BAB I
GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN
Di Susun Oleh :
ArdytaAzalia, Karissa Maria Sangalang, Yohana Winda Tiurma,
Muhammad Chandra Alim
Tabel 1. AngkaKecukupanGizi
GIZI DAUR HIDUP
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur kehidupan
terkait dengan satu set prioritas nutrient yang berbeda. Semua orang sepanjang kehidupan
membutuhkan nutrient yang sama, namun dengan jumlah yang berbeda. Nutrient tertentu
yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung
pada nutrient yang lain, sang dibutuhkan untuk hidup dan sehat.
Kebutuhan akan nutrient berubah sepanjang daur kehidupan, dan ini terkait
dengan pertumbuhan dan perkembangan masing-masing tahap kehidupan.
2. Ibu menyusui
Air susu ibu atau ASI diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi, dan untuk
keberhasilan ini diperlukan dukungan gizi. Tambahan kebutuhan gizi untuk menyusui dapat
diestimasikan dari jumlah dan komposisi asi yang dikeluarkandismping jumlah asi yang
dikeluarkan berbeda npada masing-masing ibu, dan tergantung pada tahap laktasi, komposisi
dari asi sendiri berbeda tergantung dari waktu menyusui (pagi,siang, sore, malam) dan tahap
dari pemeberian ASI: jumlah fat yang ada dalam asi semakin meningkat artinya fat pada asi
yang keluar pada tahap akhir menyusui lebih tinggi daripada waktu pemberian awal
menyusui.
Agar asi dapat dokeluarkan, diperlukan hormone Oxytocin yang disekresi oleh
glandula pituitaria bagian posterior atas rangsangan isapan bayi.Oxytocin ini menyebabkan
jaringan muskuler sekeliling alveoli berkontraksi, yang dengan demikian mendorong air susu
menuju ke ductus penampungan.
2. Anak-Anak
Pertumbuhan yang cepat pada masa bayi diikuti dengan penurunan kecepatan pada
masa anak-anak prasekolah dan anak-anak sekolah.pertambahan berat badan sekitar 1,8 –
2,7 kg per tahun. Pertambahan panjang badan 7,6 cm per tahun hingga pacu tumbuh pada
masa remaja .
Kebutuhan protein berdasarkan pada kegunaannya dalam mempetahankan jaringan,
perubahan posisi tubuh, dan sintesis jaringan baru. Mineral dan vitamin penting untuk
pertubuhan dan pengembangan normal. Intake yang kurang tercermin dari pertumbuhan yang
lambat, mineralisasi tulang yang tidak sempurna, cadangan Fe yang kurang dan anemia.
Pertumbuhan yang melambat dan tidak menentu berdampak pada kebutuhan nutrient.
Pertimbangan pemberian makanan pada anak-anak adalah agar terpenuhi kebutuhan fisik dan
psikososialnya. Gizi pada anak-anak terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan untuk
kesehatan yang positif.
2. Lansia
Gizi yang adekuat, proses penuaan yang sehat dan mempunyai kemandirian daam
berfungsi merupakan hal-hal esensial dari kualitas hidup yang prima.
Dengan bertambahnya umur, lansia cenderung untuk mengurangi aktivitasnya. Dan
dalam usahanya untuk mengurangi berat tubuh agar tidak kelebihan, perlu “energy intake”
diturunkan. Untuk melakukan penurunan intake energy secara aman harus diikuti dengan
makanan yang padat gizi dan perlu perhatian penuh.
Disamping gizi , perlu diperhatikan hal - hal seperti: aktivitas fisik yang teratur, ada
aktivitas sosial, dan menghindari makanan yang merusak, misalnya tembakau, alcohol, kafein
yang berlebihan, dan obat-obatan yang tidak perlu.
Pada umumnya proses menua menyebabkan terjadinya penurunan bertahap fungsi
fisiologis yang normal. Kebutuhan energy menurun, namun protein, vitamin, dan mineral
tidak menurun bahkan dapat meningkatkan sehingga kepadatan nutrient dalam makanan
lansia sangat penting. Banyak perubahan fisiologis dan penyakit kronis yang berkaitan
dengan proses menua dapat dihindarkan atau ditunda melalui gaya hidup sehat.
a. Pengertian DBMP
DBMP adalah suatu daftar yang berisi daftar nama bahan makanan, berat dalam ukuran
rumah tangga (URT), berat dalam gram serta kandungan energi, protein, karbohidrat dan
lemak dari makanan tersebut. Dalam daftar tersebut ada berberapa bahan makanan yang nilai
gizinya sama untuk berat yang berbeda. Bahan makanan dalam DBMP dapat ditukar dengan
bahan makanan yang dengan nilai gizi yang sama. Sehingga kita dapat menukar bahan
makanan dengan bahan makanan dengan nilai gizi yang sama dalam satu satuan penukar.
DBMP dibagi dalam delapan golongan bahan makanan berdasarkan kemiripan kandungan
energi dan zat gizinya. Golongan bahan makanan pada DBMP adalah Golongan I sumber
karbohidrat, golongan II sumber protein hewani, golongan III sumber protein nabati,
golongan IV sayuran, golongan V buah dan gula, golongan VI susu, golongan VII minyak,
golongan VIII makanan tanpa Kalori
KECUKUPAN ENERGI
Fungsi dan Pangan Sumber
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan
kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi
jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang. Pangan sumber
energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan protein. Pangan sumber energi yang
kaya lemak antara lain lemak/gajih dan minyak, buah berlemak (alpokat), biji berminyak (biji
wijen, bunga matahari dan kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air rendah
(kacang tanah dan kacang kedele), dan aneka pangan produk turunnanya. Pangan sumber
energi yang kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, serealia lainnya, umbi-umbian,
tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang, kurma dan lain lain) dan aneka
produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan, telur,
susu dan aneka produk turunannya. (PERMENKES, 2019)
KECUKUPAN PROTEIN
Fungsi dan Pangan sumber
Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan asam amino esensial,
protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak.
Asam amino esensial meliputi Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Cysteine,
Phinilalanine, Tyrosine, Threonine, Tryptophan dan Valine. Pada umumnya empat asam
amino yang sering defisit dalam makanan anak-anak adalah Lysine, Methionine+Cysteine,
Threonine +Tryptophan. (FAO/WHO, 1985). Protein atau asam amino esensial berfungsi
terutama sebagai katalisator, pembawa, pengerak, pengatur, ekpresi genetik, neurotransmitter,
penguat struktur, penguat immunitas dan untuk pertumbuhan Pangan sumber protein hewani
meliputi daging, telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahnya. Pangan sumber protein nabati
maliputi kedele, kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti tempe, tahu, susu kedele. Secara
umum mutu protein hewani lebih baik dibanding protein nabati. Di Indonesia kotribusi energi
dari protein hewani terhadap total energi relatif rendah yaitu 4, yang menurut FAO RAPA
(1989) sebaiknya sekitar 15% dari total energi. (Hardinsyah et al., 2012)
b. Faktor Mempengaruhi dan Dasar Penetapan Kecukupan Protein
Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan, usia (tahap pertumbuhan
dan perkembangan) dan mutu protein dalam pola konsumsi pangannya. Bayi dan anak-naka
yang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat membutuhkan protein
lebih banyak perkilogram berat badannya dibanding orang dewasa.(PERMENKES, 2019)
Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein
Keterangan :
AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)
BB = Berat badan aktual (kg)
Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa dan 1.5 bagi anak dan remaja
Faktor koreksi mutu protein Perempuan hamil = 1.2
Kisaran distribusi energi gizi makro dari pola konsumsi penduduk Indonesia
berdasarkan analisis data Riskesdas 2010 adalah 9-14% energi protein (Tabel 6), 24-36%
energi lemak, dan 54-63% energi karbohidrat. Anjuran kisaran sebaran energi gizi makro
(AMDR) bagi penduduk Indonesia dalam estimasi kecukupan gizi ini adalah 5-15% energi
protein, 25-35% energi lemak, dan 40-60% energi karbohidrat, yang penerapannya
tergantung umur atau tahap pertumbuhan dan perkembangan.
KECUKUPAN LEMAK
Fungsi dan Pangan Sumber
Lemak (lipid) merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang
dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh. Lemak terdiri dari trigliserida,
fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia.
Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan
asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi
menyediakan cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam
lemak esensial. Selain itu juga berfungsi penting dalam metabolisme zat gizi, terutama
penyerapan karoteniod, vitamin A, D, E dan K.(PERMENKES, 2019)
Faktor Mempengaruhi dan Dasar Penetapan Kecukupan
Seperti halnya kecukupan energi, kecukupan lemak seseorang juga dipengaruhi oleh
dipengaruhi oleh ukuran tubuh (terutama berat badan), usia atau tahap pertumbuhan dan
perkembangan dan aktifitas. Pola umumnya secara kuantitas adalah, bila kebutuhan energi
meingkat kebutuhan akan zat gizi makro juga meningkat. Artinya semakin banyak kecukupan
energi semakin banyak pula zat gizi makro, termasuk lemak yang dibutuhkan.
Secara umum pola konsumsi pangan remaja dan dewasa yang baik adalah bila
perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak adalah 50-65% : 10- 20%
: 20-30%. Komposisi ini tentunya dapat bervariasi, tergantung umur, ukuran tubuh, keadaan
fisiologis dan mutu protein makanan yang dikonsumsi. Pada bayi usia < 6 bulan, persentase
energi dari protein sekitar 7% masih baik karena proteinnya berasal dari ASI (ASI ekslusif)
yang mutu proteinnya 100%. (Hardinsyah et al., 2012)
Lemak dikonsumsi dalam bentuk lemak atau minyak yang tampak (seperti gajih,
mentega, margarin, minyak, santan dll) dan minyak yang tidak tampak (terkandung dalam
makanan). Lemak yang tampak dalam bentuk padat cenderung mengandung lebih banyak
asam lemak jenuh. Menurut Simopoulus et al. (2000) proporsi lemak jenuh (saturated fat) dan
asam lemak trans masing-masing maksimal 8% dan 1% dari energi total. Ini berarti bagi
seorang remaja atau dewasa dengan kecukupan energi 2000 Kal, perlu membatasi konsumsi
lemaknya pada 56 g/hari dan lemak jenuh sekitar 18 g/hari. (Hardinsyah et al., 2012)
Tabel 5. Anjuran proporsi energi dari lemak, karbohidrat dan protein menurut kelompok
umur
Kontribusi energi dari lemak sebaiknya sekitar 35% pada anak usia 1-3 tahun, 30%
pada usia 4-18 tahun dan 25% pada orang dewasa.Perbaikan menu dengan komposisi energi
asam lemak ini sangat penting agar upaya pencegahan penyakit kronik degeneratif sedini
mungkin dapat tercapai. Berdasarkan AMDR dihitung angka kecukupan lemak menurut
kelompok umur dan jenis kelamin sbb. (Hardinsyah et al., 2012)
KECUKUPAN KARBOHIDRAT
Fungsi dan Pangan Sumber
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro. Karbohidrat ada yang dapat dicerna
oleh tubuh sehingga menghasilkan glukosa dan energi, dan ada pula karbohidrat yang tidak
dapat dicerna yang berguna sebagai serat makanan. Fungsi utama karbohidrat yang dapat
dicerna bagi manusia adalah untuk menyediakan energi bagi sel, termasuk sel-sel otak yang
kerjanya tergantung pada suplai karbohidrat berupa glukosa. Kekurangan glukosa darah
(hipoglikemia) bisa menyebakan pingsan atau fatal; sementara bila kelebihan glukosa darah
menimbulkan hiperglikemia yang bila berlangsung terus meningkatkan risiko penyakit
diabetes atau kencing manis. Karbodidrat dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah unit gula
(glukosa) yang dikandungnya. Bila mengandung satu unit gula disebut mono sakarida, seperti
glukosa dan fruktosa yang banyak terdapat dalam larutan gula dan buah-buahan. Bila
mengandung dua unit gula disebut disakarida, seperti sucrose (dalam gula meja, buah dan
sayur), lactose (dalam susu) dan maltose (dalam karamel). Bila mengndung 3-10 unit gula
disebut oligosakarida, seperti raffinose and stachyose yang banyak dijumpai dalam kacang-
kacangan. Bila mengandung lebih dari sepuluh unit gula disebut polisakarida seperti kanji
(starch), glikogen dan sellulosa.(PERMENKES, 2019)
Total serat pangan terdiri dari serat pangan fungsional dan serta pangan. Serat pangan
fungsional adalah karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan mempunyai efek manfaat
fisiologis bagi manusia. Serat pangan adalah karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan lignin
yang terdapat dalam tanaman. Serat pangan merupakan komponen polisakarida yang bukan
starch (non-starch polysaccharides) pembentuk struktur tanaman seperti selulosa
hemiselulosa, pektin, gum, lignin dan lain-lain. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim
pencernaan manusia. Serat pangan (dietary fiber) secara fisik terdiri dari serat pangan yang
larut air dan serat pangan yang tidak larut air. (PERMENKES, 2019)
b. Faktor Mempengaruhi dan Dasar Penetapan Kecukupan
Kecukupan energi, kecukupan karbohidrat seseorang dipengaruhi oleh ukuran tubuh
(berat badan), usia atau tahap pertumbuhan dan perkembangan, dan aktifitas fisik. Ukuran
tubuh dalam arti masa otot yang semakin besar dan aktifitas fisik yang semakin tinggi
berimplikasi pada kecukupan karbohidrat yang semakin tinggi. Ada dua pendekatan untuk
menghitung kebutuhan karbogidrat bagi setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Pertama
didasarkan pada cara by difference. Untuk menghitung kecukupan karbohidrat dilakukan by
difference karena kecukupann energi, protein dan lemak sudah diperoleh. Ini artinya
kecukupan karbohidrat dihitung dengan total kecukupan energi dikurangi total energi dari
kecukupan protein dan kecukupan lemak. Perhitungan kecukupan karbohidrat dengan prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
Sejak ditetapkannya AKG dan pembaharuannya secara berkala hingga kini, berbagai
kebijakan dan program telah menggunakan AKG, antara lain perencanaan penyediaan
pangan, penggunaan AKG untuk penetapan garis kemiskinan, penggunaan AKG untuk
penetapan upah minimum, penggunaan AKG untuk penetapan skor Pola Pangan Harapan
(PPH), penggunaan AKG untuk penetapan panduan gizi seimbang, dan penggunaan AKG
untuk Penetapan Acuan Label Gizi (ALG). (PERMENKES, 2019)
MASALAH GIZI YANG SERING TERJADI
Stunting
Keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD di
bawah median panjang atau tinggi badan anak disebut Stunting . Secara global prevalensi
22,9% atau 154,8 juta anak di bawah usia 5 tahun menderita stunting . Masalah stunting
dialami oleh sebagian besar anak di Negara miskin dan berkembang seperti Indonesia.(Indah
Budiastutik & Muhammad Zen Rahfiludin, 2019)
Berdasarkan hasil riset terdahulu dinyatakan bahwah faktor risiko kejadian stunting
adalah berat badan lahir, ASI tidak eksklusif serta pemberian makanan `pendamping ASI
yang tidak optimal. Stunting yang pada masa balita dapat berlanjut dan berisiko tumbuh
pendek pada usia remaja. Anak yang stunting pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek
pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 27 kali untuk tetap pendek sebelum memasuki usia
pubertas; sebaliknya anak yang pertumbuhannya normal pada usia dini dapat mengalami
growth faltering pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 14 kali tumbuh pendek pada usia
prapubertas. Oleh karena itu, intervensi tetap dibutuhkan bahkan setelah melewati 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) untuk mencegah pertumbuhan stunting yang makin meningkat.
(Indah Budiastutik & Muhammad Zen Rahfiludin, 2019)
Kurang Gizi ( Malnutrisi )
Malnutrisi adalah asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan pada seseorang yang
berakibat terjadinya gangguan biologi dari orang tersebut. Secara umum malnutrisi terbagi
atas dua bagian yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi kurang terdiri dari marasmus,
kwashiorkor, serta marasmus-kwashiorkor, sedangkan gizi lebih disebut dengan obesitas.
Malnutrisi yang terjadi pada tahap awal kehidupan dapat meningkatkan risiko infeksi,
morbiditas, dan mortalitas bersamaan dengan penurunan perkembangan mental dan kognitif.
Menurut data dari WHO angka kejadian kekurangan gizi pada anak balita tahun 2014
sebanyak 50 juta anak dan gizi buruk sebanyak 16 juta anak.(Perdana et al., 2020)
Malnutrisi yang terjadi pada tahap awal kehidupan dapat meningkatkan risiko infeksi,
morbiditas, dan mortalitas bersamaan dengan penurunan perkembangan mental dan kognitif.
Malnutrisi pada balita, membawa dampak negatif terhadap perkembangan motorik,
menghambat perkembangan perilaku dan kognitif yang berakibat pada menurunnya prestasi
belajar dan keterampilan sosial. Selain itu, kekurangan gizi selama masa kanak-kanak
menyebabkan konsekuensi jangka panjang yang serius di kemudian hari yang meningkatkan
risiko terserang penyakit atau cacat dan bahkan kematian.(Perdana et al., 2020)
Pada penelitian yang dilakukan di beberapa Puskesmas Wilayah Kecamtan Tamalanrea
pada tanggal 23 Desember 2019 sampai dengan 23 Januari 2020, didapatkan bahwa anak
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, memiliki riwayat penyakit infeksi, memiliki riwayat
berat lahir rendah, memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang
rendah, dan status sosial ekomi yang rendah lebih banyak mengalami malnutrisi. (Perdana et
al., 2020)
Obesitas
Obesitas dapat berdampak pada peningkatan risiko terjadinya penyakit tidak menular
hingga penurunan produktivitas. Obesitas diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Wilayah
perkotaan memiliki beberapa perbedaan dengan wilayah pedesaan dari berbagai aspek,
seperti kegiatan perekonomian maupun gaya hidup yang memungkinkan risiko yang lebih
besar untuk terjadinya obesitas dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Penelitian ini
menggunakan metode systematic review, untuk merangkum hasil penelitian mengenai
obesitas di wilayah perkotaan yang dipublikasikan pada sepuluh tahun terakhir. Determinan
obesitas pada wilayah perkotaan meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
dikelompokkan sebagai perilaku konsumsi dan aktivitas, sikap, serta karakteristik individu.
Faktor eksternal terdiri dari dukungan keluarga dan lingkungan sekitar individu. (Safitri &
Rahayu, 2020)
Obestitas merupakan ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan yang keluar,
ditandai dengan penumpukan lemak dalam jarigan adipose . Obesitas pada usia dewasa
membawa dampak pada kesehatan, dimana kenaikan berat badan dan obesitas menjadi salah
satu faktor resiko untuk meningkatkan kejadian penyakit tidak menular seperti diabetes tipe
2, kanker dan beberapa penyakit kardiovaskular lainnya, bahkan hingga menyebabkan
kematian di usia muda .(Safitri & Rahayu, 2020)
Obesitas diduga terjadi karena multifaktor seperti kurangnya aktivitas fisik, stress,
faktor genetik dan lain sebagainya, Sebagian besar (62%) penderita obesitas di dunia berada
di negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia . Dalam kurun waktu lima tahun
insiden obesitas meningkat dari 10,9% menjadi 22,1%, 4,3% diantaranya memiliki IMT ≥ 40.
(Safitri & Rahayu, 2020)
Kejadian obesitas lebih banyak terjadi di wilayah perkotaan jika dibandingkan dengan
wilayah pedesaan. Hal ini dihubungkan dengan gaya hidup, dimana di wilayah perkotaan
menjadi pusat perkembangan ekonomi sehingga segala fasilitas dan kenyamanan mudah
untuk di dapatkan. Kemudahan tersebut memberikan dampak terhadap penurunan aktivitas
fisik sehingga energi yang masuk lebih besar daripada energi yang dikeluarkan. Selain gaya
hidup, lingkungan juga dapat memberikan pengaruh terhadap obesitas akibat faktor
psikopatologis dan stress. Selain faktor di atas diduga masih terdapat faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kejadian obesitas yang terus meningkat setiap tahun, serta dampak lain
yang timbul akibat obesitas seperti penyakit degeneratif dan dampak sosial. (Safitri &
Rahayu, 2020)
Kurang Vitamin A
Kurang gizi merupakan suatu fenomena yang terkait dengan kemiskinan, sehingga
penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu prasyarat upaya meningkat- kan status gizi
suatu masyarakat. Meski demikian tidak berarti untuk menanggulangi masalah gizi hams
menunggu sampai penanggulangan kemiskinan tuntas. Masalah gizi kurang umumnya
diderita oleh kelompok rawan biologi yakni bayi, anak, ibu hamil dan ibu menyusui dan
kelompok rawan sosial ekonomi yakni masyarakat miskin.(Muliah et al., 2018)
Suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh anak balita umur 6–59 bulan secara
serentak. Untuk bayi umur 6–11 bulan diberikan vitamin A kapsul biru (dosis 100.000 SI)
pada bulan Februari dan Agustus. (Muliah et al., 2018)
Anemia
Anemia adalah suatu kondisi atau keadaan ditandai dengan penurunan kadar
hemoglobin (Hb), hematokrit atau jumlah sel darah merah. Kadar Hb dan sel darah sangat
bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian suatu tempat, serta keadaan
fisiologi tertentu.(Wijayanti & Fitriani, 2019)
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil mengonsumsi suplemen zat
besi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa umur mempunyai hubungan positif bermakna
dengan kepatuhan ibu mengonsumsi suplemen zat besi; pengetahuan mempunyai hubungan
positif bermakna berhubungan dengan kepatuhan ibu mengonsumsi suplemen zat besi;
pendidikan mempunyai hubungan positif bermakna dengan kepatuhan ibu mengonsumsi
suplemen zat besi; status ekonomi mempunyai hubungan positif bermakna dengan kepatuhan
ibu mengonsumsi suplemen zat besi; pekerjaan mempunyai hubungan positif bermakna
dengan kepatuhan ibu mengonsumsi suplemen zat besi; kunjungan ANC mempunyai
hubungan positif bermakna dengan kepatuhan ibu mengonsumsi suplemen zat besi; serta
frekuensi kunjungan ANC merupakan variabel yang paling berhubungan positif bermakna
dengan tingkat kepatuhan ibu mengonsumsi suplemen zat besi.(Wijayanti & Fitriani, 2019)
Gizi seimbang pada ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi makanan ibu
menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan untuk pertumbuhan serta
pekembangan bayinya.Gizi seimbang pada saat menyusui merupakan seuatu yang penting
bagi ibu menyusui karena sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, Oleh karena
itu, pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengauh terhadap status gizi
ibu menyusui dan juga tumbuh kembang bayinya.(PERMENKES 2014, 2014)
Komponen-komponen di dalam ASI diambil dari tubuh ibu sehingga harus digantikan
oleh makan makanan yang cukup pada ibu menyusui tersebut. Oleh karena itu, ibu
menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan
tidak menyusui dan masa kehamilan, tetapi konsumsi pangannya tetap harus
beranekaragam dan jumlah serta poposinya sesuai. (PERMENKES 2014, 2014)
Jika ibu berhasil memenuhi gizi seimbang saat menyusui, maka pertumbuhan bayi juga akan
berhasil dan tubuh ibu bisa menjadi sehat dan kuat serta kualitas dan kuantitas produksi ASI
menjadi baik. (Zahro et al., 2016)
Gizi Lansia
Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Energi yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan energi yang dibutuhkan oleh
orang dewasa karena perbedaan aktifitas fisik yang dilakukan. Selain itu energi juga
dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga sel-sel maupun organ-organ dalam tubuh agar bisa
tetap berfungsi dengan baik walaupun fungsinya tidak sebaik saat masih muda. Oleh karena
itu mengatur pola makan setelah berusia 40 tahun keatas menjadi sangat penting.(Pratiwi,
2015)
Orang yang makan berlebihan cendrung akan mengalami kematian lebih awal. Makanan yang
berlebihan akan memberikan nilai energy yang berlebih pula. Kelebihan energy tersebut akan
disimpan tubuh dalam bentuk timbunan lemak. Untuk lansia , kebutuhan kalori akan menurun
sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun serta 60- 69 tahun.
Kecukupan energi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) pada pria adalah 2200 kalori dan
pada wanita adalah 1850 kalori. Menurut WHO, seseorang yang telah berusia 40 tahun
sebaiknya menurunkan konsumsi energy sebanyak 5% dari kebutuhan sebelumnya, kemudian
pada usia 50 tahun diikurangi lagi sebanyak 5%. Selanjutnya pada usia 60- 70 tahun,
konsumsi energy dikurangi lagi 10%, dan setelah berusia di atas 70 tahun sekali lagi
dikurangi 10% (WHO).(PERMENKES 2014, 2014)
Sebagai salah satu contoh adalah penurunan energi yang terjadi pada lansia. Setiap
bertambahnya usia, terjadi rata-rata penurunan sebesar 12 kal/m2 /jam untuk setiap tahun
antar usia 20-90 tahun. Hal ini terjadi karena berkurangnya jaringan aktif (metabolizing
tissue) seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, jumlah kebutuhan energy untuk
aktifitas pada lansia cendrung lebih menurun dibandingkan kebutuhan energi untuk
metabolism basal. Asupan karbohidrat yang dibutuhkan tubuh berkurang seiring
bertambahnya usia.
c. Protein
Asupan protein total yang dibutuhkan manusia akan menurun sesuai dengan
perubahan usia seseorang. Hal ini berkaitan dengan penurunan fungsi sel-sel tubuh pada
manusia. Akan tetapi pada sumber lain kebutuhan asupan protein cendrung tetap karena
proses regenerasi tubuh akan terus berjalan sesuai laju regenerasi sel yang terjadi. Beberpa
penelitian menemukan bahwa orang yang lebih tua atau semakin tua membutuhkan asupan
proein yang lebih besar untuk memelihara keseimbangan nitrogen. Meskipun demikian,
hubungan penurunan asupan protein dapat berpengaruh besar pada penurunan fungsi sel,
sehingga seringkali terjadi penurunan massa otot, penurunan daya tahan tubuh terhadap
penyakit, dll.Sedangkan kebutuhan protein akan meningkat ketika seorang lansia berada pada
keadaan klinis seperti infeksi berat, demam atau mengalami pembedahan.(Volkert et al.,
2019)
d. Lemak
Kebutuhan tubuh akan lemak tidak terlalu banyak. Lemak hanya diperlukan beberapa
persen saja dari total konsumsi makanan. Dalam mengkonsumsi lemak bukan hanya kuantitas
lemak yang diperhatikan tetapi juga kualitas dan jenis lemak.(Pratiwi, 2015). Kebutuhan
lemak pada usia lanjut harus dibatasi yaitu, sekitar 20% dari total konsumsi energi. Satu gram
lemak menyumbangkan 9 kalori, berarti lebih dari 2 kali lipat di bandingkan sumbangan
kalori dari satu gram karbohidrat dan protein.(PERMENKES 2014, 2014)
e. Cairan
Cairan sangat dibutuhkan manusia karena sebagian besar tubuh manusia itu sendiri
terdiri dari air atau cairan. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang hilang karena
aktivitas, manusi perlu menggantinya, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh. Selain
itu, kekurangan cairan dapat mengakibatkan peningkatan risiko penyakit pada system eksresi.
(Pratiwi, 2015). Asupan air pada lansia harus lebih diperhatikan karena osmoreseptor kurang
sensitif, sehingga mereka sering kali merasa tidak haus. Kecukupan asupan air pada lansia,
meskipun telah dihitung dengan cermat, harus dipantau melalui eksresi urin. Volume minimal
urin sehari adalah setengah liter, jenis minuman sebaiknya air buah, karena selain memasok
cairan, sari buah juga mensuplai vitamin.(Volkert et al., 2019)
Kecantikan dan kesehatan lahir batin merupakan vitalitas hidup yang harus dimiliki
oleh setiap insan, baik wanita maupun pria. Penilaian bentuk dan rupa serta norma-norma
kecantikan berubah sesuai dengan tuntutan zaman, dan dipengaruhi oleh pertumbuhan
teknologi, jenis-jenis kosmetik yang tersedia, peralatan perawatan kecantikan atau teknik
perawatan.Kemudian berkembanglah berbagai kosmetik baru dan peralatan modern, sehingga
memungkinkan perencanaan bermacam-macam teknik perawatan yang lebih canggih.
Kulit yang sehat terlihat sebagai kulit yang optimal secara fisik maupun psikologik.
Secara fisik, terlihat dari warna, konsistensi, kelenturan, struktur bentuk dan besarnya sel-sel
lapisan kulit. Kulit juga merupakan pertanda dari perubahan system tubuh secara umum,
misalnya proses penuaan yang terjadi pada setiap organ ditubuh, maka kulit akan
memberikan tanda paling awal. Proses penuaan adalah proses yang alamiah, namun
adakalanya oleh karena suatu sebab penuaan terjadi lebih cepat dari yang seharusnya, hal ini
disebut penuaan dini. Banyak orang yang mulai melihat kerutan kulit wajah pada usia yang
relative muda, bahkan pada usia awal 20-an . (Aizah, 2016)
Ada banyak jenis vitamin yang dibutuhkan kulit untuk tetap sehat dan cerah. Berikut adalah
jenis vitamin untuk kulit yang harus Anda penuhi setiap hari.
Vitamin E
Manfaat vitamin E sudah sangat dikenal untuk menjaga kesehatan kulit. Yang paling
utama adalah melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar matahari. Vitamin E juga bisa
membantu mengatasi kulit yang kasar dan kering, menjaga kelembutan kulit, serta mencegah
timbulnya bercak gelap dan kerutan pada kulit.(Aizah, 2016)
Menurut AKG dari Kemenkes RI, rata-rata orang dewasa butuh vitamin E sebesar 15 mg per
hari. Biasanya tubuh memproduksi vitamin E melalui sebum, yaitu minyak yang dikeluarkan
melalui pori-pori kulit. Jika jumlahnya seimbang, sebum dapat membantu menjaga kulit dari
kekeringan.
Anda bisa mendapatkan asupannya dengan mengonsumsi makanan kaya vitamin E seperti
bayam, kacang-kacangan, biji bunga matahari, dan minyak zaitun. Vitamin E juga dapat
Anda temukan di dalam berbagai produk perawatan kecantikan.
Anda juga bisa meminum multivitamin atau suplemen vitamin E. Bila perlu, konsultasikan
dahulu kepada dokter sebelum mulai mengonsumsinya.(Lin et al., 2003)
Vitamin A
Vitamin A terkenal bermanfaat untuk menjaga kesehatan mata. Namun, vitamin A
juga baik untuk menjaga kesehatan kulit. Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa
vitamin A punya banyak manfaat untuk kesehatan kulit seperti:(Raflis & Lestari, 2011)
memperbaiki jaringan kulit yang rusak dan memelihara jaringan sehat,
mengurangi kerutan dan garis halus,
mengatasi bercak kusam pada wajah,
menghaluskan kulit, dan
membantu mengendalikan jerawat.
Orang dewasa membutuhkan 600 mikrogram vitamin A setiap harinya. Anda bisa
mendapatkan asupan hariannya melalui beragam jenis makanan seperti ubi jalar, wortel, dan
sayuran berdaun hijau tua.
Vitamin ini juga terdapat pada beberapa produk skincare (perawatan kulit), misalnya
krim wajah atau krim mata. Salah satu turunan vitamin A yang banyak digunakan pada
produk tersebut adalah retinoid.
Retinoid membantu kecepatan tingkat pergantian sel yang nantinya dapat membuat
warna kulit terlihat lebih bersih dan cerah. Retinoid juga termasuk obat jerawat yang efektif
dan dapat memperlambat tanda-tanda penuaan.Namun, berhati-hatilah saat Anda hendak
menggunakan produk yang mengandung retinoid. Pasalnya, zat ini sangat sensitif terhadap
sinar matahari. Oleh karena itu, selalu gunakan tabir surya jika hendak keluar rumah setelah
memakai retinoid pada kulit wajah.(Raflis & Lestari, 2011)
Vitamin B kompleks
Vitamin B kompleks terkandung dalam beragam jenis makanan seperti oatmeal,
beras, telur, dan pisang. Vitamin B kompleks mengandung biotin yang merupakan dasar
pembentuk kuku, kulit, dan sel rambut.Beberapa vitamin B kompleks juga dapat
meningkatkan kesehatan kulit. Sebuah penelitian tahun 2018 menunjukkan bahwa vitamin B
kompleks bisa membantu tubuh memproduksi sel-sel kulit baru yang lebih sehat. Sebaliknya,
kekurangan vitamin B kompleks dapat menyebabkan dermatitis.Vitamin B3 atau niacinamide
banyak digunakan untuk membantu mengurangi munculnya bintik-bintik penuaan dan
perubahan warna kulit. Sementara vitamin B5 atau asam pantotenat membantu mengatasi
jerawat dan penuaan kulit.(Zhen et al., 2019)
Ada berbagai jenis vitamin B dan masing-masing vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang
berbeda, seperti:(goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee & Perdana, 2018)
Vitamin B1: 1 – 1,2 miligram
Vitamin B2: 1,3 – 1,6 miligram
Vitamin B3: 12 – 15 miligram
Vitamin B5: 5 miligram
Vitamin B6: 1,3 – 1,5 miligram
Vitamin B12: 2,4 mikrogram
Di pasaran, banyak suplemen yang mengandung semua kebutuhan vitamin B kompleks hanya
dalam satu butirnya. Anda bisa saja mengonsumsi suplemen-suplemen tersebut.Perlu diingat
bahwa kebutuhan vitamin B kompleks juga tergantung dengan usia dan kondisi kesehatan
masing-masing orang. Jadi, untuk mengetahui kebutuhan dari vitamin B yang Anda
butuhkan, sebaiknya konsultasikan ke dokter.
Vitamin C
Jenis vitamin untuk kulit yang satu ini kerap kali disebut sebagai antioksidan. Ya,
vitamin C tak hanya bisa bikin Anda kebal dari serangan penyakit infeksi, tapi juga baik bagi
kesehatan kulit. Dalam tubuh vitamin inibanyak ditemukan pada epidermis (lapisan kulit
terluar) dan dermis (lapisan kulit dalam).
Vitamin ini juga mengandung kolagen, yang bermanfaat untuk meningkatkan kekenyalan dan
kelembapan kulit dari dalam. Itu sebabnya vitamin C kerap menjadi salah satu bahan utama
dalam produk anti-aging (perawatan kulit anti-penuaan).
Adapun beberapa manfaat vitamin C untuk kulit yakni sebagai berikut.(Pullar et al., 2017)
Mencegah penuaan dini.
Mengurangi kerutan di wajah.
Mencegah dan mengatasi kulit kering.
Membantu menyamarkan noda hitam di kulit.
Melindungi kulit dari sinar matahari berbahaya.
Mengurangi kerusakan sel dan membantu proses penyembuhan luka.
Dalam satu hari, vitamin C yang harus dikonsumsi orang dewasa adalah 90 miligram untuk
laki-laki dan 75 miligram untuk wanita. Selain suplemen, vitamin C bisa ditemukan pada
beragam jenis buah dan sayuran seperti jeruk, paprika, stroberi, kembang kol, dan sayuran
hijau.(Lin et al., 2003)
Vitamin D
Vitamin D tak hanya bagus untuk kekuatan tulang dan gigi, vitamin ini juga
membantu kulit memperbaiki diri dengan merangsang pertumbuhan sel kulit baru. Nutrisi
juga berperan penting untuk meringankan peradangan pada kulit.Peradangan bisa
menyebabkan kulit mengalami iritasi hingga mengalami masalah seperti jerawat dan eksim.
Sebuah penelitian dalam Journal of Dermatological Treatment membuktikan bahwa krim
yang mengandung vitamin D dan E mampu meringankan gejala dermatitis atopik.
(Widyaswari et al., 2016)
Selain dari suplemen dan losion, ada banyak sumber vitamin D alami yang bisa
dikonsumsi. Salah satu sumber yang paling dikenal adalah sinar matahari. Ketika kulit
menyerap sinar matahari, kolesterol dalam tubuh diubah menjadi vitamin D.Nantinya,
vitamin D akan diambil oleh hati dan ginjal dan disebarkan ke seluruh tubuh untuk membantu
pembentukan sel-sel kulit yang sehat.Susu, sereal, salmon, tuna, kuning telur, dan hati sapi
juga termasuk sumber vitamin D yang bagus untuk kesehatan kulit Anda.
Zinc
Zinc dapat menjaga dinding sel tetap stabil saat sel membelah dan tumbuh. Oleh
karenanya, zinc akan membantu kulit untuk lebih cepat sembuh saat terjadi cedera. Selain itu,
zinc juga bisa melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV. Ini karena zinc juga berperan
sebagai antioksidan di dalam tubuh.Ketika tubuh kekurangan zinc, kulit akan terlihat
mengalami ruam gatal mirip dengan eksim. Selain itu, orang yang kekurangan zinc juga akan
mengalami diare, kerontokan, kuku yang tumbuh lebih lambat, hingga munculnya lesi kulit
pada bagian yang terkena tekanan atau gesekan berulang.(Myriam et al., 2006)
Untuk itu, selalu cukupi kebutuhan zinc baik dari suplemen maupun makanan.
Adapun berbagai makanan yang mengandung zinc yaitu tiram, gandum, hati sapi, biji wijen,
daging sapi, udang, kacang merah, dan kacang tanah.(Ardi et al., 2020)
Selenium
Selenium merupakan mineral pembantu antioksidan tertentu untuk melindungi kulit
dari sinar UV. Antioksidan membantu menangkal radikal bebas di dalam tubuh yang bisa
membuat kulit menjadi lebih tua. Bahkan, kekurangan selenium bisa meningkatkan risiko
kanker kulit.(Myriam et al., 2006)
Tak perlu bingung, Anda bisa mengonsumsi berbagai sumber makanan yang mengandung
selenium seperti:(Kusmana, 2017)
ikan tuna sirip kuning,
tiram,
biji bunga matahari,
jamur shitake,
ayam,
telur, dan
ikan sarden.
Namun meski dibutuhkan untuk kesehatan, mengonsumsinya terlalu banyak juga bisa
membahayakan tubuh. Batas konsumsi selenium per hari yaitu sekitar 55
mikrogram.Biasanya seseorang bisa mengalami keracunan selenium ketika mengonsumsi
suplemen dengan dosis yang terlalu tinggi. Berbagai gejala keracunan selenium yaitu:
(Myriam et al., 2006)
rambut rontok,
pusing,
mual,
muntah,
tremor, dan
nyeri otot.
Pada kasus yang parah, keracunan akut bisa menyebabkan masalah usus, saraf, serangan
jantung, gagal ginjal, hingga kematian. Untuk menghindari hal ini, selalu berkonsultasi
terlebih dahulu ke dokter mengenai dosis dan petunjuk minumnya.
BAB III
PENILAIAN STATUS GIZI
Di susun oleh :
Nofya kadir, elvi sukaesih, rizki regina, daniel
2. Klinis
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis yang dapat
digunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan dengan kekurangan
gizi. Gejala dan tanda yang muncul, sering kurang spesifik untuk menggambarkan
kekurangan zat gizi tertentu. Mengukur status gizi dengan melakukan
pemeriksaan bagian-bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala akibat
kekurangan atau kelebihan gizi. Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan dengan
bantuan perabaan, pendengaran,pengetokan, penglihatan, dan lainnya. Misalnya
pemeriksaan pembesaran kelenjar gondok sebagai akibat dari kekurangan iodium.
Pemeriksaa klinis adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya gangguan kesehatan termasuk gangguan gizi yang dialami seseorang.
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya melalui kegiatan
anamnesis, observasi, palpasi, perkusi, dan/atau auskultasi.
a. Anamnesis adalah kegiatan wawancara antara pasien dengan tenaga
kesehatan untuk memperoleh keterangan tentang keluhan dan riwayat
penyakit atau gangguan kesehatan yang dialami seseorang dari awal
sampai munculnya gejala yang dirasakan. Anamnesis dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
1) Auto-anamnesis yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien
karena pasien dianggap mampu tanya jawab.
2) Allo-anamnesis yaitu kegiatan wawancara secara tidak langsung atau
dilakukan wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau orang
yang mengetahui tentang pasien. Allo-anamnesis dilakukan karena
pasien belum dewasa (anakanak yang belum dapat mengemukakan
pendapat terhadap apa yang dirasakan), pasien dalam keadaan tidak
sadar karena berbagai hal, pasien tidak dapat berkomunikasi atau
pasien yang mengalami gangguan jiwa.
b. Observasi/pengamatan adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan pada bagian tubuh tertentu untuk mengetahui
adanya gangguan kekurangan gizi. Misalnya mengamati bagian putih mata
untuk mengetahui anemi, orang yang menderita anemi bagian putih
matanya akan terlihat putih tanpa terlihat arteri yang sedikit kemerahan.
c. Palpasi adalah kegiatan perabaan pada bagian tubuh tertentu untuk
mengetahui adanya kelainan karena kekurangan gizi. Misalnya melakukan
palpasi dengan menggunakan kedua ibu jari pada kelenjar tyroid anak
untuk mengetahui adanya pemerbesaran gondok karena kekurangan
iodium.
d. Perkusi adalah melakukan mengetukkan pada bagian tubuh tertentu untuk
mengetahui reaksi yang terjadi atau suara yang keluar dari bagian tubuh
yang diketuk.
e. Auskultasi adalah mendengarkan suara yang muncul dari bagian tubuh
untuk mengetahui ada tidaknya kelainan tubuh. Contoh Anak yang
menderita odema pada kedua kaki Penggunaan metode klinis untuk
menilai status gizi mempunyai kelebihan dan kelemahan, seperti akan
diuraikan berikut.
Kelebihan metode klinis. Metode klinis untuk menilai status gizi, memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya adalah:
1) Pemeriksaan status gizi dengan metode klinis mudah dilakukan
dan pemeriksaannya dapat dilakukan dengan cepat. Misal
pemeriksaan anak yang odema karena kekurangan protein cukup
memijit bagian kaki yang bengkak
2) Melakukan pemeriksaan status gizi dengan metode klinis tidak
memerlukan alat-alat yang rumit. Misalnya pada pengukuran
pembesaran kelenjar gondok karena kekurangan iodium, cukup
dengan menggunakan jari-jari tangan pengukur.
3) Tempat pemeriksaan klinis dapat dilakukan di mana saja, tidak
memerlukan ruangan yang khusus.
4) Kalau prosedur ukur dilakukan dengan tepat, maka metode klinis
menghasilkan data yang cukup akurat dalam menilai status gizi.
Kelemahan metode klinis Penggunaan metode klinis untuk menilai
status gizi di samping memiliki kelebihan, juga memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut adalah:
1) Pemeriksaan klinis untuk menilai status gizi memerlukan pelatihan
yang khusus. Setiap jenis kekurangan gizi akan menunjukkan
gejala klinis yang berbeda, masing-masing harus dilakukan
pelatihan yang berbeda.
2) Ketepatan hasil ukuran terkadang dapat bersifat subjektif.
Terkadang pengalaman melakukan pemeriksaan mempengaruhi
hasil, semakin lama pengalaman yang dimiliki, maka hasil akan
semakin tepat.
3) Untuk kepastian data status gizi, terkadang diperlukan data
pendukung lain, seperti data pemeriksaan biokimia. Contohnya
untuk memastikan seseorang yang menunjukkan gejala anemi,
perlu didukung data pemeriksaan kadar hemoglobin dari
pemeriksaan biokimia.
4) Seseorang yang menderita gejala klinis kekurangan gizi, biasanya
tingkat defisiensi zat gizi cenderung sudah tinggi. Misalnya
seseorang yang menunjukkan adanya benjolan pada persendian
kaki karena kelebihan kolesterol, maka kelebihan kolesterol dalam
tubuh sudah dalam taraf yang tinggi.
5) Waktu pelaksanaan pengukuran dengan metode klinis, dipengaruhi
oleh lingkungan, seperti bising, anak rewel, tebal kulit/pigmen, dan
pengaruh yang lain. Misalnya sulit dilakukan pemeriksaan klinis
anemi pada orang yang berkulit hitam, karena kulitnya gelap.
3. Biokimia
Biokimia adalah kimia mahluk hidup. Biokimiawan mempelajari molekul dan
reaksi kimia terkatalisis oleh enzim yang berlangsung dalam semua organisme.
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen
selular, seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya.
Saat ini biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim
dan sifat-sifat protein. Saat ini, biokimia metabolisme sel telah banyak dipelajari.
Bidang lain dalam biokimia di antaranya sandi genetik (DNA, RNA), sintesis
protein, angkutan membran sel, dan transduksi sinyal. Pemeriksaan biokimia
dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif
daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain.
Pemeriksaan yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan
berbagai gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urine. Adanya parasit
dapat diketahui melalui pemeriksaan feses, urine, dan darah. Penilaian biokimia
adalah pemeriksaan yang sifatnya langsung untuk menentukan status gizi
seseorang. Dibandingkan dengan penilaian status gizi lain , penilaian biokimia
merupakan cara yang paling obyektif dan bersifat kuantitatif. Selain itu penilaian
secara biokima dapat mendeteksi kelainan status gizi jauh sebelum terjadi
perubahan dalam nilai antropometri serta gejala dan tanda-tanda kelainan klinik.
Beberapa tes pada penilaian biokimia berguna untuk melihat asupan gizi saat
ini, yang dapat dilakukan secara 74 bersama dengan penilaian konsumsi makanan
untuk menilai adekuasi konsumsi makanannya. Penilaian biokimia dibagi dalam
dua kategori yaitu tes statis(Static test) dan tes Fungsional (functional test); ada
juga yang menggunakan istilah tes langsung dan tidak langsung. Tes statis
didasarkan pada penentuan zat gizi atau hasil metabolismenay di dalam darah,
urin atau jaringan tubuh, misalnya pengukuran vitamin A, albumin atau kalsium di
dalam serum.
Meskipun hasilnya Iangsung didapat, namun kelemahannya adalah walaupun
hasil tes menunjukkan nilai zat gizi di dalam jaringan atau cairan yang diambil
sebagai sampel, tetapi hal ini tidak selalu mencerminkan status gizi seseorang
secara keseluruhan, apakah tubuh secara keseluruhan menunjukan gizi kurang,
normal atau lebih. Misalnya status seng dalam darah/serum, dapat dengan mudah
ditentukan, tetapi pengukuran statis yang dilakukan satu kali tersebut tidak
merupakan indikator yang spesifik untuk menentukan status seng tubuh secara
keseluruhan. Tes fungsional dilakukan untuk menetapkan status gizi berdasarkan
pertimbangan bahwa hasil akhir dari kekurangan zat gizi dan kepentingan
biologiknya tidak semat-mata ditentukan oleh kadarnya di dalam darah dan
jaringan, tetapi oleh kegagalan dari satu atau lebih proses fisiologik yang
tergantung pada zat gizi tersebut untuk menunjukkan penampilan yang optimal.
Beberapa contoh tes fungsional adalah tes adaptasi gelap untuk menilai status
vitamin A, dan gangguan status imun/kekebalan yang merupakan akibat dari
kurang energi protein dan kekurangan zat gizi lain.
4. Biofisik
Penilaian status gizi dengan biofisik termasuk penilaian status gizi secara
langsung. Penentuan status gizi dengan biofisik adalah melihat dari kemampuan
fungsi jaringan dan perubahan struktur. Tes kemampuan fungsi jaringan meliputi
kemampuan kerja dan energi exspenditure serta adaptasi sikap.
Tes perubahan struktur dapat dilihat secara klinis maupun tidak dapat dilihat
secara klinis. Perubahan yang dapat dilihat secara klinis seperti 125 pengerasan
kuku, pertumbuhan rambut tidak normal dan menurunnya elastisitas kartilago.
Pemeriksaan yang tidak dapat dilihat secara klinis biasanya dilakukan dengan
pemeriksaan radiologi. Penilaian status gizi secara biofisik sangat mahal,
memerlukan tenaga yang profesional dan dapat diterapkan dalam keadaan
tertentu. Penilaian secara biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu uji
radiologi, tes fungsi fisik dan tes sitologi.
a. Pemeriksaan Radiologi, Tes fungsi Fisik dan Sitologi Pemeriksaan
Radiologi Metode ini umumnya jarang dilakukan di lapangan. Metode ini
dilakukan dengan melihat tandatanda fisik dan keadaan-keadaan tertentu
seperti riketsia, osteomalasia, fluorosis dan beri-beri. Penggunaan metode
ini adalah pada survei yang sifatnya retrospektif dari pengukuran kurang
gizi seperti riketsia dan KEP dini. Osteomalasia Kelainan bentuk dan
merapuhnya tulang khususnya tulang pinggul. Sariawan (bayi)
Menurunnya keadaan tulang, proses pengapuran ( calcification) terutama
pada lutut. Beri-beri Pembesaran jantung. Fluorosis Peningkatan
pengerasan tulang, pengapuran dan perubahan bentuk I tulang belakang.
b. Fungsi Fisik Tujuan utama dari tes biofisik adalah untuk mengukur
perubahan fungsi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.
Beberapa tes yang digunakan adalah ketajaman penglihatan, adaptasi mata
pada suasana gelap, penampilan fisik, koordinasi otot dan Iain-lainnya.
Metode ini tidak praktis digunakan di lapangan. Diantara tes tersebut di
atas, yang paling sering digunakan adalah tes adaptasi yang digunakan
pada suasana gelap. Tes ini untuk mngukur kelainan buta senja yang
diakibatkian kekurangan vitamin A. Metode ini mempunyai kelemahan
diantaranya:
1) Tidak spesifik untuk mengukur kekurangan vitamin A, karena ada
faktor lain yang ikut mempengaruhinya.
2) Sulit dilakukan dan Tidak objektif. Metode ini akan lebih berguna
apabila dilakukan di daerah epidemis kekurangan vitamin A (buta
senja)
c. Tes Sitologi Tes ini digunakan untuk menilai kekurangan energi protein
(KEP) berat, seperti yang disarankan oleh Sguires (1956), pemeriksaan ini
dilakukan dengan melihat noda pada epitel dari mukosa oral. Hasil dari
penelitian pada binatang dan anak kekurangan energi protein (KEP)
menunjukkan bahwa presentase perubahan sel meningkat pada tingkatan
Kekurangan energi protein (KEP) dini.
7. Faktor Ekologi
Malnutrisi rnerupakan rnasalah ekologi sebagai hasil yang sating
mempengaruhi (multiple overlnppiHg) dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi
dan lingkungan budaya. Jadi jumlah rnakanan dan zat-zat gizi yang tersedia
bergantung pada keadaan lingkungan seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan,
transportasi dan tingkat ekonomi dari penduduk. Di samping itu, budaya juga
berpengaruh seperti kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga,
distribusi dan pantangan maka bagi golongan rawan gizi.
Dalam Community Nutrition Level (CNL) equation merupakan persamaan
bukan matematika yang dibentuk untuk melihat faktor-faktor yang berperan dalam
status gizi masyarakat seperti dalam gambar.8.1 terutama kelompok yang rentan
gizi seperti balita, ibu hamil, ibu menyesui dan elderly. Dengan menyadari hal
tersebut di atas, dipandang sangat penting untuk melakukan pengukuran ekologi
yang dapat menyebabkan malnutrisi di masyarakat sebagai dasar untuk
rnelakukan program intervensi. 205
Faktor Ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi Secara
rasional, program yang bersifat preventif sebaiknya diarahkan pada semua faktor
yang terlibat dalam kesehatan masyarakat disuatu daerah tertentu. Faktor ekologi
yang berhubungan dengan penyebab malnu trisi dibagi dalam enam kelompok,
yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi,
produksi pangan, serta kesehatan dan pendidikan.
a. Keadaan Infeksi
Penyakit infeksi dan pertumbuhan yang tercermin dari status gizi, seringkali
dijumpai bersama-sama dan keduanya dapat saling mempengaruhi. Infeksi
dapat disebabkan dan menyebabkan kekurangan gizi. Sebaliknya kekurangan
gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit infeksi .
Scrimshow et.al, (1959) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat
antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka
menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi,
dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi.
Mekanisme patologisnya dapat bermacammacam, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan, yaitu: a. Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya
nafsu makan, menurunnya absorpsi dan kebiasaan mengurangi makan pada
saat sakit. Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat Diare, Mual / muntah
dan Perdarahan terusmenerus. Meningkatnya kebutuhan nutrisi akibat Sakit
(human host) dan Parasit yang terdapat dalam tubuh Kaitan penyakit infeksi
dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu
hubungan sebab akibat.Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi, dan
keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi. Penyakit yang
umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberculosis, campak,
dan batuk rejan (whooping cough). Infeksi juga mempunyai kontribusi
terhadap kekurangan energi, protein dan zat gizi lain karena menurunnya
nafsu makan sehingga tingkat kecukupan gizi menjadi berkurang. Kebutuhan
energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali kebutuhan normal karena
meningkatnya metabolisme basal, semua infeksi meningkatkan kebutuhan
glukosa. Hal ini menyebabkan deplesi otot dan glikogen hati. Infeksi juga
berpengaruh terhadap absorbs dan katabolisme serta mempengaruhi praktek
pemberian makanan selama dan sesudah
b. Konsumsi Makanan
Pengukuran konsumsi makanan penting untuk Mengetahui kenyataan apa
yang dimakan oleh masyarakat dan Berguna untuk mengukur status gizi serta
Menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. Metode
pengukuran konsumsi makanan dibedakan menjadi metode kualitatif dan
metode kuantitatif.
Metode kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi
konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang 207
kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan
tersebut Metode kualitatif antara lain: Metode Frekuensi Makan (Food
Frequenoj, Metode DietnnJ HistonJ, Metode Telepon, Metode Pendaftaran
Makanan (Food List).
Metode Kuantitatif untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi
sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti
Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak
(DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak. Metode kuantitatif antara lain:
Recall 24 Jam, Perkiraan Makanan (Estimated Food Records), Penimbangan
Makanan (Food Weighing), Metode Food Account, Metode Inventaris
(lnventonJ Method), Pencatatan (Household Food Records)
c. Pengaruh Budaya
Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan memungkinkan untuk melihat
berbagai perubahan dan variasi pengetahuan terjadi dalam berbagai perubahan
sosial,budaya dan ekonomi masyarakat, termasuk didalamnya perubahan gaya
hidup atau perilaku jangka panjang sebagai konsekuensi langsung atau tidak
langsung dari perubahan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat. Perubahan
gaya hidup pada gilirannya akan memengaruhi kebiasaan makan,baik secara
kuantitas maupun kualitas.
d. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi mencakup:
1) Data sosial seperti keadaan penduduk suatu masyarakat, keadaan keluarga,
pendidikan, keadaan perumahan. Keadaan sosial ekonomi suatu keluarga
sangat mempengaruhi tercukupi atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder,
serta perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal tersebut tentu
berkaitan erat dengan pendapatan keluarga, jumlah saudara dan pendidikan
orang tua. Selain itu Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah
satu unsur penting yang dapat memengaruhi keadaan gizinya karena dengan
tingkat pendidikan lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang
gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah giz1 timbul karena
ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi 210 yang memadai. Perlu
dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
mereka peroleh.
2) Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan, kekayaan, pengeluaran dan
harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim. Pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan.
Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang
diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula
persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli daging, buah, sayuran dan
beberapa jenis bahan makanan lainnya. Keterbatasan penghasilan keluarga
turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa
penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk
keluarga seharihari, baik kualitas maupun jumlah makanan. Di negara-negara
berkembang, orang dengan status ekonomi rendah akan lebih banyak
membelanjakan pendapatanya untuk makan. Dan bila pendapatanya
bertambah biasanya mereka akan menghabiskan sebagian besar
pendapatannya untuk menambah makanan. Dengan demikian, pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan
3) Produksi Pangan Konsumsi zat gizi yang rendah dalam keluarga juga
dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan
karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
Data yang relevan untuk produksi pangan: a) Penyediaan makanan keluarga
(produksi sendiri, membeli atau barter). Faktor lingkungan memengaruhi
persediaan pangan dan asupan zat-zat gizi. Faktor lingkungan tersebut
meliputi biologi ,sosial, ekonomi, politik dan lingkungan fisik. Kaitan status
gizi dengan faktor penjamu, agens dan lingkungan dapat dilhat pada gambar
dibawah ini: b) Sistem pertanian (alat pertanian, pembuangan air, pupuk,
pengontrolan penyuluhan pertanian) c) Tanah (kepemilikan tanah, luas per
keluarga kecocokan tanah, tanah yang digunakan, jumlah tenaga kerja) d)
Peternakan dan perikanan (jumlah ternak seperti, kambing, bebek) dan alat
penangakap ikan. irigasi, serangga, e) Keuangan (keuangan yang tersedia,
fasilitas untuk kredit 6. Pelayanan Kesehatan Dan Pendidikan Walaupun
pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak merupakan faktor ekologi, tetapi
informasi ini sangat berguna untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa data
penting tentang pelayanan kesehatan/ pendidikan adalah: a) Rumah sakit dan
pusat-pusat kesehatan (Puskesmas), jumlah rumah sakit, tempat tidur, staf. b)
Fasilitas dan pendidikan yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan
gizi/kurikulum). Remaja meliputi organisasi yang ada di lingkungannya.
Orang dewasa meliputi jumlah warga yang buta huruf. Media masa seperti
radio, televisi, dll.
BAB IV
KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN GIZI
Di Susun Oleh :
Ardiyangsah, Desi novitasari, Jusneli, Septiana amelia
Tujuan Komunikasi gizi adalah : untuk mempengaruhi bahkan mengubah suatu perilaku gizi
masyarakat terhadap pola yang lebih sehat sehingga diharapkan dapat menciptakan
mayarakat yang sehat dan lebih baik.
Tujuan komunikasi gizi yaitu :
1) Nutricional Objectives berbeda dalam masyarakat
Tujuan utama program intervensi gizi adalah perbaikan nutrisi kelompok
sasaran yang diukur melalui indikator-indikator diet makanan biokimia,
antropometri, dan biofisik.Seluruh indicator ini menunjukkan status gizi yang
berbeda dalam masyarakat.
2) Educational Objectives
Tujuan khusus program pendidikan gizi adalah untuk memperoleh perubahan
perilaku yang mempengaruhi status gizi.
3) Communication Objectives
Agar program komunikasi berjalan efektif dan dapat mengubah perilaku,
target sasaran harus di fokuskan pada isi pesan (terpapar denga nisi pesan)
sehingga dapat mengingat pesan.
Tujuan akhir dari komunikasi gizi adalah perubahan kebiasaan perilaku yang
mendukung terhadap peningkatan status gizi. Oleh karena itu, dalam perencanaan
komunikasi gizi perlu diketahui kebiasaan-kebiasaan buruk pada masyarakat tersebut. Selain
itu tujuan komunikasi gizi yaitu untuk mempengaruhi bahkan mengubah suatu perilaku gizi
masyarakat terhadap pola yang lebih sehat sehingga diharapkan dapat menciptakan
mayarakat yang sehat dan lebih baik.
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut :
Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan
1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai
dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau
diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan
akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagainya
2. Simbol (isyarat)
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat
dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam
bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka
lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah
sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Media (penghubung)
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi
pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb
4. Mengartikan kode (isyarat)
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima
pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat
dimengerti dan dipahaminya.
5. Penerima pesan Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari
sipengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang
dimaksud oleh pengirim.
6. Balikan (feedback) Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari
penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang
pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap penerima pesan Hal ini
penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah
diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh
penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang
disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang
mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan
itu akan dilaksanakan atau tidak.
Feedback yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan
terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan
perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan
bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan
diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi..
7. Gangguan Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hamper
selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau
menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang
diterimanya. Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau
meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok.
Unsur-unsur dalam proses komunikasi berdasarkan Philip Kotler adalah sebagai berikut :
1. Sander atau Komunikator yaitu orang atau intitusi yang menyampaikan pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang.
2. Enconding atau penyandian yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk
lambang.
3. Message atau pesan yaitu seprangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator.
4. Media yaitu saluran tempat berlalunya pesan dari komunikatro kepada komunikan
5. Decoding atau pengalih sandian yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna
pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6. Receiver atau komunikan yaitu sipenerima pesan dari komunikator.
7. Response atau tanggapan yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima
pesan.
8. Feedback atau umpan balik yaitu tanggapan komunikan yang tersampaikan
/disampaikan kepada komunikator.
9. Noise yaitu gangguan tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi.
2. Lemak
Setelah karbohidrat habis, tubuh akan membakar lemak untuk
memperoleh energi. Lemak ini juga melindungi organ-organ vital, menjadi
insulator (penghantar panas) yang mempertahankan panas tubuh, serta
melarutkan dan membawa vitamin larut lemak.
Lemak idealnya menyumbangkan sekitar 20 – 35% dari total
asupan kalori Anda. Pada orang dengan asupan kalori 2.000 kkal per hari,
jumlah ini setara dengan 400 – 700 kkal. Jumlah ini setara dengan 44,4 –
77,8 gram lemak dari makanan.
3. Protein
Protein merupakan zat gizi makro yang menyusun berbagai
jaringan tubuh. Anda juga membutuhkan zat gizi ini untuk menjalankan
metabolisme tubuh, menghasilkan hormon dan enzim, serta menjaga
keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh.
Kebutuhan protein harian berbeda-beda menurut usia, jenis
kelamin, dan tingkat aktivitas fisik. Menurut Angka Kecukupan Gizi
(AKG), kebutuhan untuk masyarakat Indonesia berkisar antara 56 – 59
gram untuk perempuan dan 62 – 66 gram untuk laki-laki.
1) Vitamin A
Dalam kaitannya dengan fungsi imunitas vitamin yang menarik
perhatian dan yang sering menjadi fokus penelitian adalah vitamin A,
vitamin E, vitamin C, dan kelompok vitamin B. Di antara vitamin tersebut,
vitamin A adalah yang paling luas diteliti.Vitamin A mempunyai peranan
penting didalam pemeliharaan sel epitel. Sel epitel merupakan salah satu
jaringan tubuh yang terlibat didalam fungsi imunitas non-spesifik.
Imunitas non-spesifik melibatkan pertahanan fisik seperti kulit, selaput
lendir, silia saluran nafas. Kita tahu bersama bahwa virus novel corona ini
atau Covid-19 ini akan membahayakan kesehatan manusia bila sudah
berada dalam saluran pernafasan. Jika vitamin A cukup, maka pertahanan
dan kesehatan saluran nafas juga menjadi optimal. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa anak-anak kekurangan vitamin A beresiko
menderita penyakit saluran pernafasan dan mengalami keparahan penyakit
diare. Vitamin A secara luas berperan pada fungsi imunitas. Vitamin A
sangat penting untuk memelihara integritas epitel, termasuk epitel usus.
Hal ini berkaitan dengan hambatan fisik terhadap patogen dan imunitas
mukosal.Beberapa sumber Vitamin A yang banyak kita jumpai adalah
semua sayuran berwarna seperti wortel, bayam, kangkung, labu kuning,
cabe merah. Vitamin A yang mudah diserap banyak terdapat pada kuning
telur, mentega, hati ayam dan minyak ikan. Vitamin A tidak hanya
berfungsi sebagai penjaga kesehatan mata, namun juga sebagai tentara
untuk menjaga daya tahan tubuh kita.
2) Vitamin B kompleks
Vitamin B kompleks adalah vitamin B yang terdiri dari delapan
jenis yaitu B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niacin), B5 (pantothenic
acid), B6 (pyridoxine), B7 (biotin), B9 (folic acid) dan B12
(cobalamin). Setiap jenis vitamin B bermanfaat untuk mendukung
kinerja tubuh kita. Vitamin B memiliki peran masing-masing dalam
fungsinya dalam metabolisme tubuh sehingga secara tidak langsung
mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Yang paling sering memiliki
kontribusi besar dalam imunitas adalah B3, B6 dan B9 serta B12
Vitamin B kompleks sangat dibutuhkan oleh ibu hamil selama
kehamilannya.
a. Vitamin B1 (Thiamine) memiliki fungsi untuk meningkatkan
energi. Vitamin ini mendorong sel tubuh agar memproduksi
energi. Selain itu, manfaat lainnya adalah untuk kesehatan
jantung dan metabolisme karbohidrat.
b. Vitamin B2 (Riboflavin) dipercaya sangat berguna mampu
melindungi tubuh dari sejumlah penyakit berbahaya seperti
kanker atau katarak.
c. Vitamin B3 (Niacin) bermanfaat untuk menurunkan kadar
kolesterol, mengurangi depresi dan mengatasi masalah sendi.
d. Vitamin B5 (Asam Panthothenate) berkhasiat untuk mengatasi
kelelahan, meningkatkan sistem saraf dan metabolisme, serta
mengurangi alergi.
e. Vitamin B6 (Pyridoxine) bertugas untuk membantu produksi sel
darah merah. Selain itu juga dapat meringankan gejala darah
tinggi.
f. Vitamin B7 (Biotin) merupakan vitamin yang berperan dalam
pelepasan energi dari karbohidrat. Vitamin ini juga berperan
dalam pertumbuhan rambut dan kuku.
g. Vitamin B9 (Asam Folat) berperan penting membentuk
hemoglobin, perkembangan janin dan mengobati anemia.
Vitamin B3 banyak terdapat pada susu, telur, ikan, kacang-
kacangan dan daging. Sedangkan vitamin B12 sangat membantu
kesehatan saluran pencernaan dan sistem imunitas. Vitamin B6 ada
terdapat pada ikan, ayam, hati ayam, salmon, pisang, kentang, daging
sapi, nasi dan beras yang sedikit berwarna coklat. Vitamin B12 banyak
terdapat pada susu, telur, keju, ikan makarel, daging, kuning telur dan
tempe.
3) Vitamin C
Vitamin C dikenal sebagai antioksidan yang membantu
menetralisir radikal bebas. Vitamin C sebagai antioksidan karena
kemampuannya dalam mereduksi beberapa reaksi kimia, salah satunya
vitamin C mampu mereduksi spesies oksigen reaktif (SOR). Vitamin C
juga mempunyai peran sebagai donor elektron. Kemampuan vitamin C
sebagai donor elektron membuat vitamin C menjadi sangat efektif
sebagai antioksidan karena vitamin C dapat dengan cepat memutus
rantai reaksi SOR (Spesies Oksigen Reaktif) dan SNR (Spesies
Nitrogen Reaktif).Peran vitamin C di dalam sistem imun terkait erat
dengan peran vitamin C sebagai antioksidan. Oleh karena vitamin C
mudah mendonorkan elektronnya ke radikal bebas maka sel-sel
termasuk sel imun terlindung dari kerusakan yang disebabkan oleh
radikal bebas. Sumber vitamin C banyak terdapat pada sayuran dan
buah terutama adalah pada jambu biji, pepaya, brokoli, cabe merah,
strawberry, lemon, jeruk dan kiwi.
4) Vitamin E
Vitamin E sering disebut sebagai vitamin antioksidan. Hal ini
dikarenakan perannya untuk menangkal radikal bebas. Karena
kemampuannya menahan tekanan radikal oksidatif ini pula vitamin E
disebut sebagai vitamin antipenuaan.
Selain sebagai antioksidan, vitamin E juga dikenal sebagai zat gizi
penting untuk pencegahan penyakit infeksi. Penelitian pada berbagai
jenis hewan coba mengindikasikan bahwa vitamin antioksidan
berkaitan dengan peningkatan fungsi imunitas (Bendich, 1990 dalam
Pallast et al., 1999). Sumber vitamin E ada terdapat pada minyak
bunga matahari, minyak wijen, minyak kelapa sawit, minyak kacang
kedelai, minyak zaitun, minyak kacang tanah.
b. Mineral
Ada berbagai fungsi mineral bagi tubuh, di antaranya menjaga kesehatan
tulang, otot, otak, dan jantung. Tubuh juga menggunakan mineral untuk membentuk
enzim, hormon, dan beberapa bahan penting lainnya.
Seperti halnya vitamin, Anda dapat memenuhi kebutuhan mineral sehari-hari
dengan mengacu tabel Angka Kecukupan Gizi. Secara umum, di bawah ini sebagian
contoh mineral yang penting dan fungsinya masing-masing.
Kalsium: membantu membentuk serta menjaga kekuatan tulang dan gigi.
Kalium: menjaga fungsi normal otot dan sistem saraf.
Natrium: menjaga keseimbangan cairan dan fungsi saraf.
Zat besi: membantu membentuk hemoglobin, protein pembawa oksigen pada
sel darah merah.
Zinc: membantu fungsi sistem imun, saraf, dan reproduksi.
a) Mineral Selenium
Selenium (Se) adalah suatu zat gizi mikro (trace element) yang
sangat esensial pada sejumlah protein yang berkaitan dengan fungsi enzim,
termasuk glutation peroksidase, glutation reduktase, dan tioredoksin
reduktase. Selenoprotein (ikatan antara Se dan protein) dipercaya
memainkan peran penting sebagai enzim antioksidan (selenosistein) (Beck,
2001). Selenium berperan penting dalam fungsi imunitas. Selenium
mempengaruhi baik sistem imunitas bawaan (innate), nonadaptif, dan
buatan (aquired). Selain itu, Se mempengaruhi fungsi neutrofil (Arthur,
2003).
b) Mineral Zin
Mikromineral lain yang tak kalah pentingnya pada fungsi imunitas
adalah seng (Zn). Asupan zinc merupakan faktor penting pada modulasi
respons imunitas berperantara sel. Kekurangan zinc berdampak pada
penurunan respons pembentukan antibodi dalam limfa (Chandra and Au,
1980). Kekurangan zinc juga berkaitan dengan respons imunitas yang
diindikasikan oleh kuantitas limposit dalam darah perifer, proliferasi T-
lymphocyte, pelepasan IL-2, atau citotoksik limposit (Keen and Gerswhin,
1990).
Suplemetasi zinc pada orang usia lanjut yang kekurangan seng dapat
memperbaiki respons imunitas (Lesourd, 1997). Suplementasi zinc
bersama-sama dengan mikromineral lain (selenium dan kuprum) juga
menurunkan infeksi bronchopneumonia dan mempersingkat waktu rawat
pasien yang menderita luka bakar (Berger et al., 1998).
Beberapa bahan makanan yang kaya zinc adalah kerang-kerangan, daging
merah, kacang kacangan, produk susu seperti yogurt dan keju, telur, biji-
bijian utuh seperti kuaci, kacang kemiri, kentang dan cokelat hitam.
c) Mineral Fe
Seperti kita ketahui bahwa zat besi sangat berperan dalam sintesa
hemoglobin dan terkait erat dengan masalah anemia. Peranan zat besi
berhubungan dengan kemampuannya dalam reaksi oksidasi dan reduksi,
zat besi merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mampu berinteraksi
dengan oksigen. Sebagian besar zat besi berada dalam hemoglobin,
hemoglobin didalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbon dioksida dari seluruh sel ke
paru-paru untuk dikeluarkan tubuh, selain itu zat besi juga berperan dalam
imunitas dan pembentukan sel-sel limfosit. Disamping itu dua protein
pengikat besi yaitu transferin dan laktoferin dapat mencegah terjadinya
infeksi dengan cara memisahkan besi dari mikroorganisme, karena besi
diperlukan oleh mikroorganisme untuk berkembang biak. Beberapa bahan
makanan yang kaya akan zat besi adalah daging merah, kuning telur,
kacang-kacangan, bayam, hati, ikan dan tiram.
MENGENAL IMMUNITAS
Sistem Imun
Sistemimun(immunesystem) atausistem kekebalan tubuhadalah kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi, meniadakan kerja toksin dan faktor virulen lainnya
yang bersifat antigenikdanimunogenik.Imunitas dapat diartikan sebagai pertahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi. Pertahanan tubuh (imun) ini memiliki dua sistem,
yaitu sistem pertahanan tubuh bawaan (innate immune system) yang bersifat
nonspesifik dan sistem pertahanan tubuh adaptif (adaptive immune system) yang lebih
spesifik.(Ernawati, 2013)
1. Sistem imun bawaan (innate immune system) atau sistem imun
nonspesifik
Secara alami, manusia telah dianugerahi sistem pertahanan tubuh untuk
melawan penyakit sejak dilahirkan. Sistem tersebut dikenal dengan sistem
pertahanan tubuh bawaan (innate immune system). Sistem imunitas bawaan ini
berada di garis depan (front liner) perlawanan terhadap penyakit dan reaksinya
sangat cepat (dalam hitungan menit). Pertahanan tubuh bawaan sejak lahir ini
disebut nonspesifik karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu
tetapi memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi
tubuh. Setiap benda asing yang memasuki tubuh pertama kali akan dihadapi
oleh mekanisme pertahanan nonspesifik. Mekanisme ini memiliki dua garis
pertahanan yaitu :
Garis pertahanan pertama oleh bagian eksternal (terluar) tubuh seperti
kulit, membran mukosa dan zat kimia antimikroba.
Garis pertahanan kedua terjadi di bagian dalam tubuh berupa
fagositosis oleh sel fagosit, reaksi inflamasi dan interferon. (Nur
Aidah, 2020)
Sistem imunitas bawaan memiliki empat komponen yang akan bekerja saat ada
serangan patogen, yaitu :
1. Pembatas alami (natural barrier), seperti kulit dan mukus membran.
2. Pertahanan sel, seperti neutrofil, makrofag, natural killer (NK) cells, dan mast
cell.
3. Zat mediator terlarut yang segera diaktivasi begitu tubuh mengetahui ada
patogen yang masuk. Zat tersebut antara lain kinin, sitokin, dan interferon.
4. Pattern recognition molecule, yang memiliki reseptor terhadap keberadaan
patogen seperti toll-like-receptors TLRs, retinoic acid-inducible gene I (RIG-I;
also known as DDX58), dan NOD-like receptors (NLRs)
Sistem imunitas bawaan ini bersifat tidak spesifik terhadap patogen yang
masuk ke dalam tubuh dan tidak memiliki memori jangka panjang mengenai patogen
apa yang pernah dilawan.
2. Sistem imun adaptif
Respon imun adaptif adalah ini pertahanan kedua tubuh. Sel-sel sistem
kekebalan adaptif sangat spesifik karena selama tahap perkembangan awal sel B
dan T mengembangkan reseptor antigen yang spesifik hanya untuk antigen
tertentu.(Dunders, no date)
Jika ada patogen (benda asing yang dapat masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan penyakit infeksi seperti jamur, virus, bakteri, atau parasit), maka
sistem imun bawaan (innate) selanjutnya akan mengirimkan sinyal kepada sistem
imun adaptif untuk bekerja sama. Tidak seperti sistem imun bawaan, sistem imun
adaptif ini memiliki memori jangka panjang terhadap patogen spesifik yang pernah
ia lawan. Oleh sebab itu, seseorang yang pernah sembuh dari penyakit cacar, maka
seumur hidupnya dia akan terlindungi sepanjang hidupnya dari penyakit yang sama
karena adanya sistem imunitas adaptif.
Seorang bayi yang terlahir dengan gangguan sistem imun adaptif yang
parah, berisiko mengalami kematian oleh infeksi patogen. Oleh sebab itu, bayi
tersebut memerlukan isolasi dan perawatan intensif untuk mencegah penularan
penyakit. Zat asing yang mampu memicu respon sistem imun adaptif disebut
sebagai antigen (antibody generator). Berkat kemajuan IPTEK, kini sistem
pertahanan tubuh adaptif dapat diperoleh secara buatan dengan proses
memasukkan zat asing yang tidak berbahaya ke dalam tubuh. Proses ini kita kenal
dengan imunisasi.
Garis besarnya, respon sistem imun adaptif ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu respon antibodi dan respon imun yang dimediasi sel (cell-mediated immune
response). Kedua respon tersebut dibawa oleh limfosit untuk membunuh patogen
sasaran.
a. Respon antibodi, dibawa oleh limfosit yang bernama B-cell. Jika diaktifkan,
B-cell ini dapat mengeluarkan antibodi yang dikenal dengan nama
imunoglobulin. Imunoglobulin dapat beredar di dalam aliran darah dan dapat
masuk ke dalam cairan tubuh lainnya, berfungsi untuk menonaktifkan virus
dan racun mikroba dengan cara menghalangi mereka untuk berikatan dengan
sel inang. Selain itu, antibodi juga dapat merusak patogen sehingga
memudahkan sistem imun bawaan (innate), terutama sel fagosit, untuk
melahap patogen yang telah dilumpuhkan tersebut.
b. Respon imun yang dimediasi sel, dibawa oleh limfosit yang bernama T-cell.
T-cell dapat diaktifkan dan secara langsung akan menyerang sel inang yang
memiliki antigen asing. Jadi, fungsi dari T-cell ini utamanya adalah untuk
mengeliminasi sel yang terinfeksi sebelum si virus dapat bereplikasi menjadi
banyak. Selain itu, T-cell juga dapat menghasilkan molekul sebagai sebuah
sinyal untuk mengaktifkan makrofag yang dapat memusnahkan fagosit yang
telah mengikat mikroba asing.
BAB VI
GIZI DIDALAM INDUSTRI MAKANAN
Di susun oleh:
dr. Niko Ferdian, drh. Ihwal Kasmar, Yosepus A. Awabtano, S.Kep
TEKNOLOGI PENGEMASAN
Sejak manusia mulai mengunakan peralatan, kemasan sudah digunakan dalam berbagai
macam bentuk. Kulit binatang dan kulit buah digunakan untuk menampung air. Tumbuh-
tubuhan dianyam dalam bentuk keranjang untuk meletakan dan menyimpan sesuatu.
Pengemasan pertamakali digunakan saat nenek moyang mulai berpindah dari suatu tempat
ketempat lain, sehingga daun dugunakan untuk membungkus bekal. Dengan terus
berkembanya waktu, nenek moyang mulai hidup menetap disutu daerah dan melakukan
pertania dan peternakan. Sejak saat ini berkembanglah wadah-wadah yang dibuat
mengunakan tanah liat.(7)
Semakin berkembangnya suatu kota dan masyarakat semakin trampil maka
perdagangan juag semakin maju. Binatang-binatang mulai digunakan untuk mengangkut
barang dari satu tempat ke tempat lainya. Konsep pasar lokal pun semakin banyak dan
keinginan akan mengangkut, melindungi, memajangkan barang semakin diperhatikan.
Walaupun pada awalnya, kemasan dibuat dalam bentuk yang besar dan tidak se simpel pada
zaman moderen.(8)
Revolusi industri yang terjadi di inggris pada abad ke 17 menyebabkan pengemasan
yang mulai di sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Perpindahan produk rumahan
menjadi produk yang di produksi secara besar menyebabkan perpindahan masyarakat ke
kota-kota. Makanan dan kebutuhan pokok yang dulunya didapatkan di rumah-rumah
sekarang mengharuskan untuk di sediakan di toko-toko untuk para karyawan. Hal ini,
menyebabkan meningkatya kebutuhan akan kemasan unttuk mengangkut, menyimpan dan
memperlihatkan barang. Sampai zaman sekarang dimana terkadang kemasan terlihat lebih
baik dari pada produknya sendiri.(7)
Pada awalnya, dari kemasan tidak bisa dibedakan manakah produk yang terbaik dan
dikeluarkan oleh siapa produk tersebut. Namun dengan berkembangnya zaman, pada abad ke
19 munculah istilah brand yang menjadi tolak ukur seseorang akan bagus atau tidaknya suatu
produk. Brand yang sampai sekarang terkenal adalah Schweppes, Perrier dan Quaker.(8)
Di zaman yang semakin canggih ini, pengemasan bukan saja hanya sebagai tempat
untuk menyimpan, membawa dan memajangkan suatu produk. Namun, pengemasan menjadi
suatu sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk
ditrasportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai. Wadah yang digunakan dapat
dapat dijadikan untuk mengurangi kerusakan, melindungi produk dari bahaya pencemaran
dan gangguan fisik seperti gesekan, benturan atau getaran. Pengemasan juga mempermudah
produk di simpan, diangkut dan didistribusikan. Dari segi promosi, pembungkus dapat
meningkatkan daya tarik pembeli.(9)
Berdasarkan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2018
yang memuat tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah tangga
terdapat berbagai macam kemasan berupa gelas, plastik, karton/kertas, kaleng, aluminium
foil, daun dan lain-lianinya.(9)
Berdasarkan teknologi yang ada maka pengemasan dibagi atas;(9)
1. kemasan dengan teknologi sederhana
fungsi utama kemasan hanya sebagai wadah, umur simpanan pangan tergantung
kepada sifat barrier dari bahan kemasannya.
Gambar 1. Kemasan teknologi sederhana
2. kemasan dengan teknologi penambah udara
fungsi utama untuk melindungi pangan supaya tidak remuk dan kemasan ini tidak
boleh bocor.
Inttelegent packaging merupakan pengemasan dengan metode yang pintar dimana memiliki
indikator waktu, suhu dan oksigen. Indikator ini digunakan dikarenakan kemungkinan
makanan yang kadaluarsa sebelum waktunya akibat penyimpanan yang kurang tepat.
APLIKASI BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi pada pangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan
berbagai jenis sistem biologi, organisme hidup untuk membuat atau memodifikasi produk
atau proses tertentu untuk meghasilkan produk bahan pangan untuk manusia. Bioteknologi
sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, pemanfaatnya dilakukan untuk pembuatan bir,
roti dan keju yang dikenal di abad ke 19. Di bidang pangan, mengunakan teknologi rekayasa
genetik, kultur jaringan dan rekombinasi DNA dapat menghasilkan produk dengan sifat yang
unggul dikarenakan mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan dengan tanaman bisa
serta memiliki ketahanan yang lebih lama. Sejarah perkembangan bioteknologi dapat dilihat
pada tabel 1.(10)(11)
Bioteknologi dibagi atas bioteknologi tradisional dan bioteknologi moderen.
Bioteknologi tradisional meliputi fermentasi untuk semua makanan dan minuman, fermentasi
untuk menambah kandungan didalam makanan, fermentasi untuk mencegah obesitas,
fermentasi untuk meningkatkan aktifitas antioksidan dan fermentasi untuk memperpanjang
waktu simpan. Bioteknolgi moderen meliputi rekayasa genetika, stem cell dan lain-lainnya
tergantung perkembangan zaman.(11)
Proses fermentasi merupakan suatu proses tradisional yang digunakan untuk
meningkatkan daya simpan hasil pertanian seperti susu, sayuran dan daging. Frementasi
untuk untuk semua makanan dan minuman digunakan untuk menghasilkan rasa yang unik
seperti pada kefir, yoghurt, susu dan alkohol serta kefir buah. Fermentasi untuk menambah
kandungan dalam makanan terdapat pada penambahan riboflavin, folat, vitamin B12, vitamin
K2 dan vitamin lainnya serta produk frementasi yang menambahkan kandungan didalamnya
berupa kecap dan kimchi. Fermentasi untuk mencegah obesitas digunakan untuk mengulari
jumlah kalori dengan mengkonvensi gula menjadi sama organik atau etanol. Fermentasi
untuk meningkatkan aktifitas antioksidan dimana aktifasi enzimatik dan microba dapat
mengubah antioksidan polyphenol seperti hesperidin dan equol untuk lebih efisien.
Fermentasi unuk memperpanjang waktu simpan digunakan pada makanan dan minuman non
alkohol mengunakan mikroorganisme panghasil anti fungal sehingga dapat memperpanjang
daya simpan buah dan jus.(11)
Bioteknologi pangan moderen berkembang dengan kemajuan zaman. Saat ini, hampir
tidak ada produk makanan yang berada di supermarket yang tidak dihasilkan oleh kemajuan
bioteknologi. Teknolgi moderen yang telah dilakukan untuk hewan dan tanaman pangan yaitu
rekayasa genetika. Bentuk rekayasa genetika telah dipraktekan petani dengan pembibitan
silang tanaman dan hwan untuk meningkatkan atribut tertentu, melalui pengumpulan dan
penanaman benih biji-bijian yang lebih gemuk. Pemiliham hewan yang lebih gemuk untuk
dikembangkan dan pemupukan silang tanaman untuk menciptakan varietas baru yang
memiliki sifat-sifat yang diinginkan dari induk. Namun penyilangan ini terkadang bersifat
acak dan tidak pasti. Sehingga membutuhkan waktu 2 tahun untuk menghasilkan varian baru.
Sehingga penati dan perternak hanya menyilangkan pada kekerabatan yang dekat.(11)
Stem cell merupakan sel yang memiliki kemampuan dalam lekukan proliferasi tak
terbatas dan dapat membelah diri menjadi berbagai jenis sel, jaringan dan organ tubuh.
Perkembangan stem cell mulai dilakukan sejak abad ke 20 dimana munculnya prosedur
inseminasi buatan dan kloning reproduksi. Universitas wisconisn pada tahun 1998 melakukan
isolasi massa pada sel yang menjadi landasan dalam penelitian stem cell. Di zaman biologi
ini, para ilmuan seluruh dunia mencari langkah-langkah terapi alternatif melalu stem cell.
Stem cell diharapkan nantinya mampu digunakan dalam regenerasi jaringan, pengobatan
cacat tulang, pengujuan obat, terapi gen, terapi kerusakan otot, terapi kanker daln lainnya.
Tidak menutup kemungkinan suatu saat stem cell digunakan dalam menduplikasi pangan
bermutu tinggi. Walaupun pada zaman sekarang terdapat banyak pro dan kontra dalam
penelitian stem cell.(12)
Suplementasi dan probiotik terus mengalami perkembangan di zaman saat ini, dengan
banyaknya masyarakat yang mulai sulit untuk medapatkan makanan yang beragam,
masyarakat yang tidak suka makan-makanan tertentu dan adanya individu yang mengalami
alergi terhadap makanan tertentu. Permsalahan ini, memicu untuk membuat industri mkanan
dalam menyediakan kebutuhan masyarakat akan mikro dan makronutrien sehingga
membentuk suplementasi dan probiotik. (13)
Suplementasi adalah produk jadi yang dapat dikunsumsi sehari-hari dalam mengekapi
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Suplementasi makanan dapat mengandung vitamin,
mineral, tumbuhan dan bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amini, bahan untuk
meningkatkan angka kecukupan gizi. Probiotik adalah mikroba hidup yang mempunyai efek
menguntungkan pada inangnya untuk memperbiki keseimbangan mikroba intestinal dan
mempunya berbagi macam fungsi kesehatan.(14)