Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siti Muthoarroh

NIM :1806010268

Mata Kulia : Aspek Legal SDM (S)2

Nama Dosen : Tri Riki Meinal, S.SOS.,MM.PAR

1. Kesetaraan Gender

Sikap yang perlu dilakukan sebagai upaya merespon isu kesetaraan ini adalah dengan
memperjuangkan keseim- bangan gender (menghapus ketimpangan gender), menguntungkan
kedua gender, memberikan kesempatan yang sama pada kedua gender, serta menegakkan
keadilan bagi kedua gender. Menyikapi permasalahan kesetaraan laki-laki dan perempuan
(gender) memang merupakan suatu keharusan. Memperjuangkan kesetaraan ini merupakan
perhatian yang harus diperjuangkan berbagai pihak, apakah pihak pengambil kebijakan
(pemerintah), lembaga swadaya masyarakat, maupun unsur-unsur lain sebagai stakeholder
(pelaku) itu sendiri melalui pemantapan kelembagaan secara maksimal demi terwujudkan
pembangunan yang adil dan setara bagi laki-laki dan perempuan.

2. Usia Menikah

Syarat menikah menurut Undang-Undang. Terdapat sejumlah poin dan syarat untuk menikah
yang diatur dalam UU Nomor 16 Tahun 2019. Perkawinan hanya diizinkan apabila laki-laki dan
perempuan sudah mencapai umur 19 tahun. Namun, terkadang batasan maksimal wanita
menikah di Indonesia sering di tentukan pada usia 16 - 25 tahun lewat dari usia tersebut wanita
sering di perlakukan tidak baik bahkan menjadi buah bibir di masyarakat sekitar. Jika di lihat
dari segi produktifitas melahirkan memang baiknya di umur sebelum 40 tahun, tetapi tiap
individu berhak memiliki hidup dan kehidupannya wanita pun berhak untuk menentukan
pernikahannya. Statement menikah terlalu tua di masyarakat untuk perempuan harus di luruskan,
agar perempuan mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki

3. Produktifitas pekerja wanita


Masih banyak yang menganggap bahwa perempuan belum bisa setara dengan para pria
dalam banyak bidang pekerjaan, namun sepertinya hal ini perlu dipikirkan kembali karena
sebuah penelitian menunjukkan sebaliknya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh platform
produktivitas Hive dalam The Hive State of the Workplace Report menemukan bahwa
perempuan 10% lebih produktif dan lebih giat dibandingkan pria saat bekerja, dan bahkan
dipercaya mengerjakan lebih banyak tugas dibandingkan pria. Dalam studi yang dilakukan tahun
2018 itu menunjukkan bahwa sebanyak 55% pekerjaan dipercayakan pada perempuan dan
sisanya 45% kepada pria. Umumnya, perempuan lebih ahli dalam melakukan pekerjaan yang
terkesan domestik atau 'sepele' seperti merapikan dan menata berkas, membuat jadwal meeting,
membuat catatan ringkasan meeting dan lain sebagainya.

4. Bagaimana ajaran Islam memandang wanita yang bekerja?

Islam tidak melarang kaum wanita atau istri bekerja untuk menopang ekonomi rumah
tangga selagi tidak melanggar syariat agama. Allah berfirman, "Katakanlah (wahai Muhammad),
bekerjalah kalian! maka Allah, Rasul-Nya, dan para mukminin akan melihat pekerjaanmu." (QS.
At-Taubah: 105).

5. Bagaimana ajaran Islam memandang wanita yang bekerja?

Tetap ada, karena statement yang ada di masyarakat apapun kegiatan wanita di luar rumah
dianggap melawan kodrat gender

Anda mungkin juga menyukai