Disusun Oleh :
1910070P
2022
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri
sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang
ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan
dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada
di lingkungan (Yusuf, 2015).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif (Purba, 2015).
Perilaku kekerasanmerupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai
respon terhadap perasaanterancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.
Perasaan terancam ini dapatberasal dari lingkungan luar (penyerangan fisik, kehilangan
orang berarti dan kritikan dariorang lain) dan lingkungan dalam (perasaan gagal di
tempat kerja, perasaan tidakmendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik)
(Nurhalimah, 2016).
B. Penyebab
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan denganmenggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi
(Nurhalimah, 2016) :
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi :
1. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu
adanyaanggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku
kekerasan,adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan
riwayat penyakitatau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti,
psikotropika dan zataditif lainnya).
2. Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal,
internalmaupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasifrustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu menemuikegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia
adalah “berperilaku”, apabilakebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
berperilaku konstruktif, maka yangakan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa
lingkungansosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah.Normabudaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau
agresif.Perilakukekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi (social learningtheory).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda
satuorang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal
dari daridalam maupun luar individu (Blackwell, 2015).
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan
orangyang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa
cinta,kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu
meliputi seranganterhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang
mengarah pada penghinaan,tindakan kekerasan (Swanson, 2013).
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan
dengan :
1. Ekspresi diri, inngin menunjukkan eksitensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal
dan sebagainya
2. Ekspresi diri tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik
4. Ketidaaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempati dirinya sebagai seorang yang dewasa
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
C. Pathway
(Nurhalimah, 2016)
Keterangan
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/terhambat.
Pasif : Pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.