Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Perekonomian Indonesia, 07 Desember 2021

ANALISIS PENDALAMAN KEUANGAN TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Oleh
RIZKY BADRUSSALAM (11011900240)

KELAS : 5B-MANAJEMEN

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas, Bina Bangsa, Serang-Banten

Email: Rizkybadrussalam08@gmail.com

Abstrak
Analisis Pendalaman Keuangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Di bawah bimbingan Drs. Abdul
Rauf Chaerudin, MM. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh sektor
keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan indikator pendalaman
keuangan sebagai gambaran sektor keuangan dan PDB sebagai gambaran pertumbuhan ekonomi.
Selain melihat hubungan antara pendalaman keuangan dan pertumbuhan, penelitian ini juga melihat
hubungan variabel lain terhadap pertumbuhan ekonomi seperti variabel keterbukaan, tingkat suku
bunga, inflasi, pengeluaran pemerintah/PDB, dan dummy krisis. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif. Data yang digunakan adalah data time series periode 1989-2016 yang
diperoleh dari website Bank Dunia. Model regresi yang digunakan adalah Error Correction Model
(ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendalaman keuangan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Sedangkan untuk variabel suku bunga, pengeluaran pemerintah/PDB dan dummy krisis dalam jangka
panjang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, variabel
inflasi, pengeluaran pemerintah/PDB dan dummy krisis berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.

Kata kunci: Pendalaman Keuangan, Pertumbuhan Ekonomi, ECM

PENDAHULUAN

pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu akan mendorong kegiatan perekonomian dan
indikator yang sering digunakan dalam akan memicu pertumbuhan ekonomi.
menganalisis pembangunan ekonomi dalam sebaliknya sektor keuangan yang tidak
suatu negara. karena pertumbuhan ekonomi berkembang dengan baik akan menyebabkan
dapat menyampaikan pengajuan sebagai hasil perekonomian mengalami hambatan likuiditas
pembangunan nasional. dalam upaya pencapaian pertumbuhan
Indonesia sebagai salah satu negara sedang ekonomi yang tinggi.
berkembang dalam proses pembangunannya perkembangan sektor keuangan tidak bisa
pada permasalahan dalam ketebatasan modal terlepas dari perkembangan perekonomian
untuk membiayai investasi pembangunan demi suatu negara. Pada awal tahun 1980-an harga
tujuan pencapaian tingkat pertumbuhan minyak Mengalami penurunan yang akhirnya
ekonomi yang tinggi. berpengaruh terhadap kinerja perekonomian
Menurut Baroroh (2012) pembangunan Indonesia. Karena perekonomian Indonesia
ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan yang masih tergantung pada subsidi
dari sektor keuangan. karena sektor keuangan pemerintah dan begitu pula Perbankan
berperan penting dalam upaya meningkatkan Indonesia. sumber dana perbankan yang
pertumbuhan ekonomi. suatu negara dengan mayoritas masih berasal dari KLBI dan kredit
perkembangan sektor keuangan yang baik, perbankan yang mayoritas masih berupa kredit

1
program juga ikut terancam oleh penurunan pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada
harga migas. Hal inilah yang kemudian perubahan yang bersifat kuantitatif dan
menjadi latar belakang adanya deregulasi pada biasanya diukur dengan menggunakan data
berbagai sektor perekonomian termasuk sektor produk domestik bruto atau pendapatan atau
keuangan. nilai akhir pasar ( total market value) dari
kebijakan deregulasi sektor keuangan pada barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods
era dasawarsa 1980-an yang terpenting and services) yang dihasilkan dari suatu
diantaranya adalah paket Juni 1983 yang perekonomian selama beberapa kurun waktu
menitikberatkan pada pemberian kebebasan tertentu (biasanya suatu tahun).
pada bank untuk mendapatkan suku bunga,
selanjutnya paket Oktober 1988 yang FAKTOR PENDORONG PERTUMBUHAN
menitikberatkan pada usaha dalam menurut todaro dan Smith 2003 terdapat tiga
meningkatkan kompetisi pada sektor keuangan komponen utama yang dapat memacu
dengan memberikan kemudahan dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, Akumulasi
pendirian bank-bank baru. kedua deregulasi modal. Apabila suatu negara ingin
tersebutlah yang kemudian menjadi latar meningkatkan pertumbuhan ekonomi maupun
belakang dari perkembangan sektor keuangan pembangunan ekonomi maka modal sangat
Indonesia. diperlukan, Baik itu modal berupa barang
peran sektor keuangan dalam perekonomian maupun modal berupa uang. Maka sangat
merupakan suatu hal yang penting untuk diperlukan adanya investasi yang besar untuk
diketahui oleh pengambil keputusan. Dalam memenuhi ketersediaan modal. Karena tujuan
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dari akumulasi modal adalah untuk
apabila sektor keuangan dianggap memiliki memperbesar output dan pendapatan di
pengaruh, maka Pemerintah perlu untuk kemudian hari, maka hal tersebut dapat terjadi
mempromosikan perkembangan sektor apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan
keuangan yang diantaranya meliputi diinvestasikan  kembali.
perkembangan sektor perbankan, lembaga non kedua, Pertumbuhan penduduk dan angkatan
bank dan pasar modal. namun sebaliknya akan kerja jumlah tenaga kerja yang lebih besar
menyebabkan pemborosan sumber daya berapi akan menambah jumlah tenaga
apabila Pemerintah menitikberatkan tujuannya produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk
pada pembangunan sektor keuangan apabila yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran
sektor keuangan tidak memberikan pengaruh pasaran domestiknya. Namun hal tersebut
terhadap pertumbuhan ekonomi. dana kembali lagi pada kualitas dari angkatan
pembangunan tentunya akan lebih bermanfaat kerjanya dan kemampuan sistem
apabila dialokasikan untuk tujuan lain. perekonomian yang bersangkutan untuk
menyerap dan secara produktif memanfaatkan
TINJAUAN PUSTAKA tambahan tenaga kerja tersebut. Jika sumber
pertumbuhan ekonomi secara umum dapat daya manusia suatu negara memiliki keahlian
didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan yang memadai dan terlatih maka output yang
perekonomian suatu negara dalam dihasilkan negara itu juga akan keluar
memproduksi barang dan jasa. pertumbuhan berkualitas tinggi.
ekonomi dapat menunjukkan seberapa besar ketiga, Kemudian teknologi. Perkembangan
aktivitas perekonomian akan menghasilkan teknologi dapat meningkatkan produktivitas
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu walaupun sumber daya yang dimiliki negara
periode tertentu. Karena pada dasarnya yang berhasil mengembangkan teknologinya
aktivitas perekonomian merupakan suatu maka akan tumbuh dengan cepat dibandingkan
proses penggunaan faktor-faktor produksi dengan yang tidak terlalu fokus pada
untuk dapat menghasilkan output. maka pengembangan teknologi. Selain itu,
nantinya proses tersebut pada gilirannya akan Pemilihan teknologi yang tepat juga
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap memegang Peranan penting dalam mendorong
faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat pertumbuhan ekonomi publik sebaliknya,
sehingga dapat Diharapkan dengan adanya kesalahan dalam pemilihan Teknologi akan
pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat menyebabkan tingginya biaya produksi. 
sebagai pemilik faktor produksi juga akan    Menurut baroroh (2012) Selain ketiga faktor
meningkat dengan perkataan lain bahwa diatas kondisi sistem keuangan juga

2
Jurnal Perekonomian Indonesia, 07 Desember 2021

mendorong pertumbuhan ekonomi karena 1. Rasio M2/GDP Di mana indikator ini


sistem keuangan dapat mempengaruhi tingkat menunjukkan rasio penggunaan M2 untuk
tabungan dari sisi penawaran dan juga dapat menghasilkan setiap GDP. Semakin tinggi
merelokasikan tabungan ke dalam berbagai rasionya mempunyai arti bahwa semakin besar
alternatif investasi sumber daya manusia dan penggunaan uang dalam perekonomian dan
investasi teknologi semakin baik sistem semakin besar serta semakin meluas kegiatan
keuangan dalam menjalankan fungsi-fungsi lembaga keuangan maupun pasar uang dalam
dasarnya maka akan semakin besar kontribusi perekonomian.
sistem keuangan dalam mendorong 2. Rasio Kredit Swasata/GDP. Ketersediaan
pertumbuhan ekonomi Didik karena tampak kredit  memungkinkan rumah tangga untuk
adanya akses pada berbagai sumber dana melakukan konsumsi yang lebih baik dan
Maka akan banyak kegiatan usaha yang hanya memungkinkan perusahaan untuk melakukan
mampu memproduksi dalam volume yang investasi yang tidak bisa dilakukan dengan
relatif kecil Sehingga nantinya tidak efisien. dana sendiri. Ketika semakin tinggi rasio
sistem keuangan dapat menciptakan berbagai menunjukkan semakin luar biasa dan
macam instrumen yang dapat digunakan dalam perbankan dalam hal menghimpun dan
memobilisasi Dan dalam jumlah kecil namun menyalurkan dana.
banyak. 3. Rasio Kapitalisasi pasar/GDP. Kapitalisasi
pasar ini dapat menggambarkan pertumbuhan
Financial Deepening dan Pertumbuhan dari pasar modal Jika nilai dari kapitalisasi
Ekonomi pasar ini terus mengalami peningkatan maka
Financial deepening adalah istilah yang mengindikasikan terjadinya pertumbuhan yang
menggambarkan Perkembangan keuangan positif dari pasar modal. pertumbuhan dari
pada suatu negara peran sektor keuangan yang pasar modal juga menggambarkan
dapat berkembang dengan baik (financial pertumbuhan investasi yang tentunya akan
deepening) Menunjukkan adanya peningkatan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
peranan, kegiatan dan jasa jasa keuangan
terhadap perekonomian. Maksud dari istilah Kausalitas Financial Deepening dan
ini juga mengarah pada makin berkembangnya Pertumbuhan Ekonomi
peran sektor keuangan dan semakin Menurut kuncoro (2000) Terdapat dua
beragamnya pilihan jasa keuangan yang bisa kemungkinan hubungan kausalitas antara
diakses oleh masyarakat dengan cakupan yang perkembangan sektor keuangan dengan
semakin luas. Fungsi dari sektor keuangan itu ekonomi Diantaranya (1) supply leading view
sendiri adalah alokasi modal, mobilisasi Yang menyatakan bahwa perkembangan
tabungan dengan mengevaluasi dan sektor keuangan yang mendorong
memonitoring peminjaman. pertumbuhan ekonomi. keberadaan sektor
 Sektor keuangan di Indonesia terdiri dari keuangan akan menyediakan alokasi sumber-
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa sumber pendanaan yang efisien yang nantinya
keuangan di sektor perbankan, pasar modal akan menggerakkan sektor-sektor ekonomi
dan sektor jasa keuangan non-bank. dalam proses pertumbuhannya. (2) Demand
Peningkatan peran dari sektor keuangan sangat Following View Yang menekankan pada
penting karena peran sektor keuangan dalam peranan pasif dari sektor keuangan, di mana
perekonomian sangat krusial, utamanya perkembangan sektor keuangan tercipta
sebagai penyedia dana bagi pembiayaan sebagai dampak dari aktivitas ekonomi secara
perekonomian, khususnya investasi.  keseluruhan. (3)  Bidirectional Causality View
Yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
Indikator Financial Deepening saling mempengaruhi antara sektor keuangan
Menurut kromit dan tsenkwo (2014) Dalam dan pertumbuhan ekonomi.
perhitungan perkembangan sektor keuangan
secara ukuran kuantitatif dapat dilakukan Hubungan Variabel Kontrol dengan
dengan menggunakan indikator financial Pertumbuhan Ekonomi
deepening. Beberapa indicator financial Dalam penelitian ini juga digunakan
deepening tersebut antara lain: variabel kontrol sebagai variabel kendali yang
mengendalikan pengaruh dari sektor keuangan

3
terhadap pertumbuhan ekonomi kontrol yang pengangguran relatif rendah. hal Tersebut
digunakan diantaranya menyebabkan penawaran tenaga kerja terbatas.
sehingga ketika ada permintaan yang tinggi
terhadap suatu barang maka perusahaan akan
menaikkan produksi dengan memberikan gaji
yang lebih tinggi dan mencari tenaga kerja
baru dengan penawaran gaji yang tinggi titik
Openness kebijakan ini akan menyebabkan biaya
Keterbukaan ekonomi dapat memberikan produksi menjadi naik dan harga barang pun
manfaat dalam jangka panjang karena memicu juga akan naik. inflasi ini dapat terjadi selain
adanya faktor dibukanya pasar impor dan karena kenaikan gaji atau upah tenaga kerja
ekspor seluas-luasnya sehingga apabila suatu tetapi bisa juga karena adanya kenaikan harga
negara mampu meningkatkan ekspor lebih barang lain. dari hal tersebut menunjukkan
besar daripada impornya maka pertumbuhan bahwa inflasi dapat memberikan dampak
ekonomi juga akan meningkat. negatif terhadap perekonomian.
   Menurut Indriani 2016 pada prinsipnya tidak
Suku Bunga semua inflasi dapat berdampak negatif
Menaikkan suku bunga adalah alat utama terhadap perekonomian. terutama Apabila
bank sentral untuk memerangi inflasi dengan terjadi inflasi hingga yakni inflasi yang berada
membuat biaya pinjaman semakin mahal maka di bawah sekitar 10% bisa meningkatkan
jumlah uang yang beredar di masyarakat akan kegiatan ekonomi Hal ini karena inflasi
berkurang dan aktivitas perekonomian akan mampu memberi semangat kepada para
menurun. kejadian sebaliknya akan terjadi titik pengusaha untuk dapat lebih meningkatkan
turunnya suku bunga akan menyebabkan biaya produksinya ketika pengusaha semangat
pinjaman menjadi semakin murah. Para memperluas produksinya karena dengan
investor Akan cenderung terdorong untuk kenaikan harga yang terjadi maka para
melakukan ekspani bisnis Atau investasi baru pengusaha bisa mendapat lebih banyak
dan para konsumen akan menaikkan keuntungan Selain itu peningkatan produksi
pengeluarannya dengan demikian output juga memberikan dampak positif lainnya
perekonomian akan meningkat dan lebih seperti halnya Tersedianya lapangan pekerjaan
banyak tenaga kerja yang dibutuhkan baru yang pada akhirnya bisa berdampak
(Indriyani, 2016). terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi.

Inflasi Pengeluaran Pemerintah


Inflasi merupakan suatu kejadian yang  Menurut Azwar (2016) pengeluaran yang
menunjukkan terjadinya kenaikan tingkat dilakukan pemerintah akan mempengaruhi
harga secara umum dan berlangsung secara berbagai sektor dalam perekonomian adanya
terus-menerus menurut Putong (2015) pengeluaran pemerintah secara langsung atau
Penyebab inflasi yakni karena adanya tidak langsung berpengaruh terhadap sektor
kenaikan permintaan masyarakat terhadap produksi barang dan jasa pengeluaran
suatu barang dan jasa yang terlalu kuat pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa
sedangkan di sisi lain kondisi produksi telah akan berpengaruh secara langsung terhadap
mencapai pada kesempatan kerja penuh produksi barang dan jasa yang dibutuhkan
akibatnya sesuai dengan hukum permintaan di pemerintah pengeluaran pemerintah untuk
mana ketika permintaan tinggi namun sektor pendidikan akan berpengaruh secara
penawaran rendah maka harga akan naik. tidak langsung terhadap perekonomian karena
apabila hal tersebut terjadi secara terus- pendidikan akan menghasilkan SDM yang
menerus maka akhirnya akan menyebabkan lebih berkualitas dan pada akhirnya akan
inflasi yang berkepanjangan. Penyebab inflasi meningkatkan produksi. Selain itu pengeluaran
jenis ini disebut Demand Pull Inflation. pemerintah berpengaruh terhadap sektor
Selain itu penyebab inflasi juga karena konsumsi masyarakat atas barang dan jasa.
adanya kenaikan biaya produksi secara terus- dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk
menerus atau disebut Cost dengan Push subsidi tidak hanya menyebabkan masyarakat
Inflation. Inflasi ini terjadi pada masa yang kurang mampu dapat menikmati suatu
perekonomian tumbuh pesat di mana

4
Jurnal Perekonomian Indonesia, 07 Desember 2021

barang/jasa, Namun juga menyebabkan


masyarakat yang sudah mampu akan dari pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel
independen nya merupakan indikator financial
mengkonsumsi produk/biasa lebih banyak lagi.
deepening Yakni total dari M2/GDP, Kredit
swasta/GDP, kapitalisasi pasar/GDP dan
Dummy Krisis
Penggunaan variabel ini menandakan bahwa variabel kontrol yang digunakan terdiri dari
Openness, suku bunga, inflasi, pengeluaran
periode penelitian terdapat keadaan struktur
yakni terjadinya krisis  1997. pemerintah/GDP dan dummy krisis. Penelitian
ini dilakukan di Indonesia dengan waktu
penelitian mulai dari 1989. 2016 berupa data
KERANGKA PENELITIAN
tahunan data diambil dari website worldbank.

Teknik Analisis Data


PERKEMBANGAN SEKTOR Jenis penelitian kuantitatif dengan
KEUANGAN menggunakan metode error correction Model
(ECM). ECM Digunakan untuk
mengembalikan keseimbangan dari variabel-
variabel yang secara individu tidak stasioner
Financial Deepening namun sebenarnya memiliki hubungan
keseimbangan dalam jangka panjang. tahapan-
* M2/GDP tahapan dalam metode ECM: 
* Kredit Sektor Swasta/GDP
(1) Uji Stasioneritas
* Kapitaslisasi Pasar/GDP
Uji stasioneritas Dilakukan Karena data
yang digunakan stasioner yang nantinya akan
mengakibatkan model estimasi yang semu.
Dalam pengujian unit root test Penulis
Pertumbuhan Ekonomi
menggunakan metodologi Augmented Dicky-
* GDP
Fuller Test Dan untuk melihat tingkat
stasioneritas pada data itu dengan
membandingkan nilai hasil Augmented Dicky-
Variabel Kontrol Fuller test statistic dengan nilai kritis. Apabila
* opennes ADF test statistic > nilai kritis baik itu pada
* Suku Bunga level 1%,Maka data tersebut dikatakan
* Inflasi Stasioner. Begitupun sebaliknya, apabila ADF
* GOV/GDP test statistic < nilai kritis baik itu level 1%,
* Dkrisis
5%, maupun 10% maka data tersebut
Pemerintah telah melakukan berbagai dikatakan tidak stasioner.
upaya pengembangan sektor keuangan untuk  (2) Uji kointegrasi
menunjang kegiatan perekonomian. Penting  Tujuan dari uji kointegrasi yakni untuk
untuk diketahui dari perkembangan sektor mengetahui apakah variabel-variabel yang
keuangan tersebut telah memberikan digunakan memiliki hubungan keseimbangan
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang ataukah tidak. Uji kointegrasi
atau tidak dalam mengukur perkembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
sektor keuangan dapat menggunakan indikator koin μtegrasi Engle-Granger Dimana terlebih
financial deepening. Selain melihat pengaruh dahulu harus melakukan regresi persamaan
peran sektor keuangan dalam penelitian ini jangka panjangnya Sehingga nantinya akan
juga menggunakan variabel lain yakni variabel didapat residualnya (ut).Selanjutnya UT
openeness, inflasi , suku bunga, pengeluaran stasioner ADF  apabila hasilnya signifikan
pemerintah/GDP, dan dummy krisis. maka akan menunjukkan kan biar kointegrasi
atau Terdapat hubungan jangka panjang
METODE PENELITIAN ( Ekananda, 2015).
Penelitian ini peran sektor keuangan Radang (3) Model persamaan jangka panjang
pertumbuhan ekonomi variabel dependen pada  Dalam pendekatan ECM Persamaan jangka
penelitian ini adalah variabel GDP sebagai panjangnya adalah persamaan regresi biasa

5
dengan menggunakan data asli dan model linier atau log-linier Dilakukan dengan
mengembalikan kestasioneran data bentuk menggunakan metode zarembka.
model persamaan Dalam penelitian ini yakni    Menurut Thomas (1997) terdapat beberapa
sebagai berikut: langkah dalam metode zarembka diantaranya
LGD Ρ ı=α + β ℩ ϜD + β 2 Opennes+¿ sebagai berikut:
β 3 δB+ β 4 Inflasi+¿ 1. Mendapatakan nilai mean dari variable
β5GoV_GDP + β6Dkrisis dependen GDP DAN LGDP dengan
+ μι … … … … … … .(3.2) rumusnya:
(4) Model Pesamaan Jangka Pendek γ= (Y 1 Y 2 Y 3 … Y n ) ℩ ❑ =1 /n∑GD …..
Variabel yang digunakan dalam model n
persamaan jangka pendek yakni variabel (3.3)
stasioner variabel stasioner pada tingkat level ( Y 1Y 2 Y 3. . Y n ) 1 1
γ= = ∑ LGDP( 3.4)
harus differencing Nggak semua variabelnya n n
stasioner. Model persamaan dalam jangka 2. Mendapatkan nilai Geometric Mean dari
yakni sebagai berikut: variable GDP dan LGDP dengan rumus
∆ LGDPι=α + β 1 ∆ F+ β 2 ∆ Ο penness 1
+ β 3 δB+ β 4 Infflasi+ ¿
GMgdp=exp ⁡( ∑GDP)…….(3.5)
n
β s ∆Go v GDp + β 6 Dkrisis +¿ 1
μι 1+∈ ι…………...(3.2) GMlgdp=exp ⁡( ∑ LGDP)…...(3.6)
n
3. Mendapatkan nilai GDPASTER
UJI ASUMSI KLASIK (GDP*) dan LGDPASTER
1. Uji Autokorelasi (LGDP*) dengan rumus:
Autokorelasi merupakan suatu keadaan GDF
dimana terdapat hubungan antar error periode GDP∗¿ =¿ …………(3.7)
GMgdp
lainnya yang biasanya terjadi pada data
GDF
penghitung waktu hal ini nantinya akan LGDP*= =¿…………(3.8)
menghasilkan estimasi koefisien yang bias. GMIgdp
 Hasil yang harus diperhatikan dari teks 4. estimasi persamaan (3.9) dan (3.10) dan
tersebut adalah nilai probabilitas dari error (- daptkan nilai SSR1 (Sum Squared Resid
1)  dan error (-2). Selain itu juga bisa dilihat persamaan 3.10) dengan GDP* menggantikan
berdasarkan nilai dari probability dari Obs*R- GDP dan LGDP* menggantikan LGDP atau
square, dimana nilainya probolility nya dapat ditulis sebagai berikut:
tersebut harus lebih besar dari tingkat GDP* =ασ +α 1 FD+ α 2Openness
signifikansi (a). + α ∃ SB+ α 4 Inflasi+ ¿
2. Uji Heterokedastis αsGov /gdp + ασDkrisis +¿
  Heterokedastisitas Adalah suatu benjolan di + ut……………………..(3.9)
mana Error dari suatu persamaan regresi tidak LGDP*=ασ +α 1 FD+ α 2 Openness
tepat pada suatu rentang data tertentu +α 3 SB+α 4 Inflasi+αsGoV
Sebagaimana telah diketahui bahwa error /GDP+ a6Dkrisis +
regresi yang digunakan dalam penelitian. ut………………………..(3.10)
 Menurut Ekananda (2015) Salah satu cara 5. Penentuan spesifikasi model terbaik yakni
untuk ada atau tidaknya masalah dapat dilihat berdasrkan niali sum square resid
heterokedastisitas yaitu gunakan kan white test (SSR) terendah dan nilai Adjusted R-Squared
Yang terdapat pada aplikasi eviews. Hasil tertinggi antara model log dan linier.
yang harus diperhatikan dari teks tersebut
adalah nilai prob.Chi Square dari Obs*R- HASIL DAN PEMBAHASAN
squared Di mana nilai probability tersebut Hasil stasioneritas yang telah dilakukan oleh
harus lebih besar dari tingkat signifikasi (a).  peneliti menunjukkan bahwa variabel yang
3. Uji Spesifikasi Model stasioner pada tingkat level yakni variabel
Uji spesifikasi model dilakukan untuk suku bunga dan inflasi Sedangkan untuk
mendapatkan model yang tepat maka dari itu variabel Financial defining, LGDP, Opennes,
dalam penelitian ini untuk menentukan apakah dan pengeluaran pemerintah/GDP stasioner
model yang digunakan untuk estimasi itu pada tingkat 1st difference.

6
Jurnal Perekonomian Indonesia, 07 Desember 2021

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan


Hasil Uji Kointegrasi ekonomi sehingga dapat dikatakan bahwa
ketika variabel financial deepening Naik
Tabel 1 sebesar 1% maka pertumbuhan ekonomi akan
Hasil Uji Kointegrasi naik sebesar 0,010217%
b. Variabel suku bunga berpengaruh negatif
t-stastistic prob* dan signifikan terhadap pertumbuhan
Augmented Dickey- - ekonomi. sehingga dapat dikatakan bahwa
Fuller test stastistic 1.99461 ketika variabel suku bunga naik sebesar 1%
Test critical values: 0.0449 maka pertumbuhan ekonomi akan turun
1% - sebesar 0.016131%
5% 2.604746 c. variabel persentase Pengeluaran pemerintah
10% -1.946447 terhadap GDP berpengaruh positif dan
-1.613238 signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
*Mackinnon (1996) sehingga dapat dikatakan bahwa ketika
one-sided p-values variabel persentase pengeluaran pemerintah
terhadap GDP naik sebesar 1% maka
Dari table diatas terlihat nilai Augmented pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar
Dickey-Fuller (ADF) statistik Lebih besar 0.107327%
daripada uji nilai kritis dalam nilai Absolut d. variabel dummy Krisis berpengaruh positif
bisa terlihat nilai ADF sebesar 4.707048 >nilai dan signifikan terhadap pertumbuhan
kritis dalam tingkat 1%, 5% dan 10%.Indikasi ekonomi. sehingga dapat dikatakan bahwa
lain dapat terlihat melalui probabilitas yang pertumbuhan ekonomi setelah krisis dalam
signifikan sebesar 0.0001. Sehingga dapat jangka panjang lebih tinggi 0.551215% dari
disimpulkan bahwa dari nilai residual (ut) sebelum krisis.
terkointegrasi.
Hasil Estimasi JK.Pendek
Hasil Estimasi Jangka Panjang
TABEL 3
Tabel 2 Hasil Regresi JK.Pendek
Hasil Regresi JK.Panjang
DLGDF
LGDP variabel koefisien probablitas
Variabel DFD 0.000951 0.0110
koefisen Probabilitas DOPENNESS 0.030190 0.5007
FD 0.010717 0.0000 SB -0.000628 0.5106
OPENNESS 0.320358 0.4854 INFLASI -0.002485 0.0000
SB -0.016131 0.0741 DGOV GDP 0.009372 0.0905
INFLASI 0.003140 0.3072 DKRISIS 0.018191 0.0669
GOV GDP 0.107327 0.0000 UT(-1) -0.146201 0.0007
G 0.093608 0.0002
DKRISIS 0.551215 0.0000 R-SQUARED 0.963098
C 33.94744 0.0000
Berdasarkan tabel diatas hasilnya
R Squared 0.955710 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek
yang berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi yakni.
Berdasarkan tabel diatas hasilnya
menunjukkan bahwa dalam jangka panjang a. Perubuhan financia Depening berpengaruh
yang berpengaruh signifikan terhadap positif dan signifikan terhadap perubahan
pertumbuhan ekonomi yakni. pertumbuhan ekonomi sehingga dapat
dikatakan bahwa ketika terjadi perubahan
a. Variabel financial deepening berpengaruh financial deepening  sebesar 1% dapat

7
Obs*R squared X.448659
Dmenyebabkan perubahan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0.000951% Prob,Chi Square 0.1783
b. Variabel inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap perubahan pertumbuhan Berdasarkan tabel diatas hasil uji
ekonomi titik sehingga dapat dikatakan bahwa autokorelasi diketahui bahwa tidak terdapat
ketika inflasi naik sebesar 1% maka terjadi masalah autokorelasi pada model. hal tersebut
perubahan pertumbuhan ekonomi sebesar - ditunjukkan dengan nilai probabilitas dari UT
0.002485%  (-1)  dan UT (-2) Tidak signifikan karena >0,1
c. Perubahan persentase pengeluaran anne- Berarti tidak ada hubungan antara UT dengan
marie entah terhadap GDP berpengaruh positif UT (-1)  dan UT (-2).Hasil tersebut konsisten
dan signifikan terhadap perubahan juga apabila dilihat berdasarkan hasil eviews
pertumbuhan ekonomi sehingga dapat yakni nilai prob,Chi  Square dari Obs*R-
dikatakan bahwa ketika terjadi perubahan squared Lebih besar dari tingkat signifikansi
persentase pengeluaran pemerintah terhadap 10% dengan nilai 0.1783> 0.1 Yang berarti
GDP sebesar 1% maka terjadi perubahan tidak terdapat masalah autokorelasi. 
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0009372%
d. Variabel dummy Krisis berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap perubahan
pertumbuhan ekonomi sehingga dapat 2. Hasil Uji Heterokedastis
dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
setelah krisis dalam jangka pendek lebih kecil Tabel 5
-0.0018191% dari sebelum krisis Hasil Uji Heterokedastis
e. Nilai residual (-1) atau UT(-1) Signifikan
maka menunjukkan bahwa model yang Variabel Dependen: UT2
digunakan sudah benar/valid, Sedangkan variabel konfisen probalitas
untuk koefisien dari UT(-10) Sebesar - C 0.026040 00.0665
0.146201 menunjukkan bahwa perubahan PD2 1.47807 0.6900
variabel bebas lebih cepat dibandingkan
OPRNNESS 0.008731 0.8145
Variabel terikat. sehingga Butuh Waktu
2
penyesuaian sekitar 0,1 tahun untuk mencapai
SB2 8.44806 0.5206
keseimbangan.
INFLASI2 1.54806 0.7028
Uji Asumsi Klasik Jangka Panjang GOV_GDP2 0.000201 0.0179
DKRISIS2 0.001318 0.7188
1. Hasil Uji Autokorelasi DHSTR squared 7.578320
Prob. Chi Square 0.2707
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi Berdasarkan tabel diatas hasil uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan
Variabel UT white  test Dapat diketahui bahwa tidak
Dependen: terdapat masalah heteroskedastisitas pada
Variabel PD Konfisien Probabilitas model. hal tersebut ditunjukkan dengan nilai
0.000529 0.6766 prob.chi square dari obs*R-squared Lebih
OPKNNKSSS -0.197610 0.7737 besar dari tingkat signifikansi 10% dengan
SB 0.000704 0.9276 nilai 0.2707 > 0.1.
INFLASI -0.000604 0.8778
3. Hasil Uji Spesifikasi Model
GOV GDP 0.000320 0.9000
DKRISIS 0.025317 0.6790
Tabel 6
C 0.0003411 0.9931
Hasil Uji Spesifikasi Model
UT (1) 0.000450 0.1390
UT (-2) -0.393788 0.7760 variabel GDF LGDP
FD Konfisen probolita Siginifkasi
OPPENNESS 0.97732 s 0.1010

8
Jurnal Perekonomian Indonesia, 07 Desember 2021

SB 0.97568 0.5478 0.1864 yangBerarti tidak terdapat masalah


INFLASI -0.57921 0.5153 0.3568 autokorelasi.
0.9585
GOV GDP 1.53789 0.5893 0.4529 2. Hasil Uji Heterokedastis
DKRISIS -0.85869 0.8978 0.7898
C -1.01519 0.3567 0.5692 Tabel 8
Adjust R-squa 0.5614403 0.500412 Hasil Uji Heterokedastis
PD2 0.403426 0.001997
Variabel Dependess UT2
Berdasarkan tabel diatas maka dapat Variabel Konfisen Probabilitas
disimpulkan bahwa model yang baik untuk C -4.43E-05 0.7256
digunakan adalah model persamaan log. hal FD2 -0.64E-00 0.6401
tersebut bisa dilihat berdasarkan nilai sum OPENNESS2 0.001787 0.4686
Square Resid (SSR) Model persamaan log SD2 2.03E-07 0.4539
model < persamaan linier yakni sebesar  INFLASI2 -0.26E-00 0.37000
0.04997 < 1.43E+26 dan nilai Adjusted R- GOV GDP2 5.78E 05 0.3870
Squared Ada model persamaan log > model
persamaan  Yakni sebesar 0.955913 > DKRISIS2 7.60E-05 0.3926
0.932207.  UT(-1)2 7.60E-05 0.0109
ObstR squared 7.823981
Uji Asumsi Klasik Jangka Pendek
Prob. Chi_Square 0.9008
1. Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 7 Berdasarkan tabel diatas hasil uji
Hasil Uji Autokerlasi heteroskedastisitas dengan menggunakan
Variable Dependem UT2 white test Dapat diketahui bahwa tidak
terdapat masalah heteroskedastisitas pada
Variabel Koefisen Probabilitas model. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai
DFD 1.360005 0.9695 prob.Chi Square dari Obs*R_Squared Lebih
DOPENNESS 0.008945 0.8574 besar dari tingkat signifikansi 10% dengan
SR -5.245.05 0.0572 nilai 0.9008> 0. 1
INFLASI 2.009.05 0.9469
DGOV_GDP 0.000620 0.9176 Simpulan
DKRISIS 0.000130 0.9896 Berdasarkan hasil penelitian yang telah
UT(1) 0.006391 0.0720 dilakukan mengenai pengaruh sektor keuangan
C 0.000554 0.0703 dengan pertumbuhan ekonomi menggunakan
UT2(-1) 0.084403 0.8388 metode error correction model (ECM) Dapat
UT2 (2) 0.251602 0.3550 disimpulkan bahwa sektor keuangan yang
Obs*R squared diproxykan dengan Dengan variabel financial
Prob. Chi Square defining berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek besar
Berdasarkan tabel datas hasil uji autokerlasi pengaruh dalam jangka panjang yakni
Di atas hasil uji autokorelasi Dalam Jangka 0,010217% dan Jangka pendek sebesar 0.0095
pendek diketahui bahwa tidak terdapat 1% kondisi tersebut menunjukkan bahwa
masalah autokorelasi pada model. hal tersebut perkembangan yang terjadi pada sektor
ditunjukkan dengan nilai probabilitas dari UT2 keuangan terutama dalam sektor perbankan
(-1) dan UT2 (-2) Tidak signifikan karena dan pasar modal juga memberikan dampak
>0,1  Berarti tidak ada hubungan antara UT2 terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.
dengan UT2(-1 ) dan UT2 (-2).Hasil tersebut     Dalam penelitian ini juga digunakan
konsisten juga apabila dilihat berdasarkan variabel kontrol yang berhubungan dengan
hasil eviews yakni nilai prob.Chi Square dari pertumbuhan ekonomi diantaranya:
Obs*R-squared Lebih besar dari tingkat a. Openness Tidak berpengaruh terhadap
signifikansi 10% dengan nilai 0.498000 > 0.1 pertumbuhan ekonomi di Indonesia

9
b. Tingkat suku bunga dalam jangka pendek regional di wilayah Jawa pendekatan model
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Levine. jurnal ekonomi vol.11 N0.2
ekonomi. namun dalam jangka Panjang
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Ekananda, mahyus,  2015. Ekonometrika dasar
pertumbuhan ekonomi. titik edisi pertama. Jakarta, Mitra wacana
c. Inflasi dalam jangka panjang tidak media.
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
namun dalam jangka pendek berpengaruh Indriani, Siwi Nur, 2016. Analisis Pengaruh
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan inflasi dan suku bunga terhadap pertumbuhan
ekonomi ekonomi di Indonesia tahun 2005-2015.Jurnal
d. Presentasi pengeluaran pemerintah terhadap manajemen bisnis Krisnadwipayana, I SSN,
GDP berpengaruh positif dan signifikan 2338-4794, Vol.4, No.2 Mei 2016.
terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang dan pendek. Kromtit , Mathew J dan Tsenkwo, Joseph B,
e. dummy Krisis berpengaruh positif dan 2014. Recent Trend Of Financial defepening
signifikan dalam jangka panjang, sedangkan And Economic Growth Empirical Evidence
dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan From Nigeria`s Data. Economy & Business
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Journal of International Scientific
Publications,ISSN, 1314-7242, Volume8,
Saran 2014.
Berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa financial defining Kuncoro, Mudjarad. 2000, Ekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan titik Yogyakarta unit penerbit
pertumbuhan ekonomi. maka, hal yang bisa dan percetakan Akademi Manajemen
dilakukan dalam mendorong pertumbuhan Perusahaan YKPN Putong Iskandar. 2015.
ekonomi melalui financial defining yaitu: ekonomi makro: Jakarta, buku dan artikel
karya Iskandar Putong.
1. Pemerintah harus membangun koordinasi
yang baik dengan sektor keuangan seperti Todaro, Michael p dan Smith, Stephen C,
halnya sektor perbankan an-nur utama ketika 2003. Pembangunan ekonomi di dunia ketiga:
Bi akan menerapkan suatu kebijakan moneter. Edisi Kedelapan. Jakarta:Erlangga.
2.  pemerintah Harus memperkuat perbankan
dalam hal permodalan agar perbankan dapat
menjalankan fungsinya sebagai lembaga
perantara dengan baik.
3. Pemerintah juga harus memperluas
wawasan dan akses masyarakat ke sektor
perbankan dengan melakukan edukasi
pentingnya perbankan dan penambahan jumlah
kantor dan cabang perbankan titik sehingga
pelayanan dan kegiatan jasa jasa keuangan
semakin meningkat dan nantinya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 2016. Peran alokatif pemerintah dan


melalui pengadaan barang/jasa dan
pengaruhnya terhadap perekonomian
Indonesia. Kajian Ekonomi Keuangan. Vol.20
n0.2 Agustus 2016

Baroroh, Utami, 2012. analisis sektor


keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi

10

Anda mungkin juga menyukai