Anda di halaman 1dari 7

Vol. 8 No.

2 September 2018

ANALISIS STRUKTUR INTRINSIK CERPEN LUH BULAN


KARYA IBW WIDIASA KENITEN

Oleh :
I Gede Merta Wiguna, I Wayan Mandra, I Made Dian Saputra
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
E-mail: gedemrtha@gmail.com, mandraihdn@gmail.com, dektonk85@yahoo.com

Diterima 21 Juni 2018, direvisi 3 Juli 2018, diterbitkan 31 Agustus 2018

Abstract

Cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi yang masih berkembang hingga saat ini.
Cerpen itu dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik dimana unsur intrinsik tersebut meliputi
tema, alur, insiden, tokoh dan penokohan, lattar/setting, dan amanat, sedangkan unsur ekstrinsik
berupa nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen tersebut. Sebagian orang hanya menikmati
cerpen dengan membacanya, tanpa pernah ingin mengetahui lebih jauh unsur yang membangun
karya sastra tersebut. Maka dari itu sangatlah penting untuk menganalisis unsur intrinsik yang
membangun cerpen itu sendiri.

Keywords: cerpen, unsur intrinsik


A. PENDAHULUAN pengarang serta refleksinya terhadap gejala-
Karya sastra merupakan hasil kreatif dari gejala sosial yang ada di sekitarnya.
imajinasi yang merepresentasi dari kehidupan Karya sastra yang berkembang di
nyata. Sebagaimana dalam Nurhayati (2008: masyarakat Bali sangat banyak ragam dan
1) Pradopo berpendapat bahwa karya sastra bentuknya, mulai dari sastra lisan dan tulisan.
merupakan gambaran hasil rekaan seseorang Sastra Bali terangkum dalam kesusastraan Bali.
dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai Kesusastraan berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu
oleh sikap, latar belakang, dan keyakinan sastra. Su yang berarti baik. Sastra berasal dari
pengarang. Karya sastra lahir di tengah- suku kata sas dan tra, Sas artinya mengukur, Tra
tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi artinya alat. Jadi sastra berarti alat mengukur

132 Vol. 8 No. 2 September 2018


(ilmu pengetahuan). Susastra berarti ilmu kesuastraan Bali Tradisional dimana fungsi dari
ilmu pengetahuan yang baik. Sehingga kesuastraan Bali Tradisional merupakan warisan
kesusastraan Bali adalah kumpulan karya tulis para leluhur secara turun-temurun yang kegunaan
yang baik, bermutu dan indah yang ditulis dan fungsinya juga sebagai pendukung kegiatan
oleh para pengawi menggunakan perasaan upacara Agama Hindu di Bali.
ataupun intuisi. Dalam membaca sebuah cerpen, untuk
Karya sastra yang diciptakan oleh para sebagian besar orang hanya ingin menikmati
sastrawan adalah untuk dinikmati, dipahami cerita yang disuguhkan. Mereka hanya akan
dan akhirnya nilai-nilai karya sastra tersebut mendapat kesan secara umum tanpa
dapat kita ambil manfaatnya dan diterapkan memperhatikan unsur-unsur intrinsik dan nilai
dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui pendidikan yang terkandung didalamnya. Untuk
bahasa, karya sastra dapat berwujud berupa dapat mengetahui unsur-unsur tersebut maka
sastra lisan maupun tulisan. Tidak hanya itu terlebih dahulu harus dikaji analisis struktur
yang patut kita sadari bahwa di Bali masih cerpen. Oleh sebab itu dalam tulisan ini, penulis
banyak naskah-naskah yang berbentuk cerita akan mengkaji “Analisis Struktur Cerpen Luh
serta karya-karya sastra lainnya yang masih Bulan Karya IBW Widiasa Keniten” .
tumbuh dan berkembang di kalangan Dalam penyusunan tulisan ini juga
masyarakat Bali. Sastra Bali merupakan memerlukan teori. Teori adalah alur logika atau
cermin kebudayaan daerah yang dipengaruhi penalaran yang merupakan seperangkat konsep,
oleh pola kehidupan masyarakat yang definisi, dan preposisi yang disusun secara
berdasarkan adat istiadat. sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga
Kesusastraan Bali jika dilihat dari fungsi yaitu menjelaskan, meramalkan, dan
zamannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengendalian suatu gejala (Sugiyono, 2009:811).
Kesusastraan Bali Purwa dan Kesusastraan Jadi teori adalah seperangkat konsep, definisi,
Bali modern. Kesusastraan Bali purwa dan preposisi yang disusun secara sistematis serta
merupakan kesusastraan yang diwariskan teruji kebenarannya. Namun teori yang
oleh para leluhur secara turun temurun, yang digunakan oleh penulis yaitu teori struktur. Teori
di dalamnya terkandung nilai-nilai struktur yang dikemukakan oleh Teew,
pendidikan, sosioreligius dan lain sebagainya prinsipnya jelas analisis structural, bertujuan
yang berupa tembang, gancaran, dan untuk membedah dan memaparkan secermat,
palawakya. Sedangkan yang termasuk seteliti, mendetail, dan mendalam mungkin
kessastraan Bali modern adalah kesusastraan keterkaitan dan keterjalinan semua anasir aspek
Bali yang telah mendapat pengaruh dari karya sastra yang secara bersama-sama
kesusastraan nasional yaitu kesusastraan menghasilkan makna menyeluruh (Teew,
Indonesia, yang terdiri dari satua bawak 1988:135) Dalam penyusunan tulisan ini teori
(cerpen), satua dawa (novel) puisi Bali anyar, struktural digunakan untuk mengetahui struktur
lelampahan atau drama II (Tinggen, 1982 : intrinsik yang membangun cerpen Luh Bulan.
14) Dengan menggunakan teori ini penulis bertujuan
Kesusastraan Bali modern untuk mengkaji secara mendalam dan
keberadaannya masih belum dikenal secara memaparkan mengenai struktur intrinsik yang
luas oleh masyarakat Bali. Ini dikarenakan membangun cerpen tersebut.
usia kesuastraan Bali modern masih relative Dalam penyusunan makalah ini diperlukan
muda. Selain itu fungsi dari kesuastraan Bali metode penulisan. Dalam buku Metodelogi
modern kegunaannya dalam masyarakat juga Pendidikan, Sugiyono (2009:3) metodelogi
sangat kurang dibandingkan dengan penelitian didefinisikan sebagai cara ilmiah

133 Vol. 8 No. 2 September 2018


untuk mendapatkan dan dengan tujuan dan Analisis Struktur Intrinsik Cerpen Luh Bulan
kegunaan tertentu. Dalam penyusunan
makalah ini penulis menggunakan metode 1. Tema
kepustakaan. Menurut M. Nazir dalam Tarigan (1984:125) mengataan tema
bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’ merupakan ide pokok sebuah cerita dan
mengemukakan bahwa yang dimaksud merupakan hal terpenting di dalam satu cipta
dengan Studi kepustakaan adalah sastra sebagai tujuan yang ingin disampaikan
teknik pengumpulan data dengan pengarang kepada pembaca lewat karyanya.
mengadakan studi penelaahan terhadap buku- Tema merupakan satu gagasan sentral yang
buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan menjadi dasar dan menjadi tujuan atau amanat
laporan-laporan yang ada hubungannya yang ingin dicapai oleh pengarang.
dengan masalah yang Dalam cerpen ini tema yang diangkat adalah
dipecahkan.”(Nazir,1988: 111) penyesalan. Hal itu dapat dilihat pada tokoh
utama yang mengalami masalah yang sangat
B. PEMBAHASAN berat dan mengalami penyesalan yang sangat
mendalam.
Sinopsis Cerpen Kutipan :
“Suud ngadep awak tiange. Ia lantas nyuudin
Luh Bulan merupakan seorang gadis tiang. Prajani ngorahang med ajak tiang. Kenken
muda. Kegiatan yang dilakukan setiap hari kaden sakit keneh tiange nyelsel awak. Nyelsel ane
yaitu memandangi bulan setiap malam dan tusing mragatang apa-apa. Reraman tiange suba
duduk di atas batu. Dimana batu tersebut inguh gati. Kadena tiang lakar nuba awak. Nanging
merupakan milik anjing kesayangannya. Luh tiang ajanian enu inget teken awak. Tusing ada
keneh megat urip baan pajalan ane tusing beneh.
Bulan merupakan gadis yang dirundung
Depang suba tiang jele. Mirib suba pajalan urip
penyesalan yang begitu besar dalam dirinya.
tiange kakene.
Dahulu ketika dia berpacaran, sang kekasih
Dalam paragraf diatas dapat dilihat bahwa Luh
tega menjual Luh Bulan kepada temannya. Bulan sangat menyesalkan dirinya yang telah
Pada kesempatan pertama Luh Bulan berhasil berbuat seperti itu. Memberikan hal yang paling
lolos dari tindakan pemerkosaan tersebut. berharga dalam dirinya kepada orang lain.”
Namun karena sang kekasih mengancam akan (paragraf 7)
membunuh dirinya, maka dia mau mengikuti
kata sang kekasih untuk tidur bersama laki- 2. Tokoh dan Penokohan
laki yang membayar Luh Bulan. Namun Tokoh penokohan merupakan dua unsure
setelah hal itu terjadi sang kekasih dengan yang berbeda namun keduanya mempunyai
teganya mengakhiri hubungannya dengan hubungan yang sangat erat dan tidak dapat
Luh Bulan. dipaksakan. Grimes (dalam Sudjiman 1992:16)
Lama kelamaan akhirnya Luh Bulan mengatakan bahwa, tokoh adalah individu rekaan
dikatakan gila oleh orang-orang disekitarnya. dalam sebuah cipta sastra yang mengenai
Lalu akhirnya dia diperiksa ke psikiater. peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai
Setelah datang dari psikiater lalu dia mulai peristiwa cerita. Suyitno (2009:91), penokhan
berani untuk mengungkapkan sesuatu, adalah proses penampilan tokoh sebagai
dimana Luh Bulan mampu melihat hal-hal pembawa peran watak dalam pementasan lakon.
yang akan terjadi dan mampu mengetahui - Tokoh Utama
siapa yang akan meninggal dunia. 1. Luh Bulan
 Penyayang.

134 Vol. 8 No. 2 September 2018


Dalam kutipan : ‘Kuluk ane sanget Alur ini memiliki bagian-bagian yang secara
sayangang tiang. Adanin tiang ia I sederhana dapat dilihat sebagai permulaan,
Badengan. Tiang tetep mandusang. pertikaian, perumitan, puncak, peleraian, dan
Baangin tiang amah-amahan ane luungan akhir. Peristiwa-peristiwa di dalam cerpen
abedik. Beliang tiang pupur kuluk apang tentulah terjadi pada sewaktu-waktu di dalam
tusing aas bulune. Apang tusing mebo. rentang waktu tertentu dan pada satu tempat
Sabilang Redite pandusang tiang.’ tertentu secara sederhana dapat dikatakan bahwa
 Suka menyesal. segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
Dalam kutipan : ‘Ia lantas nyuudin tiang. berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana
Prajani ngorahang med ajak tiang. Kenken terjadinya peristiwa dalam satu karya sastra
kaden sakit keneh tiange nyelsel awak. Nyelsel membangun latar cerita (Sudjiman, 1992 : 44)
ane tusing mragatang apa-apa.’
Alur yang digunakan dalam cerpen Luh
- Tokoh Sekunder
Bulan adalah alur campuran yaitu pada awal
1. Bapak
cerita menceritakan kehidupan Luh Bulan saat
 Penyayang.
itu, namun di pertengahan kemudian flashback
Dalam kutipan: “Masrantaban reraman
tentang kejadian yang dialami Luh Bulan
tiange ka natahe. Ulap-Ulap.
beberapa waktu lampau, dan di akhir cerita
“Luuuuhhhhhhh! Luuuuuuuuuuuhhhhh!
kembali menggunakan alur maju dimana
Luuuuuuuhhhhhh! Tuuuuuuuuuunn! Bapa
tresna teken Luh”. menceritakan kehidupan Luh Bulan setelah
2. Ibu mengalami kejadian tersebut.
 Penyayang.  Ekspotition : Dalam cerpen ini penulis
Dalam kutipan: Meme Bulan memperkenalkan Tokoh Luh Bulan dan
makenyem.”Tusing dadi keto. Yen pelih kegiatan yang dia lakukan setiap harinya.
nyandang benahin. Nyen nyidayang luung Kutipan : “Galang bulan, tiang mabalih bulan.
sesai? Nanging yen meme ngerengin luh, Telektekang tiang kanti peteng pisan. Bulane
eda ulakanga gati di keneh. Baan tresnan masi keto. Tusing nyak makisid. Arepina
meme teken luh”. tiang. Misi makenyem. Tiang makesiab. Ia
- Tokoh Komplementer ngomong, “Luh Bulan, mai! Melahang negak!
1. Mantan Pacar Luh Bulan Ajaka ngantih keneh”. (paragraf 1)
 Penghianat.  Complication : Dalam tahap complication
Dalam kutipan : “Ane sanget sebetang penulis mulai menceritakan masalah yang
tiang adepa teken gegelan tiange” dihadapi oleh Luh Bulan. Disini kemudian
2. Anjing Luh Bulan ( I Badengan) terlihat alur mundur karena penulis
 Soleh. flashback tentang masalah yang dihadapi
Dalam kutipan “‘Kuluk tiange mula soleh Luh Bulan. Dimana Luh Bulan mengalami
pisan. Tusing bisa ngongkong. Pragat sakit hati yang sangat mendalam terhadap
nyalung. Yen suba ia nyalung. Makejang laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya,
jejeh. Ciri suba lakar ada ane mati.’ yang telah tega menjual harga dirinya ke
orang lain. Disana Luh Bulan menyesal
3. Alur karena telah mengikuti kata kekasihnya
Menurut Suyitno (2009:49), alur adalah tersebut.
sambung-sinambungnya peristiwa Kutipan : “Ane sanget sebetang tiang adepa
berdasarkan sebab akibat. Alur bukan hanya teken gegelan tiange. Teken anak gede. Yen
mengemukakan apa yang terjadi melainkan sing nyak, tiang lakar matianga. Bandingang
juga menunjukan mengapa hal itu terjadi. mati, tuutang tiang kenehne. Anake gede ento
Antara awal dan akhir inilah terlaksana alur. lega pisan. Uli tiang mara dadi bajang bunga

135 Vol. 8 No. 2 September 2018


suba ia ngintip. Ipidan taen tiang nagih sastra akan dapat dilihat dari adanya alur
perkosana. Aget enggalan teka reraman (Sukada, 1982:21)
tiange. Jani kenkenang tiang makelid. Ia  Insiden 1
kendel gati. Uli pidan di polone suba ada Ketika Luh Bulan sedang duduk sambil
tiang. Mara jani misi.” (paragraf 6) melihat bulan lalu tiba-tiba ibunya datang
dan mengajak Luh Bulan untuk merajut
 Rising Action : Dalam cerpen ini rising kembali perasaan anaknya yang telah
action terdapat ketika Ayah Luh Bulan terluka. Namun tidak bisa karena luka yang
memberitahu Luh Bulan bahwa masih dirasakan Luh Bulan terlalu dalam.
banyak yang menyukainya walaupun Kutipan : …..“Nggih, Me”.Akudang keneh
Luh Bulan sudah tidak perawan lagi. suba kantih tiang. Nanging pepesan tusing
Namun pada saat itu sebelum ayah Luh nyukuh” (paragraf 2)
Bulan selesai berbicara kemudian  Insiden 2
langsung menangis teringat akan Orang tua Luh Bulan sangat khawatir
kejadian yang menimpa anaknya. terhadap perkembangan sikap Luh Bulan
Kutipan : “Enu liu anak muani ane demen saat ini. Ketika Luh Bulan selalu duduk di
ajak luh. Ibi ada anak ngaku teken bapa atas batu. Dia tidak pernah mau menjawab
ngorahang demen ajak luh. Diastun luh pertanyaan yang ditanyakan oleh orang
suba…” Bapan tiange suud mamunyi. tuanya. Sampai pada akirnya dia dikatakan
Enggalan yeh paningalanne nrebes pesu. gila oleh orang-orang sekitar. Hal tersebut
Bareng kenehne sakit gati. Baan solah disebabkan karena pasangan kekasih Luh
tiange ane tusing beneh.” (paragraf 13) Bulan mengakhiri hubungannya.
Kutipan : “Ane sanget inguh ningalin tiang,
 Ending : Ending dari cerita ini sing len reraman tiange. Apa buin tiang jani.
digambarkan ketika Orang Tua tidak bisa Sabilang peteng negak di batune lempeh.
melarang Luh Bulan untuk melihat bulan Sambilang tiang mamunyi sing karoan.
setiap malamnya. Hingga Luh Bulan Makejang nyambat tiang suba buduh. Tusing
dikatakan ngiring pikayunan dan banyak inget teken awak. Apa buin tiang mara pesan
orang datang kesana untuk menceritakan suuding gagelan. Makejang suba nawang.
masalah-masalah yang dihadapinya. Tiang suba cara anak luh jalir. Mai kema
Kutipan : “Reraman tiange tusing bani lemah peteng ngajak gagelan tiange.”
nambakin tiang mabalih bulan. Tusing bani (paragraf 5)
nungkasin munyin tiange. Tiang orahanga  Insiden 3
ngiring pakayunan. Liu anakke teka Saat Luh Bulan menyesal terhadap perbuatan
nuturang keweh kenehne. Liu teka kekasihanya terdahulu. Dimana ia dijual oleh
nuturang sebet kenehne.” (paragraf 20) kekasihnya untuk diajak tidur oleh laki-laki
lain. Betapa sakit hati Luh Bulan terhadap
4. Insiden kejadian tersebut.
Insiden adalah suatu kejadian atau Kutipan : “Suud ngadep awak tiange. Ia lantas
peristiwa yang terjadi dalam suatu cipta sastra nyuudin tiang. Prajani ngorahang med ajak
rekaan atau fiksi baik berupa novel ataupun tiang. Kenken kaden sakit keneh tiange nyelsel
cerpen. Secara kausal, insiden merupakan awak.” (paragraf 7)
suatu kejadian yang menjadi kerangka yang  Insiden 4
membangun atau yang membentuk suatu Saat Luh Bulan duduk kembali di batu
cerita dalam sebuah cipta sastra. Adanya tempat biasa dia melihat bulan. Dimana batu
pembentukan insiden dalam suatu karya tersebut merupakan tempat anjing

136 Vol. 8 No. 2 September 2018


kesayangannya yag bernama I Badengan. 5. Lattar/Setting
Anjingnya sangat ia sayangi dan selalu Peristiwa-peristiwa di dalam cerita tentulah
menemani Luh Bulan. Ketika Luh Bulan terjadi pada sewaktu-waktu atau di dalam rentang
sakit, anjingnya juga ikut sakit. Itu karena waktu tertentu dan pada satu tempat tertentu
anjing Luh Bulan ikut merasakan sakit secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala
hati yang Luh Bulan rasakan. keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
Kutipan : …”Sabilang peteng tiang negak dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya
di batune lempeh di natah tiange. Batune peristiwa dalam satu karya sastra membangun
ento tongos kuluk tiange medem. Kuluk latar cerita (Sidjiman, 1992:44)
ane sanget sayangang tiang. Adanin tiang  Latar waktu
ia I Badengan. Tiang tetep mandusang. 1. Malam hari.
Baangin tiang amah-amahan ane luungan Kutipan : Galang bulan, tiang mabalih bulan.
abedik. Beliang tiang pupur kuluk apang Telektekang tiang kanti peteng pisan.
tusing aas bulune. Apang tusing mebo. 2. Setiap hari Minggu.
Sabilang Redite pandusang tiang. Tusing Kutipan : Sabilang Redite pandusang tiang
masi nyalahang. Ia tresna gati teken tiang.” 3. Setiap hari.
(paragraf 8) Kutipan: Mai kema lemah peteng ngajak
 Insiden 5 gagelan tiange.
Saat ayah Luh Bulan mengatakan ada laki-  Latar Suasana
laki yang menyukai Luh Bulan walaupun ia 1. Penyesalan.
sudah tidak perawan lagi. Namun baru Kutipan : ...” Kenken kaden sakit keneh tiange
sedikit ayahnya bicara, tiba-tiba ayah Luh nyelsel awak. Nyelsel ane tusing mragatang
Bulan langsung menangis. apa-apa”
Kutipan : “Enu liu anak muani ane demen 2. Sedih.
ajak luh. Ibi ada anak ngaku teken bapa Kutipan : …” Enggalan yeh paningalanne
ngorahang demen ajak luh. Diastun luh nrebes pesu”
suba…” Bapan tiange suud mamunyi.
Enggalan yeh paningalanne nrebes pesu.  Latar Tempat
Bareng kenehne sakit gati. Baan solah
1. Di batu lempeh.
tiange ane tusing beneh. (paragraf 13)
Kutipan : “Sabilang peteng negak di batune
 Insiden 6
lempeh”
Ketika Luh Bulan datang dari psikiater.
2. Halaman rumah.
Luh Bulan kembali duduk di batu
Kutipan : “Masrantaban reraman tiange ka
tersebut. Luh Bulan bisa mendengar natahe”
suara dari kejauhan. Luh bulan juga bisa
mengetahui hal-hal yang akan terjadi. 6. Amanat
Kutipan : “Teka uli psikiater. Petenge Amanat merupakan bagian dari keseluruhan
drika buin tiang negak di batune mebalih
dialog dan tindakan pokok cerita. Amanat akan
bulan. Muan tiange sayan putih jani.
selalu berkaitan atau menyentuh hati nurani
Paningalan tiange sayan cedang. Kuping
tiange sayan luung ningeh. Jani, anak
pembaca. Dalam memahami amanat memberikan
mamunyi joh-joh nyidayang dingeh tiang. kesan yang berbeda tergantung dari tiga factor
Apa ane ada di keneh anakke bakat baan yaitu: 1) intuisi dan kepekaan batin dari pembaca,
tiang nyambat. Kanti anak ane lakar mati 2) persepsi pembaca, 3) sikap batin batin
masi tepuk tiang.” (paragraf 17) pembaca yang menunnjukan pandangan
hidupnya. Amanat dapat berupa kata-kata

137 Vol. 8 No. 2 September 2018


mutiara, nasehat Tuhan sebagai petunjuk Cerpen Luh Bulan merupakan cerpen yang
untuk memberikan nasihat (Sukada, 1982 : dikarang oleh pengarang yang sangat terkenal
22) yaitu IBW Widiasa Keniten. Dalam tulisan ini
Amanat yang bisa kita petik dari cerpen Luh
penulis menganalisis unsur intrinsik dari cerpen
Bulan ini yaitu:
1. Ketika kita sudah beranjak dewasa Luh Bulan tersebut
tetaplah menjaga diri kita baik-baik.
Memiliki pasangan merupakan hal yang DAFTAR PUSTAKA
wajar, namun jangan sampai kita
mengorbankan harga diri kita sebagai Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita
perempuan jika pasangan kita meminta Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya
hal-hal yang bukan sepantasnya dia
minta. Suyitno. 2009. Kritik Sastra. Surakarta :
2. Kasih sayang orang tua memang begitu Lembaga Pengembangan
besar terhadap anak-anaknya. Walaupun
anaknya memiliki kesalahan yang amat Pendidikan(LPP)
besar, namun orang tua pasti akan selalu Tarigan, Hendru Guntur. 1984. Prinsip-
memaafkannya.
3. Saling menyayangi sesama makhluk Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa
hidup merupakan hal yang harus kita Sukada, Made. 1987. Eksistensisme Sastra.
lakukan. Denpasar : Lesiba
4. Janganlah terlalu terlarut dalam suatu
masalah yang telah berlalu, karena hal
yang telah terlewat tidak akan dapat kita
kembalikan, mari perbaiki semua dan
jangan melakukan keslahan yang sama
agar tidak menyesal kembali.

C. KESIMPULAN

Cerpen merupakan salah satu karya sastra


yang memaparkan kisah atau cerita mengenai
manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan
pendek dan singkat. Selain itu cerpen juga
sebuah karangan fiktif yang berisi kehidupan
seseorang ataupun kehidupan yang
diceritakan secara ringkas dan singkar yang
berfokus pada satu tokoh saja. Cerpen
dibangun oleh dua unsur yaitu unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan
unsur yang membangun dari dalam cerpen
tersebut meliputi tema, alur, tokoh dan
penokohan, lattar/setting, insiden dan amanat.

138 Vol. 8 No. 2 September 2018

Anda mungkin juga menyukai