Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru
hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk
dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan
pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam
mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja
kelompoknya.
1. Bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa mencapai studi yang mendalam tentang isi
atau materi, yang tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang
terpusat pada guru.
2. Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide-ide yang
disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan.
3. Bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik yang
memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di luar kelas.
4. Bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan
yang diperlukan atas interpretasi informasi yang berasal dari penelitian-penelitian orang
lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman yang kurang positif.
5. Bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilan-keterampilan penelitian, yang
selanjutnya dapat mereka pergunakan di dalam situasi belajar yang lain, seperti halnya
cooperative learning.
6. Bilamana guru menginginkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa.
1. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memilki independensi terhadap
guru.
2. Kegiatan-kegiatan siswa terfgokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan.
3. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersaratkan mereka untuk mengumpulkan
sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.
4. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.
5. Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.
Ibrahim (dalam Yasa, 2000) menyatakan dalam kooperatif tipe investigasi kelompok
guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen
dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa
memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan
menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah
dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para
siswa.
Para siswa meneliti beberapa sumber, memilih topik, dan mengkategorikan saran-saran.
Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka
pilih.
Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk
Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif
Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas
yang telah mereka kerjakan, mengenai keefktifan pengalaman-pengalaman mereka
Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi
b. Rencana Kooperatif
c. Peran Guru
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran dan memudahkan siswa dalam menguasai konsep dasar matematika adalah
dengan metode penemuan terbimbing. Menurut Gulo (2002) bahwa “Belajar dengan
penemuan terbimbing merupakan usaha menemukan konsep atau prosedur atau prinsip di
bawah bimbingan guru”.
Metode penemuan merupakan cara belajar mengajar berdasarkan peranan guru
murid di dalam mengolah pesan yaitu pengolahan pesan oleh peserta didik sendiri.
Metode penemuan merupakan bagian dari strategi belajar mengajar yang membutuhkan
pengetahuan prasyarat sehingga peserta didik dapat aktif dalam mengolah pesan dan
menemukan sendiri suatu konsep atau pengetahuan yang dipelajari. Metode penemuan
dapat memperlancar proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu output yang
terjadi secara alami yaitu dari penemuan dan pemikiran peserta didik.
Menurut Suherman (2003) metode penemuan disebut juga discovery learning,
metode penemuan terdiri atas penemuan terbimbing dan tak terbimbing. Pada penemuan
terbimbing penemuan dilakukan dengan bimbingan sedangkan penemuan tak terbimbing
siswa menemukan sesuatu tanpa bimbingan guru. Dalam metode penemuan hasil akhir
yang ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahui
oleh guru. Dalam metode penemuan terbimbing, para peserta didik diberi bimbingan
singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir
itu tetap ditemukan sendiri oleh peserta didik. Dalam metode penemuan tak terbimbing,
para peserta didik secara mandiri harus malakukan terkaan, dugaan, perkiraan, coba-coba,
atau usaha lain yang sesuai dengan pengetahuan melalui berbagai cara.
Cara belajar dengan menemukan bukan merupakan cara baru. Cara penemuan ini
telah digunakan puluhan abad yang lalu dan Socrates dianggap sebagai orang pertama
yang menggunakan cara ini. Pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing berharap siswa benar-benar aktif belajar menemukan bahan yang
dipelajarinya. Hal-hal baru yang diharapkan dapat ditemukan oleh siswa di bawah
bimbingan guru dapat berupa konsep, teorema, rumus, pola, aturan dan sejenisnya.
Alkrismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika.
Strategi Pembelajaran Matematika. pdf ( secured) - Adobe Reader