Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

SIDIK JARI (DERMATOGLIFI)

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Harini Nurcahya, M.P

Oleh:

Atika amalia firdaus


206201446048

LABORATORIUM MIKROTIKA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dermatoglifi berasal dari Yunani, derma = kulit dan glyphe = mengukir dan
mengacu pada formasi garis-garis pola yang muncul pada telapak tangan dan telapak
kaki. Dermatoglifi merupakan studi ilmiah dari pola sidik jari. Istilah ini mulai
dipopulerkan oleh Dr Harold Cummins, yang dianggap sebagai bapak analisis sidik jari
Amerika, meskipun proses identifikasi sidik jari sudah digunakan selama beberapa ratus
tahun. Pola sidik jari terdapat pada semua hewan kelas primata. Dermatoglifi
didefinisikan sebagai gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-jari tangan dan
kaki, serta telapak tangan, dan telapak kaki.
Dermatoglifi bersifat unik dan spesifik pada setiap individu sidik jari di tangan
kanan tidak akan sama dengan yang di sisi kiri, juga bersifat sangat stabil dan tidak
berubah sepanjang hidup kecuali jika terjadi kerusakan yang sangat parah sampai lapisan
sub dermis seperti luka bakar, penyakit kulit, dan kerusakan jaringan lainnya. Sifat-sifat
atau karakteristik yang dimiliki oleh sidik jari adalah sebagai berikut:
1. Parennial nature yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada manusia
seumur hidup.
2. Immutability yang berarti bahwa sidik jari seseorang tak akan pernah berubah kecuali
sebuah kondisi yaitu terjadi kecelakaan yang serius sehingga mengubah pola sidik jari
yang ada.
3. Individuality yang berarti keunikan sidik jari merupakan originalitas pemiliknya yang
tak mungkin sama dengan siapapun di muka bumi ini sekali pun pada seorang yang
kembar identik.
Pola dermatoglifi mulai terbentuk pada minggu ke 8 sampai minggu ke 16 setelah
gestasi. Pembentukan pola dermatoglifi merupakan cerminan eskpresi genetik poligen
serta dipengaruhi oleh banyak faktor seperti hormonal, jenis kelamin, faktor lingkungan
DNA kromosom. Menurut Galton, pola dermatoglifi pada manusia dapat digolongkan
menjadi tiga pola dasar yaitu :
1. Arch (busur)
Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari
satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu,
dengan bergelombang naik ditengah-tengah. Arch terdiri dari:
1. Plain arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis datang dari sisi
lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit bergelombang
naik ditengah..
2. Tented arch (tiang busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki garis tegak
(upthrust) atau sudut (angle) atau dua atau tiga ketentuan loop.

2. Loop

Loop adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu
sisi lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik
antara delta dan core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula. Syarat-syarat
(ketentuan) Loop:
1. Mempunyai sebuah delta.
2. Mempunyai sebuah core.
3. Ada garis melengkung yang cukup.
4. Mempunyai bilangan garis (ridge counting) >=1

Bentuk loop terdiri dari 2 jenis, yaitu:


1. Ulnar loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan
kelingking, melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali
kearah sisi semula.
2. Radial loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan jempol,
melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali kearah sisi
semula.

3. Whorl (pusaran atau lingkaran)


Whorl adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya satu garis
melingkar didalam pattern area, berjalan didepan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari
plain whorl, central pocket loop whorl, double loop whorl dan accidental whorl.
Para ahli menemukan bahwa dermatoglifi menunjukkan berbagai jenis
karakteristik, bahkan dengan monozigot (identik) kembar, sidik jari pasti berbeda. Pada
saat yang sama, dermatoglifi yang sama akan muncul lagi setelah penyembuhan luka,
selama cedera belum mempengaruhi sel-sel. Selain pola dermatoglifi hal yang diamati
adalah jumlah sulur atau TRC (Total Rigde Count). Sulur merupakan jumlah garis antara
titik triradius ke titik pusat pola dermatoglifi. Berdasarkan hasil penelitian Holt
menyatakan bahwa prevalensi jumlah sulur pada laki-laki normal rata-rata144 dengan
standar deviasi +/- 51, sedangkan jumlah sulur pada perempuan normal rata-rata 127
dengan standar deviasi +/-53.

Para ahli medis berdasarkan observasi, rekaman, perbandingan, induksi dan


metode lain, dan pengalaman klinis, menegaskan bahwa dermatoglifi menyediakan
informasi analisis yang akurat kecerdasan ganda dan potensi seseorang. Para ahli yang
mempelajari dermatoglyphics percaya bahwa dermatoglifi juga tanda-tanda
perkembangan saraf embrio, yang mungkin mencerminkan potensi genetik seseorang.
Analisis Dermatoglyphics didasarkan pada formasi dan jumlah punggung pada sidik jari;
analisis dermatoglifi banyak menginformasikan gaya seseorang belajar dan berpikir.
Setiap orang memiliki pola yang unik; pola otak tumbuh bersamaan dengan sidik jari.
Setiap jari mewakili kemampuan yang berbeda, dan masing-masing pola memiliki
definisi sendiri. Statistik menunjukkan bahwa tingkat akurasi analisis dermatoglyphics
bisa sampai 85%.
Pola dermatoglifi juga dewasa ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-
orang dengan predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena pola
dermatoglifi diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah
lahir seperti geografi, ekonomi. Sejumlah gen yang ditemukan pada sindrom kelainan
kromosom, ternyata juga ditemukan keabnormalan pada pola sidik jari atau
dermatoglifinya.

Banyak penelitian yang dilakukan terhadap deteksi penyakit pada pola dermatoglifi
seperti pada penyakit Diabetes mellitus, Obesitas, Sindrom down, Skizofrenia,
Disseleksia, Hemophilia, Hipertensi, bahkan ada beberapa penelitian dermatoglifi yang
meneliti korelasi perkembangan sel-sel saraf dengan pola dermatoglifi. Terdapat
hubungan juga antara dermatoglifi dengan para penderita hipertensi. Hal ini juga terkait
dengan kondisi penuaan & faktor genetik yang diturunkan. Riwayat keluarga pengidap
hipertensi meningkatkan prevalensi kejadian. Faktor genetik pada hipertensi ditunjukan
pada studi korelasi antara dermatoglyphics dan hipertensi dapat membantu dalam
identifikasi awal dari orang-orang dengan kecenderungan genetik menjadi pengidap
hipertensi esensial.

B. Tujuan praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk:


1. Mengidentifikasi pola dermatoglifi (sidik jari)
2. Melakukan penghitungan jumlah sulur
3. Melakukan pengukuran besar sudut ATD
BAB II METODE PENGAMATAN

A. Alat dan bahan


1. Tinta hitam
2. Papan Kaca
3. Kertas
4. Kaca Pembesar
5. Rol cat
6. Penggaris dan busur

aa
B. Cara Kerja
1) Penentuan pola dermatoglifi pada jari-jari tangan
 Disiapkan alat dan bahan
 Dilekatkan jari-jari tangan pada papan kaca yang telah diberi tinta hitam, sampai
keseluruhan bagian jari bagian telapak dilekati tinta. Dimulai dari ibu jari
sebelah kanan berlanjut sampai jari kelingking.
 Pada kertas yang telah disiapkan, ditempelkan setiap jari yang telah ditekatkan
pada tinta dimulai dengan ibu jari, dilekatkan sampai dengan membentuk pola
sidik jari dan adanya titik triradius untuk hitung sulur.
 Jika pada setiap tempelan pola yang dibentuk telah terdapat titik triradius maka
dilakukan hitung jumlah sulur. Titik triradius merupakan titik yang ditandai
dengan pertemuan dari 3 lengkung pola sidik jari berupa daerah berbentuk
segitiga.
 Hitung jumlah sulur dilakukan dengan cara membuat sebuah garis dari titik
triradius ke titik bagian pusat pola sidik jari.
 Untuk pola loop maka dilakukan perhitungan jumlah sulur dari titik triradius ke
titik pusat loop.
 Untuk pola whorl terdapat dua titik triradius, maka dilakukan perhitungan sulur
dari titik triradius pertama ke titik pusat whorl ditambah dengan jumlah sulur
dari titik triradius ke dua ke titik pusat whorl.
 Perhitungan jumlah sulur dilakukan terhadap jari-jari tangan kiri dan kanan.
2) Penentuan Sudut ATD
 Disiapkan alat dan bahan.
 Mula-Mula keseluruhan telapak tangan bagian kanan ditempelkan pada papan
kaca yang telah dibei tinta, dibiarkan sampai merata.
 Kemudian pada kertas yang telah disediakan dilakukan penempelan telapak
tangan tersebut sampai semua bagian telapak tangan tercetak setiap polanya
pada kertas dan didapatkan titik triradius di bagian bawah telapak tangan dekat
pergelangan, titik triradius dibawah jari telunjuk dan titik triradius dibawah jari
kelingking.
 Dilakukan juga dengan cara yang sama terhadap telapak tangan kiri.
 Sudut ATD diukur dari besar sudut garis lulus antara titik triradius dekat
pergelangan tangan dan titik triradius dibawah jari telujuk dan titik triradius
dibawah jari kelingking.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan pada hari Senin, 17 Januari 2022
dilaboratorium Mikrotika Universitas Nasional didapatkan hasil dari menghitung total
hitung sulur atau Total Ridge Count (TRC), yaitu dengan menggunakan rumus:
TRC total = TRC tangan kanan + TRC tangan kiri
Hasil TRC (tangan kanan) = 56
Hasil TRC (tangan kiri) = 36
TRC total = 56 + 36 = 92
Selain itu, hasil dari jumlah titik triradius (ATD) yang didapat dari sudut rata-rata
pada telapak tangan kanan dan tangan kiri yang menggunakan rumus :

ATD rata-rata = ATD tangan kanan + ATD tangan kiri


2
Dan hasil ATD yang didapat dari percobaan adalah :
ATD rata-rata = ATD tangan kanan + ATD tangan kiri
2
= 47° + 47°
2
= 47o

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil TRC sebanyak 87 lebih kecil dari
rata-rata total hitung sulur pada wanita sebesar 127, dengan besar sudut ATD sebesar
47o dan tentunya normal dari rata-rata sudut ATD antara 35o - 50o. Pada subjek yang
diteliti terdapat pola yang dominan yaitu radial loop sebanyak 45, arch sebanyak 2, ulnar
loop 19, dan whorl sebanyak 21.
Jika dihubungkan dengan analisis ragam dematografi ditemukan kesamaan pola
dengan gambaran umum dermatoglifi pada penderita hipertensi essensial yang ditandai
dengan penurunan jumlah sulur, penurunan pola lingkaran/whorl dan loop serta jumlah
sulur per pola yang berkisar <15. Hal tersebut senada dengan kondisi subjek yang jika
diukur rata-rata tekanan sistolnya selalu berkisar diantara 120-130 mmHg yang masuk
kedalam zona pre-hipertensi, sehingga diduga subjek yang diamati ini memiliki resiko
besar untuk mengalami Hipertensi essensial atau Hipertensi primer.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dermatoglifi merupakan studi ilmiah dari pola sidik jari dengan melihat gambaran
sulur-sulur dermal yang paralel pada jari tangan dan kaki, serta telapak tangan, dan
telapak kaki.
2. Pola dermatoglifi pada jari manusia dapat digolongkan menjadi tiga pola, yaitu Arch
(lengkung), Loop (sosok), dan Whorl (lingkaran).
3. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil TRC sebanyak 223 lebih besar dari
rata-rata total hitung sulur pada wanita sebesar 92, dengan besar sudut ATD sebesar
47o yang tentunya normal dari rata-rata sudut ATD antara 35o - 50o.
4. Pada subjek yang diteliti terdapat pola yang dominan yaitu loop dengan jenis radial
loop sebanyak 51, ulnar loop sebanyak 20, whorl 21, dan untuk pola arch terdapat
pada jari telunjuk kanan dan kiri. Sehingga hasil analisis dermatoglifi pada seorang
subjek bersukuAceh didapatkan kesimpulan yang ditandai dengan penurunan jumlah
sulur, peningkatan pola loop, serta jumlah sulur per pola yang berkisar < 15, sehingga
subjek tersebut memiliki resiko mengalami hipertensi essensial.

B. Saran
Sebaiknya hasil sidik jari praktikan tidak terlalu tebal dan tipis, agar memudahkan
dalam menentukan pola sidik jari dan menghitung jumlah sulurnya. Selain itu,
disarankan juga pada setiap praktikan agar lebih teliti dalam melaksanakan praktikum
dan tidak main-main pada saat melaksanakan praktikum. Praktikan juga disarankan agar
lebih memahami materi yang akan di praktekkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bhat, Gh. Mohd., M. A. Mukhdoomi, B. A. Shah, Mohd S. Ittoo. 2014. Dermatoglyphics:

inhealth and disease - a review.

International Journal of Research in Medical Sciences .2(1):31-37.

Camin YR, Widowati R, Nurcahya H. 2016. Penuntun Genetika Praktek. Universitas

Nasional. Fakultas Biologi.

Campbell. 1998. Fingerprints & Palmar Dermatoglyphics. Tersedia di

http://www.dermatoglyphics.co./. Diakses 17 Januari 2022

Gelehrter TD, Collins FS, and Ginsburg D. Principles of Medical Genetics, 2nd Ed. USA

:Williams & Willkins, 1998; 170-73

Suryo (2008).Genetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University)

Anda mungkin juga menyukai