahyono, FF UGM, 1990).
Pada uji toleransi glukosa oral, pengaruh infus kombinasi daun sambiloto
dan daun kumis kucing dibandingkan dengan infus kedua tumbuhan secara
tunggal terhadap perubahan kadar glukosa darah kelinci diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Pemberian infus daun kumis kucing 0,129 g/kg bb tidak dapat
menurunkan kadar glukosa darah dibandingakan kontrol.
b. Pemberian infus daun sambiloto 0,3 g/kg bb dapat menurunkan kadar
glukosa darah kelinci secara nyata.
c. Pemberian infus kombinasi (daun kumis kucing 0,129 g/kg bb dan daun
sambiloto 0,3 g/kg bb mempunyai efek penurunan yang lebih besar
dibandingkan dengan infus daun sambiloto saja, bahkan mempunyai
efek yang sebanding dengan suspensi glibenklamid (Minggawati, FF
WIDMAN, 1990).
Berdasarkan perbandingan khasiat peluruh kencing (diuretik) infus daun
muda dan daun tua tanaman kumis kucing pada kelinci, diperoleh hasil
bahwa infus 20% dan daun muda yang paling efektif sebagai diuretik
(terutama pada menit ke-30), berlangsung selama 15 menit (sampai menit
ke-45). Selanjutnya, tidak ada peningkatan. Kesimpulannya, daun muda
lebih efektif sebagai diuretik, awal kerja yang cepat, dan masa kerja yang
relatif singkat (Ninuk Kus Dasa Asiafri Harini, JB FMIPA UNAIR, 1989).
Kadar sinensetin dalam daun kumis kucing yang tertinggi terdapat dalam
daun tua yang berbunga ungu (0,365%), sedangkan yang terkecil berasal
dari daun muda yang berbunga putih (0,095%). Tanaman kumis kucing
pada percobaan ini berasal dari K.P. Cibinong (Anggraeni, Triantoro,
BALITTRO, 1992).
II. METODOLOGI
1. Penapisan Fitokimia
Fitokimia cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai pertumbuhan
dan metabolisme tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik seperti
nitrogen, kalium, air dan karbondioksida menjadi pati, gula, protein dan
sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara analisis
merupakan penambahan secara sistematis tentang berbagaisenyawa kimia,
terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan, proses biosintesis, metabolisme dan perubahan-perubahan lain
yang terjadi pada senyawakimia tersebut beserta sebaran dan fungsi
biologisnya (Rahway, 1960). Penapisan Fitokimia (skrining fitokimia)
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi awal golongan
senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain itu
juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut
potensial untuk dimanfaatkan. Metode-metode dasar penapisan fitokimia
harus memenuhi syarat-syarat sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan
tegas (Harbone, 1977).
Metode Identifikasi-Identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah
kandungannya diisolasi dandimurnikan pertama-tama harus ditentukan dulu
golongannya kemudian baru ditentukan jenis senyawanya. Golongan
senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan kelarutan,
bilangan Rf dan ciri spektrum UV. Identifikasi dengan X-ray
dapatmenentukan struktur kimia dan stereokimianya (Harbone, 1977).
5ml filtrat kumis kucing + serbuk Mg + 1ml HCl + 5ml amilalkohol, dikocok,
terbentuk 2 lapisan pada lapisan atas yaitu lapisan amilalkohol, terbentuk warna
merah.
- Ekstraksi (Metode)
Isolasi senyawa senensetin dari kumis kucing menggunakan
metode Refluks
Metode Kerja
3. Pemantauan Ekstrak
Ekstrak kemudian dipekatkan dengan penguap putar vakum. Ekstrak
etil asetat pekat diperiksa secara kromatografi lapis tiis dengan fase
diam silika gel, dengan pengermbang kloroform-etil setat (15:1).
Penampak bercak yang digunakan adalah sinar UV 366 nm dan
aluminium (III) klorida.
5. Pemantauan Fraksi
dilakukan pemeriksaan fraksi dengan cara kromatografi lapis tipis
preparatif dengan pengembang kloroform-etil asetat (15:1). Penampak
bercak yang digunakan adalah sinar ultraviolet 366 nm.
http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=26533&ob
yek_id=4 diakses pada Maret 2014
http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=119 diakses pada Maret 2014
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan terbitan kedua. Bandung: ITB
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid
1. Jakarta: Penebar Swadaya.