Anda di halaman 1dari 8

INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION)

A. MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP


INVESTIGATION)

Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan


kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan
hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Investigasi berkaitan dengan kegiatan
mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses
penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan
hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam
suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.

Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru
hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk
dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan
pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam
mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja
kelompoknya.

Menurut Aunurrahman (2009), seorang guru dapat menggunakan strategi


investigation kelompok di dalam proses pembelajaran dengan beberapa keadaan, antara lain
sebagai berikut :

1. Bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa mencapai studi yang mendalam tentang isi
atau  materi, yang tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang
terpusat  pada guru.
2. Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide-ide yang
disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan.
3. Bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik yang
memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di luar kelas.
4. Bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan
yang diperlukan atas interpretasi informasi yang berasal  dari penelitian-penelitian orang
lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman  yang kurang positif.
5. Bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilan-keterampilan penelitian, yang
selanjutnya dapat mereka pergunakan di dalam situasi belajar yang lain, seperti  halnya
cooperative learning.
6. Bilamana guru menginginkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa.

Killen (dalam Aunurrahman, 2009) memaparkan beberapa ciri essensial investigasi


kelompok sebagai pendekatan pembelajaran adalah :

1. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memilki independensi terhadap
guru.
2. Kegiatan-kegiatan siswa terfgokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan.
3. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersaratkan mereka untuk mengumpulkan
sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.
4. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.
5. Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.

Ibrahim (dalam Yasa, 2000) menyatakan dalam kooperatif tipe investigasi kelompok
guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen
dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa
memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan
menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah
dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para
siswa.

Slavin (2009) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran


investigasi kelompok adalah sebagai berikut :

Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok


(Grouping)

 Para siswa meneliti beberapa sumber, memilih topik, dan mengkategorikan saran-saran.
 Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang  telah mereka
pilih.
 Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
 Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari (Planning)

 Para siswa merencanakan bersama mengenai langkah awal penyelesaian tugas

 Tahap 3: Melaksanakan Investigasi ( Investigation)

 Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat  kesimpulan.


 Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
 Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua   gagasan.

 Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir (Organizing)

 Anggota kelompok menentukan pesan-pesan essensial dari proyek mereka.


 Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana
mereka akan membuat presentasi mereka
 Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan
rencana-rencana presentasi.
 Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir (Presenting)

 Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk
 Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif
 Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi (Evaluating)

 Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas
yang telah mereka kerjakan, mengenai keefktifan pengalaman-pengalaman mereka
 Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
 Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi

Berdasarkan uraian di atas bahwa model pembelajaran investigasi kelompok ialah


pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang bersifat heterogen dimana setiap
anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mencapai tujuan
pembelajaran.

Siti Maesaroh (2005) di dalam Narudin (2009: www.davidnarudin.blogspot.com)


mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah :

a. Membutuhkan Kemampuan Kelompok

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat


kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi
dari berbagai tempat dan cara, dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa
mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar
kerja.

b. Rencana Kooperatif

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka


butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan
proyek mereka di dalam kelas.

c. Peran Guru

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-


kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur
pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Metode Group Investigation dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks,
diantaranya :

a. Pembelajaran berpusat pada siswa.


b. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar
siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
c. Siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.
d. Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

B. METODE PENEMUAN TERBIMBING

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran dan memudahkan siswa dalam menguasai konsep dasar matematika adalah
dengan metode penemuan terbimbing. Menurut Gulo (2002) bahwa “Belajar dengan
penemuan terbimbing merupakan usaha menemukan konsep atau prosedur atau prinsip di
bawah bimbingan guru”.
Metode penemuan merupakan cara belajar mengajar berdasarkan peranan guru
murid di dalam mengolah pesan yaitu pengolahan pesan oleh peserta didik sendiri.
Metode penemuan merupakan bagian dari strategi belajar mengajar yang membutuhkan
pengetahuan prasyarat sehingga peserta didik dapat aktif dalam mengolah pesan dan
menemukan sendiri suatu konsep atau pengetahuan yang dipelajari. Metode penemuan
dapat memperlancar proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu output yang
terjadi secara alami yaitu dari penemuan dan pemikiran peserta didik.
Menurut Suherman (2003) metode penemuan disebut juga discovery learning,
metode penemuan terdiri atas penemuan terbimbing dan tak terbimbing. Pada penemuan
terbimbing penemuan dilakukan dengan bimbingan sedangkan penemuan tak terbimbing
siswa menemukan sesuatu tanpa bimbingan guru. Dalam metode penemuan hasil akhir
yang ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahui
oleh guru. Dalam metode penemuan terbimbing, para peserta didik diberi bimbingan
singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir
itu tetap ditemukan sendiri oleh peserta didik. Dalam metode penemuan tak terbimbing,
para peserta didik secara mandiri harus malakukan terkaan, dugaan, perkiraan, coba-coba,
atau usaha lain yang sesuai dengan pengetahuan melalui berbagai cara.

Perencanaan penggunaan metode penemuan adalah sebagai berikut :


a. Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh.
b. Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa
c. Materi prasyarat harus sudah dimiliki oleh siswa
d. Guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, bukan pemberi informasi.

Kelebihan metode penemuan adalah sebagai berikut :


a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar.
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran.
c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas.
d. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
e. Melatih peserta didik belajar mandiri.

Kelemahan metode penemuan adalah sebagai berikut :


a. Menyita waktu banyak.
b. Tidak setiap guru memiliki selera atau kemampuan mengajar dengan cara penemuan.
c. Tidak semua peserta didik mampu melakukan penemuan.
d. Tidak berlaku untuk semua topik.
e. Untuk kelas yang besar sangat merepotkan guru.

Cara belajar dengan menemukan bukan merupakan cara baru. Cara penemuan ini
telah digunakan puluhan abad yang lalu dan Socrates dianggap sebagai orang pertama
yang menggunakan cara ini. Pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing berharap siswa benar-benar aktif belajar menemukan bahan yang
dipelajarinya. Hal-hal baru yang diharapkan dapat ditemukan oleh siswa di bawah
bimbingan guru dapat berupa konsep, teorema, rumus, pola, aturan dan sejenisnya.

Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing

Menurut Gilstrap dalam Suryosubroto (1997) langkah-langkah yang harus


dilakukan dalam melaksanakan metode penemuan adalah :
1) Menilai kebutuhan dan minat siswa dan menggunakannya sebagai dasar untuk
menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar dengan penemuan
2) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan minat dan minat siswa, prinsip-prinsip,
generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajari
3) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus
bebas fikiran siswa dalam belajar dengan penemuan
4) Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan
5) Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan
6) Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang
belajar dengan penemuan
7) Menambah bebagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan
8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan
data
9) Mempersilahkan siswa untuk mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan
kecepatannya sediri, sehingga memperoleh tilikan umum
10) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melanjutkan pengalaman belajarnya
11) Memberi jawaban dengan tepat dan cepat
12) Merangsang interaksi siswa dengan siswa
13) Bersikap membantu ide siswa, pandangan dan tafsiran yang berbeda
14) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alasan dan fakta
15) Memuji siswa yang giat dalam proses penemuan
16) Membantu siswa menuliskan prinsip, aturan, ide, generalisasi atau pengertian yang
menjadi pusat masalah
17) Mencek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya dalam situasi
berikutnya
Berdasarkan hal tesebut, maka guru perlu memperhatikan hal-hal di atas untuk
menerapkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran. Guru menerapkan
metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika dengan memperhatikan
kebutuhan siswa, susunan kelas dalam pembelajaran, permasalahan yang akan
dipecahkan, dan alat peraga yang dapat membantu siswa dalam penemuan. Selain itu,
siswa diberikan kesempatan untuk bekerja mengumpulkan data untuk memperoleh
kesimpulan tentang pemahaman konsep yang harus dicapai dengan saling berinteraksi
antar siswa. Guru mengarahkan siswa dalam menemukan konsep matematika dan
memberikan pujian kepada siswa yang giat dalam proses penemuan.
Menurut Markaban (2006), agar pelaksanaan metode penemuan terbimbing
berjalan efektif, ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru matematika, yaitu:
1) Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir
sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah
2) Siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data yang diberikan
guru. Bimbingan yang diberikan guru diberikan sejauh yang diperlukan saja.
Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang dituju,
melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS
3) Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya
4) Jika perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa diperiksa oleh guru. Hal ini penting
dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga menuju arah yang
hendak dicapai
5) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka
verbalisasi konjektur sebaliknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya
6) Sesudah siswa menemukan apa yang dicapai, hendaknya guru menyediakan soal
latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar

Berdasarkan hal tesebut, maka dalam pembelajaran menggunakan metode


penemuan terbimbing guru merumuskan permasalahan yang telah dituangkan dalam
Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa
dalam menemukan konsep, rumus, prinsip, atau sifat. Siswa mengerjakan LKS dan guru
membimbing siswa. Penemuan yang telah dilakukan siswa dengan bantuan LKS
diperiksa kebenarannya melalui soal latihan.
Menurut Alkrismanto (2003) “Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing
peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk
menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-pertintah atau dengan
lembar kerja”. Sesuai dengan pendapat itu, maka guru menggunakan LKS dalam
menyatakan persoalan kepada siswa. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan
penyelesaian di bawah bimbingan guru.
Seberapa banyak dan seberapa dalam tingkat pemikiran yang harus digunakan
untuk isian atau jawaban siswa pada LKS yang bersifat penemuan, tergantung dari
keadaan kelas secara umum atau tergantung dari tingkat kemampuan kognitif siswa yang
akan mengerjakannya.
C. PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DENGAN PENEMUAN
TERBIMBING

Pembelajaran investigasi kelompok dengan metode penemuan terbimbing


merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengajar matematika.
Pembelajaran investigasi kelompok dapat menjadikan peserta didik aktif bertanya,
berdiskusi dan menyelesaikan pekerjaannya. Dalam pembelajaran investigasi kelompok
guru menyajikan informasi dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang bersifat
penemuan terbimbing.
Adapun langkah-langkah pembelajaran investigasi kelompok dengan penemuan
terbimbing yang dilaksanakan dalam RPP ini adalah :
a. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b. Guru mengorganisir siswa untuk belajar dengan cara membagi kelas menjadi kelompok
heterogen yang terdiri dari 4 hingga 5 orang,
c. Guru menyajikan informasi melalui LKS yang bersifat penemuan terbimbing
d. Siswa melakukan investigasi melalui LKS yang diberikan
e. Guru membimbing kelompok bekerja dan belajar
f. Siswa mempresentasikan hasil investigasi kelompoknya
g. Guru mengevaluasi hasil belajar yang ditemukan siswa dengan cara siswa
mempresentasikan hasil investigasi mereka
h. Memberikan soal-soal latihan kepada kelompok untuk memeriksa kebenaran hasil
penemuan
DAFTAR PUSTAKA

Alkrismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika.
Strategi Pembelajaran Matematika. pdf ( secured) - Adobe Reader

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing.


PPP_Penemuan_Terbimbing.pdf - Adobe Reader

Narudin. 2009. www.davidnarudin.blogspot.com. Diakses tanggal 28 November 2011.

Slavin. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media

Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:


FMIPA UPI

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Yasa, Doantara. 2008.  Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) (Online).


http://74.125.153.132/search?q=cache:kW9RbrkxSBgJ:ipotes.wordpress.com/
2008/04/28/pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation-gi/+tahap-
tahap+investigasi+kelompok+dalam+matematika&cd=8&hl=id& ct=clnk&gl=id (diakses
28 November 2011).

Anda mungkin juga menyukai