Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N P3003


1 HARI POST PARTUM FISIOLOGIS
DI PUSKESMAS SIWALANKERTO WILAYAH KOTA SURABAYA
TANGGAL : 20 SEPTEMBER S/D 16 OKTOBER 2021

Disusun oleh :

Rimazahrani Khairunnisa

P27824119038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
Penulis dapat menyelesaikan “Asuhan Kebidanan Pada Ny. N P30003 1 hari Post Partum Fisiologis Di
Puskesmas Siwalankerto Wilayah Kota Surabaya”. Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:

1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Surabaya
2. Astuti Setiyani, SST. M. Keb. selaku Kepala Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Surabaya.
3. Dwi Wahyu Wulan S,SST. M. Keb. selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Sutomo Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
4. Rekawati Susilaningrum, A.Per.Pen., M.Kes. selaku pembimbing pendidikan Prodi DIII Kebidanan
Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
5. Evi Yunita Nugrahini, M.Keb. selaku pembimbing pendidikan Prodi DIII Kebidanan Sutomo
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
6. Bidan Erma Tri Wahyuni, Amd.Keb selaku pembimbing lahan
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan komprehensif ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan dalam pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan praktik klinik ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 8 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………………………………………… 1
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................3
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………...……………..4

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................5
1.2 Tujuan............................................................................................................................................6
1.3 Pelaksanaan..................................................................................................................................6
1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................................................................

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1 Konsep Dasar
2.1.1. Pengertian Masa Nifas ......................................................................................................7
2.1.2. Etiologi Masa Nifas ...........................................................................................................7
2.1.3. Tahapan Masa Nifas .........................................................................................................7
2.1.4. Perubahan Fisiologis masa Nifas .....................................................................................8
2.2 . Konsep Asuhan Kebidanan
2.2.1.Pengkajian Data...........................................................................................................................15
2.2.2.Diagnosa/Masalah Kebidanan.....................................................................................................22
2.2.3.Diagnosa Potensial......................................................................................................................22
2.2.4.Tindakan Segera..........................................................................................................................23
2.2.5 Rencana Tindakan dan Rasional.................................................................................................23
2.2.6.Pelaksanaan Rencana Tindakan.................................................................................................23
2.2.7.Evaluasi........................................................................................................................................23
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1. Data Subyektif…………………………………………………………………………………………… 24

3.2. Data Obyektif ………………………………………………………...…………………………………..26

3.3. Analisa Data ………………………………………………………...………………………………….…27

3.4. Penatalaksanaan …………………………………………………...…………………………………….27

BAB 4 SIMPULAN ................................................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam
pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi pada masa
nifas Tidak sedikit pula para ibu nifas yang kerap kali mengalami dampak dari masa nifas
yaitu seperti anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat, depresi masa nifas dimana
perubahan hormone mempengaruhi perilaku sang ibu, dan infeksi pada masa nifas
(Sulfianti, 2021)

Perdarahan pasca persalinan selama ini merupakan penyebab dari kematian ibu,
namun dengan bertambahnya persedian darah dan rujukan maka infeksi menjadi lebih
menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu. Selain infeksi pada ibu nifas
masih ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas yaitu infeksi saluran
kemih, metritis, bendungan payudara, infeksi payudara, abses payudara, infeksi luka
perineum dan luka abdomen. Menyusui juga dapat menjadi cara mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi Negara
berkembang seperti Indonesia menganggap masa nifas merupakan masa yang kritis bagi
ibu setelah melahirkan. Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks
yang sulit diatasi. AKI sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri
disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga
memerlukan perbaikan (Dewi, 2021).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis

1.2.2 Tujuan Khusus


Penulis mampu:

1. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu nifas fisiologis

6
7

2. Menginterpretasi data serta menentukan diagnosa kebidanan, masalah dan


kebutuhan ibu nifas fisiologis
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu nifas fisiologis
4. Merencanakan tindakan yang dibutuhkan ibu nifas fisiologis
5. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan kebutuhan ibu nifas fisiologis
6. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
7. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

1.3. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan nifas fisiologis ini dilakukan pada Praktik Klinik Kebidanan
2 tanggal 6 Oktober 2021 di Puskesmas Siwalankerto.

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan asuhan


kebidanan ini terdiri dari bab I pendahuluan yang akan menguraikan tentang latar belakang
masalah, tujuan penulisan, pelaksanaan, serta sistematika penulisan.
.........Pada bab II tujuan pustaka yang akan menguraikan mengenai landasan teori dari
pengertian masa nifas, etiologi masa nifas, tahapan masa nifas, dan perubahan fisiologis
pada masa nifas, serta konsep asuhan kebidanan pada masa nifas fisiologis.

Pada bab III yaitu tinjauan kasus terdiri dari pengkajian data subjektif dan objektif,
analisa dan penatalaksanaan sesuai kaidah SOAP.
Kemudian ada bab IV yaitu kesimpulan dari asuhan yang telah dilakukan. Kemudian
selanjutnya daftar pustaka, Bagian ini memuat daftar literatur ilmiah yang telah ditelaah dan
dijadikan rujukan dalam penulisan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Masa Nifas

2.1.1. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode inpartu) sehingga kembalinya reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil (Pitriani, 2014)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(Tonasih, 2020).

2.1.2. Etiologi Masa Nifas


Dalam masa nifas, alat-alat genetalia internal maupun eksternal akan
berangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan ini disebut
involusi (Tonasih, 2020)

Setelah bayi lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi sehingga dapat
menutup pembuluh darah besar yang menjadi bekas implantasi plasenta, otot rahim
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah tertutup sempurna dan terhindar dari
persarahan post partum (Sulfianti, 2021)

2.1.3. Tahapan Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium dibagi menjadi 3 periode:
1. Puerperium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Puerperium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna.
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

8
9

2.1.4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


1. Involusi Uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini segera setelah pasca post partum. Setelah 4
minggu setelah persalinan uterus kembali ke ukuran sebelum hamil (Aritonang,
2021). Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a. Iskemia myometrium : Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus.
b. Autolisis : Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus.
c. Efek oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus.

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke 5 post partum
uterus kurang lebih setinggi 7 cm diatas simfisis dan beratnya ± 500 gram dan
setalah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis dan beratnya menjadi
300 gram, setelah 6 minggu post partum, berat uterus menjadi 40 – 60 gram

2. Involusi tempat plasenta


Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar,
tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil,
pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

3. Perubahan pada serviks dan vagina


Pada serviks terbentuk sel-sel otot terbaru, karena adanya kontraksi dan retraksi.
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari dan
struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak
bercelah. Vagina teregang pada waktu persalinan namun lambat laun akan
mencapai ukuran yang normal. Nampak berubah kembali pada 3 minggu, kembali
mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping,
lebar, produksi mucus normal dengan ovulasi.
10

4. Perubahan pada perineum

Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada sirkumfarensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan
mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah
penjahitan dan perawatan dengan baik (Pitriani, 2014).

5. Lochea
Ada beberapa jenis lochea, menurut (Dewi, 2021) :
a. Lochea Rubra ( Cruenta)
Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel- sel darah
desidua (Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan hamil), venix
caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam
noda dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu
halus pada anak yang baru lahir), dan mekonium (yakni isi usus janin
cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban
berwarna hijau).

b. Lochea Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke
3-7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d. Lochea Alba
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta
Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Locheostasis
Lochea yang tidak lancar keluarnya.
11

6. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi pada ibu menyusui dimulai rata rata 12 minggu sampai 18 minggu
post partum. Menstruasi pada ibu post partum tergantung dari hormon prolaktin.
Apabila ibu tidak menyusui menstruasi mulai pada minggu ke 6 s.d. minggu ke 8.
Menstruasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan.

7. Perubahan tanda-tanda vital


a. Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara
tekanan darah sistolik dan diastolic yang kembali secara spontan ke tekanan darah
sebelum hamil selama beberapa hari. Bidan bertanggung jawab dalam mengkaji
resiko preeklamsia pascapartum, komplikasi yang relative jarang tetapi serius, jika
peningkatan tekanan darah signifikan.
b. Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode
intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.
c. Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah
beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan dan nyeri
akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100
selama puerperium, hal. tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya
infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
d. Pernapasan
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya
kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru (Dewi,
2021)
8. Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
12

waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemorroid, laserasi jalan lahir.


Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet atau makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup (Sulfianti, 2021).

9. Sistem Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung
pada keadaan/status sebelum persalinan, Lamanya partus kalla II yang dilalui,
Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (Sulfianti, 2021)

10.Adaptasi Psikologis Ibu


Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal
tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang
harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya
bayi yang baru lahir. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu mengalami
fase-fase sebagai berikut :
a. Fase taking-in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian
pada diri sendiri. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase
ini adalah
1) Kekecewaan karena tidak mendapat apa yang di inginkan tentang
bayinya
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik. Misalnya rasa mulas,
payudara bengkak, dll.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya
dan cenderung melihat saja tanpa membantu.
b. Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir atas ketidakmampuannya dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Tugas
sebagai tenaga kesehatan adalah misalnya dengan cara menganjurkan cara
merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan,
13

mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan


ibu.
c. Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah
meningkat. Pendidikan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan
bermanfaat bagi ibu.Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat
diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu dalam merawat bayi,
mengerjakan urusan rumah tangga sehingga tidak terlalu terbebani.

2.2. Konsep Asuhan Kebidanan

2.2.1. Pengkajian Data


1. Data Subjektif
a. Identitas
1) Nama
Untuk menetapkan identitas pasti pasien karena mungkin memiliki nama yang
sama dengan alamat dan nomor telepon yang berbeda (Sulfianti, 2021)
2) Usia
Wanita yang berusia lebih dari 34 tahun cenderung menjalani section caesarea.
Usia di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap
sejumlah komplikasi. Usia di bawah 16 tahun meningkatkan insiden pre-eklampsia.
Usia di atas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes tipe II dan hipertensi kronis
3) Agama
Sebagai dasar bidan dalam meberikan dukungan mental dan spiritual terhadap
pasien dan keluarga
4) Suku/bangsa
Berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan keluarga yang
berkaitan dengan masa nifas
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat pendidikan mempengarui
perilaku kesehatan seseorang.
14

6) Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosial bidaya, dan data
pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.
7) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal serta mempermudah pemantauan.
b. Keluhan Utama

Persoalan yang dirasakan pada ibu nifas adalah rasa nyeri pada jalan lahir, nyeri ulu

hati, konstipasi, kaki bengkak, nyeri perut setelah lahir, payudara membesar, nyeri tekan

pada payudara dan puting susu, puting susu pecah- pecah, keringat berlebih serta rasa

nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid.

c.Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Aktivitas

Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah melakukan mobilisasai secara bertahap
yaitu dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan
berangsur-angsur berdiri dan jalan.

2) Nutrisi
Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan gizi dengan
mengkonsumsi tambahan ± 500 kalori perhari, Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup untuk eliminasi

3) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan tindakan :
 Dirangsang dengan mengalirkan kran di dekat klien
 Mengompres air hangat diatas simpisis
Bila tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan kateterisasi.
4) Defekasi
Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK, dan kebanyakan ibu dapat melakukan
BAK spontan dalam 8 jam setelah persalinan. BAB akan biasa setelah sehari, kecuali
15

ibu takut dengan luka episiotomy (Dewi, 2021)

5) Personal hygiene
Ibu nifas dianjurkan untuk membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,
mengganti pembalut tiap kali mandi dan BAK/BAB, paling tidak dalam waktu 3-4 jam
ganti pembalut, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh daerah
kelamin, tidak sering menyentuh luka episiotomy dan laserasi (Sulfianti, 2021)

6) Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa nyeri.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum : normalnya baik

2) Kesadaran : normalnya composmentis

3) Tanda- tanda vital :

a) Tekanan Darah

Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara

tekanan darah sistolik dan diastolik kemudian kembali secara spontan setelah

beberapa hari. Normalnya (110/70 – 140/90 mmHg).

b) Nadi

Perubahan suhu secara fisiologis terjadi pada masa segera setelah persalinan,

yaitu terdapat sedikit kenaikan suhu tubuh pada kisaran 0,2-0,5°C, dikarenakan

aktivitas metabolisme yang meningkat saat persalinan, dan kebutuhan kalori yang

meningkat saat persalinan. Perubahan suhu tubuh berada pada kisaran 36,5°C-

37,5°C.
16

c) Suhu

Frekuensi nadi ibu secara fisiologis pada kisaran 60-80 kali permenit. Denyut nadi

yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam

pertama pasca partum.

d) Pernafasan

Nilai normal 16-24 x/menit. Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal

karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila adarespirasi

cepat postpartum (>30 x/menit), mungkin karena adanya tanda – tanda syok

(Tonasih, 2020)

b. Pemeriksaan Fisik

1) Muka

Normalnya tidak ditemui edema pada muka. Bila ada edema/pembengkakan pada

muka harus diwaspadai adanya tanda pre eklampsia postpartum (Sulfianti, 2021)

2) Mata

Normalnya sklera putih, konjungtiva muda. Konjungtiva pucat mengindikasikan

anemia pada pasien.

3) Mulut

Mukosa bibir lembab dan tidak pucat

4) Payudara

Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kenceng dan ada nyeri tekan sebagai

reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya proses laktasi.

5) abdomen

Kontraksi uterus baik, konsistensi keras, TFU sesuai dengan involusi uterus
(Sofian, 2012), kandung kemih harus kosong dalam waktu 6 jam postpartum
6) Genetalia

Jika terdapat laserasi, keadaan laserasi baik, tidak ada infeksi Ecymosis atau
17

perdarahan bawah kulit, Edema atau bengkak, Discharge atau perubahan lochea,
Approximation atau pertautan jaringan)), mengeluarkan lochea sesuai dengan
proses involusi, tidak mengalami perdarahan > 500 cc selama masa nifas
(Marliandiani, 2015).

2.2.2. Interpretasi Data Dasar

 Diagnosa

PAPAH post partum fisiologis 6 jam post partum

 Masalah

Umumnya meliputi masalah nyeri, infeksi, cemas, perawatan perineum, payudara,

ASI eksklusif, KB, gizi, tanda bahaya, senam, serta masalah menyusui (Sulfianti,

2021).

 Kebutuhan

Kebutuhan nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat dan

tidur, seksual, perawatan payudara, senam nifas, KB (Tonasih, 2020).

2.2.3. Identifikasi Diagnosa Potensial

Menurut (Pitriani, 2014), masalah potensial yang mungkin terjadi pada ibu nifas

diantaranya :

 Infeksi masa nifas

 Infeksi Saluran Kemih

 Perdarahan postpartum

 Sub-involusi Uterus

 Flegmasia Alba Dolens

 Mastitis

2.2.4. Identifikasi Kebutuhan Segera

berikut adalah beberapa kondisi yang sering ditemui pada pasien nifas dan sangat perlu
18

untuk dilakukan tindakan yang bersifat segera :


1. Gangguan perkemihan

 Memberi penjelasan kepada pasien bahaya menunda kencing setelah

melahirkan

 Memberikan keyakinan bahwa jongkok saat kencing tidak mengakibatkan

jahitan membuka

 Anjurkan untuk kencing sedini mungkin dan damping ke kamar mandi jika

keadaan masih lemah

 Jika pasien benar-benar mengalami kesulitan kencing. Maka pertimbangkan

untuk dilakukan kateter nonpermanent, namun selanjutnya lakukan latihan

kencing sendiri dengan memberikan rangsangan terlebih dahulu; siram

kemaluan dengan air hangat kemudian air dingin secara bergantian

2. Gangguan buang air besar

 Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya BAB sedini

mungkin setelah melahirkan

 Yakinkan pasien bahwa jongkok dan mengedan tidak akan menimbulkan

kerusakan pada luka jahitan

 Anjurkan pasien untuk memperbanyak minum air putih serta makan sayuran

dan buah

 Berikan obat pencahar suposutoria

3. Gangguan proses menyusui

 Kaji penyebab gangguan

 Lakukan antisipasi sesuai penyebab

2.2.5. Perencanaan

Rencana asuhan menyeluruh pada masa postpartum yang dapat dilakukan antara lain
19

sebagai berikut (Dewi, 2021):

1. Kunjungan I (6 jam – 3 hari postpartum)

1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

Rasional :Menjelaskan hasil pemeriksaan, ibu dan keluarga dapat mengetahui

keadaanya.

2) Ajarkan ibu dan keluarga untuk massase uterus

Rasional : Mencegah perdarahan masa nifas

3) Observasi perdarahan dan tanda-tanda bahaya ibu nifas

Rasional : Mendeteksi penyebab lain perdarahan dan tanda bahaya nifas

4) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang mencegah perdarahan masa nifas

Rasional : Keluarga dapat antisipasi terjadinya perdarahan

5) Fasilitasi ibu dan bayinya untuk rooming in dan mengajarkan cara menyusui yang

benar

Rasional : Rooming in dapat menciptakan bounding attachment antara ibu dan

bayi dan cara menyusui yang benar akan mencegah terjadinya lecet pada putting

susu

6) Berikan HE tentang tanda-tanda bahaya masa nifas

Rasional : Ibu mendapat penanganan segera apabila terdapat tanda bahaya

7) Berikan KIE tentang :

a. Nutrisi

b. Personal HygieneIstirahat

c. Perawatan Payudara

8) Anjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif dan menjelaskan manfaatnya

Rasional : Bayi mendapat pemenuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya

9) Berikan terapi oral pil Fe dan vitamin A


20

Rasional : Dapat memberikan vitamin pada bayinya melalui ASI.

2. Kunjungan II (4 hari – 7 hari PP)

1) Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan pengeluaran

lochea

Rasional : Memastikan involusi uterus normal, uterus berkontraksi dengan baik,

fundus dibawah umbulicus, tidak ada perdarahan abnormal dan lochea tidak berbau.

2) Berikan konseling ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan

Rasional : Memastikan ibu mendapatkan cukup cairan pada ibu menyusui pada

6bulan pertama adalah 14 gelas per hari

3) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan membantu ibu untuk membiasakan

menyusui sesuai permintaan bayi (on demand)

Rasional : Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik

4) Berikan KIE tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap

hangat dan perawatan bayi sehari-hari

Rasional : Informasi yang tepat dapat membantu mengurangi terjadinya komplikasi

pada bayiAnjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya Rasional :

Mempererat bounding attacement ibu dan bayi

5) Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai kebutuhan

nutrisi ibu dan istirahat yang cukup setelah melahirkan

Rasional : Memastikan ibu tidak tarak makanan, mengkonsumsi makanan yang

tinggi protein dan serat, istirahat yang cukup, saat bayi tidur ibu juga istirahat

3.Kunjungan III (8 – 14 hari PP)

1) Observasi tanda-tanda vital, kontaksi uterus, tinggi fundus uteri dan pengeluaran

lochea.
21

Rasional : Memastikan involusi uteruv berjalan normal, uterus berkontraksi dengan

baik, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan lochea tidak

berbau

2) Berikan konseling ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan pada ibu menyusui

Rasional : Memastikan ibu mendapatkan cukup cairan pada ibu menyusui pada

6bulan pertama adalah 14 gelas per hari

3) Anjurkan ibu ntuk menyusui bayinya dan membantu ibu untuk membiasakan

menyusui sesuai permintaan bayi (on demand)

Rasional : Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tandapenyulit

4) Berikan KIE tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap

hangat dan perawatan bayi sehari-hari

Rasional : Informasi yang tepat dapat membantu mengurangi terjadinya komplikasi

pada bayi Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya Rasional :

Mempererat bounding attacement ibu dan bayi

5) Memberi pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai kebutuhan nutrisi

ibu dan istirahat yang cukup setelah melahirkan

Rasional : Memastikan ibu tidak tarak makanan, mengkonsumsi makanan

yangtinggi protein dan serat, istirahat yang cukup, saat bayi tidur ibu juga istirahat

4. Kunjungan IV (≥ 15 hari PP)

1) Kaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu

Rasional : Deteksi dini tanda bahaya masa nifas

2) Berikan konseling Keluarga Berencana (KB) secara dini

Rasional : Memberikan jarak kehamilan


22

2.2.6. Pelaksanaan

Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh

yang dibatasi oleh standard asuhan kebidanan pada masa postpartum (Sulfianti, 2021).

2.2.7. Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen

dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau

merencanakan kembali yang belum terlaksana (Pitriani, 2014)


BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N P3003 1 HARI POST PARTUM FISIOLOGIS

Tanggal pengkajian : 6 Oktober 2021


Waktu pengkajian : 12.00 WIB
Tempat pengkajian : Ruang Nifas Puskesmas Siwalankerto
Oleh : Rimazahrani Khairunnisa

3.1. Data Subyektif


1. Biodata
Nama Pasien : Ny. N
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pedagang

Nama Suami : Tn. A


Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : kutisari Indah Utara
2. Keluhan
Mengeluh nyeri pada jahitan perineum

3. Riwayat penyakit Ibu


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular, menurun maupun menahun seperti DM,
Hipertensi, Hepatitis, HIV, Jantung, Alergi, Asma dll.

23
24

4. Riwayat penyakit Keluarga


Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular, menurun maupun menahun seperti
DM, Hipertensi, Hepatitis, HIV, Jantung, Alergi, Asma dll.
5. Data Lain yang mendukung
1. STATUS PERNIKAHAN
Menikah ke-1
Umur menikah : 22 tahun
Lama menikah : ± 3 tahun
2. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 13 tahun
Lama haid : 5 – 6 hari
Siklus haid : 28 hari
Dysmenorea : Tidak ada
3. RIWAYAT OBSTETRI

No Kehamilan Umur komplikasi Jenis Penolong/ Keadaan BBL Keadaan KB


Kehamilan Partus tempat sekarang/
persalinan Umur
anak
1 I 38 minggu Tidak ada Sp.t B Bidan/ Laki Laki/ 2500 Hidup/ Ibu tidak
PKM gram/sehat/hidup 28 bulan mengguna
kan KB
2 II 38 minggu Tidak ada Spt.B Bidan/ Laki Laki / 3000 Hidup/
PKM gram/sehat/hidup 16 bulan

4. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG


ANC : 1 kali Di : PKM Siwalankerto
HPHT : 07-01-2021
TP : 14-10-2021
Gerak anak : 4 bulan
Muntah : Biasa/terus menerus
Pusing : biasa/terus menerus
Nyeri perut : ada/tidak
Nafsu makan : baik/menurun
Perdarahan : ada/tidak
25

5. RIWAYAT PERSALINAN
Ibu bersalin pada tanggal 5 Oktober 2021 , pukul 17.50 WIB, terdapat robekan
perineum derajat 2 (mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum), Bayi lahir
Perempuan. Berat badan 3000 gr. Panjang badan 49 cm. Tidak ada kelainan
kongenital

6. DATA RUANG NIFAS


- Nutrisi
Makan : terakhir makan pukul 09.00 porsi lengkap (nasi, lauk, sayur)
Minum : ± 3 gelas
- Eliminasi
BAB : 1 kali, pukul 06.00
BAK : 2 kali, terakhir pukul 13.00
- Istirahat
Ibu sudah tidur selama 8 jam (pukul 10.00-06.00)

3.2. Data Obyektif


1. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg

Suhu : 36,5 C

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 20x/menit

Antropometri : Tinggi badan : 153 cm

Berat Badan : 71 kg (sebelum bersalin)

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala dan wajah : Rambut bersih, tidak ada kelainan, wajah tidak pucat, tidak
oedem, tidak ada cloasma gravidarum, konjungtiva merah
muda, sclera putih
26

Mulut dan gigi : tidak ada cariies gigi dan tidak pucat

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid, parotis dan


vena jugularis

Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada


kelainan, puting kanan dan kiri menonjol, areola
hiperpigmentasi, payudara kanan dan kiri mengeluarkan ASI
kolostrum
Abdomen : kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat

Punggung : Tidak ada kelainan seperti kifosis, lordosis dan skoliosis

Genetalia : jahitan basah, lochea rubra

Anus : tidak ada hemoroid

Ekstremitas

 Atas : Normal, tidak ada oedem


 Bawah : Normal, reflek patella (+) dan tidak ada oedem

3. Pemeriksaan Penunjang
Swab antigen tgl 5 Oktober 2021 : Negatif

3.3. ANALISA
P3003 1 Hari Post Partum Fisiologis

3.4. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan observasi pemeriksaan fisik, tanda – tanda vital dan menjelaskan
bahwa hasil pemeriksaan normal serta nyeri pada jahitan yang ibu alami
merupakan kondisi yang normal
Evaluasi : ibu memahami bahwa hasil pemeriksaan dan keluhannya merupakan
hal yang normal

2. Memberikan KIE pada Ibu tentang pentingnya menjaga personal hygiene selama
masa nifas, utamanya perawatan perineum yang saat ini masih terasa nyeri
27

Evaluasi : Ibu memahami dan mampu menjelaskan kembali mengenai cara


menjaga personal hygiene selama masa nifas

3. Memberikan KIE tentang Nutrisi dan Istirahat yang cukup kepada Ibu untuk
mempercepat pemulihan pada masa nifas

Evaluasi : Ibu memahami dan mampu menjelaskan kembali mengenai nutrisi dan
istirahat yang cukup selama nifas

4. Mendampingi Ibu dan memberikan KIE tentang mobilisasi selama masa nifas
Evaluasi : Ibu memahami dan mampu menjelaskan kembali mengenai mobilisasi
selama masa nifas
5. Mendampingi Ibu dalam proses menyusui dan memberikan KIE tentang
pentingnya ASI Eksklusif
Evaluasi : Ibu mampu menyusui bayinya dengan benar dan memahami serta
mampu menjelaskan kembali tentang pentingnya ASI Eksklusif

6. Memberikan KIE pada ibu nifas mengenai pentingnya protokol kesehatan 5M di


masa pandemi (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari
kerumunan dan mengurangi mobilitas) serta menganjurkan untuk tidak pergi ke
fasyankes jika tidak sangat diperlukan
Evaluasi : Ibu menyetujui, memahami dan mampu menjelaskan kembali prokes
untuk ibu nifas selama pandemi
7. Menginformasikan bahwa ibu boleh pulang 6 jam kemudian
Evaluasi : ibu mengerti kapan diperbolehkan pulang
8. Mendokumentasikan asuhan pada lembar rekam medis
Evaluasi : Dokumentasi telah dilakukan
28
BAB 4

SIMPULAN

Dari asuhan kebidanan Nifas fisiologis yang dilakukan, didapatkan kesimpulan :

Asuhan kebidanan pada Ny. N dengan Post Partum 1 hari dilakukan dengan teknik pendekatan
manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah ini
dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.
1. Diagnosa Asuhan Kebidanan nifas fisiologis ditegakkan berdasarkan adanya utama, pemeriksaan
umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan dalam
2. Diagnosa masalah pada masa nifas fisiologis didapat dengan identifikasi terhadap interpretasi yang
akurat atas data-data yang telah dikumpulkan, masalah yang dapat terjadi diantaranya adalah baby
blues dan anemia
3. Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada masa nifas adalah seperti subinvolusio, hematoma
nifas dan hematomavulva
4. Diperlukan tindakan segera, kolaborasi atau rujukan apabila terjadi masalah pada ibu nifas
5. Rencana tindakan yang telah disusun bertujuan agar ibu nifas dengan fisiologis mendapatkan
penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya dan mencegah terjadinya
komplikasi.
6. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai dengan adanya kerjasama
antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.
7. Tindakan evaluasi telah diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana
asuhan kebidanan serta komplikasi - komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, J. (2021). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS. JAKARTA.

Dewi, C. (2021). ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS. Surabaya: Jakad Media Publishing.

Pitriani, R. (2014). PANDUAN LENGKAP ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL. Sleman:
Deepublish.

Sulfianti. (2021). ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS. JAKARTA: Yayasan Kita Menulis.

Tonasih. (2020). ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI. JAKARTA: K-Media.

30

Anda mungkin juga menyukai