Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

ANEMIA

Oleh :

NI MADE RAI SRI WIDARI

2114901122

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI BALI
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam


darah. (WHO,2015). National Institute of Health (NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa
anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati,
Syafiq, & Veretamala, 2017). Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu
status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan keadaan dimana masa
eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai
penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas
Hb, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah. Anemia adalah istilah
yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah dan kadar hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit (gangguan) fungsi tubuh.
Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan Hb untuk mengangkut
oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari
berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan
Medical Bedah Brunner dan Suddarth ; 935).

2. Klasifikasi

a. Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekusor sel-
sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia ini dapat disebabkan
oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat
kimia, serta kerusakan akibat radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin dapat
diantisipasi jika pemajanan pada pasien dihentikan secara dini. Jika pemajanan tetap
berlangsung setelah terjadi tanda-tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang hampir dapat
berkembang menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
b. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan berkurangnya
sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan eritrosit. Ini merupakan tipe
anemia yang paling umum. Anemia ini dapat ditemukan pada pria dan wanita pasca
menopause karena perdarahan (misal, ulkus, gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi
atau diit sangat tinggi serat (mencegah absorpsi besi). Alkoholisme kronis juga dapat
menyebabkan masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi melalui darah dari
saluran gastrointestinal.
c. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik.
Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat ketidakadekuatan
masukan pada vegetarian yang ketat, kegagalan absorpsi saluran gantrointestinal, penyakit
yang melibatkan ilium atau pankreas yang dapat merusak absorpsi vitamin B 12. Tanpa
pengobatan pasien akan meninggal setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal jantung
kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam folat terjadi karena asupan
makanan yang kurang gizi asam folat, terutama dapat ditemukan pada orang tua, individu
yang jarang makan sayuran dan buah, alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
d. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri. Anemia ini ditemukan terutama pada
orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama pada orang-orang kulit hitam.
Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua
salinan gen hemoglobin defektis, satu buah dari masing-masing orang tua. Hemoglobin yang
cacat itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti
sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
e. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Anemia hemolitik adalah
jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik
yang tepat. Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.

3. Etiologi

Menurut Price & Wilson penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe, Thalasemia,
dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan anemi
pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia
aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat
gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah
merah.
4. Manifestasi klinis

Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis
yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi,
tingakat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara
umum gejala anemia adalah :

a. Hb menurun (< 10 g/dL),thrombosis/trombositopenia, pansitopenia

b. Penurunan BB, kelemahan

c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi, kulit


pucat.

d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk (bayi).

e. Sakit kepala, pusing, kunang – kunang, peka rangsang

5. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang
tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal kedalam urin (hemoglobinuria).

6. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita


anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang
terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa
darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ
tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung
yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain
itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan
manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson, 2006)

7. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia
adalah (Handayani & Andi, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
a. Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Pemeriksaan
ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar hemoglobin,
indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan trombosit.
Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial,
dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis
definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faat hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik.
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan :
1. Anemia Aplastik
a. Transplantasi sumsum tulang.
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
c. Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
d. Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah merah dan
trombosit.
e. Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-orang
yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
a. Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi gastrointestinal, fibroid
uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
b. Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
c. Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
d. Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
e. Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
a. Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian ketat).
b. Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya faktor-
faktor instriksik.
c. Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia pernisiosa
atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
Anemia defisiensi asam folat:
a. Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
b. Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
c. Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
4. Anemia sel sabit
a. Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
b. Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
c. Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
d. Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
e. Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive terhadap
terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-kadang setengah
dari masa kehamilan untuk mencegah krisis.

B. Tinjauan Teori Askep

a. Pengkajian
1. Data Subyektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
atau kejadian
a) Merasa Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai
b) Nafsu makan berkurang
c) Sakit kepala/pusing
d) Merasa sesak
2. Data obyektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca
indra (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi
nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.
a) Wajah tampak pucat.
b) Mata berkunang-kunang
c) Tekanan darah rendah
d) HB dibawah normal
a. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

2) Keidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


penurunan hemokosentrasi darah

3) Keletihan berhubungan dengan factor fisiologis

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan untuk mencerna

5) Gangguan eliminasi urine (incontinensia urine) yang berhubungan dengan


penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

6) Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi


7) Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
b. Rencana Tindakan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil

1 Ketidakefektifan Setelah 1. Monitor 1. Memonitor


pola nafas diberikan pernapasan respirasi dan
berhubungan asuhan dan status keadekuatan
dengan keperawatan oksigen oksigen.
hiperventilasi selama 3x24 yang sesuai. 2. Memonitor
jam diharapkan 2. Auskultasi kepatenan
Ketidakefektifan suara napas, jalan napas
pola nafas catat hasil 3. Untuk
dapat teratasi penurunan memaksimal
dengan kriteria daerah kan potensial
hasil: ventilasi
1. Ventilasi tidak atau tidak ventilasi
terganggu adanya suara 4. Menjaga
2. Irama dan adventif keadekuatan
frekuensi dalam 3. Posisikan ventilasi.
batas normal pasien semi 5. Meningkatka
3. Retraksi otot fowler n ventilasi
dada tidak ada 4. Mempertaan dan asupan
5. Pernafasan kan jalan oksigen.
cuping hidung napas paten.
tidak ada 5. Kolaborasi
6. Pernafasan dalam
kusmaul tidak pemberian
ada oksigen
terapi.

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor keadaan 1. Untuk mengetahui


perfusi jaringan tindakan keperawatan umum keaadaan umum
perifer 3 x 24 jam masalah pasien
berhubungan perfusi jaringan dapat danmenentukan
dengan penurunan teratasi hasil : intervensi yang tepat
hemokonsentrasi - Tanda – tanda
darah vital dalam batas 2. Ukur tanda – 2. Tanda-tanda vital
normal tanda vital stabil menunjukkan
- Mukosa bibir tingkat toleransi
lembab terhadap aktivitas
-Hb meningkat baik
-Wajah tidak pucat
-Konjungtiva tidak 3.Untuk
3. Monitor intake
anemis, mengumpulkan dan
-CRT <3 detik. & output menganalisis data
pasien untuk
mengatur
4. Tinggikan keseimbangan cairan
kepala tempat
tidur sesuai 4.Meningkatkan
toleransi ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler

5.Untuk mengetahui
5. Observasi
keseimbangan cairan
pemberian
cairan IV (RL)
6.Mengurangi
kehilangancairan
6. Anjurkan
keluarga untuk
memotivasi
7.Mengidentifikasi
pasien minum
defisiensi dan
banyak
kebuuhan
7. Kolaborasi
pengobatan atau
Pemberian
respon terhadap
tranfusi darah
terapi yang diberikan
sesuai program

3 Keletihan Setelah dilakukan 1. Kaji 1.Mempengaruhi


berhubungan tindakan keperawatan 3 kemampuan pilihan
dengan factor x 24 jam keletihan ADL pasien intervensi/bantuan.
fisiologis teratasi dengan kriteria 2. Motivasi 2.Meningkatkan
hasil : pasien untuk harga diri dan
Pasien dapat melakukan semangat untuk
beraktifitas dengan aktifitas berusaha terus
normal 3. Pantau asupan menerus
- Asupan nutrisi nutrisi untuk 3.Mengawasi
adekuat memastikan masukkan kalori
- Mampu keadekuatan atau kualitas
melakukan sumber- kekurangan
aktifitas sehari- sumber energy konsumsi makanan
hari(adls) secara 4. Pantau pola
mandiri istirahat 4. Mengetahi pola
- Saaat pasien istirahat
melakukan 5. Anjurkan
aktifitas fisik pasien 5.Meningkatkanaktiv
tampa di sertai melakukan itas secara bertahap
peningkatan aktivitas sampai normal dan
TD,Nadi,RR semampunya memperbaiki tonus
6. Kolaborasi otot
dalam
pemberian 6.Mengidentifikasi
transfusi darah defisiensi dan
kebuuhan
pengobatan atau
respon terhadap
terapi yang diberikan

4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1.      Kaji riwayat 1.      Mengidentifikasi


nutrisi: kurang dari tindakan keperawatan 3 nutrisi, termasuk defisiensi,
kebutuhan tubuh x 24 jam pasien makanan yang menduga
berhubungan Menunjukkan disukai. kemungkinan
dengan peningkatan berat 2.      Observasi dan intervensi.
ketidakmampuan badan atau berat badan catat masukan 2.     Mengawasi
untuk mencerna stabil dengan Kriteria makanan pasien. masukan kalori
makanan 3.      Timbang berat atau kualitas
Hasil: badan tiap hari. kekurangan
4.      Berikan makan konsumsi
1.Berat badan
sedikit dan makanan.
meningkat
frekuensi sering 3.     Mengawasi
2.Nafsu makan dan/atau makan penurunan berat
meningkat diantara waktu badan atau

3. Tidak ada mual dan makan. efektivitas

muntah 5.       Observasi dan intervensi nutrisi.


catat kejadian 4.     Makan sedikit
mual/muntah, dapat
flatus dan gejala menurunkan
lain yang kelemahan dan
berhubungan. meningkatkan
6.      Berikan dan pemasukan juga
bantu hygiene mulut mencegah
yang baik sebelum distensi gaster.
dan sesudah makan 5.      Gejala GI dapat
menunjukkan
7. Kolaborasi
efek anemia
dengan ahli Gizi
(hipoksia) pada
organ.
6.     Meningkatkan
nafsu makan dan
pemasukan oral,
menurunkan
pertumbuhan
bakteri,
meminimalkan
kemungkinan
infeksi.
7. untuk mengatur
gizi pasien

5 Gangguan setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk


Eliminasi urine tindakan keperawatan tanda dan gejala mengetahui
selama 3x24 jam inkontinensia apakah klien
diharapkan klien urine mengalami
mampu mengontrol 2. Monitor inkontinensia
eliminasi urine. eliminasi urine urine
Kriteria hasil : 3. Catat waktu- 2. Untuk
1. kandung kemih waktu dan mengetahui
kosong secara haluan berkemih pengeluaran
penuh N: urine
2. Tidak ada residu 4. Batasi asupan 3. Mendokumentas
urine >100-200 cc cairan, jika perlu ikan haluan
3. Intake cairan dalam 5. Lakukan berkemih
rentang normal perawatan 4. Meminimalkan
4. Bebas dari ISK kateter bila klien pengeluaran
5. Tidak ada spasme terpasang urine
bladder, Balance kateter 5. Mencegak
cairan seimbang E: infeksi saluran
6. Ajarkan kemih
keluarga 6. Keluarga
mengenai tanda mengetahui
dan gejala tanda dan gejala
infeksi saluran adanya infeksi
kemih pada saluran
C: kemih klien
7. Kolaborasi 7.Membantu
dalam memudahkan
pemasangan eliminasi urine
kateter pada klien
6 Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mempermudah
pengetahuan b.d tindakan keperawatan 2 pengetahuan dalam memberikan
kurangnya x 24 jam masalah pasien penjelasan pada
informasi kurang pengetahuan tentang pasien
dapat teratasi dengan penyakit
kriteria hasil : anemia 2. Pasien dan
1. Pasien 2. Berikan keluarga mengerti
mengetahui informasi tentang Anemia
tentang penyakit yang tepat
yang sedang kpd pasie
dialamunya tentang
2.pasien mampu penyakit 3 mencegah
melaksanakan yang keparahan penyakit
prosedur yang di dideritanya
jelaskan secara 3. Diskusikan
benar perubahan
3.pasien mampu gaya hidup
menjelaskan apa yang
yang di jelaskan digunakan 4.memberi gambaran
oleh perawat atau untuk tentang pilihan terapi
tim kesehatan mencegah yang bisa di gunakan
lainnya komplikasi
4. Diskusikan
tentang
terapi dan
pilihannya

7 Resiko cedera Setelah dilakukan f. Sediakan lingkungan


berhubungan tindakan keperawatan lingkungan yang aman
dengan perubahan selama 3x24 jam. klien yang aman dapat mencegah
fungsi kognitif tidak mengalami cidera untuk klien terjadinya
dengan kriteria hasil: g. Identifikasi bahaya pada
kebutuhan pasien
a. Klien terbebas
keamanan b.untuk
dari cidera
klien, sesuai mengetahui
b. Klien mampu
kondisi fisik kebutuhan
menjelaskan
dan fungsi keamanan
cara/metode
kognitif pasien dan
untuk mencegah
klien dari untuk
cedera
riwayat menentukan
c. Mampu
terdahulu intervensi
memodifikasi
klien selanjutnya
gaya hidup
h. Menghindar c. untuk
untuk mencegah
kan meminimalisir
cedera
lingkungan terjadinya
d. Menggunakan
yang resiko cidera
fasilitas
berbahaya d.untuk
kesehatan yang
i. Memasang menghindarkan
ada
side rail pasien dari
e. Mampu
tempat tidur resiko jatuh dan
mengenali
j. Menyediaka membuat pasien
perubahan status
n tempat aman
kesehatan
tidur yang e. tempat tidur
nyaman dan yang bersih
bersih membuat pasien
Membatasi merasa nyaman.
pengunjung f. agar pasien
Mrngontrol tidak dapat
lingkungan istirahat dengan
dari baik tanpa ada
kebisingan gangguan
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan tahap keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan atau tindakan
keperawatan yang telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien
tingkat perkembangan pasien. Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu
tindakan mandiri dan kolaborasi.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dalam proses keperawatan untuk
mengetahui perasaan pasien dalam melakukan tindakan keperawatan dan keadaan pasien.
Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respons actual pasien
terhadap hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Imron ahmad. 2015. “ Laporan Pendahuluan Anemia” Dalam


(https://www.academia.edu/37529449/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA). Diakses tanggal
25 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai