Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE RIAU

DISUSUN OLEH :
1. MASROH (11750425238)
2. NADIATUL KHAIRI (11754201940)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Masuknya
Islam ke Riau” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Sebelumnya kami, sebagai penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen


pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, Bapak Jarir, M. Ag, kepada teman-teman
yang sudah terlibat, serta kepada kedua orang tua kami yang sudah banyak memberi saran
dan dukungannya sehingga makalah kami dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan

Pekanbaru, 1 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Sarana Masuknya Islam (Jalur Pendidikan).............................................5
2.2 Sejarah Kerajaan Islam Riau dan Pengaruhnya Bagi Penyebaran Islam. 5
A) Kesultanan Riau-Lingga................................................................5
Daik Lingga, Daik.........................................................................6
Mesjid Jamik Daik.........................................................................7
B) Kerajaan Indragiri..........................................................................7
2.3 Situs-situs Peninggalan Sejarah Islam di Riau.......................................10
A) Mesjid Raya Nur Alam Senapelan Pekanbaru............................10
B) Mesjid Arrahman Tertua ke-2 di Pekanbaru................................12
C) Istana Kerajaan Siak....................................................................14
Sejarah Pembangunan..................................................................14
Lokasi...........................................................................................15
Luas..............................................................................................15
Arsitektur......................................................................................15
Perencana......................................................................................17
2.4 Tokoh Penyebar Islam di Riau...............................................................17
Ali Haji bin Raja Ahmad..................................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
3.1 Kesimpulan............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M,
menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat
manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia
dipandang dari segi historis dan sosiologissangat kompleks dan terdapat banyak masalah,
terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat
lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad
ke-13 M dan pendapatbaru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia
pada abad ke-7 M.(A.Mustofa,Abdullah,1999: 23).
Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah
Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh.(Taufik Abdullah:1983)
Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur
perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan
pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masukdan berkembang di
Indonesia.
Kegiatan pendidikan Islam di Aceh lahir, tumbuh dan berkembang bersamaan
dengan berkembangnya Islam di Aceh. Konversi massal masyarakat kepada Islam pada
masa perdagangan disebabkan olehIslam merupakan agama yang siap pakai, asosiasi
Islam dengan kejayaan, kejayaan militer Islam, mengajarkan tulisan dan hapalan,
kepandaian dalam penyembuhandan pengajaran tentang moral.(Musrifah,2005: 20).
Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa kerajaan Islam di Aceh
tidak lepas dari pengaruh penguasa kerajaan serta peran ulama dan pujangga. Aceh
menjadi pusat pengkajian Islam sejak zaman Sultan Malik Az-Zahir berkuasa, dengan
adanya sistempendidikan informal berupa halaqoh. Yang pada kelanjutannya menjadi
system pendidikan formal. Dalam konteks inilah, pemakalah akan membahas tentang
pusat pengkajian Islam pada masa Kerajaan Islam dengan membatasi wilayah bahasan

4
didaerah Aceh, dengan batasan masalah, pengertian pendidikan Islam, masuk dan
berkembangnya Islam di Aceh, dan pusat pengkajian Islam pada masa tiga kerajaan
besar Islam di Aceh.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja sarana masuknya islam?
1.2.2 Bagaimana sejarah Kerajaan Islam Riau dan pengaruhnya bagi penyebaran Islam?
1.2.3 Dimanakah situs-situs peninggalan sejarah Islam di Riau?
1.2.4 Siapa sajakah tokoh penyebar sejarah Islam di Riau?

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam,
1.3.2 Memahami dan mengetahui masuknya Islam ke Riau
1.3.3 Sebagai acuan atau referensi untuk karya lainnya..

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sarana Masuknya Islam (Jalur Pendidikan)


Sejarah mencatat bahwa pendidikan Islam di Indonesia memiliki karakeristik yang unik.
Pada era kolonial, pendidikan Islam didirikan dengan ‘modal dengkul’ dari para ulama dan
semangat warga. Hal itu sebagai upaya untuk menandingi keberadaan pendidikan sekuler yang
dijalankan oleh pemerintah Belanda. Tak ada uluran tangan dari pemerintah kolonial dalam
bentuk apapun. Sehingga kentara sekali jika pendidikan Islam menjadi anak tiri bahkan ‘anak
haram’ pada saat itu. Hal ini antara lain direkam oleh Manfred Ziemek (1986) dan Siok Cheng
Yeoh (1994).
Dalam konteks itu, pendidikan Islam di Riau memiliki kesamaan sejarah dengan daerah lain
dan inilah yang menjadi dasar dari perkembangan agama Islam Di Riau. Ia didirikan dengan
semangat dakwah Islam sebagaimana kita temukan di daerah Kabupaten Indragiri Hilir ataupun
daerah lainnya.

2.2 Sejarah kerajaan Islam Riau dan Pengaruhnya Bagi Penyebaran Islam
Salah satu bentuk bukti-bukti penyebaran dan perkembangan agama islam di Riau
adalah dengan mengetahui beberapa sejarah penting tentang kerajaan Islam di Riau.
A) Kesultanan Riau-Lingga
Kesultanan Riau-Lingga adalah kerajaan Islam yang berpusat Kepulauan Lingga
yang merupakan pecahan dari Kesultanan Johor. Kesultanan ini dibentuk
berdasarkan perjanjian antara Britania Raya dan Belanda pada tahun 1824 dengan
Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah sebagai sultan pertamanya. Kesultanan ini
dihapuskan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 3 Februari 1911.
Wilayah Kesultanan Riau-Lingga mencakup provinsi Kepulauan Riau modern, tapi
tidak termasuk provinsi Riau yang didominasi oleh Kesultanan Siak, yang
sebelumnya sudah memisahkan diri dari Johor-Riau.
Kesultanan ini memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa Melayu
hingga menjadi bentuknya sekarang sebagai bahasa Indonesia. Pada masa kesultanan

6
ini bahasa Melayu menjadi bahasa standar yang sejajar dengan bahasa-bahasa besar
lain di dunia, yang kaya dengan susastra dan memiliki kamus ekabahasa. Tokoh
besar di belakang perkembangan pesat bahasa Melayu ini adalah Raja Ali Haji,
seorang pujangga dan sejarawan keturunan Melayu-Bugis.
Riau-Lingga pada awalnya merupakan bagian dari Kesultanan Malaka, dan
kemudian Kesultanan Johor-Riau. Pada 1811 Sultan Mahmud Syah III mangkat.
Ketika itu, putra tertua, Tengku Hussain sedang melangsungkan pernikahan di
Pahang. Menurut adat Istana, seseorang pangeran raja hanya bisa menjadi Sultan
sekiranya dia berada di samping Sultan ketika mangkat. Dalam sengketa yang timbul
Britania mendukung putra tertua, Husain, sedangkan Belanda mendukung adik
tirinya, Abdul Rahman. Traktat London pada 1824 membagi Kesultanan Johor
menjadi dua: Johor berada di bawah pengaruh Britania sedangkan Riau-Lingga
berada di dalam pengaruh Belanda. Abdul Rahman ditabalkan menjadi raja Riau-
Lingga dengan gelar Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah, dan berkedudukan di
KepulauanLingga.
Sultan Hussain yang didukung Britania pada awalnya beribukota di Singapura,
namun kemudian anaknya Sultan Ali menyerahkan kekuasaan kepada Tumenggung
Johor, yang kemudian mendirikan kesultanan Johor modern.
Pada tanggal 7 Oktober 1857 pemerintah Hindia-Belanda memakzulkan Sultan
Mahmud IV dari tahtanya. Pada saat itu Sultan sedang berada di Singapura. Sebagai
penggantinya diangkat pamannya, yang menjadi raja dengan gelar Sultan Sulaiman II
Badarul Alam Syah. Jabatan raja muda (Yang Dipertuan Muda) yang biasanya
dipegang oleh bangsawan keturunan Bugis disatukan dengan jabatan raja oleh Sultan
Abdul Rahman II Muadzam Syah pada 1899. Karena tidak ingin menandatangani
kontrak yang membatasi kekuasaannya Sultan Abdul Rahman II meninggalkan Pulau
Penyengat dan hijrah ke Singapura. Pemerintah Hindia Belanda memakzulkan Sultan
Abdul Rahman II in absentia 3 Februari 1911, dan resmi memerintah langsung pada
tahun1913.
Daik Lingga, Daik (bekas Pusat Kerajaan Riau Lingga)
Daik, dahulunya hampir selama seratus tahun menjadi pusat kerajaan Riau-
Lingga, sekarang menjadi ibu kota Kecamatan Lingga, Kabupaten Kepulauan Riau.

7
Kota Daik yang terletak di sungai Daik, hanya dapat dilalui perahu atau kapal motor
di waktu air pasang. Kalau air surut, sungai Daik mengering dan tak dapat dilalui.
Perhubungan lainnya adalah melalui jalan darat ke desa Resun di sungai Resun. Dari
sana melalui sungai itu terus ke muara (Pancur) yang terletak di pantai utara pulau
Lingga, berseberangan dengan Senayang.
Selama seratus tahun Daik menjadi pusat kerajaan, tentulah terdapat berbagai
peninggalan sejarah dan sebagainya. Raja-raja kerajaan Riau-Lingga yang
memerintah kerajaan selama periode pusat kerajaan di Daik Lingga yaitu : Sultan
Abdurakhman Syah (1812-1832), Sultan Muhammad Syah (1832-1841), Sultan
Mahmud Muzafar Syah (1841-1857), Sultan Sulalman Badrul Alam Syah II (1857-
1883) dan Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah (1883-1911).
Mesjid Jamik Daik
Mesjid Jamik terletak di kampung Darat, Daik Lingga, dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad Riayat Syah (1761-1812) pada masa awal beliau
memindahkan pusat kerajaan dari Bintan ke Lingga. Sumber tempatan menyebutkan
bahwa bangunan mesjid ini dimulai sekitar tahun 1803, dimana bangunan aslinya
seluruhnya terbuat dari kayu. Kemudian setelah Mesjid Penyengat selesai dibangun,
maka bangunan Mesjid Jamik ini dirombak dan dibangun lagi dari beton.
Mesjid ini di dalam ruang utamanya tidaklah mempergunakan tiang penyangga
kubah atau lotengnya. Pada mimbarnya terdapat tulisan yang terpahat dalam aksara
Arab-Melayu (Jawi), berisi : “Muhammad SAW. Pada 1212 H hari bulan Rabiul
Awal kepada hari Isnen membuat mimbar di dalam negeri Semarang
Tammatulkalam.” Tulisan ini memberi petunjuk, bahwa mimbar yang indah ini
dibuat di Semarang, Jawa Tengah dengan memasukan motif-motif ukiran tradisional
Melayu.
B) Kerajaan Indragiri
Indragiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Indra” yang berarti mahligai dan
“Giri” yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri, sehingga kata indragiri diartikan
sebagai Kerajaan Negeri Mahligai Kerajaan Indragiri diperintah langsung dari Kerajaan
Malaka pada masa Raja Iskandar yang bergelar Narasinga I. Pada generasi Raja yang
ke 4 (empat) barulah istana Kesultanan Indragiri didirikan oleh Paduka Maulana Sri

8
Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alamin bergelar Nara Singa II
beristerikan Putri Dang Purnama, bersamaan didirikannya Rumah Tinggi di Kampung
Dagang.
Raja-Raja Kerajaan Indragiri, adapun Silsilah dari Kerajaan ini sebagai berikut :
1. Raja Kecik Mambang alias Raja Merlang I. Memerintah pada tahun
1298 - 1337, beliau adalah Sultan Indragiri pertama yang merupakan
Putra Mahkota dari Kerajaan Melaka
2. Raja Iskandar alias Nara Singa I. Memerintah pada tahun 1337 - 1400
M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua
3. Raja Merlang II bergelar Sultan Jamalluddin Inayatsya. Memerintah
pada tahun 1400 - 1473 M dan merupakan Sultan Indragiri ke tiga.
4. Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil
Alamin bergelar Nara Singa II. Memerintah pada tahun 1473 - 1452 M
dan merupakan Sultan Indragiri ke empat, dimakamkan di Pekan Tua /
Kota Lama.
5. Sultan Usulluddin Hasansyah. Memerintah pada tahun 1532 - 1557 M
dan merupakan Sultan Indragiri ke lima.
6. Raja Ahmad bergelar Sultan Mohamadsyah. Memerintah pada tahun
1557 - 1599 M dan merupakan Sultan Indragiri ke enam.
7. Raja Jamalluddin bergelar Sultan Jammalludin Keramatsyah.
Memerintah pada tahun 1559 - 1658 M dan merupakan Sultan Indragiri
ke tujuh.
8. Sultan Jamalluddin Suleimansyah. Memerintah pada tahun 1658 - 1669
M dan merupakan Sultan Indragiri ke delapan.
9. Sultan Jamalluddin Mudoyatsyah. Memerintah pada tahun 1669 - 1676
M dan merupakan Sultan Indragiri ke Sembilan.
10. Sultan Usulluddin Ahmadsyah. Memerintah pada tahun 1676 - 1687 M
dan merupakan Sultan Indragiri ke sepuluh.
11. Sultan Abdul Jalilsyah. Memerintah pada tahun 1687 - 1700 M dan
merupakan Sultan Indragiri ke sebelas.

9
12. Sultan Mansyursyah. Memerintah pada tahun 1700 - 1704 M dan
merupakan Sultan Indragiri ke dua belas.
13. Sultan Modamadsyah. Memerintah pada tahun 1704 - 1707 M dan
merupakan Sultan Indragiri ke tiga belas.
14. Sultan Musafarsyah. Memerintah pada tahun 1707 - 1715 M dan
merupakan Sultan Indragiri ke empat belas.
15. Raja Ali bergelar Sultan Zainal Abidin Indragiri. Pada awalnya beliau
merupakan Mangkubumi Indragiri kemudian menjadi Sultan Indragiri ke
lima belas yang memerintah pada tahun 1715 - 1735 M dan dimakamkan
di Kota Lama.
16. Raja Hasan bergelar Sultan Salehuddin Keramatsyah. Memerintah pada
tahun 1735 - 1765 M dan merupakan Sultan Indragiri enam belas.
Dimakamkan di Kampung Tambak sebelah hilir Kota Rengat.
17. Raja Kecik Besar bergelar Sultan Sunan. Memerintah pada tahun 1765 -
1784 M dan merupakan Sultan Indragiri ke tujuh belas. Dimakamkan di
Mesjid Daik Riau
18. Sultan Ibrahim. Memerintah pada tahun 1784 - 1815 M dan merupakan
Sultan Indragiri ke delapan belas. Ia adalah yang mendirikan kota
Rengat dan pernah ikut dalam perang Teluk Ketapang untuk merebut
kota melaka dari tangan Belanda pada tanggal 18 Juni 1784.
Dimakamkan di Mesjid Raya Rengat
19. Raja Mun bergelar Sultan Mun Bungsu. Memerintah pada tahun 1815 -
1827 M dan merupakan Sultan Indragiri ke sembilan belas, beliau
pernah bertapa di puncak Gunung Daik.
20. Raja Umar bergelar Sultan Berjanggut Keramat Gangsal. Memerintah
pada tahun 1827 - 1838 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh.
21. Raja Said bergelar Sultan Said Modoyatsyah. Memerintah pada tahun
1838 - 1876 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh satu.
22. Raja Ismail bergelar Sultan Ismailsyah. Memerintah pada tahun 1876 M
- hanya seminggu naik tahta kerajaan kemudian meninggal dunia karena
sakit dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh dua.

10
23. Tengku Husin alias Tengku Bujang bergelar Sultan Husinsyah.
Memerintah pada tahun 1877 - 1883M dan merupakan Sultan Indragiri
ke dua tiga. Dimakamkan di Raja Pura ( Japura)
24. Tengku Isa bergelar Sultan Isa Mudoyatsyah. Memerintah pada tahun
1887 - 1902 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh empat.
Dimakamkan di Mesjid Raya Rengat
25. Raja Uwok. Sebagai Raja Muda Indragiri, memangku pada tahun 1902 -
1912 M.
26. Tengku Mahmud bergelar Sultan Mahmudsyah. Memerintah pada tahun
1912 - 1963 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh lima. Oleh
T.N.I diberikan pangkat Mayor Honorair TNI dengan surat penetapan
Panglima T.N.I No. 228/PLM/Pers/1947 tanggal 11 Desember 1947
2.3 Situs-situs Peninggalan Sejarah Islam di Riau
A) Mesjid Raya Nur Alam Senapelan Tonggak Sejarah Islam Pekanbaru
Sebuah bangunan masjid megah yang didominasi warna kuning di daerah
Senapelan. Bangunan tempat ibadah kaum muslimin seluas 60 X 80 meter itu dikenal
dengan nama Masjid Raya Nur Alam. Sejarah nama Masjid Raya Nur Alam yang
juga dijuluki Masjid Alam ini, diambil dari nama kecil Sultan Alamudin yaitu Raja
Alam. Dimana upacara menaiki bangunan ini dilakukan pada salat Jum'at yang
dipimpin oleh menantu Sultan Alamudin yaitu Imam Syaid Oesman Syahabuddin,
menantu Sultan Alamuddin, ulama besar kerajaan Siak.Bangunan Masjid bersejarah
itu terlihat masih berdiri kokoh di sudut kota Pekanbaru.
Menurut sejarah rilisan takmir masjid ini, pada tahun 1762 Sultan Abdul Jalil
Alamuddin Syah memindahan kerajaan Siak Sri Indrapura dari Mempura Besar ke
Bukit Senapelan. Bukit Senapelan selanjutnya dikenal sebagai Kampung Bukit.
Dalam tradisi melayu, sebuah istana kerajaan hendaknya dibangun bersama balai
rapat dan masjid. Prasyarat tradisi itu merupakan perwujudan dari filosofi ôTali
Berpilin Tigaö dimana dasar sebuah tata masyarakat melayu adalah adanya unsur
pemerintah, adat dan agama. Secara bentuk, bangunan Masjid Raya Pekanbaru telah
mengalami berbagai ubahan Awalnya masjid hanya berukuran kecil dan terbuat dari
kayu, menurut Dadang, salah satu pengurus masjid. Arsitektur bangun masjid ini

11
masih asli. Masjid ini hanya mengalami pelebaran saja, mengingat umat muslim
yang beribadah di masjid ini ini terus bertambah. Masjid yang berdiri di luas tanah
tanah sekitar setengah hektare ini, memiliki nilai arsitektur tradisional yang amat
menarik. Bangunan religius yang merupakan peninggalan kerajaan Siak dan
merupakan masjid batu pertama yang dibangung di Pekanbaru. tdak banyak orang
mengetahui, komplek masjid inilah nama Pekanbaru bermula.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah
(1766-1779), komplek kerajaan ini mengalami kemajuan pesat. Sebagai sebuah pusat
pemerintahan, dibangunlah sarana pendukung ekonomi berupa pasar. Islam dalam
catatan banyak sejarawan disebarkan oleh kalangan pedagang. Pasar yang saat itu
disebut sebagai ôPekanö sudah ada sebelumnya di komplek itu. bangunan pasar baru
itu saat itu dinamakan sebagai ôPekan Baharoeö. Pada perkembanganya, kelaziman
nama itu menjadi Pekanbaru dan menjadi nama kota ini hingga kini.Masjid sebagai
pusat kebudayaan islam kental sekali terlihat. Seperti pada zaman awal islam, masjid
juga digunakan sebagai tempat untuk mengambil sumpah bagi orang yang akan
memeluk agama dan keyakinan islam.
Pada saat tribun berkunjung, H. Azhar Kasim, salah satu Imam masjid tengah
mengambil sumpah dalam dua kalimat syahadat dua orang warga Rumbai. NiÆu
Delau dan Feni Lase, misalnya.Dua orang warga Rumbai ini menyatakan memeluk
agama islam, dan mengucap dua kalimat syahadat di masjid raya Pekanbaru ini.
Imam masjid, H.Azhar Kasim, yang mengislamkan dua perantau asal Nias itu
berpesan beberapa hal. Secara umum, rukun iman dan rukun islam menjadi nasehat
awal kepada Niu dan Feni. ôIslam itu agama yang universal dan sesuai dengan
nurani manusiaö ujar Azhar. Menurutnya, tidak ada perantara dalam hubungan antara
pencipta dengan hambanya dalam islam. Disamping itu, ia juga menegaskan kepada
dua muallaf itu, agar dalam memeluk islam bukan karena adanya
pemaksaan.Kedepan, masjid bersejarah yang sedang dipugar ini akan difungsikan
sebagai pusat kajian dan kebuadyaan islam. Sebuah Islamic centre akan dibangun.
Dengan pembebasan tanah seluas 3,5 hektare, komplek Islamic Center ini akan
mengakomodir kebutuhan bermasyarakat umat islam secara luas. Gedung serbaguna,
pasar, pelabuhan hingga amphitheater akan dibangun guna mesukseskan tujuan

12
revitalisasi masjid ini. 3 zona terbagi dalam rancang bangun kawasan masjid. Zona
satu berupa Masjid sebagai tempat ibadah. Zona dua berupa Islamic center mewakili
balai kerapatan, dan zona tiga adalah pelabuhan mewakili area istana. Ketiga zona
tersebut, menurut pengurus masjid merupakan perwujudan filosofi tiga berpilin yang
menjadi nafas kerajaan melayu.Terletak tak jauh dari pusat perbelanjaan Pasar
Bawah di Kecamatan Senapelan, di komplek masjid saksi dari penyebaran awal
agama islam ini terdapat komplek makam.
Selain tempat ibadah, pada bulan tertentu, Masjid Raya juga dijadikan salah satu
objek wisata religius andalan kota Pekanbaru. Wisatawan domestik maupun luar
negeri acapkali berkunjung ke masjid itu. Prosesi adat mandi menjelang bulan puasa
ôMandi Balimauö adalah salah satu tradisi menjelang ramadhan yang oleh
pemerintah setempat dijadikan salah satu andalan sektir wisata. Mandi menjelang
bulan ramadhan juga dikenal dibeberapa tempat lain. Dalam tradisi jawa, tradisi
mandi yang diadaptasi dari kebiasaan pada sebelum islam itu dikenal sebagai
ôpadusanö. Berbeda dengan padusan, mandi balimau menggunakan beberapa jenis
rempah, akar-akaran, dan buah limau sebagai campuran air. Mandi balimau yang
didaerah Kampar dinamakan dengan Belimau Kasai ini kemudian dikemas sebagai
agenda wisata dan dkenal sebagai ôPetang Megangö.Peziarah dan pengunjung
maupun wisatawan dalam maupaun dan luar negeri, acapkali datang berkunjung.
Peziarah dari berbagai penjuru umumnya datang untuk berdoa di komplek makam
Sultan Siak. Menurut Dadang, yang juga mengurus komplek makam. Komplek
makam memang terbuka untuk peziarah umum.
B) Masjid Arrahman Tertua ke-2 di Pekanbaru
Ternyata, setelah mendengar cerita seorang kakek yang bernama Ibrahim salah
satu saksi hidup berdirinya Mesjid Arrahman Pekanbaru Riau. Ia bercerita bahwa
Masjid yang berada di persimpangan jalan Soedirman dan Jalan Nangka Pekanbaru
ini "katanya" adalah masjid tertua kedua di Kota Pekanbaru
Dijelaskannya, lokasi bangunan Masjid Ar-Rahman merupakan tanah wakaf dari
Raden Sastro Pawiro Djaya Diningrat. Pembangunan masjid ini dilakukan dengan
swadaya masyarakat yang berada di sekitar Jalan Sumatera dan wilayah Pekanbaru

13
hingga ke Tangkerang. Namun begitu, Raden Sastro merupakan donatur terbesar dan
yang berperan penting dalam pembangunan masjid ini.
"Raden Sastro memiliki banyak jasa dengan masjid ini, karena dialah yang
memberikan konstribusi besar untuk terwujudnya masjid ini. Tidak hanya itu, yang
menggagas masjid ini adalah Raden bersama masyarakat sekitarnya," ujarnya sampil
mempermainkan kacamata yang berada di tangannya.
Dalam penuturannya, pembangunan masjid ini dimulai tahun 1930 hingga 1935.
Saat itu, di sekitar masjid terdapat tiga rumah panggung. Raden bersama masyarakat
berswadaya membangun satu-satunya masjid yang berada di tengah kota itu. Konsep
pembangunan juga sangat sederhana. Dinding, lantai, dan tiang masjid saat itu hanya
berasal dari papan biasa dengan atap daun dan bangunan berbentuk panggung dengan
ketinggian 1 meter. Luas bangunan juga hanya 8x8 m2. Masjid juga dicat
menggunakan oli bekas, sehingga warna masjid sedikit hitam kecoklatan bergabung
dengan warna papan.
Meski sederhana, warga Pekanbaru yang mayoritas muslim saat itu terus
memenuhi masjid tersebut. Mulai dari warga Jalan Sumatera, Tangkerang, Cut Nyak
Dien, A Yani hingga di Jalan Pinang. Apalagi setelah tabuhan beduk disambut
dengan suara azan terdengar saat masuknya waktu salat.
"Dulu sangat ramai, bahkan masjid ini penuh. Terutama waktu beduk yang saat
itu ada ditabuhkan dan ditambah suara azan dari muazin. Begitu mereka masuk,
lantai papan masjid berderak-derak (berbunyi), apalagi saat kita sedang
melaksanakan ibadah salat jamaah. Bisa dikatakan tidak pernah tidak penuh masjid
ini pada masa itu," ujar lelaki yang lahir 20 Agustus 1932 itu.
Melihat kondisi ini, sekitar tahun 1960 warga mulai berswadaya menurunkan
bangunan masjid itu dari panggung menjadi tidak panggung. Namun kondisi
bangunan tetap sama tanpa ada perubahan. Pasalnya saat itu, Raden yang rumahnya
saat itu berada tepat di atas tanah yang saat ini berdiri gedung delapan lantai PT
Surya Dumai.
"Kalau ditotal sebelum Pemko, kami sudah memrenovasi masjid ini sebanyak
dua kali. Yaitu tahun 1935 dan 1960 yang lalu. Pemko sendiri baru merenovasi
masjid ini sekitar tahun 2005 yang lalu," jelasnya.

14
Pada tahun 2004 yang lalu Pemerintah Kota Pekanbaru telah melakukan
pembebasan lahan yang berada di sekitar mesjid Ar-Rahman. 4.700 meter persegi
tanah yang dibebaskan, dan saat ini lah yang dibangun Masjid Ar-Rahman dan
Gedung BAZ serta KPU Pekanbaru. Setelah itu sekitar tahun 2006 lalu pemerintah
Provinsi Riau membantu bangunan sekitar 610 meter persegi.
Banyak perubahan yang terjadi di masjid ini, bahkan bisa dikatakan berubah 100
persen. Dari sebuah masjid yang kecil saat ini berubah menjadi sebuah masjid yang
sangat mengah. Tak ayal, Pemko Pekanbaru menasbihkannya menjadi salah satu
ikon Kota Bertuah ini. Namun satu yang tak akan pernah hilang diingatan Ibrahim,
sesaat ketika Ustadz Abdullah Hasan yang tidak lain adalah orangtua dari Wali Kota
Pekanbaru Drs H Herman Abdullah MM menyampaikan tausiahnya yang memang
kerap dilakukan.
"Bentuk bangunan bisa berganti, tetapi nilai sejarah yang terkandung tidak akan
hilang. Satu hal yang tidak akan saya lupakan yaitu pesan dari Uztad Abdullah Hasan
dalam dakwahnya," ujarnya kakek bernama Ibrahim itu.
C) Istana Kerajaan Siak
1. Sejarah Pembangunan
Istana Siak ini merupakan bukti sejarah kebesaran kerajaan Melayu Islam di
Riau. Istana ini dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil
Syaifuddin pada tahun 1889, dengan nama ASSERAYAH HASYIMIAH lengkap
dengan peralatan kerajaan. Sebelum pembangunan istana dilakukan, Sultan
melakukan lawatan ke negeri Belanda dan Jerman. Kemungkinan, pengalaman
selama di Eropa ikut mempengaruhi corak arsitektur Istana Siak.
Saat ini, di dalam istana masih bisa ditemukan berbagai koleksi yang bernilai
tinggi, seperti:
 kursi singgasana sultan yang bersalut emas
 paying
 senjata kerajaan Melayu
 bendera kerajaan Siak
 replika mahkota Kerajaan Siak
 setanggi pembakar

15
 canang
 alat musik komet buatan Jerman, yang memiliki piringan bergaris tengah
90 cm, berisikan lagu-lagu Mozart dan Bethoven
 kursi dan meja yang terbuat dari kayu, kristal dan kaca
 lampu kristal warna-warni
 berbagai bentuk lemari dan senjata
 beraneka bentuk koleksi cendera mata dari negeri sahabat.
Selain benda-benda tersebut, terdapat sebuah cermin peninggalan permaisuri
sultan yang disebut cermin Ratu Agung. Ada keyakinan yang berkembang di
masyarakat bahwa, jika sering bercermin di depan Ratu agung, maka akan membuat
kulit awet muda.
2. Lokasi
Istana ini terletak di Kabupaten Siak Sri Indrapura, berjarak lebih kurang
125 km. dari Pekanbaru, Riau, Indonesia
3. Luas
Bangunan Istana Siak berdiri di atas areal tanah seluas ± 28.030 m2.
4. Arsitektur
Corak arsitektur Istana Siak menunjukkan adanya perpaduan gaya arsitektur
Melayu, Arab dan Eropa. Istana ini masih berdiri megah hingga saat ini setelah
dilakukan beberapa kali renovasi. Pada pintu gerbang masuk, terdapat hiasan
berupa sepasang burung elang menyambar dengan sorot mata tajam, seolah-olah
mengawasi semua orang yang akan masuk ke areal istana.
Istana Siak terdiri atas dua lantai, lantai bawah dan lantai atas. Pada setiap sudut
bangunan terdapat pilar berbentuk bulat. Sedangkan pada bagian ujung puncak
terdapat hiasan burung garuda. Semua pintu dan jendela berbentuk kubah dengan
hiasan mozaik kaca. Lantai bawah terdiri dari 6 ruangan yang berfungsi untuk
menerima tamu dan ruang sidang. Di dalamnya terdapat ruang besar utama yang
terbagi atas ruang depan istana, ruang sisi kanan, ruang sisi kiri, dan ruang
belakang. Sedangkan lantai atas terdiri dari 9 ruangan yang berfungsi untuk
istrahat sultan, keluarga atau kerabat sultan dan para tamu kerajaan.

16
Selain bangunan utama, di dalam komplek Istana Siak juga terdapat
bangunan lain, yaitu:
a. Istana Baru
Istana ini berada di sebelah barat bangunan utama. Dibangun pada masa
sultan yang terakhir. Denah dasar bangunan ini berbentuk persegi empat
berukuran 19 m x 15,7 meter. Terdiri dari enam ruangan yaitu ruang depan,
ruang tamu, ruang kerja, ruang makan, dan 2 buah kamar tidur. Pada bagian
samping kanan dan kiri terdapat teras.
Istana Baru dahulu difungsikan untuk tempat tinggal permaisuri sultan pada
waktu hamil. Sekarang digunakan untuk tempat tinggal keturunan sultan.
b. Istana Panjang
Istana ini hanya tinggal lubang-lubang bekas tonggak (tiang) yang terletak di
sebelah timur bangunan utama istana. Berdasarkan penuturan dari keluarga
keturunan sultan, dahulu Istana Panjang tersebut terbuat dari kayu.
c. Istana Limas
Saat ini, bentuk bangunan istana sudah tidak ada. Konon, dahulu istana ini
juga terbuat dari kayu.
d. Gardu Jaga Lama
Gardu jaga lama berbentuk bulat silinder, terbuat dari batu bata. Diameternya
berukuran 3 m. dengan 1 buah pintu di depan berbentuk kubah. Terletak di
sebelah kiri bangunan istana baru.
e. Dapur dan Kolam Istana
Dapur istana terletak di belakang kanan bangunan istana baru. Sekarang yang
masih tersisa adalah bagian dinding, terdiri dari 3 ruangan berjajar. Bangunan
ini relatif kurang terawat dan sekarang difungsikan sebagai gudang. Di depan
dapur istana ini terdapat kolam istana berbentuk bulat dengan diameter 5,30
m dan tinggi fondasi 40 cm. Adapun ketebalan dinding sekitar 26 cm.

5. Perencana

17
Sebagian orang berpendapat, arsitek atau perencana istana ini adalah
seorang arsitek berkebangsaan Jerman. Namun tidak diketahui secara pasti siapa
namanya.

2.4 Tokoh Penyebar Islam di Riau


Ali Haji bin Raja Ahmad
Gurindam 12 oleh Raja Ali Haji (Pahlawan Nasional)
Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad (Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, ca. 1808- Riau,
ca. 1873) adalah ulama, sejarawan, pujangga, dan terutama pencatat pertama dasar-
dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa; buku yang menjadi standar
bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia
28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia. Ia merupakan
keturunan kedua (cucu) dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan IV dari Kesultanan
Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis.
Kompleks makam keluarga Haji Ahmad di Pulau Penyengat, Kota Tanjung
PinangKarya monumentalnya, Gurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus
sastra pada zamannya. Bukunya berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus
Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama merupakan kamus
ekabahasa pertama di Nusantara. Ia juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh
Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk. Raja Ali Haji juga patut
diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu. Buku berjudul Tuhfat al-Nafis
("Bingkisan Berharga" tentang sejarah Melayu), walaupun dari segi penulisan sejarah
sangat lemah karena tidak mencantumkan sumber dan tahunnya, dapat dibilang
menggambarkan peristiwa-peristiwa secara lengkap. Meskipun sebagian pihak
berpendapat Tuhfat dikarang terlebih dahulu oleh ayahnya yang juga sastrawan, Raja
Ahmad. Raji Ali Haji hanya meneruskan apa yang telah dimulai ayahnya. Dalam
bidang ketatanegaraan dan hukum, Raja Ali Haji pun menulis Mukaddimah fi Intizam
(hukum dan politik). Ia juga aktif sebagai penasihat kerajaan. Ia ditetapkan oleh
pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 5 November tahun
2004.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat kami simpulkan dari beberapa pembahasan yang
berhubungan dengan penyebaran perkembangan agama Islam Di Riau, yaitu :

1. Perkembangan dan penyebaran agama Islam di Riau dimulai dengan perkembangan


secara sedikit-sedikit melalui rasa keingin tahuan masyarakat Riau itu sendiri pada
mulanya.

2. Perkembangan Islam di Riau ,tidak terlepas dari pejuangan tokoh-tokoh penting dalam
sejarah seperi Raja Ali haji dan beberapa pembesar kerajaan – kerajaan Islam di Riau
seperti Kerajaan Siak ,daik, serta kerajaan yang ada di daerah indra giri.
3. Salah satu bukti nyata perkembangan dan penyebaran agama islam di Riau adalah
Situs- situs sejarah yang ada di Riau itu sendiri seperti : Masjid Masjid Raya Nur Alam
Senapelan, Masjid Arrahman Tertua ke2 di Pekanbaru,Istana kerajaan Siak.
4. Situs Sejarah pulau Penyengat.

3.2 Saran
1) Mempelajari tentang Perkembangan Islam di Riau seharusnya membuat kita sadar
bahwa, cukup banyak situs – situs bukti penyebaran agama Islam di Riau, Oleh karena

19
Itu kita Wajib untuk bangga karena menjadi Warga penduduk Riau.
2) Dengan adanya Situs-situs sejarah islam di Riau hendaknya memotivasi kita untuk
menjaga Aset daerah kita, sehingga dapat di jadikan ladang baru untuk kita bias
mendatangkan minat wisatawan dating ke Riau, sehingga dapat menambah aset daerah.
3) Menjaga peninggalan-peninggalan sejarah di Daerah kita (Riau) seharusnya selalu kita
lakukan generasi Riau kedepannya dapat mengetahui sejarah Islam di daerahnya.
4) Dan yang terakhir yang paling penting dari kita mempelajari Sejarah perkembangan
serta penyebaran Islam di Riau adalah Agar kita bisa melihat kebesaran-kebesaran Allah.
S.W.T dalam penciptaan mahluk dan dapat meningkatkan taraf keiman dan takwaan kita
kepada –Nya
DAFTAR PUSTAKA

1. Tjandrasasmita Uka 1993. (editor Khusus): Jaman Pertumbuhan Dan


Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia. Dalam Sejarah Nasional
Indonesia III. , Jakarta.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bp Balai
Pustaka.
2. -------2000..Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di
Indonesia.Jakarta, PT. Menara Kudus.
3. 3. Abie, Deni (2008). ”Perkembangan Islam”
[online].Perkembanganislam.Diambildari: http://www.riau.go.id
4. http://contohskripsiku.com/pdf/makalah+sejarah+islam+di+riau/page/2

20

Anda mungkin juga menyukai