Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
PANGKALAN UTAMA TNI AL XIII
SURAT KEPUTUSAN
Tentang
2
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata KerjaKementerian Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
20406/MENKES/PER/12/2011 tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotika.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
Ditetapkan di : Tarakan
3
iii
I. PENDAHULUAN
Masalah kuman kebal antibiotik atau resistensi antibiotik sudah menjadi
masalah global termasuk di Indonesia. Penggunaan antibiotik yang tidak
rasional menjadikan kuman menjadi kebal terhadap beberapa kelas antibiotik,
sehingga menyulitkan dalam hal penanganan pasien dengan infeksi akibat
kuman resisten. Penyebab terbanyak penggunaan antibiotik tidak rasional
adalah pada kasus infeksi yang seharusnya tidak perlu menggunakan antibiotik
seperti infeksi karena virus, jamur atau parasit dan juga penggunaan yang tidak
sesuai dosis, lama pemberian dan jenis antibiotik. Pemerintah melalui
kementerian kesehatan telah membuat suatu program nasional yang
diharapkan dapat mengatur penggunaan antimikroba khususnya antibiotik
melalui program nasional pengendalian resistensi antimikroba.
Harapan program nasional ini adalah penggunaan antibiotik yang
rasional, sehingga terjadi penurunan angka kejadian kuman resisten dan
penurunan angka kesakitan akibat kuman resisten. Pentingnya masalah
resistensi antimikroba inipun pemerintah memasukan program nasional
pengendalian resistensi antimikroba ini dalam salah satu point yang dinilai
dalam akreditasi suatu rumah sakit. Peran klinisi sebagai pihak yang
memberikan pelayanan kepada pasien khususnya pemberian antimikroba
dalam mendukung suksesnya program ini menjadi penting, demikian pula
peran farmasi klinis, mikrobiologi, paramedis, panitia farmasi terapi dan tim PPI
menjadi penting dalam program ini.
Dukungan manajemen berupa pembuatan kebijakan – kebijakan dalam
hal pengaturan penggunaan antimikroba, serta pemenuhan sarana prasarana
dan sejumlah anggaran dibutuhkan untuk mendukung agar program kerja yang
telah dibuat komite PPRA dapat terlaksana.
1
resistensi terhadap antibakteri, jamur, virus, dan parasit. Resistensi antimikroba
muncul karena penggunaan antimikroba yang tidak bijak, sehingga
menimbulkan tekanan seleksi terhadap mikroba. Mikroba yang sudah resisten
dapat menyebar dari pasien ke pasien lain, atau ke petugas kesehatan. Hal ini
dapat menyebabkan tingginya angka kejadian resistensi di rumah sakit.
Sesuai ketentuan Permenkes No. 8 Tahun 2015 Pasal 6(1), Setiap rumah
sakit harus melaksanakan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
secara optimal. Yang dimaksudkan pengendalian resistensi antimikroba adalah
aktivitas yang ditujukan untuk mencegah dan atau menurunkan adanya
kejadian mikroba resisten. Program Resistensi Antimikroba di rumah sakit
dijalankan secara baku, terukur dan terpadu.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan penggunaan antibiotik bijak di rumah sakit serta
mengendalikan dan menurunkan angka kejadian kuman resisten
antibiotik.
B. Tujuan Khusus
1. Melakukan penggunaan antibiotik secara bijak.
2. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.
3. Melakukan surveilans pola kuman dan kepekaannya termasuk
kejadian kuman resisten.
4. Meningkatkan mutu penanganan kasus infeksi secara multi disiplin.
5. Menurunkan angka kejadian infeksi yang disebabkan bakteri
resisten.
2
2. Menentukan anggota 4 pilar yang lain (Panitia farmasi terapi,
Laboratorium Klinik, Farmasi Klinik dan PPI).
3. Menentukan perwakilan komite keperawatan dan komite medik.
4. Membuat dan mengajukan pengesahan SK Tim Komite PPRA ke
Karumkit.
b. Membuat kebijakan terkait penggunaan antibiotik di rumah sakit.
1. Menyusun kebijakan umum penggunaan antibiotik (prinsip pemilihan
antibiotik).
2. Menyusun panduan penggunaan antibiotik profilaktik dan terapi.
3. Menyusun kebijakan pembatasan penggunaan antibiotik (antibiotic
stop order).
4. Memenuhi sarana dan prasarana terkait pelayanan laboratorium
mikrobiologi klinik (terkait hasil identifikasi dan uji kepekaan
antibiotik).
c. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik baik kuantitatif maupun
kualitatif.
1. Membuat kebijakan terkait evaluasi penggunaan antibiotik di
ruangan.
2. Melaporkan hasil evaluasi penggunaan antibiotik di ruangan.
d. Melakukan surveilans terkait pola kuman kepekaannya termasuk kuman
resisten.
1. Melaporkan peta/pola kuman dan uji kepekaan antibiotik setiap 6
bulan/1 tahun.
2. Melakukan analisa hasil peta/ pola kuman dan uji kepekaan
antibiotik setiap 6 bulan/1 tahun.
e. Melakukan pembahasan kasus infeksi secara multidisiplin.
1. Melakukan koordinasi dengan klinisi/DPJP terkait kasus infeksi.
2. Melaporkan kasus infeksi terkait kuman multiresisten.
f. Menetapkan pilot project pelaksanaan PPRA dan penanggung jawab tim
pelaksana pilot project.
g. Menentukan batasan atau kriteria pasien yang akan dilakukan
pemeriksaan kultur
3
h. Sosialisasi program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit.
4
b. Seluruh anggota komite PPRA Rumah sakit.
c. Seluruh klinisi atau Dokter, Paramedis, Farmasi klinis, Laboratorium.
d. Masyarakat awam khususnya pasien dan pengunjung Rumah sakit.
5
VII. JADWAL KEGIATAN
September
November
Desember
Februari
Agustus
Oktober
Januari
Maret
April
Juni
No KET
Juli
Mei
KEGIATAN
4. Pelatihan PPRA
5. Sosialisasi PPRA
6
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Setiap pelaksanaan kegiatan PPRA (Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba) didokumentasikan dalam notulen rapat dan
dilaporkan kepada Karumkit. Apabila ada yang perlu di usulkan maka
PPRA akan mengajukan surat rekomendasi kepada Karumkit.
7
X. PENUTUP
Untuk dapat melaksanakan kegiatan secara teratur, terarah dan
terorganisir, maka perlu adanya dibuat sebuah program untuk
kemudian dapat memberikan batasan kegiatan agar tidak terlalu
meluas ataupun menyempit. Dengan adanya program kerja maka
kegiatan Tim PPRA akan lebih fokus dalam pengendalian resistensi
antibiotik dan elemen-elemen di dalamnya. Oleh karena itu
diharapkan dengan disusunnya program kerja ini, Komite PPRA
mampu bekerja dengan baik sehingga tujuan yang ingin dicapai
komite PPRA dapat tercapai dan aktifitas penggunaan antibiotik
dapat dilakukan secara bijak sehingga masalah peningkatan
terjadinya resistensi antibiotik dapat teratasi demi keselamatan
pasien.
Ditetapkandi : Tarakan
Pada tanggal : 01 April 2020
Ketua Komite PPRA