Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FARMAKOLOGI

Dosen Pengampu: Yulina DH,S.Kep,Ners,M.Biomed

Disusun Oleh: Kelompok 4

1.Anisah Ningsih 6.Nadilla Illyin

2.Chalsa Ardila 7.Rizka Ayu

3.Delsi Stevani 8.Sabrina Sari

4.Gracia Rungun 9.Siti Nurhaliza

5.Melinda Christina 10.Wahyuni Sinaga

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MEDAN


POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberi
nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Farmakologi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu, dan tenaga yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca guna perbaikan makalah kedepannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat khususnya bagi diri kami dan bagi para pembaca pada umumnya.

Medan, 22 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1

A.Latar Belakang…………………………………………………………………….1

B.Rumusan Masalah………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...2

A.Pengertian Farmakologi…………………………………………………………….2

B.Macam-Macam Obat………………………………………………………………..4

C.Ketersediaan Hayati…………………………………………………………………7

D.Proses Obat Di Dalam Tubuh………………………………………………………..11

E.Mekanisme Kerja Obat……………………………………………………………….11

F.Respon Penderita Terhadap Suatu Obat………………………………………………12

G.Tujuan Mempelajari Farmakodinamik dan Mekanisme Obat………………….…….13

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...23

A.Kesimpulan……………………………………………………………………………23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system
biologis. Farmakologi mencakup semua ilmu pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat-sifat
fisik dan kimia, komposisis, efek-efek biokimia dan fisiologi, mekanisme kerja, absorpsi,
biotransformasi, ekskresi, penggunaan terapi, dan penggunaan lainnya dari obat (Goodman &
Gilmenn). Dengan demikian, farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas
cakupannya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa bagian dari farmakologi ini
telah berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri dalam ruang lingkup yang lebih sempit, tetapi
tidak terlepas sama sekali dari farmakologi, misalnya farmakologi klinik farmasi, toksikologi,dan
lain-lain. Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis
pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric,
inefisiensi ginjal dan hepar.

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud farmakologi dan apa saja prinsip umum farmakologi?

2.Apa saja macam-macam obat?

4.Bagaimana proses obat di dalam tubuh?

5.Bagaimana mekanisme kerja obat?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Farmakologi

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari obat-obatan dan pengaruhnya pada makhluk
hidup. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, Farmakos yang berarti obat, dan Logos yang berarti
ilmu. Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system
biologis.

Sejarah farmakologi

Farmakologi adalah ilmu yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Riwayatnya yang
begitu panjang, membuat sejarah farmakologi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu periode
kuno dan periode modern.

• Sejarah farmakologi periode kuno

Claudius Galen (129-200 sesudah masehi Sejarah farmakologi periode kuno dimulai dari
sebelum tahun 1700, ditandai dengan adanya observasi empirik yang dilakukan oleh manusia
terhadap penggunaan obat. Sejarah ini tercatat dalam Materia Medika yang disusun oleh
Dioscorides (Pedanius).Sebelum masa ini, catatan mengenai penggunaan obat-obatan juga
ditemukan di zaman Cina dan Mesir kuno.Beberapa ahli Farmakologi kuno antara lain adalah

atau SM)

Theophrastus von Hohenheim (1493-1541 SM)

Johann Jakob Wepfer (1620-1695 SM)

• Sejarah farmakologi periode modern

Sejarah farmakologi modern dimulai pada abad 18-19. Periode ini ditandai dengan
dimulainya penelitian tentang perkembangan obat, serta tempat dan cara kerja obat pada tingkat
organ maupun jaringan.Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah farmakologi modern antara
lain:

-Rudolf Buchheim (1820-1879) yang merupakan pendiri fakultas farmasi pertama di dunia.
Fakultas tersebut didirikan di Universitas Dorpat, Tartu, Estonia.

-Oswald Schmeideberg (1838-1921), salah satu dari penulis jurnal farmakologi pertama di dunia

2
-Bernhard Naunyn (1839-1925), yang bersama Oswald menulis jurnal farmakologi pertama di
dunia

-John J. Abel (1857-1938), bapak farmasi Amerika Serikat, pendiri The Journal of Pharmacology
and Experimental Therapeutics, yang sampai sekarang masih digunakan sebagai acuan di dunia
farmakologi.

(sumber: https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-farmakologi-ilmu-tentang-segala-hal-yang-
berkaitan-dengan-obat )

Prinsip Umum Dalam Farmakologi

1. Ilmu yang mempelajari masalah penggunaan obat

A. Ilmu Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara dalam nama fungsi sistem hidup di
pengaruhi obat.

Salah satu dasar prinsip farmakologi adalah molekul obat harus berusaha mempengaruhi secara
kimia pada satu atau lebih isi sel agar dapat menghasilkan respon farmakologik. Dengan kata
lain molekul obat harus mendekati molekul molekul yang membentuk sel dalam jumlah yang
cukup untuk menutup rapat sehingga berfungsi molekul sel menjadi berubah.

B. Ilmu farmakokinetik, adalah ilmu yang mempelajari tentang absorpsi, distribusi, metabolisme
atau biotransformasi dan ekskresi obat ( ADME ) secara singkat artinya pengaruh tubuh terhadap
obat.

C. Ilmu farmakodinami, adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadap fungsi
berbagai organ dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan struktur organ. Secara singkat
artinya pengaruh obat terhadap sel hidup.

D. Ilmu farmakoterapi, adalah ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk menyembuhkan
penyakit.

E. Ilmu khemoterapi, adalah ilmu yang mempelajari pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
mikro patogen termasuk pengobatan neoplasma.

F. Ilmu toksikologi, adalah ilmu yang mempelajari keracunan oleh berbagai bahan kimia
terutama obat.

3
2. Aksi obat

Umumnya obat bekerja menimbulkan stimulasi atau depresi aktivitas dan tidak menimbulkan
suatu fungsi baru dari sel. Sebagai contoh sel sel Beta dari pulau Langerhans yang mengeluarkan
insulin, sel tersebut tidak dapat distimulasi oleh obat agar dapat mengeluarkan zat lain, misalnya
adrenalin.

Cara obat menimbulkan efek adalah sebagai berikut :

A. Mengadakan stimulasi atau depresi fungsi spesifik dari sel

B. Mempengaruhi atau menghambat aktifitas seluler dari sel sel asing terhadap tuan rumah ( host
), yaitu bukan sel dari organ tubuh,tetapi sel bakteri dan mikroba lain termasuk sel kanker.

C. Merupakan terapi pengganti, sebagai contoh pemberian hormon untuk mencapai dosis
fisiologik agar di peroleh suatu efek atau pemberian kalium klorida sebagai pengganti kalium ion
yang hilang melalui diuresis.

D. menimbulkan aksi non- spesifik seperti reaksi kulit terhadap obat yang menimbulkan iritasi.

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=sZVjDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=info:1nFSjmpimTEJ:scholar.google.co
m/&ots=EB3Vn5goCO&sig=iXsNplmwollK-
GZsajODsSTGut8&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false )

B.Macam-Macam Obat

Obat dalam bahasa Inggris disebut drug yang berasal dari bahasa Perancis droque yang
berarti " rempah kering" . Menurut SK Menteri Kesehatan R.I NO 125/Kab/b VII/71 tanggal 9
Juni 1971, yang dimaksud dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan bahan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, dan
menyembuhkan penyakit, luka, atau kelainan badaniah rohaniah pada manusia atau hewan serta
dapat memperoleh badan atau bagian badan manusia. Terdapat beberapa istilah yang
menyangkut dengan obat yang umum dipakai diantaranya ialah:

1. Obat jadi, ialah obat paten yang telah tersedia dipasaran, dikemas dalam berbagai bentuk
sesuai dengan kegunaannya.

4
2. Obat paten, dirumuskan sebagai obat jadi dengan nama Dangan yang terdaftar atas nama
pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik ( SK MENKES No
193/ Kab/b VII/ 71 tanggal 21 Agustus 1972) batasan obat paten menurut Permenkes No
085/Menkes/per/1/1989 ialah obat dengan nama dagang dan menggunakan nama yang
merupakan milik produsen yang bersangkutan pembuatan, penyimpanan, dan pengedaran obat di
Indonesia diatur dan diawasi oleh Direktorat Jendral pengawasan obat dan makanan ( Dirjen
POM, sekarang badan POM) selain itu di pasaran juga dikenal obat resmi dan tidak resmi, obat
bebas, obat keras, obat bius.

3. Obat resmi, ialah obat atau bahan baku yang dimuat dalam farmakope yaitu buku yang
membuat pembakuan bahan kimia dan disahkan berdasarkan undang-undang. Obat obat yang
tidak dimuat dalam farmakope adalah obat tidak resmi tetapi boleh dipasarkan dengan izin dari
Departemen kesehatan

4. Obat bebas,ialah obat yang bebas di beli di pasaran ( toko obat,kios atau di apotek) tanpa
memerlukan resep dokter

5. Obat keras, adalah obat obat yang hanya dapat dibeli dari apotek dengan menggunakan resep
dokter

6. Obat bius hanya dapat diperoleh dari apotek dengan resep dokter, dan pemasukan di apotek
harus disertai dengan pelaporan kepada menteri kesehatan.

(sumber: https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=MVw2VCMXrEgC&oi=fnd&pg=PA3&dq=info:PGzItMywf_0J:scholar.google.c
om/
&ots=N8Yju0EHmB&sig=Y9c0AYU86RZ3mYwycQyfyJ9wRjU&redir_esc=y#v=onepage&q
&f=false )

Konsep Obat Esensial

Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksaan kesehatan bagi
masyarakat terbanyak yang meliputi obat untuk diagonosis, profilaksis, terapi, dan rehabilitasi
(DOEN 1980/1981). Di Indonesia telah disusun daftar obat esensial Nasional (DOEN) oleh tim
penyusun dan Revisi Daftar Obat Esensial yang ditetapkan dengan SK Menkes No.
74/Men.Kes/S.K/II/1980 pada 26 februari 1980. Penyusunan DOEN ini disesuaikan dengan
keadaan penyakit yang umum terdapat pada kebanyakan masyarakat di Indonesia.

5
Suatu obat dikategorikan sebagai obat esensial bila kemanjuran dan keamanannya telah
mantap diketahui (melalui uji klinik dan penelitian epidemiologik yang sahih) serta memenuhi
keperluan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang sering dijumpai, dengan harga yang
murah dan mudah didalatkan (tersedia bila diperlukan) juga dengan sifat-sifat farmakokinetik)
yang menguntungkan.

Konsep obat esensial adalah konsep WHO, dan di Indonesia telah diterapkan pada
Pelayanan Kesehatan Pegawai Negeri yang dikenal dengan PERUM HUSADA BHAKTI
(ASKES). Istilah obat esensial sering dikelirukan/dikacaukan dengan obat generik. Obat esensial
tidak sama dengan obat generik. Obat esensial dapat disediakan dalam bentuk generik dan dapat
pula berupa obag dengan nama dagang. Obat generik merupakan sebagian dari obat esensial.

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=MVw2VCMXrEgC&oi=fnd&pg=PA3&dq=info:PGzItMywf_0J:scholar.google.c
om/
&ots=N8Yju0EHmB&sig=Y9c0AYU86RZ3mYwycQyfyJ9wRjU&redir_esc=y#v=onepage&q
&f=false )

OBAT GENERIK

Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakole
Indonesia dan INN (International Non-proprietary Names) dari WHO untuk zat kimia yang
dikandungnya. Farmakope adalah buku yang memuat pembakuan bahan kimia yang disahkan
berdasarkan undang-undang. Nama generik ialah nama umum atau resmi yang dipakai dan
dikenal diseluruh dunia. Tujuan pemberian nama generik ialah untuk memberikan pengertian
yang sama pada semua orang terhadap suatu zat kimia tertentu sehingga beribu-ribu zat kimia
dapat dibedakan dengan jelas. Dengan demikian, membedakan diantara obat-obat generik lebih
mudah daripada membedakan-bedakan obat-obat dengan nama dagang yang sangat banyak
jumlahnya.

Pengadaan obat generik di Indonesia dilakukan secara bertahap oleh pemerintah sesuai
dengan tingkat prioritas kebutuhan masyarakat terbanyak. Perbedaan obat generik dengan obat
dagang diantaranya ialah:

1.Obat generik menggunakan nama sesuai dengan zat berkhasiat yang dikandungnya walaupun
diproduksi oleh pabrik yang berlainan, kemasannya sederhana, dan tidak dipromosikan.
6

Sebaliknya, obat paten menggunakan nama dagang yang bermacam-macam, tergantung pada
pabrik yang memproduksinya. Satu jenis obat yang sama dapat diproduksi oleh banyak pabrik
sehingga namanya bermacam-macam, dan untuk menarik perhatian para dokter dan konsumen,
kemasannya dibuat mewah, dan tiap pabrik dengan gencar melalui berbagai cara
mempromosikan obat dengan nama dagang masing-masing.

2. Harga obat generik lebih murah dari obat paten dengan jenis dan kegunaan yang sama karena
kemasannya lebih sederhana dan tidak dipromosikan sehingga tidak memerlukan biaya kemasan
dan biaya promosi yang tinggi.

3. Mutu obat generik lebih terjamin karena pengawasan mutu dilakukan oleh pemerintah dengan
ketat pada industri farmasi yang memproduksinya, yaitu harus sepenuhnya menerapkan CPOB.
Pengujian mutu dilakukan di Laboratorium PERUM INDOFARMA, PT.KIMIAFARMA, dan
PT.PHAPROS sebagai produsennya, dan dilakukan pengujian ulang di Laboratorium PPOM
Departeman Kesehatan RI. Obat yang mutunya dikendalikan secara ketat ini diberi tanda
pengenal dengan logo khusus dengan bulatan yang berwarna hijau yang berisi dengan kata
GENERIK, dan obat-obat ini disebut sebagai OBAT GENERIK BERLOGO.

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=MVw2VCMXrEgC&oi=fnd&pg=PA3&dq=info:PGzItMywf_0J:scholar.google.c
om/
&ots=N8Yju0EHmB&sig=Y9c0AYU86RZ3mYwycQyfyJ9wRjU&redir_esc=y#v=onepage&q
&f=false )

C. Ketersediaan Hayati

Ketersediaan hayati yang rendah dapat juga dihasilkan oleh adanya first pass effect yang
hebat walaupun sebenarnya obat tersebut diabsorpsi dengan Baik dari saluran cerna. Beberapa
jenis obat dpt diambil oleh hati secara efesien dan metabolisme secara cepat sehingga jumlah
obat yang mencapai sirkulasi sistematik jauh berkurang dibandingkan jumlah obat yang
diabsorbsi masuk ke dalam vena portae. Hal ini dikenal sebagai metabolisme lintas pertama(first
-pass effect), dan penting bagi beberapa obat yang digunakan dalam klinik, seperti gliseril
trinitrat (obata anti angina) dan lidokain (anti artimia) . Gliseril trinitrat diberikan secara
sublingual untuk mengatasi serangan akut angina pektoris sehingga dapat menghindar sirkulasi
portal. Lidokain juga mengalami first -pass effect yg besar sekali sehingga tidak efektif bila
diberikan per oral. Obat obat lain yang menunjukkan first -pass effect yang kuat antara lain:

1.asam asetil Salisilat (aspirin), suatu analgetik dan anti-inflamasi

2.desfiramin suatu antidepresan


7

3.hidralazin , obat antidepresan

4.isoprotenoral , obat bronkodilator

5. Metilifenidat, obat stimulan SSP,

6.morfin , oploid analgetik

7.pentazosin obat analgetik dan

8.prapranolol , anti hipertensi

Untuk propanolol metabolit hasil metabolisme lintas pertama adalah 4


hidroksipropanolol. Metabolit ini juga mempunyai efek farmakologi seperti propanolol, oleh
karna itu, propanolol tetap dapat diberikan secara oral untuk terapi.

Pemberian obat pernah rektal

Pemeberian obat secara rektal dapat dipakai baik untuk mendapatkan suatu efek lokal
maupun suatu efek sistematik . Obat obat yang diabsorbsi melalui rektum masuk ke sirkulasi
sistematik tanpa melalui hepar( misalnya obat obat anti radang) . Cara ini juga dapat digunakan
untuk penderita yang muntah muntah atau penderita yang tdk bisa menelan pil. Absorpsi obat
melalui rektum ini sering bersifat tidak teratur dan tidak sempurna, serta banyak juga obat yang
mengiritasi mukosa rektum.

Pemberian obat per kutan

Kebanyakan obat memiliki absorpsi yang sangat kecil melalui kulit yang utuh karna
kelarutan obat obat tersebut dalam lemak terlalu rendah, sehingga jumlah insektisida golongan
organofosfat. Yang harus mampu menembus kulit serangga supaya efektif, dapat Diabsoprsi
melalaui kulit sehingga dapat menyebabkan keracunan pada petani penyemprot hama diladang
pertanian yang selalui berkontak dengan obat organofosfat melalui alat penyemprot hama.

Dalam leraktik klinik, pemeberian obat pada kulit di lakukan terutama bila diperlukan
efek lokal pada kulit (misalnya, pemberian topikal obat obat Sieroid). Namun absorpsi yang
signifikan dapat juga terjadi dan menyebabkan efek sistematik kadang kadang sobat seperti
gliseril trinitrat (untuk angina) atau hiosin (untuk mabuk perjalanan) diberikan perkuatan untuk
efek sistematik dalam bentuk khusus yaitu dalam bentuk plester

Obat tetes mata


Terdapat banyak obat yang dipakai sebagai obat tetes mata : biasanya obat tetes mata ini
digunakan untuk efek lokal.

Namun absorpsi sistematik dapat juga terjadi akibat aliran obat melalui kanalis
nasolakrimalis dan menimbulkan efek sistematik yang tdk diinginkan. Selain itu, obat yang ter
absorpsi melalui nasolakrimalis ini tidak mengalami metabolisme lintas pertama di Jepara.
Sebagai contoh dapat terjadi toksitasi sistematik pada pemakaian lagonis B-adrenoseptor sebagai
obat tetes mata

Untuk menghasilkan efek lokal, diperlukan absorpsi obat melalaui obat efitelsakus
konjungtivus sehingga diperkan kelarutan dalam lemak yang cukup untuk memudahkan melalui
efitel tersebut. Oleh karna itu, dalam pengobatan glglukorna eselin(suatu senyawa amin tertier)
berkerja lebih baik dari pada prostigimin (suatu amin kuarterner)

Pemeberian obat secara inhalasi

Cara inhalasi ini digunakan untuk obat obat anatetis yang mudah menguap dan gas
anestesi, untuk obat obat ini paru paru berfungsi sebagai tempat oemberian dan sekaligus
pemberian dan sekaligus tempat eliminasi obat. Pertukaran obat yang cepat di paru ini
dimungkin karna adanya permukaan paru paru yang luas dan varkularisasi yang luas pula

Obat obat yang digunakan untuk mendapatkan efek pada paru jg diberikan dengan
inhalasi, obat obat bronkodilator, seperti insoperenarin atau sabultamol, diberikan sebagai
aesirol sehingga dengan cara inhalasi ini diperoleh kadar yang tinggi pada paru paru dan
mengurangi timbulnya efek samping obat. Walaupun diinginkan berkerja lokal pada paru saja,
obat inhalasi ini biasanya dengan cepat di absorpsi masuk ke sirkulasi sistematik sehingga efek
samping, seperti tarkikardi, sering ditemukan setelah pemeberian isoprenalin inhalasi. Obat
anatesis yang disemprotkan ke dalam Bronkus untuk persiapan bronkoskopi sering juga
menyebabkan hipotensi dan konvulsi sebagai efek samping sistematik berbahaya. Kromoglikat,
obat anti asam, juga diberikan dengan inhaler khusus.

Pemeberian obat suntikan

Suntikan intarvena. Pemeberian obat secara intarvena adalah secara pemeberian obat
yang paling pasti. Suatu suntikan tinggal intarvena akan memberikan obat kadar obat yang
sangat tinggi yang pertama tama akan mencapai paru paru dan kemudian ke sirkulasi sistematik
kadar puncak obat mencapai jaringan bergantung pada kecepatan suntikan yang seharusnya
diberikan secara perlahan lahan sekali. Obat obat yang berupa larutan dalam minyak,atau yang
dapat menggumpalkan darah, atau yang dapat menyebabkan hemolilis darah tidak boleh
diberikan secara intravena. Obat-obat yang diberikan secara intravena antara lain adalah heparin
(antikoagulan), lignokain (antiaritmia), obat anastetik tertentu, ergometrin ( oksitoksik) dan
diazepam antikejang).

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=MVw2VCMXrEgC&oi=fnd&pg=PA3&dq=info:PGzItMywf_0J:scholar.google.c
om/
&ots=N8Yju0EHmB&sig=Y9c0AYU86RZ3mYwycQyfyJ9wRjU&redir_esc=y#v=onepage&q
&f=false )

Beberapa Cara Untuk Memperlambat Absorpsi

Ada kalanya absorpsi obat dikehendak agar lebih lambat dengan tujuan mengurangi efek
sistemik obat yang sedang digunakan untuk suatu efek lokal, atau untuk memperpanjang masa
kerja obat dengan menjadikan obat tersebut diabsorpsi perlahan lahan dalam waktu yang sangat
panjang. Sebagai contoh penambahan adrenalin atau non adrenalin pada larutan anestesi lokal
akan mengurangi absorpsi obat anestesi lokal ke dalam sirkulasi umum. Hal ini berguna untuk
memperpanjang efek anestesi lokal dan juga untuk mengurangi toksisitas sistemik.

Metode lain untuk memperlambat absorpsi suntikan intramuskular atau subkutan adalah
dengan memberikan obat suntik dalam bentuk sedian lepas-lambat. Ini dapat diperoleh dengan
mengubah obat ke dalam bentuk garam yang sukar larut, bentuk Ester, atau suatu kompleks yang
sukar larut, baik dalam bentuk larutan air maupun dalam bentuk larutan minyak. Misalnya,
penisilin prokain adalah garam penisilin yang hanya sedikit larut dalam air, dan jika disuntikkan
dalam susperasi air akan diabsorpsi secara lambat dan memberikan kerja obat yang panjang.
Demikian juga dengan esterifikasi, hormon- hormon steroid, seperti Estradiol, testosteron dan
dioksikorton akan meningkatkan kelarutan hormon dalam minyak. Oleh karena itu, absorpsi obat
obat tersebut akan diperlambat bila disuntikkan dalam bentuk larutan minyak.

Sifat sifat fisik suatu sediaan obat dapat pula diubah sehingga memengaruhi kecepatan
absorpsi nya. Misalnya, suspensi seng insulin yang membentuk suatu kompleks dengan seng
bentuk suspensi ini dapat diubah dengan mengubah pH ketika reaksi terjadi. Dengan
menggabungkan suatu bentuk suspensi yang terdiri dari kristal-kristal yang halus dan kasar,
didapatkan sediaan suspensi seng insulin yang mempunyai mulankerja yang cepat dan lama kerja
yang panjang. Metode lain yang digunakan untuk mendapat absorpsi yang lambat dapat
berlangsung terus-menerus dengan implantasi subkutan suatu pelet yang biasanya dilakukan
untuk hormon-hormon steroid seperti deoksikorton ( pada penyakit Addison ) dan progesteron
( untuk kontrasepsi )
(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=MVw2VCMXrEgC&oi=fnd&pg=PA3&dq=info:PGzItMywf_0J:scholar.google.c
om/
&ots=N8Yju0EHmB&sig=Y9c0AYU86RZ3mYwycQyfyJ9wRjU&redir_esc=y#v=onepage&q
&f=false )

10

D.Proses Obat Di Dalam Tubuh

Proses obat mulai masuk ke dalam tubuh sampai tiba pada tujuannya di dalam tubuh,
yaitu tempat kerjanya atau reseptor obat harus mengalami beberapa proses. Secara garis besar,
proses-proses ini dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :

 Fase Biofarmasi

Yaitu fase yang meliputi waktu mulai penggunaaan obat melalui mulut ( oral ) sampe
pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh. Fase ini berkaitan dengan ketersediaan farmasi
dari zat aktifnya di mana obat siap diabsorpsi.

 Fase Farmakokonetik

Yaitu fase yang meliputi semua proses yang dilakukan oleh tubuh setelah obat di lepas dari
bentuk sebelumnya. Terdiri dari absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.

 Fase farmakodinamik

Yaitu fase di mana obat sudah berinteraksi dengan sisi reseptor dan siap memberikan
efeknya.

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=mBQ7EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA6&dq=info:dC2JhuRAG8wJ:scholar.google
.com/&ots=17Pz_BSUAN&sig=JRYIzG0D-J8-
F6eTOj0GIDGkI8c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false )

E. Mekanisme Kerja Obat

Efek obat yang paling umum timbul dikarenakan adanya interaksi obat dengan reseptor
pada sel suatu organisme. Hubungan antara interaksi obat dengan reseptor dapat mencetuskan
perubahan biokimia wi dan fisiologi yang merupakan respon sangat mudah dikenali untuk obat
tersebut. Reseptor obat meliputi dua bagian penting yaitu : yang pertama, bahwa obat
dapaterubah kecepatan fungsi tubuh yang milemiliki manfaat baru, namun hanya memodulasi
fungsi yang ada. Meskipun tidak berlaku untuk terapi gen secara umum,, konsep ini masih
berlaku , setiap komponen makromolekul fungsional memiliki peran sebagai reseptor untuk
ligensi endrogen ( hormon, neutransmitor ). Senyawa yang efeknya menyerupai endrogen
disebut agonis, sebaliknya senyawa yang tidak memiliki aktivitas intrinsik namun menghambat
secara kompetitif efek dari suatu agonis di dalam ikatan agonis ( agonis binding site ) yang
disebut antagonis.

11

penghancuran metabolit yang merupakan hasil dari Biotranformasi melalui berbagai organ
pengeluaran/ sekresi. Proses kecepatan sekresi akan memengaruhi pula kecepatan eliminasi atau
pengulangan efek obat yang ada di dalam tubuh.

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=mBQ7EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA6&dq=info:dC2JhuRAG8wJ:scholar.google
.com/&ots=17Pz_BSUAN&sig=JRYIzG0D-J8-
F6eTOj0GIDGkI8c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false )
(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=mBQ7EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA6&dq=info:dC2JhuRAG8wJ:scholar.google
.com/&ots=17Pz_BSUAN&sig=JRYIzG0D-J8-
F6eTOj0GIDGkI8c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false )

F. Respon Penderita Terhadap Suatu Obat

Respon tubuh seseorang penderita terhdapat suatu obat dapat dipengaruhi oleh faktor yang
penting yaitu farmakodinamik dan Farmakokonetik. Farmakodinamik ini merupakan bagian dari
cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologi dan biokomiaei suatu obat terhadaoat
berbagai jaringan tubuh yang sehat maupun sakit serta mempelajari mekanisme kerjanya.
Farmakokonetik merupakan bagian ilmu farmkologi yang mempelajari tentang nasib dan
perjalanan suatu obat di dalam tubuh dari obat yang diminum hingga mencapai sasaran tujuan
obat tersebut.

Di dalam Farmakokonetik suatu perjalanan obat dari mulai diminum sampai mencapai
tempat kerja obat tersebut akan melewati beberapa fase yaitu :

1. Fase absorpsi yaitu dimana fase ini merupakan fase penyerapan obat pada tempat di mana
terjadi masuknya obat, selain itu faktor absorpsi akan memiliki pengaruh jumlah obat yang harus
dikonsumsi dan kecepatan terjadinya oerjalan obat di dalam tubuh.
2. Fase distribusi yaitu fase penyebaran obat di dalam tubuh. Fase distribusi ini dipengaruhi
oleh bentuk dan ukuran obat yang digunakan. Distribusi obat di dalam atau jaringan tubuh,
komposisi jaringan tubuh, ikatan dengan jaringan dan protein plasma.

3. fase Biotranformasi atau dikenal dengan metaboly obat di mana terjadi proses perubahan
struktur bahan kimia obat yang dapat terjadi di dalam tubuh dan dikatalisasi oleh senyawa enzim.

4. Fase ekskresi merupakan proses terjadinya

12

G. Tujuan Mempelajari Farmakodinamik dan Mekanisme Obat

Tujuan mempelajari mekanisme obat yaitu :

1. Meneliti efek dari obat- obatan

2. Mengetahui tentang interaksi obat dengan selntubuh.

3. Mengetahui unsur suatu peristiwa juga spektrum efek dan respon yang akan terjadi

Efek dari suatu obat umumnya muncul karena adanya interaksi obat dengan reseptor pada sel
suatu organisme. Hubungan interaksi obat dengan reseptor akan memunculkan perubahan
biokimiawi dan fisiologi yang merupakan hubungan timbal balik/respon yang mudah dikenali
untuk obat tersebut.

1. Reseptor obat

Reseptor merupakan makromolekul ( biopolymer ) yang khas atau bagian dari organisme
yaitu tempat aktif obat terikat. Di dalam bagian obat komponen yang paling penting adalah
protein. Struktur kimia dalam suatu obat berhubungan Sagan erat dengan aktifitasnya terhadaoat
reseptor dan aktivitas intrinsiknya, perubahan kecil di dalam suatu molekul obat dapat
menimbulkan suatu perubahan yang besar.

2. Interaksi obat reseptor

Syarat untuk menjadi obat reseptor adalah pembentukan yang kompleks oleh reseptor.
Apakah kompleks ini dapat terbentuk dan seberapa besarkah terbentuknya tergantung dari
aktifitas obat terhadaoat suatu resesptor. Kemampuan suatu obat untuk menimbulkan rangsangan
dan membentuk kompleks dengan reseptor yang disebut sebagai aktifitas intrinsik. Agonis
merupakan obat yang memiliki sifat baik itu afinitas dan aktifitas intrinsic. Teori resptor obat
mengumukakan bahwa efek dari obat hanya dapat terjadi apabila terjadi interaksi antara molekul
obat dengan reseptornya.

3. Efek terapeutik

Obat-obatan tidak selalu be sifat menyembuhkan oenyakit, beberapa obat dibuat untuk
meringankan suatu gejala penyakit. Di bawah ini merupakan tiga jenis terapi obat yaitu :

a. Teori kausal

Terapi kausal merupakan obat yang memiliki fungsi untuk memusy penyebab suatu penyakit,
obat ini yang digunakan dalam penyembuhan suatu penyakit.

13

Contoh obat dengan terapi kausal yaitu anti malaria, antibiotik, dsb.

b. Terapi simptomatis

Terapi simptomatis yaitu obat memiliki fungsi untuk meringankan gejala dari suatu penyakit.
Contoh : nalgesik, atipiretik, anti emetik dsb

c. Terapi subtitusi

Yaitu obat yang digunakan untuk menggantikan zat yang umum diprosdusi oleh tubuh
contohnya insulin pada penderita diabetes mellitus, hormon estrogen pada pasien hipo fungsi
ovarium dan obat obatan hormone yang lain.

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=mBQ7EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA6&dq=info:dC2JhuRAG8wJ:scholar.google
.com/&ots=17Pz_BSUAN&sig=JRYIzG0D-J8-
F6eTOj0GIDGkI8c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false )

Macam-Macam Reseptor

1. Reseptor Kanal lon

Reseptor kanal ion disebut juga sebagai reseptor ionotopik. Reseptor ini merupakan ion
reseptor membrane yang terhubung secara langsung dengan suatu kanal ion dan merupakan
perantara dari aksi sinaptik yang cepat. Contohnya adalah reseptor asetilkolin nikotinik, reseptor
GABA dan reseptor glutamate.

2. Reseptor Terikat Protein G


Reseptor terikat protein G atau GPCR (G-Protein Coupled Receptor) atau 7TM Receptor
(7 Trans Membrane Receptor) merupakan gilongan reseptor yang memiliki susunan anggota
yang paling banyak. Rangkaian peptide penyusun sereptor ini melewati membrane sebanyak
tujuh kali dan saling terikat dengan sistem efektor yang disebut sebagai protein G Reseptor ini
sebagai perantara beberapa aktivitas neurotransmitter dan hormone secara lambat. Contoh
reseptor ini adalah reseptor asetil kolin muskarinik, reseptor histamine, reseptor adrenergic dan
reseptor dopaminergik.

3. Reseptor Tyrosine Kinase

Reseptor tyrosine kinase merupakan single trans membrane (hanya melewati membrane
sekali) yang memiliki aktivitas kinase di dalam transduksi sinyal. Contoh dari reseptor ini yaitu
reseptor sitokinin, reseptor growth faktor dan reseptor insulin.

14

4. Reseptor Kanal Io, Reseptor Terikat Protein G dan Reseptor Tyrosine Kinase terletak di
membrane sel dan melintasi membrane.

5. Reseptor Intra Seluler

Reseptor ini merupakan satu-satunya kelompok reseptor yang tidak berada di membrane sel
tetapi berada di dalam sitoplasmik atau nucleus.

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=mBQ7EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA6&dq=info:dC2JhuRAG8wJ:scholar.google
.com/&ots=17Pz_BSUAN&sig=JRYIzG0D-J8-
F6eTOj0GIDGkI8c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false )

Beberapa parameter kerja farmakodinamik

Proses kerja obat dalam farmakokinetik secara berurutan meliputi absorpsi. distribusi,
metabolisme dan ekskresi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Absorbsi

Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai
dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Absorpsi adalah pengambilan obat dari permukan
tubuh termasuk juga mukosa saluran cerna atau dari tempat-tempat tertentu pada organ dalam ke
dalam aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh limfe. Paling penting untuk diperhatikan
adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus
karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280
cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili). Laju dan jumlah absorpsi obat dalam
tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya luas permukaan dinding usus,
kecepatan pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna dan aliran darah ke tempat absorpsi.

Obat baru dapat menghasilkan efek terapeutik bila tercapai konsentrasi yang sesuai pada
tempat kerjanya, maka absorpsi yang cukup menjadi syarat untuk suatu efek terapeutik, kecuali
untuk obat yang bekerja lokal dan antasida. Absorbsi obat umumnya terjadi secara pasif melalui
proses difusi. Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya yang terpenting
adalah sifat fisikokima bahan obat, terutama sifat stereokimia dan kelarutannya seperti besar
partikel, bentuk sediaan obat, dosis, rute pemberian dan tempat pemberian, waktu kontak dengan
permukaan absorpsi, besarnya luas permukaan yang mengabsorbsi, nilai pH dalam darah yang
mengabsorpsi, integritas membran dan liran darah organ yang mengabsorbsi.

15

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui
beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif. Faktor-faktor yang memengaruhi
absorsi obat adalah sebagai berikut:

Metode absorpsi

1.Transport pasif.

Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat berpindah
dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport
pasif dapat terjadi selama molekulmolekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran dan berhenti
bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.

2. Transport Aktif.

Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi
obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi.

Kecepatan Absorpsi.

Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sistemik hanya sedikit sel, maka
absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.

Waktu untuk berbagai cara absorpsi obat adalah:

1. Detik s/d menit: IV, inhalasi

2. Lebih lambat: oral, IM. topical kulit, lapisan intestinal, otot


3. Lambat sekali, berjam-jam/berhari-hari: per rektal/sustained release.

Faktor yang memengaruhi penyerapan obat adalah:

1. Aliran darah ke tempat absorpsi

2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi

3. Waktu kontak permukaan absorpsi

Kecepatan Absorpsi dapat:

1. Diperlambat oleh nyeri dan stress, nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi
pergerakan saluran cerna, retensi gaster:

16

2. makanan tinggi lemak, makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan
lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat;

3. faktor bentuk cobat, absorpsi dipengaruhi formulasi obat seperti tablet. kapsul, cairan,
sustained release, dan lain-lain; dan

4. kombinasi dengan obat lain, interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat absorpsi tergantung jenis obat.

Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar
memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek first-
pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah
obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.

Rute pemberian obat terkait dengan cara masuknya obat ke dalam tubuh. Rute pemberian obat
ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi
yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, enteral dan parenteral.

Enteral

Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui saluran cerna

1.Oral

Pemberian oral merupakan rute pemberian yang paling mudah dan paling sering
digunakan sehingga absorpsi dalam saluran cerna mempunyai peran yang besar. Memberikan
suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling umum tetapi paling bervariasi
dan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di
lambung, namun duodenum merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik. Usus halus
merupakan organ absorpsi yang terpenting, tidak hanya untuk makanan melainkan juga untuk
bahan obat. Hal ini disebabkan luasnya pemukan yang dibutuhkan untuk absorpsi serta adunya
lipatan mukosa, jonjot mikos, kripta mukosa dan mikrovili pada usus.

Kebanyakan obat diabsodsi dari saluran cerna dan masuk ke hati sebelum disebarkan ke
sirkulasi umum. Langkah pertama dalam metabolisme oleh usus atau hati membatasi efikasi
banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat
memengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu
pengosongan lambung sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak
atau tidak diabsorbsi.

17

Bahan yang peka terhadap asam lambung harus dilindungi terhadap asam lambung
dengan zat penyalut yang tahan terhadap asam. Oleh karena itu, penisilin atau obat yang tidak
tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari
lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi,
pelepasan oba! bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.

2.Sublingual

Merupakan penempatan obat di bawah lidah yang memungkinkan obat tersebut berdifusi
kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati
usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme. Mukosa yang tervaskularisasi dengan
baik pada rongga mulut dan tenggorokan memiliki sifat absorpsi yang baik untuk senyawa yang
tidak terionisasi (lipofil). Balan obat pada rute ini tidak dipengaruhi oleh asam lambung serta
tidak melewati hati setelah diabsorpsi serta menghasilkan efek terapeutik yang cepat. Oleh
karena permukaan absorpsi yang relatif kecil, rute bukal dan sublingual sebaiknya hanya untuk
bahan obat yang mudah diabsorpsi.

3.Rektal

Absorpsi obat pada rectum terjadi pada 2/3 bagian bawah rectum. Obat yang diabsorbsi
tidak mencapai hati karena langsung masuk ke vena cava inferior. Proses absorpsi umumnya
lebih rendah jika dibandingkan dengan pemberian oral. Dari 50% aliran darah dari bagian rektum
memintas sirkulasi portal, sehingga biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan
rektal mempunyai keuntungan tambahan yaitu mencegah penghancuran obat olehi. enzim usus
atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi
muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan
obat untuk pemberian rektal umumnya adalah suppositoria dan ovula.

4.Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna,dan
untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga
digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dalam keadaan yang memerlukan kerja
obat yang cepat. Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang
sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.

18
 Intravena (IV)

Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yang sering dilakukan.Apabila
obat yang tidak diabsorbsi secara oral maka pemberian obat secara intravena menjadi pilihan.
Dengan pemberian IV,obat menghindari saluran cerna sehingga menghindari metabolisme first
pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas
kadar obat dalam sirkulasi. Namun berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-
obat yang disuntikkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan
activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui
kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat
Konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena itu, kecepatan infus harus
dikontrol dengan hati-hati.

 Intramuskular (IM)

Obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa suspensi obat dalam vehikulum
non aqua seperti etilenglikol.Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-
preparat depo berlangsung lambat.Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut
mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikan suatu
dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

 Subkutan

Suntikan subkutan mengurangi risiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular.


Contohnya sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk
membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi
pembuangan.Obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh pemberian obat subkutan
meliputi bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergesteral yang
diimplantasi untuk jangka yang sangat panjang.

 Inhalasi

Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran
nafas dan epitel paru-paru yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan
oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan bagi penderita dengan
keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan
langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

19
 Intranasal

Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus;Kalsiton


insipidus;Kalsitonim salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobatan
osteoporosis,tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan
dengan cara menghisap.

 Intratekal/ intraventricular

Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat secara langsung ke dalam cairan


serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia linfostik akut.

 Topikal

Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal diinginkan untuk pengobatan.
Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam
pengobatan dermatofitosis dan atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi
pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

 Transdermal

Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya
melalui suatu "transdermal patch". Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantung pada sifat-
sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antianginal dan nitrogliserin.

5. Distribusi
Setelah proses absorpsi obat masuk ke pembuluh darah untuk ditransportasikan bersama aliran
darah dalam sirkulasi menuju tempat kerjanya.

Distribusi obat adalah proses dimana obat diantar dari sirkulasi sistemik menuju ke jaringan dan
cairan

Pembagian distribusi

1. Distribusi fase pertama

2. Distribusi fase kedua

20

Faktor-faktor distribusi obat

1. Aliran darah

2. Permeabilitas kapiler

3. Ikatan protein

Berdasarkan distribusi obat yang dicapai. Obat dibedakan menjadi tiga jenis bahan obat yaitu

1.Obat yang hanya terdistribusi dalam plasma

2. Obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang ekstrasel sisa

3.obat yg terdistribusi dalam intrasel dan ekstasel

6.Metabolisme(biotransformasi)

Adalah proses tubuh mengubah komposisi obat menjadi lebih larut sehingga dapat dibuang
keluar tubuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:

1.Kondisi khusus

2.pengaruh gen

3. pengaruh lingkungan
4. Usia

Pada dasarnya obat merupakan zat asing bagi tubuh sehingga tubuh akan merombaknya
menjadi metabolit yang tidak aktif lagi dan sekaligus bersifat lebih hidrofil.

7. EKSREKSI

Ekskresi obat adalah eliminasi atau pembuangan obat dari tubuh. sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urine. Obat diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk
utuh maupun bentuk metabolit.

Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan,setelah dewasa mengalami penurunan
1% / tahun.

21

Organ kedua yang penting adalah empedu

Hal-hal terkait farmakokinetik adalah sebagai berikut

1.waktu paruh

2. Onset puncak dan durasi kerja obat

Ekskresi obat yang utama adalah melalui ginjal yaitu air, dikeluarkan dalam bentuk metabolit
ataupun bentuk aslinya. Disamping itu ada beberapa caralain

1.kulit,bersama keringat

2.hati,melalui saluran empedu

3.Air susu ibu,ASI

(sumber:https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=mBQ7EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA6&dq=info:dC2JhuRAG8wJ:scholar.google
.com/&ots=17Pz_BSUAN&sig=JRYIzG0D-J8-
F6eTOj0GIDGkI8c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false )
22

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Farmakologi (pharmacology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu pharmacon (obat) dan
logos (ilmu). Farmakokinetika adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang
perjalanan obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui organ ekskresi di tubuh manusia.
Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi
obat, serta mekanisme kerjanya. Farmakoterapieutik adalah sub ilmu dari farmakologi yang
mempelajari tentang penanganan penyakit melalui penggunaan obat-obatan.Dalam ilmu ini
obatobatan digunakan untuk membuat diagnosis, mencegah timbulnya, dan cara menyembuhkan
suatu penyakit. Karena allopurinol mengurangi pembentukan asam urat, maka konsentrasi asam
urat dalam cairan tubuh dan kemih berkurang. Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya
mobilisasi dan disolusi dari endapan-endapan asam urat di bagian manapun dari tubuh, yang
paling banyak biasanya di kulit, tulang-tulang, sendi-sendi dan jaringan interstisial ginjal.
Asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk
melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian
besar resep obat analgesik selesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah
didapat, overdosis obat baik sengaja ataupun tidak sering terjadi.
23

DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=sZVjDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=info:1nFSjmpimTEJ:scholar.google.co
m/&ots=EB3Vn5goCO&sig=iXsNplmwollK-
GZsajODsSTGut8&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-farmakologi-ilmu-tentang-segala-hal-yang-berkaitan-
dengan-obat

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=MVw2VCMXrEgC&oi=fnd&pg=PA3&dq=info:PGzItMywf_0J:scholar.google.c
om/
&ots=N8Yju0EHmB&sig=Y9c0AYU86RZ3mYwycQyfyJ9wRjU&redir_esc=y#v=onepage&q
&f=false

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=mBQ7EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA6&dq=info:dC2JhuRAG8wJ:scholar.google
.com/&ots=17Pz_BSUAN&sig=JRYIzG0D-J8-
F6eTOj0GIDGkI8c&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
24

Anda mungkin juga menyukai