PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, baik dengan
sarana pendidikan lain serta perbaikan manajemen sekolah. Namun usaha ini
manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui
untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki
belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat
tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan
siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang memiliki
kemampuan intelegensi relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. Oleh karena itu jelaslah bahwa taraf intelegensi bukan satu-satunya factor
tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia
mereka. Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit orang
dengan IQ tinggi berprestasi rendah, dan banyak orang dengan IQ sedang dapat
mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
Teori Daniel Goleman, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun
EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian
IQ (Goleman, 2002:44).
kecerdasan akademis tinggi, mereka cendrung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel, cendrung menarik diri, terkesan dingin dan
seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat diatas, bila sesorang
akan terlihat keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya
kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cendrung putus asa
terutama dalam penguasaan konsep IPA. Mata pelajaran IPA merupakan pelajaran
yang dianggap sulit bagi siswa. Namun bagi sebagian siswa yang memiliki minat
dan kosentrasi belajar yang baik serta rajin latihan soal, mereka dapat meraih
prestasi belajar yang baik. Siswa yang demikian belum tentu memiliki IQ tinggi,
tetapi faktor yang paling mendukung adalah ketekunan, minat serta daya juangnya
untuk berprestasi.
paling banyak dibanding dengan mata pelajaran yang lainya. Ironisnya, IPA
termasuk pelajaran yang tidak disukai banyak siswa. Bagi mereka pelajaran IPA
cenderung dipandang sebagai mata pelajaran yang “kurang diminati” dan “kalau
seperti yang disebutkan diatas yaitu faktor internal : kecerdasan emosional dan
minat siswa itu sendiri. Selain itu faktor ekternal seperti kurangnya kemampuan
guru dalam menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik pada IPA
juga sangat mempengaruhi. Proses belajar mengajar IPA yang baik adalah guru
harus mampu menerapkan suasana yang dapat membuat siswa antusias terhadap
pemahamannya terhadap materi lain. Misalnya pada materi Besaran dan Satuan,
jika siswa tidak memahami konsep membaca alat ukur dan mengkonversi satuan
maka siswa akan mengalami kesulitan pada materi Besaran dan Satuan. Tetapi
sebaliknya, siswa yang memahami konsep membaca alat ukur dan mengkonversi
satuan akan lebih mudah memahami konsep Besaran dan Satuan serta konsep-
konsep berikutnya, otomatis akan meningkatkan gairah belajar dan minat siswa
terhadap IPA.
pelajaran yang masih dianggap sulit dan ditakuti siswa. Berdasarkan fakta yang
ada dilapangan hasil pembelajaran IPA di Indonesia masih tergolong rendah. Hal
ini disebabkan oleh banyak factor, diantaranya kurang penguasaan konsep IPA.
menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada
tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang
diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan
gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan
4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari.
penting yang mempengaruhi penguasaan konsep IPA siswa. Minat sangat erat
Peserta didik yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
dibandingkan peserta didik yang kurang berminat. Minat yang tinggi terhadap
prestasi yang tinggi. Maka untuk mencapai prestasi yang tinggi , disamping
kecerdasan, minat juga perlu ditingkatkan, sebab tanpa minat kegiatan belajar
tidak akan efektif. Dari uraian di atas dan kenyataan yang terjadi di SMP
Negeri di Cikarang Selatan penulis tertarik untuk mengambil judul Tesis tentang
IPA siswa?
siswa?
IPA siswa?
siswa?
maka perlu dilakukan pembatasan masalah agar pembahasan dapat lebih terfokus.
Adapun Batasan yang diberikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
atau dorongan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar IPA.
memahami definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat inti/isi dari materi IPA
Oleh karena itu penulis mengambil judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan
Minat Belajar terhadap Penguasaan Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (Survei pada
jawabannya dalam penelitian ini, dalam hal ini peneliti menetapkan tiga masalah
Bersama sama terhadap Penguasaan Konsep IPA pada Siswa SMP Negeri
di Cikarang Selatan?
E. Tujuan Penulisan
Melihat dari rumusan masalah diatas maka penulisan ini dilakukan dengan
1. Manfaat praktis
2. Manfaat teoritis
Sistematika Tesis yang penulis rancang dibagi menjadi tiga bagian sebagai
berikut :
pernyataan, motto dan persembahan, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar
Bab I Pendahuluan
analisis data.
pembahasannya.
Bab V Penutup
Berisikan simpulan dari hasil penulisan, dan saran kepada pihak yang
terkait.