Anda di halaman 1dari 4

Tentang dan unsur syarat hubah

yang ke 3 tentang barang yang dihibahkan maksimal yang diberikan 1/3 dari warisan
setelah dikurangi dari beberapa biaya biaya yang sudah disebutkan
kedua milik pemberi hibah, seorang penghibah punya kekuasaan penuh untuk
memindahkan tangankan harta milkiknya
ketiga bernilai, bernilai ekonomis, karena bila tidak tentu tidak bisa dimanfaatkan
untuk penerima hibah

bila telah membaca di kitab kitab fikih uonvetional, hibah itu tidak ada
pembatasannya namun menurut aai kita ada pembatas, disamakan dengan wasiat yaitu
maks 1/3
maka dalam praktek harta benda ke pihak 3 senantiasa diminta untuk membuat
pernyataan harta tidak melebihi 1/3

dalam KHAI tentang hibah, yakni dari ortu ke anak dapat diperhitungkan sbg warisan
artinya tidak harus bisa waris bisa tidak waris karena hibah itu haknya itu sudah
beralih ke penerima hibah
dalam yurisprudensi tidak hanya pada anak termasuk pada ahli waris yang lainnya
dapat diperhitungkan sbg warisan artinya harta yang telah diberikan alasan hibah,
diperhitungkan sebagai bagiannya ketika jadi ahli waris.
jadi hibah ditarik kemabli menjadi harta pengingalan pewaris. jadi seorang ahli
waris, itu harta nya diperhitungkan sbg bagian harta warisan
maka masing masing mendapatkan bagian sesuai dengan ketentuan bagian dalam hukum
waris

misal ketika sudah dibagi sesuai ketentuan hukum waris, dapat bagian 10 jt dulu
udah pernah dapat hibah 5jt, maka dapat 5jt lagi. itu yang dimaksud diperhitungkan,
bila tidak dierphitungkan maka sisa 5jt itu
dianggap sebagai dibawah penguasaan/ pemilik penerima hibah, nanti kalo di soal,
dijelaskan bahwa hibah itu dapat diperhitungkan sebagai warisan.

yang kedua hibah tidak dapat ditarik kembali. kecuali bila hibah dari orangtua ke
anak.

dan yang terakhir bahwa hibah yang diberikan kepada penerima hibah dalam keadaan
sakit dan meh mati, harus dapat persetujuan dari ahliw arisnya, karena dikhawitrkan
tidak dapat berpikir secara sehat sehingga bisa jadi
hibahnya merugikan hak dari [ara ahli waris. dalam kondisi seperti ini harus dapat
mendapakan perstujuan dari ahli waris, sah atau tidak.
untuk menghindari hal demikian harus mendapat persetujuan

dari keterengan tsb dpt disimpulkan bila hibahnya adalah kepada anak atau ahli
waris lainnya diperhitungkan sebagai warisan. di soal biasanya ada keterengan
dan apabila penerima hibah itu pihak lain maksimal = 1/3. kalo ke anak atau pihak
ahli waris lainnya tetap diperhitungkan sebagai warisan walaupun diatas 1/3 atau
dibawahnya
artinya bila lebih dari 1/3 maka kelebihan itu ditarik kembali sebagai harta
peninggalan pewaris.
PRINSIP HIBAH ITU YA UDAH.

tentang wasiat
beda wasiat dengan hibah
menurut KHAI pasal 171 wasiat = pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang
lain atau lembaga dan berlakuh setelah pewaris meninggal dunia jadi mirip dengan
hibah
bedanya hibah = hak atas benda beralih ketika pewaris/ penghibah masih idup, nek
wasiat berlaku pas wes mati.
dimasyarakat dikenal sbg hibah wasiat maksutnya adalah diberikan ketika pewaris
masih hidup, namun berlaku haknya untuk yang menerima ketika pewaris sudah mati.
sisa dari hibah dan wasiat itu adalah harta warisan
setelah dikurangi biaya biaya.
kesimpulan ada 3 unsur wasiat
mushi, musholahu, dan mushobihi. bahasa arab

mushi: pewasiat, musholahu: penerima wasiat mushobihi : baragn wasiat


masing masing harus memebuhi syarat

mushi: baligh dan berumur 21 tahun min. berakal sehat, atas kehendak sendiri secara
bebas tanpa paksaan hampir sama dengna hibah
musholahu: orang / lembaga. syarat jelas dapat diketahui siapa siapanya, bila
lembaga ada aktenya baik badan hukum atau bukan tapi ada bukti lembaga mandiri.
kalo orang harus jelas sudah ada ketika wasiat disampaikan
kalau sudah wasiat tapi orangnnya belum ada maka tidak dapat berwasiat, telah wujud
ketika wasiat dinyatakan masih bayi pun gapapa karena orang pengemban hak baik
peristiwa hukum maupun perbuatan hukum. wasiat: perbuatan hukum
bukan tujuan kemaksiatan, tidak ditujukan kepada hal yang dilarang dalam agama
maupun dalam peraturan perundang undangan. tapi dalam fikih tetap kemaksiatan,
misal lembagga pengelola pelacuran/perjudian.
mushobihi: merupakan hak dari pewasiat karena adalah orang yang berha mindahkan kan
harta bendanya adalah orang yang memilki hak atas bendanya. apabila bukan haknya
maka waksiatnya bisa batal.
dapat berlaku sebagai harta warisan atau menjadi objek perjanjian, harta bendanya
bernilai ekonomis berarti, sedangkan kalau wasiat nya bukan benda maka itu tidak
termasuk dalam objek bahasan dari pembahasan. contoh wasiat jodoh harus se suku,
tidak dapat dikaitkan dalam hukum untuk wasiatnya. harus ada benda nya atau berupa
benda bernilai ekonomis

ketentuan pembuatan wasiat zhigot (?) bisa dibuat secara lisan dengan 2 saksi atau
bisa tertulis dengan 2 saksil atau dibuat secara notarial (ini dah bisa harusnya)
jumlah maksimal sebanyak banyaknya 1/3 kecuali semua ahli waris setuju untuk diatas
1/3 atau dibawahnya. intinya harus perseutujuan ahli waris ketika diatas 1/3 untuk
pihak ketiga selain ahli waris.

wasiat untuk ahli waris yang berhak hanya bila disetujui oleh semua ahli waris yang
berhak (garis bawahi) kalau ada 1 ahli waris yang tidak setuju tetap jadi dan tidak
batal (bukan ahli waris yang berhak)
contoh soal ada wasiat gitu lalu ada beberapa ahli waris nih misal a,b,c,d,e nah si
E itu ngga setuju atas wasiatnya. lalu si E tidak setuju dicek dulu kalo si E itu
yang berhak (bukan orang ketiga) maka perlu didiskusikan
tapi kalo ternyata E bukan ahli waris yang berhak, maka ketentuannya tetep jalan
wasiat nya karena sudah disetujui oleh semua ahli waris yang berhak
sedangkan pernyataan wasiat itu lisan, tertulis, dan boleh notaril. sebaiknya
syarat tertulis atau notaril

jumlah maksimal wasiat yaitu 1/3 dari harta waris kecuali sesuai persetujuan semua
ahli waris (bisa lebih bisa kurang bagiannya) karena pasti memperngaruhi
pembagiannya ahli waris. harus keluar sebelum pembagian harta warisan

dapat disimpulkan tentang persetujuan ahli waris yang berhak


bila dilihat dari jenis wasiat, wasiat kepada kerabat (bukan ahli waris) , wasiat
wakaf benda untuk kepentingan sosial keagamaan, wasiat wajibah yaitu wasiat karena
ketentuan negara walaupun pewasiat tidak berwasiat
namun tetap menjadi wasiat karena meninggalkan kerabat kerabat tertentu. 3wasiat
ini perlu bersetujuan ahli waris yang berhak apabila melebihi dari 1/3. kalo kurang
atau sama tidak perlu persetujuan.

adapun apabila wasiat itu ditujukan untuk ahli waris yang berhak maka berapapun
jumlah wasiat itu harus atas persetujuan ahli waris yang berhak semuanya. karena
azaznya tidak ada wasiat untuk ahli waris, karena
ahli waris sudah dapat harta dari warisan, bila dapat wasiat akan menguntungkan
penerima wasiat karena selain dapet wasiat dapet juga harta warisan.

batalnya wasiat
bila calon penerima wasiat
1. mencoba membunuh, menganiyaya berat, memfitnah bisa kekerasan/ancaman, mencegah
atau merubah wasiat, memalsukan wasiat atau menghilangkan wasiat
2. bila orang yang ditunjuk sebagai wasiat, tidak tahu sampai orang tersebut
meninggal sebelum si wasiat batal bagi dia.
3. mendapat wasiat tapi tidak mau menerima wasiat
4. tau adanya wasiat tapi tidak pernah mau menyatakan wasiat sudah meninggal
sebelum si pewaris/si wasiat
5. apabila barang yang diwasiatkan musnah otomatis tidak memenuhi unsur wasiat.

pencabutan wasiat
syarat:
1. calon penerima wasiat belum menyatakan persetujuannya
2. sudah menyatakan persetujuannya tapi kemudian menarik kembali

cara pencabutan wasiat


1. dengan lisan atau tulis pokoknya hanya bisa dicabut dengan sama tingkatnya lisan
ya lisan, tulis ya tulis dan itu semua dengan 2 saksi
adapun lebih baik lagi tingkatannya dengan tulis akta notaril 2saksi juga. dengan
tingkat hukum yang sama minimal atau yang lebih tinggi

wasiat wakaf
artinya orang berwasiat benda atau kepunyaannya di berikan dan diterima dengan
penerima wakif. bisa tulis atau lisan dengan 2 orang saksi tidak perlu notaril
PPAIW pembuatnya bukan Notaris. harta benda yang di wakaf maksimal 1/3 dari harta
warisan kecuali dengan persetujuan ahli waris yang berhak.
penerima ini yaitu wakif, atau bila sudah meninggal make kuasa wakif. nah si kuasa
wakif nanti mewakafkan harta bendanya kepada pengelola yang disebut nadzir
penerima nya tetep wakif tapi tidak menguasai hartanya.

wasiat wajibah
hakim atau pejabat negara yang ditunjuk secara exoficio ini bisa melaksanakan
wasiat wajibah. jadi harus ditetapkan terlebih dahulu melalui sidang peradilan.
terhadap orang tua angkat atau anak angkat yang tidak menerima wasiat maka
diberikan melalui ini ketentuan KHAI dengan yurisprudensi keputusan MA no. 95 dan
MA no. 99
ahli waris yang tidak islam bisa didapatkan wasiat wajibah
dalam keputusan MK 45 tahun 2010 dan dikuatkan dalam rekarnas MA tahun 2012 maka
terhadap anak yang dilahirkan dalam perkawinan tidak terutulis atau nikah siri
anak tiri didik sejak kecil ini juga bisa mendapatkan wasiat wajibah. namun untuk
mendapatkan wasiat wajiab dari bukan islam, anak tidak tertulis/ tercatat, dan anak
tiri
ini berdasarkan keputusan pengadilan, nanti pejabat negara yang memtuskan bila ada
bukti
anak angkat dengan orangtua angkatnya
yang tidak beragama islam dengan ktp
anak lahir tidak tercatat harus ada bukti dengan bukti tertulis atau saksi. dengan
apapun itu sebagai bukti bahwa telah pernah melakukan perkawinan siri dengan bukti
agama
walaupun tidak ada kekuatan hukum dari negara

trus latian soal dishare nanti


wasiat wajibah ini perkembangan baru yaaaaaaaaa.

sudah selesai. upload simaster jangan mepet waktu pas ngerjain uas. bila ada
pertanyaan nanti dijawab. tanya pas soal uas aja biar dijawab bapaknya tinggal
copas :)

Anda mungkin juga menyukai