Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam pelayanan publik, 5R itu menjadi standart mutu tersendiri. 5R membuat kantor
yang terlihat dari luar sederhana atau bahkan bangunan lama tetapi didalamnya justru sangat
teratur, bersih, rapid an yang jelas akan memuaskan pelanggan.
Di Negara Malaysia yang mengadopsi system 5R ini, selain menjadi bagian dari mutu,
ternyata 5R juga di perlombakan tingkat negeri/Negara bagian maupun tingkat Negara. Sehingga
dengan adanya kompetisi tersebut memacu semua fasilitas kesehatan baik klinik kesehatan,
rumah sakit dan kantor dinas kesehatan untuk berbenah dan mengikuti lomba dan dengan
sendirinya proses 5R di intansi tersebut juga akan di usahakan untuk diterapkan
Efeknya sungguh sangat luar biasa. Sehingga tidak heran juga bahwa banyak pasien
didaerah perbatasan kita lari mrncari pengobatan ke negeri tetangga karena bagi sebagian pasien
situasi faskes yang demikian akan menjadi sugesti tersendiri bagi kesembuhannya.
Sebaliknya di Negara kita sendiri walaupun beberapa waktu yang lalu jargon 5R banyak
terlihat diberbagai fasilitas kesehatan namun entah mengapa hal ini sekarang ini, seakan menjadi
kata-kata biasa yang cenderung kehilangan makna. Disisi lain banyak yang menganggap mutu
layanan hanya dapat diraih dengan sertifikasi dan akreditasi. Untuk itulah penyusun pedoman
pelaksanaan system 5R ini di UPT Puskesmas Widoropayung sangat diperlukan.

1.2 TUJUAN
Tujuan penerapan system 5R pada umumnya adalah untuk menciptakan suatu lingkungan
kerja yang selalu bersih, rapi, dan masing-masing orang mempunyai konsistensi dan disiplin diri,
sehingga mampu mendukung terciptanya, pelayanan dan kinerja yang bermutu.

1.3 SASARAN PEDOMAN


Seluruh karyawan Puskesmas Widoropayung

1.4 MANFAAT
Penerapan 5R bermanfaat dalam pelaksanaan mutu pelayanan, seperti :
1. Dengan ringkas : mengetahui jumlah fisik barang yang ada dan tidak ada barang
berlebih di tempat kerja.
2. Dengan rapi : lingkungan kerja menjadi tertata, terciptanya kemudahan, kecepatan
dan pengambilan barang yang diperlukan.
3. Dengan resik : menciptakan lingkungan yang bersih, menghindarkan produk dari
kontaminasi, dan menumbuhkan rasa aman.
4. Dengan rawat : pelatan menjadi berumur lebih lama dan dengan peralatan yang
terawat, Puskesmas bisa bersaing degan Puskesmas lain.
5. Dengan rajin : menumbuhkan disiplin setiap orang dan menjadikan 5R sebagai
budaya.
BAB II
SISTEM 5R

5S adalah istilah jepang untuk menggambarkan secara sistematik praktik housekeeping


yang baik. Berasal dari jepang dan terbukti efektif di beberapa Negara. Penataan housekeeping
dikenal sebagai awal dan merupakan pendekatan paling efektif dalam membangun suatu
bangunan dalam beberapa usaha peningkatan produktivitas dan dapat diterapkan secara
kombinasi dengan system manajemen lain. 5S adalah singkatan dari 5 kata dalam bahasa jepang
yang diawali oleh huruf S : Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,Shitsuke. Dalam bahasa Indonesia, kita
bisa menerjemahkan 5S sebagai 5R : Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik), Seiketsu
(Rawat), Shitsuke (Rajin). 5S/5R adalah filosofidan cara bagi suatu organisasi dalam mengatur
dan mengelolah ruang kerja dan alur kerja dengan tujuan efisiensi dengan cara mengurangi
adanya buangan (waste) baik yang bersifat barang atau peralatan maupun waktu.
1. Seiri (Ringkas)
Membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan serta membuang
yang tidak diperlukan. “Singkirkan Barang-barang yang tidak diperlukan dari tempat
kerja”
2. Seiton (Rapi)
Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga kita selalu menemukan barang yang
diperlukan.
3. Seiso (Resik)
Menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk memperoleh tempat kerja
yang lebih bersih. Pembersihan dengan cara inspeksi : “Bersihkan segala sesuatu
yang ada ditempat kerja”.
4. Seiketsu (Rawat)
Memelihara barang dengan teratur, rapi dan bersih juga dalam aspek personal dan
kaitan nya dengan polusi : “Semua orang memperoleh informasi yang dibutuhkan
ditempat kerja, tepat waktu”
5. Shitsuke (Rajin)
Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan : “Lakukan apa yang harus
dilakukan dan jangan melakukan apa yang tidak boleh dilakukan”.

2.1 RUANG LINGKUP PENERAPAN 5R


Ruang lingkup penerapan 5R UPT Puskesmas Widoropayung merupakan perubahan
sikap dengan penataankebersihan di tempat kerja. 5R ini mencakup semua ruangan pelayan dan
ruangan penunjang seperti ruang administrasi, ruang pertemuan, gudang, dll.
2.2 LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN SISTEM 5R
1. Ringkas
a. Daftar barang dan jumlahnya
Karyawan memastikan ketersediaan barang-barang yang terdapat di area kerja.
Hal tersebut dimaksudkan agar karyawan juga ikut menjaga atau peduli terhadap
barang-barang yang ada diarea kerja. Selain itu karyawan dapat mengetahui stock
dan memiliki perencanaan dalam pengajuan permintaan terhadap barang yang dapat
membantu proses kerja.
b. Pemberian tanda khusus dengan kriteria pemilahan
Tanda yang dimaksudkan adalah dengan dua kategori yang diperlukan dan tidak
diperlukan. Untuk barang-barang yang diperlukan diberi tanda warna hijau dan untuk
barang-barang yang tidak diperlukan diberi tanda warna merah. Barang yang telah
diberi tanda merah dapat disingkirkan atau dimusnahkan, sedangkan barang dengan
tanda hijau dapat disimpan pada tempat yang telah disediakan.
c. Pembuatan jadwal ringkas
Jadwal rutinitas singkat membuat karyawan berpatisipasi di lingkungan kerjanya
serta menjadikan karyawan lebih peduli tempat kerja
2. Rapi
a. Melakukan pembuatan desain layout ruangan atau tempat kerja
Sebelum membuat label hal yang paling mendasar dari rapi adalah layout. Ini
dimaksudkan agar kita dapat memanfaatkan ruangan yang ada sesuai dengan
kapasitasnya. Dalam pembuatan layout sangat diperlukan perhitungan jumlah barang
dengan kapasitas ruangan.
b. Pemberian label terhadap semua barang yang ada di tempat kerja
Pada setiap barang yang ada dalam tempat kerja wajib diberikan penanda untuk
mempermudah karyawan mengenali barang-barang ditempat kerja. Label-label yang
digunakan boleh hanya dengan tulisan maupun dengan pemberian warna-warna
khusus untuk mengingatkan setiap karyawan akan keberadaan sebuah barang.
c. Membuat garis batas di tempat kerja
Garis-garis dibuat dengan menyesuaikan layout yang telah digambar. Pembuatan
garis dapat dengan menggunakan cat atau stiker warna. Dengan adanya garis-garis
pembatas diharapkan karyawan pada tempat kerja tersebut mematuhi aturan rapid an
tidak sembarang dalam menempatan barang.
3. Resik
a. Membuat list daftar alat kebersihan
Langkah pertama dalam melakukan aktivitas resik adalah mencatat semua
kebutuhan alat-alat kebersihan yang dapat digunakan dilingkungan kerja. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan karyawan dalam melakukan aktifitas kebersihan
dan alat-alat kebersihan yang digunakan menjadi lebih efektif.
b. Adanya penanggung jawab kebersihan
Menunjuk salah satu karyawan yang ada dilingkungan kerja untuk menjadi
penanggung jawab kebersihan. Tugas penanggung jawab kebersihan adalah sebagai
penghubung atau sebagai fasilisator untuk menyampaikan aktifitas kebersihan yang
sudah dilakukan dan mengevaluasi bagaimana kebersihan di lingkungan kerja.
c. Pembuatan jadwal kebersihan
Jadwal kebersihan dapat dibuat dengan menyesuaikan jumlah orang yang ada
dilingkungan kerja. Pembagian jadwal kebersihan dimaksudkan sebagai alat control
terhadap kebersihan ruangan. Pelaksanaan jadwal kebersihan dapat dibuat dengan
mempertimbangkan kapan harus di bersihkan, bagaimana proses pembrsihan.
4. Rawat
a. Pembuatan standarisasi pekerjaan 5R (Ringkas,Rapi,Resik, Rawat, Rajin)
Pekerjaan-pekerjaan yang telah dikerjakan dalam 3R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin) dibakukan dalam aturan tertulis (SOP). Dalam membuat standart
ditentukan berdasar kesepakatan bersama juga dicantumkannya hasil-hasil yang telah
didapat.
b. Mensosialisasikan SOP yang ada kepada karyawan
Langkah berikutnya setelah dibutkan SOP tentang 5R adalah mensosialisasikan
kepada karyawan yang bekerja dilingkungan kerja. Bentuk sosialisasi dapat berupa
aktifitas training standart 5R, koordinasi dimasing-masing bagian sebelum bekerja,
adanya poster atau spanduk di area kerja.
5. Rajin
a. Komitmen Bersama
5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dapat berjalan apabila terdapat
komitmen dari masing-masing karyawan dengan mematuhi segala aturan
dilingkungan kerja dan saling mengingatkan apabila terjadi kesalahan maupun
kekurangan dalam penerapan nya.
b. Teladan atasan
Hal yang paling mendasar dalam penerapan rajin adalah contoh dari atasan. Ini
berdasarkan apa yang dapat dilihat dalam lingkungan dimana seorang anak balita
mampu melakukan pergerakan setelah mendapat contoh dari orang tuanya. Apabila
atasan tidak mampu member contoh yang baik juga menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan kerja. Oleh karena itu dibutuhkan contoh yang baik dari atasan
agar mampu mendorong karyawan berbuat lebih baik.
c. Komunikasi dilingkungan kerja
Adanya bentuk evaluasi kinerja 5R, hal ini sebagai alat kontrol terhadap
hambatan dan bentuk perbaikan. Bentuk evaluasi dapat diadakan setiap minggunya,
agar lebih berjalan efektif dan tidak terlalu lama dalam perbaikannya sehingga
lingkungan kerja menjadi tertata, nyaman dan bersih. Dalam evaluasi selain bentuk
perbaikan juga dapat diberikan bentuk penghargaan terhadap karyawan maupun
lingkungan yang senantiasa menerapkan 5R. Penghargaan tersebut sebagai stimulus
karyawan untuk meningkatkan kinerjanya di lingkungan kerja khususnya dalam
menerapkan 5R.
BAB III
PENUTUP

Dengan disusunnya pedoman 5R ini, diharapkan pelaksanaan kegiatan dan


program dapat berjalan dengan lancer, serta terwujudnya rasa aman, nyaman, bagi
karyawan dan pelanggan UPT Puskesmas Widoropayung.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyatmi,Tri Astuti. Perlu Rekayasa Mutu Fasilitas Kesehatan di Daerah Perbatasan, Terpencil,
dan Kepulauan Melalui 5R.
Konsultan ISO. Budaya Kerja 5S : Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. March 27th, 2012
Navigasi Pos, Team Work. Penerapan Training 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

Anda mungkin juga menyukai