Anda di halaman 1dari 12

0

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi, media terus mengalami

perkembangan signifikan. Hingga saat ini, media memiliki cakupan pada media konvensional

yang terdiri dari media cetak dan media penyiaran, sedangkan media baru terdiri media berbasis

Internet seperti media sosial, media chat, maupun media massa berbasis web video sharing.

Keduanya tentu memiliki karakteristik, manfaat, dan tantangan yang berbeda bagi para

penggunanya. Meskipun senjakala media konvensional sudah sering digaungkan, namun

keberadaan media tersebut tetap dibutuhkan bagi masyarakat, pemerintah, hingga organisasi

berbasis profit (Haqqu, 2020; Lestari, dkk., 2015; Saputra, 2015).

Kehadiran media baru di Indonesia ternyata meningkat pesat dari tahun ke tahun,

bahkan Indonesia menempati urutan ketiga dengan pengguna Internet terbanyak di Asia dengan

jumlah pengguna Internet mencapai 212,35 juta jiwa (katadata.co.id, 2021). Popularitas media

baru tidak terlepas dari aksesibilitas dan kemudahan yang ditawarkan untuk melakukan

beragam kegiatan seperti berkomunikasi, kemudahan akses mencari informasi, hingga

mendukung pembelajaran jarak jauh (Rochmawati, 2012; Herper, et al., 2004).

Pada akhirnya media menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang pemanfaatannya

tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan masyarakat. Hal ini tentu membawa manfaat sekaligus

tantangan bagi pengguna media mengingat media juga memiliki dampak negatif. Pada media

konvensional, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi seperti representasi ideal seseorang

di media, ketimpangan gender, hingga penyimpangan nilai dan perilaku mulai dari kekerasan,

seks, dan pola konsumtif seseorang (Astuti, 2016; Anggreani, 2019; Parwadi, 2015). Jika di

media konvensional, pembuat konten terbatas pada industri media maupun pemerintah, tetapi

di media baru, tantangan menjadi meluas karena setiap orang dapat menjadi pengguna

1
sekaligus pembuat konten di berbagai saluran. Seseorang atau suatu hal dapat menjadi trending,

berita palsu (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech) yang tak terelakan, perundungan siber

(cyber-bullying), pencurian/penyalahgunaan data pribadi; pornografi dan kekerasan;

penculikan, kecanduan (Gayatri, dkk., 2015; UNICEF, 2019).

Salah satu contoh nyata dari tantangan media baru adalah pengetahuan, kemampuan,

hingga kedewasaan pengguna dalam mendayagunakan media. Riset dari Crimson Hexagon

menunjukkan setidaknya ada 70 ribu unggahan kemarahan dan ujaran kebencian dituliskan

oleh warganet Indonesia di berbagai media sosial setiap harinya (Kompas.com, 2021).

Perundungan siber menjadi semakin mengkhawatirkan mengingat 43,35% dari 3.077

responden mengaku pernah menjadi korban perundungan (voaindonesia.com, 2021). Hal

tersebut pada akhirnya semakin menguatkan Survei Digital Civility Index (DCI) yang diadakan

Microsoft pada tahun 2020 menyatakan bahwa warganet Indonesia sebagai negara dengan

kesopanan digital terburuk di AsiaTenggara (Kompas.com, 2021).

Berbagai fenomena tersebut dilatarbelakangi karena rendahnya kemampuan literasi

media para pengguna media. Literasi media dan digital merupakan bentuk pengembangan dari

literasi media yang merupakan kemampuan seseorang dalam memahami dan

menginterpretasikan sebuah pesan atau informasi yang didapatnya. Kemampuan literasi media

yaitu sekumpulan perspektif yang digunakan secara aktif untuk memilih, mengolah dan

menafsirkan atau menginterpretasikan makna pesan yang disampaikan oleh media (Potter,

2016). Pada literasi media, kemampuan individu dapat dilihat dari pemikiran kritis para

pengguna media dalam mengartikan pesan dan memanfaatkan informasi sesuai dengan

kebutuhannya.

Di Indonesia sendiri berbagai gerakan maupun penyuluhan mengenai literasi media

sudah dilakukan di berbagai level mulai dari pemerintah, komunitas, hingga perguruan tinggi.

Gerakan yang dinamai #SiBerkreasi merupakan inisiatif multi stakeholders yang terdiri dari

2
kementerian, akademisi, komunitas, media, dan juga private sector atas keresahan soal sisi

rentan Internet (Aryanto, 2019). Di lain sisi, Komunitas TIK menyelenggarakan festival literasi

digital di Solo tahun 2019. Festival Literasi Digital (FIRAL) bertujuan untuk melakukan

kampanye program-program literasi digital salah satunya Pandu Digital (Kominfo, 2019).

Lembaga non-profit Yayasan Pengembangan Anak sejak tahun 2004 secara konsisten terus

menyosialisasikan literasi media kepada anak-anak yang mana salah satu strateginya adalah

dengan membangun standar penilaian untuk media melalui KIDIA (Kritis Media untuk Anak)

(Syukri, Sujoko, Safitri, 2019). Pada lembaga formal pendidikan tinggi, sejumlah perguruan

tinggi sudah mulai memasukan literasi media sebagai bagian dari mata kuliah maupun

pembelajaran seperti yang dilakukan oleh Program Studi Komunikasi Universitas Pertamina.

Sedangkan pada pendidikan formal lainnya mulai dari SD hingga SMA, pembelajaran literasi

media masih terbatas pada mata pelajaran TIK atau diajarkan secara

Padahal dengan melihat urgensi dan penetrasi pengguna Internet, sudah seharusnya

pembelajaran literasi media diterapkan di setiap level pendidikan, terutama pada remaja berusia

15 hingga 19 tahun, mengingat 98% merupakan pengguna Internet aktif dalam mencari

informasi, terhubung dengan teman lama dan baru, serta untuk hiburan (kominfo.go.id).

Meskipun terlihat memiliki manfaat positif, nyatanya 31,4 persen remaja seperti di Jakarta

kecanduan Internet untuk bermain gim serta media sosial (cnnindonesia.com, 2021). Sifat

Internet yang bebas, pada akhirnya menjadikan konten tidak dapat dikendalikan

(BAKTIKominfo, 2019).

Melihat berbagai dampak yang ada, sudah sewajarnya remaja menjadi kelompok yang

bukan hanya melek teknologi tetapi memiliki kemampuan literasi media dan digital. Padahal

penanaman kompetensi literasi media dan digital ini merupakan hal yang cukup fundamental

bagi pembentukan pola pikir remaja dalam membiasakan bagaimana mereka seharusnya

3
bertindak dalam mengartikan pesan dan memanfaatkan setiap informasi yang diterimanya

sesuai dengan kebutuhannya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat sarana pembelajaran

menarik yang ditujukan bagi remaja seperti siswa SMA melalui website maupun media sosial

seperti Instagram dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Pemilihan

website dan media sosial seperti Instagram menjadi penting mengingat kedua media tersebut

merupakan sumber pencari informasi bagi remaja dan media populer yang digunakan oleh

remaja (Falah, 2018; Sakti & Yulianto, 2018).

Sekolah juga memiliki peranan penting untuk mendukung tercapainya hal tersebut.

Gerakan Literasi Nasional (2017) menyebutkan sejumlah indikator jika literasi media dan

digital ingin diterapkan secara efektif di sekolah melalui pelatihan literasi media digital yang

diikuti oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan, intensitas penerapan dan

pemanfaatan literasi media dan digital dalam kegiatan pembelajaran, dan tingkat pemahaman

kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan siswa dalam menggunakan media. Selain

bekerja sama dengan sekolah dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa

mengenai literasi media dan digital, upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan

peningkatan pemahaman siswa SMA adalah dengan kerja sama dari institusi dan juga

komunitas.

4
1.2. Tujuan Pengabdian Masyarakat

a. Untuk Siswa

a) Mengedukasi siswa mengenai berbagai karakteristik media termasuk media

konvensional dan media digital;

b) Mengedukasi siswa mengenai dampak yang dimiliki berbagai media;

c) Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, serta kompetensi literasi media digital

sehingga siswa diharapkan dapat menggunakan media secara bijak

b. Untuk Sekolah Terkait

a) Memberikan edukasi dan sosialisasi kepada siswa, kepala sekolah, guru, dan

tenaga kependidikan mengenai karakteristik media yang diakses siswa;

b) Meningkatkan pengetahuan tentang dampak penggunaan media digital dalam

perilaku dalam perkembangan psikologis siswa;

c) Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan meningkatkan kompetensi literasi

media digital siswa, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;

d) Memberikan dukungan kepada siswa untuk lebih bijak dalam menggunakan

media secara bijak;

e) Menerapkan kompetensi literasi media dari program pengabdian masyarakat di

kelas.

c. Untuk Para Mitra

a) Meningkatkan motivasi untuk berkolaborasi dengan berbagai mitra untuk

menyukseskan kegiatan pengabdian masyarakat;

b) Mendukung siswa dan sekolah dalam memberikan informasi edukatif mengenai

karakteristik media.

5
BAB II

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dalam bentuk sosialisasi/ workshop mengenai

literasi media yang disajikan melalui beragam luaran seperti Website, materi ajar, dan

Instagram. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan, yaitu:

2.1. Persiapan

a. Melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang ada melalui riset dan observasi;

b. Merancang proposal kegiatan yang dianggap dapat menjadi solusi dari masalah yang

terjadi;

c. Melakukan kontak dengan berbagai sekolah dan mitra untuk menjalin kerja sama

kegiatan pengabdian masyarakat;

d. Melakukan wawancara kepada sejumlah guru untuk mendapatkan gambaran mengenai

pemahaman dan penerapan literasi media dan digital serta konten yang dikembangkan;

e. Merancang website yang berisikan informasi mengenai sejumlah hal, seperti:

a) Informasi umum mengenai literasi media dan digital seperti pengertian dan

karakteristik media, manfaat, dan dampak media;

b) Topik relevan yang terkait dengan literasi media dan digital seperti stereotip

representasi ideal di media, representasi gender, kekerasan, pornografi,

pinjaman online, tingkat konsumtif, perundungan siber, privasi, keamanan

siber, hingga etika dalam menggunakan media;

c) Materi ajar untuk guru dalam menerapkan materi literasi media dan digital di

kelas seperti tutorial basic literasi media hingga informasi yang terkait dengan

informasi di atas;

d) Informasi yang didapatkan dari hasil diskusi dengan para guru.

6
f. Membuat konten yang terkait dengan informasi di atas di platform instagram termasuk

instagram mitra.

2.2. Pelatihan

Sosialisasi dilakukan secara bertahap dengan tahap pertama mengadakan penyuluhan kepada

guru dan pihak sekolah secara daring maupun luring (jika kondisi memungkinkan) bersama

peserta dan pemateri, serta dilanjutkan dengan diskusi. Sosialisasi dilakukan ke dalam beberapa

materi, yaitu:

a. Pengenalan Universitas Pertamina dan mitra yang terlibat dalam melaksanakan

kegiatan pengabdian masyarakat;

b. Pemahaman karakteristik media dan perkembangannya;

c. Pemahaman mengenai literasi media dan digital;

d. Pengenalan Website dan Instagram sebagai media alternatif atau sumber informasi

mengenai literasi media dan digital termasuk sebagai materi ajar.

Adapun tahap kedua dilaksanakan kepada siswa SMA secara daring maupun luring (jika

kondisi memungkinkan) bersama peserta dan pemateri, serta dilanjutkan dengan diskusi.

Sosialisasi dilakukan ke dalam beberapa materi, yaitu:

a. Pengenalan Universitas Pertamina dan mitra yang terlibat dalam melaksanakan

kegiatan pengabdian masyarakat;

b. Penyebaran kuesioner pre-test untuk mengukur kemampuan literasi media dan digital

siswa;

c. Pemahaman karakteristik media dan perkembangannya;

d. Pemahaman mengenai literasi media dan digital serta studi kasus yang relevan;

7
e. Pengenalan Website dan Instagram sebagai media alternatif atau sumber informasi

mengenai literasi media dan digital;

f. Pemberian kuesioner post-test untuk mengukur adanya peningkatan kemampuan

literasi media dan digital siswa.

8
BAB III

HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Hasil pengabdian kepada masyarakat terdiri dari kampanye literasi media dan digital, materi

yang dapat diakses oleh siswa maupun sekolah, dan laporan hasil sosialisasi kegiatan.

BAB IV

RENCANA KERJA

4.1. Susunan Panitia Pelaksana

Susunan tim pelaksana diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Penanggung jawab utama: Ita Musfirowati Hanika, S.A.P., M.I.Kom

b. Penanggung jawab konten dan desain :

a) Dr. Indra Kusuma

b) Achmad Kautsar, M.Si.

c) Pristia Anjani

c. Penanggung jawab website : Intan Oktafiani, S.Kom, M.T.

4.2. Waktu Kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat akan dilakukan di rentang bulan April atau Mei 2022

dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:

Tata Waktu
Agenda
Jan Feb Mar April Mei Juni

Persiapan

Pelaksanaan

Evaluasi dan Pelaporan

9
DAFTAR PUSTAKA

–. (2014). 98 persen Anak dan Remaja Tahu Internet. Diakses pada 26 Desember 2021
melalui
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3836/98+Persen+Anak+dan+Remaja+Ta
hu+Internet/0/berita_satker

Anggraeni, N. D. (2019). Ketimpangan Gender Pada Kasus Incest dalam Pemberitaan Media
dalam Jaringan (Analisis Wacana Bahasa). JURNAL DIMENSI, 8(1), 142-166.

Astuti, Y. D. (2016). Media dan Gender (Studi Deskriptif Representasi Stereotipe Perempuan
dalam Iklan di Televisi Swasta). Profetik: Jurnal Komunikasi, 9(2), 25-32.

BAKTI. (2019). Cari Tahu Perbedaan Jaringan dan Internet Hanya Disini!”. Diakses pada 26
Desember 2021 melalui baktikominfo.id. https://www.baktikominfo.id/en/inf
ormasi/pengetahuan/cari_tahu_perb edaan_jaringan_dan_internet_hany

Falah, R. J. (2018). Pilihan media massa sebagai sumber informasi bagi remaja Kelurahan
Ngagel Rejo Kota Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Haqqu, R. (2020). Uji Uses And Gratifications Dalam Intensitas Menonton Program Talk
Show Melalui Televisi. CoverAge: Journal of Strategic Communication, 10(2), 11-18.

Lestari, T., Mukhroman, I., & Prasetya, T. I. (2015). Pengaruh Terpaan Iklan Televisi
Elevenia Terhadap Minat Beli Mahasiswa (Survei Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Angkatan 2012) (Doctoral dissertation, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa).

Kusnandar, V. (2021). Pengguna Internet Indonesia Peringkat ke-3 Terbanyak di Asia.


Diakses pada 26 Desember 2021 melalui
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/14/pengguna-internet-indonesia-
peringkat-ke-3-terbanyak-di-asia

Sakti, B. C., & Yulianto, M. (2018). Penggunaan media sosial instagram dalam pembentukan
identitas diri remaja. Interaksi Online, 6(4), 490-501.

Saputra, A. D. (2015). Pengaruh Terpaan iklan Televisi Kampanye Politik Calon Presiden
Jokowi-JK Terhadap Tingkat Keputusan Memilih Masyarakat dalam Pemilu 2014
(Studi Pada Masyarakat Perumahan Puri Kartika Asri Kota Malang) (Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang). Diakses pada 26 Desember 2021
melalui https://eprints.umm.ac.id/26564/

10
Syukri, M., Sujoko, A., & Safitri, R. (2019). Gerakan Pendidikan Literasi Media Kritis di
Indonesia: Studi terhadap Yayasan Pengembangan Media Anak. Jurnal Ilmu
Komunikasi MEDIAKOM. Vol. 2 No.02.

Sucahyo, N. (2021). Perundungan Siber di Indonesia Kian Mengkhawatirkan. Diakses pada


26 Desember 2021 melalui https://www.voaindonesia.com/a/perundungan-siber-di-
indonesia-kian-mengkhawatirkan-/6232440.html

Parwadi, R. (2005). Pengaruh Penggunaan Media Televisi Terhadap Penyimpangan Nilai


Dan Perilaku Remaja (Kekerasan, Seks, Dan Konsumtif) Di Kota Yogyakarta.
Sosiohumaniora, 7(1), 35.

11

Anda mungkin juga menyukai