Nim : 482011805099
Kelas :7B (S1 Farmasi)
UTS MANAJEMEN SUPLY OBAT
1. Apa yang dimaksud dengan panitia farmasi terapi (PFT)dan apa saja tugas dari PFT di
rumah sakit?(25)
2. Jelaskan siklus manajemen penggunaan Obat di Rumah sakit mulai dari perencanaan
sampai pendistribusian, serta sebutkan contoh kasusnya?(40)
3. Jelaskanapa yang dimaksud dengan SIMRS dan sebutkan kegiatan yang di kelola
menggunakan SIMRS?(25)
4. jelaskan keuntungan dan kerugian penggunaan SIMRS?(10)
Jawaban:
1. Yang dimaksud dengan panitia farmasi terapi (PFT) yaitu suatu kelompok penasehat
staf medik yang bertugas memberi saran dan juga bertindak sebagai garis penghubung
komunikasi organisasional antara staf medik dan instalasi farmasi rumah sakit dalam
penggunaan obat dirumah sakit, sehingga diperoleh suatu terapi obat yang optimal
melalui penggunaan obat yang aman dan rasional.
2. Siklus manajemen penggunaan Obat di Rumah sakit mulai dari perencanaan sampai
pendistribusian
1. Seleksi
• identifikasi masalah kesehatan/prevalensi penyakit
• piluhan cara pengobatan
• pemilihan obat termasuk bentik dan dosisnya
Untuk mendapatkan info atau penyakit didaerah bisa diambil di puskesmas atau yang
biasa disebut morbiditas
2. Pengadaan
Pada pengadaan biasanya Apoteker dan harus ada SP ( surat pesanan)
• kuatifikasi kebutuhan
• pemilihan metode pengadaan baik secara langsung maupun bantuan
• mengatur tender
• menyusun kontrak
• menjamin kualitas obat (Harga, output, khasiat terapi)
• memastikan terpenuhinya syarat dalam kontrak
3. Distribusi
Pada distribusi ini untuk mengontrol obat
• kontrol stok
• menajemen penyimpanan
Pada penyimpanan di RS yaitu berdasarkan abjad dan di RS biasanya ada
gudang pusat, dan untuk polianak dan polibidan ada penyimpanan obat dalam
bentuk kecil seperti gudang kecil. Jadi, jika digudang polianak dan poli bidan
habis maka diambil obat lagi ke gudang pusat.
• pengiriman ke depo obat lewat tabung
Contoh kasus
Rumah sakit (RS) swasta kelas C dengan jumlah tempat tidur 70 buah, BOR 75% dan
pasien rawat jalan perhari 150 pasien. Tingkat keterjaringan resep 80%. RS ini
memiliki IFRS dengan 2 apoteker dan 5 tenaga teknis kefarmasian.
Pengetahuan obat di IFRS ini sudah dilakukan analisis, yang hasilnya sebagai berikut:
Tahap seleksi:
• Masalah: kesesuaian item obat dengan DOEN 11,40,46% (kurang dari 76%
belum efisien)
• Solusi: membetuk PFT dan menyusun formularium rumah sakit dan fungsi
PFT didalam memilih obat yang memenuhi standar effiency, safety sebagai
kriteria salam seleksi obat
2. Kasus tahap pengadaan : frekuensi pengadaan obat 9,25 kali dalam setahun,
dianalisis dengan EOQ 12,57 kali yang berarti kemungkinan IFRS melakukan
order dalam jumlah banyak sehingga persediaan yang seharusnya di order 12 kali
tetapi di order 9 kali sehingga meningkatkan biaya infentory atau kemungkinan
terjadi keterlambatan order, yang seharusnya sudah order 12 kali tetapi masih
order 9 kali sehingga kemungkinan banyaknya obat yang tidak tersedia besar.
3. Kasus tahap pendistribuasian : kecocokan antara obat dan kartu stok 43,71% yang
berarti banyak pemasukan maupun pengeluaran obat yang tidak tercatat sehingga
kemungkinan obat hilang besar. Selain itu juga ketidak cocokan antara obat dan
kartu stok dapat memperngaruhi pengadaan yang akan berakibat pada terjadinya
kekosongan atau menumouk nya obat tertentu.
4. Kasus tahap penggunaan : persentase kesesuaian dengan formularium RS 86,6%,
yang berarti seharusnya kesesuaian resep drngan formularium adalah 100%.
Ketidaksesuaian tersebut akan berhubungan dengan masalah ketersediaan obat
dan penggunaan obat yang tersedia.
3. Yang dimaksud dengan SIMRS yaitu Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang disiapkan untuk
menangani keseluruhan proses manajemen rumah sakit mulai dari pelayanan diagnosa
dan tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, SIM RS juga
menangani sistem komputerisasi
Kegiatan yang dikelola menggunakan SIMRS yaitu : kegiatan pelayanan utama (front
office), kegiatan administratif (back office), dan komunikasi dan kolaborasi.
Kerugian :
a. Tidak melakukan perencanaan secara matang.
b. Belum menerapkan integrasi antar unit.
c. Tidak terintegrasi dengan BPJS, SIRS Kementerian Kesehatan.
d. Belum menyediakan pendaftaran secara online.
e. Hanya fokus pada perangkat saja.