Anda di halaman 1dari 4

PERATURAN MENTERI PERTANIAN/

KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN


NOMOR : 43/Permentan/OT.140/7/2010

TENTANG

PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan ketahanan pangan diperlukan


monitoring situasi pangan melalui Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi serta penanganan kerawanan pangan
diperlukan suatu sistem pengelolaan data dan informasi
tentang situasi pangan dan gizi secara rutin;
c. bahwa atas dasar tersebut di atas maka dipandang perlu
ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang


Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3656);
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor
142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4737);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2006
tentang Dewan Ketahanan Pangan;
7. Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara;
8. Peraturan Presiden No. 84 P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN


SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI.

PENGERTIAN
Pasal 1

1). Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi yang disebut Pedoman SKPG,
merupakan pedoman sistem monitoring yang meliputi serangkaian proses untuk
mengantisipasi kejadian kerawanan pangan dan gizi melalui pengumpulan, pemrosesan,
penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi.
2). Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak, diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman.
3). Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi
pertumbuhan dan kesehatan manusia.
4). Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu atau sekumpulan
individu di suatu wilayah untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup
sehat dan aktif. Kerawanan pangan dapat diartikan juga sebagai kondisi suatu daerah,
masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya
tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan
kesehatan sebagian masyarakat.

RUANG LINGKUP
Pasal 2

1) Kegiatan sistem monitoring SKPG terdiri dari analisis data situasi pangan dan gizi
bulanan, analisis situasi pangan dan gizi tahunan serta penyebaran informasi SKPG.
2) Pedoman SKPG sebagaimana pasal 1, ayat 1, terdiri dari:
a. Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Tingkat Pusat, seperti pada
lampiran 1;
b. Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Tingkat Provinsi, seperti pada
lampiran 2;
c. Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Tingkat Kabupaten/Kota, seperti
pada lampiran 3.
INDIKATOR
Pasal 3

1) Pedoman SKPG sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, ayat 1, dimaksudkan sebagai


acuan bagi aparat pelaksana SKPG di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan data dan informasi yang terkait
dengan:
a. indikator ketersediaan pangan;
b. indikator akses pangan;
c. indikator pemanfaatan pangan;
sebagai dasar untuk menganalisis situasi pangan dan gizi di suatu daerah.
2) Hasil SKPG sebagaimana dimaksud pada ayat 1 digunakan sebagai dasar pelaksanaan:
a. investigasi untuk menentukan tingkat dan kedalaman kejadian kerawanan pangan
dan gizi di lapangan;
b. intervensi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan masyarakat.

PENGORGANISASIAN
Pasal 4

1) Dalam melaksanakan SKPG, pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah


kabupaten/kota membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Pangan dan Gizi yang berada di
bawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan.
2) Tugas umum Pokja Pangan dan Gizi yaitu :
a. menyiapkan bahan perumusan kebijakan dan intervensi penanganan rawan pangan
dan gizi;
b. menggalang kerja sama dengan berbagai institusi termasuk kalangan swasta serta
lembaga swadaya masyarakat dalam implementasi rencana tindak lanjut dan
intervensi penanggulangan kerawanan pangan dan gizi.
3) Secara khusus tugas Pokja Pangan dan Gizi adalah:
a. melakukan pertemuan-pertemuan koordinasi regular bulanan dan tahunan atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan untuk membahas hasil-hasil pengumpulan SKPG
dan informasi relevan lainnya;
b. menyusun peringkat situasi pangan dan gizi berdasarkan laporan SKPG;
c. menyiapkan bahan dan menyusun laporan situasi pangan dan gizi tiga bulanan dan
tahunan;
d. melaporkan hasil analisa tiga bulanan, tahunan dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan kepada Ketua Dewan Ketahanan Pangan;
e. melakukan investigasi kedalaman masalah pangan dan gizi berdasarkan hasil
analisis bulanan serta merumuskan langkah-langkah intervensi.

PELAPORAN
Pasal 5

1) Pelaporan dilaksanakan sebagai berikut:


a. Hasil analisis SKPG oleh Pokja Pangan dan Gizi provinsi dan kabupaten/kota
dilaporkan kepada pimpinan daerah masing-masing untuk penentuan langkah-
langkah intervensi dan untuk perumusan kebijakan program pada tahun
berikutnya;
b. Pokja Pangan dan Gizi kabupaten/kota dilaporkan ke unit kerja Ketahanan
Pangan/Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan tingkat provinsi;
c. Laporan SKPG kabupaten/kota menjadi dasar untuk menyusun informasi
tentang situasi pangan dan gizi di tingkat provinsi oleh Unit Kerja Ketahanan
Pangan/Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Provinsi, dan selanjutnya
dilaporkan ke Badan Ketahanan Pangan/Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan.

PEMBIAYAAN
Pasal 6

Biaya yang diperlukan sebagai akibat dikeluarkannya peraturan ini dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7

1) Dalam pelaksanaan peraturan ini, peraturan yang sudah ada tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan keputusan ini.
2) Peraturan ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Juli 2010

MENTERI PERTANIAN/
KETUA HARIAN DEWAN
KETAHANAN PANGAN,

SUSWONO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 6 Agustus 2010

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 383

Anda mungkin juga menyukai