Anda di halaman 1dari 25

Satuan Pendidikan : SMA

Kelas /Semester : XI
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar :
1.1. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan , melaporkan, dan berdiskusi
3.5. Mendeskripsikan momentum dan impuls, hukum kekekalan momentum, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
4.5. Memodifikasi roket sederhana dengan menerapkan hukum kekekalan momentum

Analisis KD :
1. Tahap Berfikir
a. Menganalisis
2. Tahap Keterampilan
a. Menyajikan data hasil percobaan
3. Tahap Kemampuan
a. Menganalisis penerapan
Fakta :
i. Momentum

Massa benda berbendera ungu = 31.86 gr = 31.86 x 10-3 kg


Massa benda berbendera pink = 80.08 gr = 80.08 x 10-3 kg
Bendera ungu

Bendera pink
Misalkan kita ambil sampel pada kecepatan sesaat kedua benda yang relatif sama
Kecepatan benda berbendera Pink = 93.12 cm/s  93.00 x 10-2 m/s
Kecepatan benda berbendera ungu = 93.32 cm/s  93.00 x 10-2 m/s
p=mv
Maka
momentum benda pink
p = (80.08 x 10-3 kg)(93.00 x 10-2 m/s)
p = 7447 x 10-5 kg m/s
momentum benda ungu
p = (31.86 x 10-3 kg)(93.00 x 10-2 m/s)
p = 2962 x 10-5 kg m/s
momentum benda pink lebih besar dari benda ungu

Jika benda sama kecepatan berbeda menggunakan massa benda ungu


Kecepatan 1 = 93.00 x 10-2 m/s
p = (31.86 x 10-3 kg)(93.00 x 10-2 m/s)
p = 2962 x 10-5 kg m/s
Kecepatan 2 = 56.75 x 10-2 m/s
p = (31.86 x 10-3 kg)( 56.75 x 10-2 m/s)
p = 1808 x 10-5 kg m/s
momentum benda berkecepatan 1 lebih besar daripada momentum berkecepatan 2

Contoh dalam kehidupan sehari-hari


Perbandingan ketika kita mengendarai motor dalam keadaan :
a. Sendiri dan membonceng seorang penumpang dengan kelajuan sama, misalnya pada v =
40 km/jam.
Seorang pengendara motor mengendarai motornya dengan kelajuan 40 km/jam,
tiba-tiba ia mengerem motornya secara tiba-tiba. Jika kita bandingkan dua keadaan
antara pengendara tersebut tidak membonceng seorang penumpang dengan pengendara
tersebut mengendarai motor dengan membonceng seorang penumpang, maka
pengendara akan lebih kesulitan mengerem motornya saat membonceng seorang
penumpang dibandingkan saat tidak membonceng seorang penumpang. Sehingga motor
yang dikendarai pengendara motor yang membonceng seseorang akan lebih sulit
dihentikan dibandingkan motor yang dikendarai pengendara motor yang tidak
membonceng seseorsng.
Sifat alami suatu benda adalah kelembaman, maksudnya benda akan cenderung
mempertahankan keadaan awalnya. Kelembaman adalah ukuran kemalasan suatu benda.
Semakin besar massa suatu benda, maka semakin lembam benda tersebut, sehingga
semakin pula momentum benda tersebut.
b. Pada kelajuan v1=40 km/jam dan v2=90 km/jam, tanpa membonceng seseorang.
Secara logis, motor dengan kecepatan v2=90 km/jam akan lebih sulit untuk berhenti
dibandingkan motor dengan kecepatan v1=40 km/jam.

ii. Impuls

Sebuh kelereng pada awalnya berada pada keadaan diam, kemudian kelereng tersebut di
berikan dorongan oleh telunjuk.Pada saat telunjuk memberikan dorongan terhadap kelereng,
besarnya selang waktu saat telunjuk menyentuh kelereng sangat kecil.Sehingga kelereng dapat
bergerak dan memiliki kecepatan.Besar kecepatan yang di alami oleh kelereng dapat di hitung
dengan menggunakan aplikasi dari tracker.Pada saat kelereng di berikan dorongan pada saat itu
juga kelereng tersebut di buat video sehingga mempermudah mencari besarnya kecepatan yang di
alami oleh kelereng.Kelereng masih dapat bergerak meskipun besar gaya yang di berikan oleh
telunjuk sangat kecil. Gaya yang diberikan telunjuk terhadap kelereng dengan selang waktu yang
sangat kecil ini dinamkan dengan impuls.Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan
tracker maka besar kecepatan kelereng hingga bergerak dapat diperoleh, setelah mendapatkan
kecepatan maka besarnya impuls dapat diketahui.Berikut pengolahan data berdasarkan aplikasi dari
tracker.
Grafik hasil pengolahan tracker:
Sehingga diperoleh:
I =F . ∆ t
∆v
I =m . .∆t
∆t
I =m . ∆ v
I =m . v 2−m . v 1
Dari grafik diperoleh v saat telunjuk menyentuh kelereng:
Dari grafik diperoleh v saat telunjuk menyentuh kelereng:
v1 = 38,91 cm/s = 38,91 x 10-2 m/s
v2 = 39,71 cm/s = 39,71 x 10-2 m/s
m =19,10 gr = 19,10 x 10-3 kg
maka besar Impuls yaitu:
I =m . v 2−m . v 1

I ={ ( 19,10 ) ( 39,71 )−( 19,10 ) ( 38,91 ) } × 10−5 kg m/s


I ={ 758,5−743,2 } ×10 kg m/s
−5

−5
I =15,32 ×10 kg m/ s

iii. Tumbukan

Kami melakukan sebuah percobaan mengenai tumbukan, alat yang kami gunakan adalah
satu set alat percobaan tumbukan dilengkapi dengan camera, laptop dengan aplikasi tracker, dan
neraca digital. Ketika benda satu dan dua dengan massa yang berbeda di letakan pada sliding board
kemudian pada sliding board ada rongga-rongga udara yang membuat benda satu dan benda dua
dapat bergearak sehingga ketika blower dinyalakan benda satu dan benda ke dua dapat bergerak.
Pada saat itu gaya gesek antara benda satu dan benda dua dengan sliding board besarnya kecil
sehingga pada keadaan tersebut gaya gesek di abaikan.

a. Lenting sempurna

Pada saat melakukan percobaan tumbukan lenting sempurna, massa yang digunakan
sebesar:
m1=88,08 x 10−3 kg
−3
m 2=70,05 x 10 kg
Setelah menentukan besarnya massa benda maka menghitung besarnya kecepatan dengan
menggunakan alat percobaan tumbukan yaitu satu set sliding board. Dan melakukan video terhadap
benda yang akan melakukan tumbukan. Setelah melakukan video, hasil dari video yang telah
dilakukan akan di peroleh besarnya kecepatan dengan menggunakan aplikasi dari tracker. Berikut
gambar beserta grafik yang terbaca dengan aplikasi tracker:
Grafik untuk benda ke-1 v(t)

Grafik untuk benda ke-2v(t)

Berdasarkan grafik dari hasil pengolahan tracker maka dapat diperoleh besarnya kecepatan
sebelum dan sesudah tumbukan adalah sebagai berikut:
Massa benda (kg) Kecepatan (v) sebelum tumbukan Kecepatan (v) sesudah tumbukan
m1 m2 v1 v2 v1 v2
70,05 x 10 kg 507,4 x 10−2 m m m m
−3 −3
88,08 x 10 kg −635,0 x 10−2 −725,3 x 10−2 919,4 x 10−2
s s s s
Maka
Psebelum tumbukan=Psesudah tumbukan

m1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1' +m2 v 2'


Pi=m1 v 1 +m2 v 2

Pi=88,08 x 10−3 .507,4 x 10−2 +70,05 x 10−3 .−635,0 x 10−2


m
Pi=140,0 x 10−5 kg
s
' '
Pf =m 1 v 1 +m2 v 2
Pf =88,08 x 10 . (−725,3 x 10 ) +70,05 x 10 .919,4 x 10
−3 −2 −3 −2

−5 m
Pf =520,0 x 10 kg
s
Untuk besar koefisien restitusinya sebesar:
' '
−(v 1 −v 2 )
=1
v 1−v 2
(−725,3 x 10−3−919,4 x 10−3 ) −1,64
e= = =0,14
507,4 x 10−2−(−635,0 x 10−2 ) 11,42
Besarnya koefisien restitusi untuk tumbukan lenting sempurna adalah e = 1, namun pada
saat melakukan percobaan untuk tumbukan lenting sempurna cukup sulit mendapatkan besarnya
koefisien restitusi yang besarnya adalah 1, karena pada kenyataanya besar nilai tumbukan lenting
sempurna jarang ditemukan di alam, karena beberapa faktor misalnya: gesekan udara, dan lain
sebagainya.
b. Lenting sebagian

Untuk menghitung besarnya tumbukan lenting sebagian, sama seperti dengan percobaan
tumbukan lenting sempurna.
Berikut data yang diperoleh dari data dan grafik fungsi v(t) hasil percobaan dengan
menggunakan aplikasi tracker:
Grafik untuk benda ke-1

Grafik untuk benda ke-2

Data yang diperoleh dari tracker:


Massa benda (kg) Kecepatan (v) sebelum tumbukan Kecepatan (v) sesudah tumbukan
m1 m2 v1 v2 v1 v2
70,05 x 10 kg 56,10 x 10−2 m m m m
−3 −3
88,08 x 10 kg −37,45 x 10−2 −10,66 x 10−2 39,93 x 10−2
s s s s

Sehingga di peroleh:
Psebelum tumbukan=Psesudah tumbukan
' '
m 1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m2 v 2
Pi=m1 v 1 +m2 v 2
−3 −2 −3 −2
Pi=88,08 x 10 .56,10 x 10 +70,05 x 10 .−37,45 x 10
m
Pi=2318 x 10−5 kg
s
Pf =m 1 v 1' +m2 v 2'
Pf =88,08 x 10−3 . (−10,66 x 10−2 ) +70,05 x 10−3 .39,93 x 10−2
m
Pf =1898 x 10−5 kg
s
c. Tidak letting sama sekali

Untuk percobaan tumbukan tidak lenting sama sekali, maka diperoleh data dan grafik fungsi
v(t) berdasarkan dari pengolahan tracker.

Grafik untuk benda ke-1


Grafik untuk benda ke-2

Data yang di peroleh dari grafik v(t) adalah sebagi berikut:


Massa benda (kg) Kecepatan (v) sebelum tumbukan Kecepatan (v) sesudah tumbukan
m1 m2 v1 v2 v1 v2
88,08 x 10 kg 81,16 x 10−2 m m m m
−3 −3
70,05 x 10 kg −24,32 x 10
−2
−41,97 x 10
−2
18,44 x 10
−2
s s s s

Sehingga di peroleh:
Psebelum tumbukan=Psesudah tumbukan
' '
m 1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m2 v 2
Pi=m1 v 1 +m2 v 2
−3 −2 −3 −2
Pi=70,05 x 10 .81,16 x 10 +88,08 x 10 .−24,32 x 10
−5 m
Pi=3543 x 10 kg
s
' '
Pf =m 1 v 1 +m2 v 2
Pf =70,05 x 10−3 . (−41,97 x 10−2 ) +88,08 x 10−3 .18,44 x 10−2
m
Pf =4563 x 10−5 kg
s

Indikator:
3.5.1 Menjelaskan pengertian momentum
3.5.2 Menjelaskan pengertian impuls
3.5.3 Menjelaskan hubungan momentum dan impuls
3.5.4 Menjelaskan hukum kekekalan momentum
3.5.5 Membedakan macam-macam jenis tumbukan
3.5.6 Menjelaskan pengertian koefisien restitusi
3.5.7 Mengemukakan aplikasi hukum kekekalan momentum dalam kehidupan sehari-hari
3.5.8 Menjelaskan hubungan momentum dan impuls dengan masalah tumbukan
4.5.1 Melakukan percobaan sederhana mengenai momentum, impuls dan tumbukan
4.5.2 Mengemukakan aplikasi hukum kekekalan momentum dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Pembelajaran

1. Menumbuhkan nilai religius melalui pengamatan terhadap ciptaan Tuhan


2. Menciptakan karakter yang baik, seperti religius, jujur, disiplin, bertanggung jawab,
peduli (kerjasama, toleransi), santun, responsif, dan rasa ingin tahu.
3. Siswa dapat menjelaskan pengertian momentum
4. Siswa dapat menjelaskan menjelaskan pengertian impuls
5. Siswa dapat menjelaskan hubungan momentum dan impuls
6. Siswa dapat menjelaskan hukum kekekalan momentum
7. Siswa dapat membedakan macam-macam jenis tumbukan
8. Siswa dapat menjelaskan pengertian koefisien restitusi
9. Siswa dapat mengemukakan aplikasi hukum kekekalan momentum dalam kehidupan
sehari-hari
10. Siswa dapat menjelaskan hubungan momentum dan impuls dengan masalah tumbukan
11. Siswa dapat menyatakan hubungan antara impuls dan momentum
12. Siswa dapat melakukan percobaan mengenai momentum, impuls dan tumbukan

Konsep Esensial :
 Momentum
 Impuls
 Tumbukan
 Hukum kekekalan momentum

Konsep Prasyarat :
 Vektor
 Kecepatan

 Percepatan

 Gaya
 Usaha dan Energi

Bagan Materi

Benda bergerak

Ada gaya Ada kecepatan

mengakibatkan mengakibatkan

Momentum Linear
Impuls

Berlaku pada

Tumbukan

Terdiri atas

Lenting Sempurna Lenting Sebagian Tidak Lenting

Berlaku Berlaku Berlaku

Hukum kekekalan momentum Hukum kekekalan momentum


Hukum kekekalan momentum Hukum kekekalan energi kinetik
Uraian Materi :
A. Pengertian Momentum dan Impuls
i. Momentum
Truk yang bermuatan penuh akan lebih sulit berhenti dibandingkan dengan mobil
kecil, meskipun kecepatannya sama.
Dua mobil diasumsikan bermassa sama, salah satu mobil (mobil 1) berkecepatan
lebih besar daripada mobil lainnya (mobil 2). Mobil 1 akan lebih sulit dihentikan
dibandingkan mobil 2.
Dalam pengertian fisisnya, momentum truk lebih besar daripada momentum mobil
kecil dan momentum mobil 1 lebih besar daripada mobil 2 . Apa itu momentum?
Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan sebelumnya, momentum adalah ukuran
kesukaran untuk menghentikan benda. Jika semakin besar momentum, semakin
sukar pula benda untuk dihentikan.
Dari kedua contoh fenomena yang telah disebutkan sebelumya, diketahui bahwa
besaran yang mempengaruhi besarnya momentum adalah :
 Massa
Semakin besar massa benda, semakin besar pula momentum. Maka, massa
sebanding dengan momentum.
p m
 Kecepatan
Semakin besar kecepatan benda, semakin besar pula momentum. Maka,
kecepatan sebanding dengan momentum.
p v

Secara matematis momentum dinyatakan sebagai berikut :


⃗p=m∙ ⃗v
dengan :
⃗p = momentum benda (kg m/s)
m=¿ massa benda (kg)
⃗v = kecepatan benda (m/s)
ii. Impuls
Sebuah bola dalam keadaaan diam ditendang oleh seorang pemain sepak bola. Bola
tersebut mengalami kontak sesaat dengan kaki pemain sepak bola. Walaupun hanya
sesaat, namun bola dapat bergerak dengan kecepatan tertentu. Gaya yang diperlukan
untuk membuat bola yang ditendang oleh pemain sepak bola tersebut bergerak dalam
interval waktu tertentu disebut impuls.
Secara matematis, impuls dituliskan sebagai berikut :
I =F ∆ t
I = Impuls (N.s)
F = Gaya (N)
t = waktu (s)

iii. Hubungan momentum dengan impuls


Berdasarkan Hukum II Newton :
F=m∙ a
∆ v v 2−v 1
Karena a= =
∆t ∆t
∆v v 2−v 1
F=m =m
∆t ∆t
F ∙ ∆ t =m ∙ ∆ v=m∙(v 2 −v 1)
I =∆ P=P2−P1
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa, “Impuls yang dikerjakan pada suatu
benda sama dengan perubahan momentumnya”.

B. Hukum Kekekalan Momentum


Berdasarkan hukum III Newton:

F aksi =−F reaksi


F 12=−F21
F 12 ∙ ∆ t=−F21 . ∆ t
' '
m1 v 1 −m1 v 1 =−(m2 v 2 −m2 v 2)
' '
m1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m2 v 2
dengan :
m1=massa benda 1(kg)

v1 =kecepatan benda1 sebelum tumbukan ( ms )


v =kecepatanbenda 1 setelah tumbukan ( )
' m
1
s
m2=ma ssa benda 2(kg)

v 2=kecepatan benda 2 sebelum tumbukan( ms )


v =kecepatanbenda 2 setelah tumbukan ( )
' m
2
s

C. Tumbukan

Peristiwa tumbukan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tumbukan dapat terjadi
apabila kedua benda yang bergerak mengenai benda lain yang sedang diam atau bergerak.
Misalnya, anak kecil yang bermain kelereng, kelereng tersebut dilontarkan dari jarak
tertentu untuk membuat kelereng lainnya terpental jauh.
Berdasarkan sifat kelentingan benda, tumbukan dibedakan menjadi 3 jenis :
i. Tumbukan Lenting Sempurna
Tumbukan lenting sempurna terjadi ketika jumlah energi kinetik sebelum tumbukan
sama dengan jumlah energi kinetik sebelum tumbukan. Sehingga Hukum Kekekalan
Momentum dan Hukum Kekekalan Hukum Energi Kinetik berlaku pada tumbukan
lenting sempurna. Namun, peristiwa seperti ini tidak memungkinkan terjadi.
Berdasarkan hukum kekekalan momentum, dituliskan :
' '
m1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m2 v 2
' '
m1 v 1−m1 v 1 =m2 v 2 −m2 v 2
' '
m1 (v 1−v 1 )=m2 ( v 2 −v 2 ) … 1
Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi, didapatkan :
1 1 1 1
m1 v 12 + m 2 v 22= m1( v 1' )2 + m2( v 2' )2  kedua ruas dikalikan 2
2 2 2 2
2 2 ' 2 ' 2
m 1 v 1 + m2 v 2 =m 1 (v1 ) + m2 ( v 2 )
m1 v 12−m1 (v 1' )2=m2 ( v 2' )2−m 2 v 22

[ ' 2
m1 v 1 −( v 1 ) =m2 [ ( v 2 ) −v2 ]
2
] ' 2 2

m1 ( v 1 +v 1 )( v 1−v 1 )=m2 ( v 2 + v 2)( v 2 −v 2) …2


' ' ' '

Persamaan 2 dibagi dengan persamaan 1 :


m1 ( v 1+ v 1 )( v 1−v 1 ) m2 ( v2 +v 2 )( v 2 −v 2 )
' ' ' '

'
= '
m1(v 1−v 1 ) m2 ( v 2 −v 2 )
' '
v1 + v 1 =v 2 + v 2
v1 −v 2=v 2' −v 1'
' '
v1 −v 2=−(v1 −v 2 )
' '
−(v 1 −v 2 )
=1
v 1−v 2
' '
−( v 1 −v 2 )
Bilangan =1 disebut koefisien restitusi (e)
v 1−v 2

Koefisien Restitusi
Koefisien restitusi (e) adalah negatif perbandingan antara kecepatan relatif sesaat
setelah tumbukan dengan kecepatan relatif sesaat sebelum tumbukan, untuk
tumbukan satu dimensi. Dituliskan secara matematis adalah sebagai berikut.

−∆ v ' −( v 2−v 1 )
'

e= =
∆v v 2−v 1
Nilai koefisien restitusi adalah terbatas, yaitu antara nol dan satu ( 0 ≤ e ≤ 1 )

ii. Tumbukan Lenting Sebagian


Pada tumbukan lenting sebagian, setelah bertumbukan, ada energi kinetik yang
berubah menjadi energi bentuk lain, seperti bunyi, panas dan lain-lain. Karena hal
tersebut, maka Hukum Kekekalan Energi Kinetik tidak berlaku, tetapi Hukum
Kekekalan Momentum tetap berlaku. Sehingga energi kinetik awal tumbukan lebih
besar dari energi kinetik setelah terjadi tumbukan.
∑ EK >∑ EK '
' '
EK 1+ EK 2> EK 1 + EK 2
v1 −v 2 > v2' −v 1'
' '
−v 1 −v 2
<1
v 1−v2
Dari persamaan tersebut didapatkan bahwa koefisien restitusi (e) untuk tumbukan
lenting sebagian adalah 0e1.

iii. Tumbukan Tak Lenting Sama Sekali


Pada tumbukan tak lenting sama sekali, kedua benda bersatu setelah benda-benda
tersebut bertumbukan, sehingga kecepatan benda 1 setelah bertumbukan sama
dengan kecepatan benda 2 ( v' =v 1' =v 2' .).

Berdasarkan Hukum Kekekalan Momentum :


' '
m 1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m2 v 2
Karena, v' =v 1' =v 2'
maka
'
m 1 v 1+ m2 v 2=(m ¿ ¿ 1+m 2)v ¿

Karena v1' =v 2'


maka
' '
−(v 1 −v 2 )
=0
v 1−v 2
Jadi, besarnya koefisien restitusi tumbukan tak lenting sama sekali adalah nol (e =
0).
D. Aplikasi Hukum Kekekalan Momentum
a. Peluncuran Roket

Sebuah roket diluncurkan vertikal ke atas, hal


tersebut dapat dilakukan karena adanya gaya dorong
dari mesin roket yang bekerja. Pada saat roket belum
dinyalakan, momentum sistem roket adalah nol.
Apabila mesin di dalamnya telah dinyalakan
sehingga roket memancarkan gas yang arahya
kebawah, pancaran gas mendapatkan momentum
yang arahnya ke bawah, karena momentum bersifat
kekal, roket pun akan mendapatkan momentum yang
arahnya berlawanan dengan arah buang gas roket tersebut dan besarnya sama dengan
momentum pada gas hanya arahnya saja yang berbeda.

Kita asumsikan bahwa momentum awal roket adalah ketika sesaat setelah roket
diluncurkan dan momentum akhir roket setelah roket di gerakkan maka :

 ⃗pawal=∆ m ⃗v g

 ⃗pakhir =∆ m ⃗v r=( m−∆ m )( v+ ∆ v )

⃗pakhir =⃗p awal


( m−∆ m )( v+ ∆ v )−∆ m ⃗v g =mv
mv+ m ∆ v−∆ mv−∆ m ∆ v−∆ m v g=mv
m ∆ v −∆ mv=∆ m v g
∆ m v g + ∆ mv
∆ v=
m
∆ m(v g +v )
∆ v=
m
Kita mengetahui bahwa percepatan adalah perubahan kecepatan dalam selang waktu tertentu,
maka :
∆v
a=
∆t

∆ m( v g + v)
m
a=
∆t

∆ m ( v g +v )
a=
∆t m

b. Sarung Tinju

Sarung tinju yang dipakai oleh para petinju


ini berfungsi untuk memperlama bekerjanya
gaya impuls ketika memukul lawannya,
pukulan tersebut memiliki waktu kontak
yang lebih lama dibandingkan memukul
tanpa sarung tinju. Karena waktu kontak lebih lama, maka gaya yang bekerja juga semakin
kecil sehingga sakit terkena pukulan bisa dikurangi.

c. Palu

Palu dibuat dengan bahan yang keras agar selang waktu kontak menjadi lebih singkat,
sehingga gaya yang dihasilkan lebih besar. Jika gaya impuls besar maka paku yang dipukul
dengan palu akan tertancap lebih dalam.

d. Matras

Matras dimanfaatkan untuk memperbesar waktu kontak. Waktu kontak yang relatif lebih
lama menyebabkan gaya menjadi lebih kecil sehingga tubuh kita tidak terasa sakit pada
saat jatuh atau dibanting di atas matras.

e. Air Safety Bag (kantong udara)

Ketika seseorang berkendaraan dan kemudian melaju dengan kecepatan yang cepat, ada
kemungkinan bahwa dapat
terjadinya kecelakaan. Jika mobil
melaju dengan sangat cepat, tentu
kemungkinan cidera pengendara
semakin besar. Untuk itu dibuatlah
sebuah alat pada mobil yang disebut Air Safety Bag. Air Safety Bag (kantong udara)
digunakan untuk memperkecil gaya akibattumbukan yang terjadi pada saat tabrakan.
Kantong udara tersebut dipasangkan pada mobil serta dirancang untuk keluar dan
mengembangsecara otomatis saat tabrakan terjadi. Kantong udara ini mampu
meminimalkanefek gaya terhadap benda yang bertumbukan. Prinsip kerjanya
adalahmemperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menghentikan
momentumpengemudi. Saat tabrakan terjadi, pengemudi cenderung untuk tetap
bergeraksesuai dengan kecepatan gerak mobil (Hukum Pertama Newton). Gerakanini
akan membuatnya menabrak kaca depan mobil yang mengeluarkan gayasangat besar
untuk menghentikan momentum pengemudi dalam waktusangat singkat. Apabila
pengemudi menumbuk kantong udara, waktu yangdigunakan untuk menghentikan
momentum pengemudi akan lebih lamasehingga gaya yang ditimbulkan pada
pengemudi akan mengecil. Dengan demikian, keselamatan si pengemudi akan lebih
terjamin.

Daftar Pustaka

Giancoli. 2001. Fisika. Jakarta : Penerbit Erlangga

Haryadi, Bambang. 2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuaan
Departemen Pendidikan Nasional

Kurniawan, Doni. 2013. Penerapan Prinsip Impuls dan Momentum. Tersedia [online]:
http://situsnyaorangpintar.blogspot.com/2013/05/6-penerapan-prinsip-impuls-
momentum_27.html. Diakses pada: 8 Februari 2015.

Saripudin, Aip. dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika untuk kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuaan
Departemen Pendidikan Nasional
Zaida, Akmal. 2011. Momentum dan Impuls. Tersedia [online]:
http://www.slideshare.net/fullscreen/akmal_zaida/peta-konsep-fisek-momentum-n-impuls/1.
Diakses pada: 8 Februari 2015.

Anda mungkin juga menyukai