Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Disusun oleh :

dr. Christofel Joman Purba

Pendamping :

dr. Yonada Christianto Sigalingging

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS PROGRAM


KEMENKES DOKTER INTERNSIP RUMAH SAKIT UMUM ADVENT
MEDAN

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia merupakan suatu protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah/locus minor dari lapisan dinding perut. Pada hernia inguinalis
lateralis, sebagian usus masuk melalui lubang pada dinding perut ke dalam
kanalis inguinalis melalui anulis inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.
Perbaikan hernia inguinalis adalah salah satu prosedur bedah yang
paling umum dalam bedah anak. Insiden hernia inguinalis, yang hampir
semuanya tidak langsung dan bersifat kongenital, adalah sekitar 3%
sampai 5% pada bayi cukup bulan dan 9% sampai 11% pada bayi
prematur. Itu terjadi pada anak laki-laki kira-kira enam kali lebih sering
daripada anak perempuan. Enam puluh persen hernia inguinalis terjadi di
sisi kanan, 30% di sisi kiri, dan 10% bilateral. Angka kejadian hernia
inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak
daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-
80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %, hernia ventralis 10
%, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 %.
Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang biasa ditemukan
dalam kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia
inguinalis bersifat inkarserasi (ireponibel disertai gangguan pasase) dan
strangulasi (ireponibel disertai gangguan vaskularisasi). Inkarserasi
merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu dan tindakan operasi
darurat nomor dua setelah apendicitis akut di Indonesia.
B. Tujuan

2
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui cara menegakkan
diagnosis dan penanganan awal pasien hernia inguinalis lateralis.
C. Manfaat
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari cara
menegakkan diagnosis dan mengelola secara benar penyakit tersebut.

3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Sdr. FAL
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 12 September 2021

2.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis di IGD RSU Advent
Medan
A. Keluhan Utama
Nyeri pada selangkangan
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RSU Advent Medan dengan keluhan nyeri pada
selangkangan bagian kiri dirasakan sejak 2 jam SMRS. Keluhan disertai
pembengkakan pada lipat paha hingga kantong pelir kiri, disertai mual (+)
dan muntah (+). Dikatakan pasien dan keluarga sebelumnya pasien sudah
pernah mengeluhkan benjolan pada selangkangan kiri yang hilang timbul
sejak kecil sekitar usia 5 tahun, diperiksakan ke dokter dan disarankan
untuk dilakukan operasi namun pasien masih menolak. Sekarang benjolan
tidak bisa masuk lagi dan terasa nyeri.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat operasi sebelumnya : (-)
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal

4
2.3 Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Tanda-tanda vital :
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,1oC
Saturasi : 98% FA
VAS :8

Kepala :
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : deviasi septum (-), rinore (-)
Telinga : normotia, otore (-/-)
Mulut : pucat (-), sianosis (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thoraks :
Paru :
- Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
- Palpasi : nyeri tekan (-)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavicularis sinistra
- Perkusi : batas jantung dbn
- Auskultasi : bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

5
Abdomen :
- Inspeksi : datar, bekas operasi (-)
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), massa(-), hepar, lien,
ginjal tidak teraba
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas superior et inferior dextra et sinistra:
- Look : deformitas (-)
- Feel : akral hangat, CRT <2 detik
- Move : ROM aktif dan pasif tidak terbatas

Status lokalis regio inguinal sinistra: terdapat benjolan pada canalis inguinalis
hingga skrotum sinistra, teraba keras diskret (+), nyeri tekan (+).

2.4 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium (12/09/2021)

Pemeriksaan Hasil Batas Normal Satuan

Hematologi

Hemoglobin 16,2 13-18 g/%

Hematokrit 50,7 39-47 %

Leukosit 13.670 5.000 – 10.000 /µL

Trombosit 226.000 150.000 – 450.000 /µL

Gula darah

KGD Random 104 50-150 mg/dl

FAAL Hati

HbsAg Negatif Negatif

Imuno-Serologi

6
HIV test Negatif Negatif

RT Antigen Covid19 Negatif Negatif

b. Pemeriksaan Radiologi
Foto thorax (12/09/2021) : Cor dan pulmo dalam batas normal

2.5 Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra

2.6 Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien,
seperti menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.

2. Medikamentosa
 Ketoprofen supp II
 IVFD RL 20 tpm
 inj ranitidin 1 amp/12 jam iv
 inj ketorolac 1 amp/8 jam iv
 inj ondansetron 8 mg/12 jam iv
 inj ceftriaxone 1 gr/12 jam iv

3. Operasi
Pro Hernioraphy

2.7 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

7
Follow Up
Tanggal S O A P
12/09/2021 Keluhan: Keadaan umum: Tampak sakit HIL sinistra  Masuk ruangan dan
nyeri pada sedang tirah baring
selangkanga Kesadaran: CM  IVFD RL 20 gtt/i
n TTV:  Inj. Ranitidin 1
TD: 110/70 mmHg Amp/12 jam
Nadi: 87 x/menit  Inj. Ketorolac 1 Amp/8
Pernapasan: 20 x/menit jam
Suhu: 36,1 C  Inj. Ondansetron 8
mg/12 jam
Status lokalis regio inguinal
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12
sinistra: terdapat benjolan lunak,
jam
nyeri tekan (+)
 Pro Hernioraphy
 Acc operasi dari
anestesi

13/09/2021 Keluhan: Keadaan umum: Tampak sakit HIL sinistra  Tirah baring
sedang post  IVFD RL 20 gtt/i
Nyeri bekas
Kesadaran: CM hernioraphy  Inj. Ceftriaxone 1gr/12
luka operasi TTV: H1 jam
TD: 120/80 mmHg  Inj. Ketorolac 1 Amp/8
Nadi: 80 x/menit jam
Pernapasan: 20 x/menit
Suhu: 36,2oC

14/09/2021 Keluhan: Keadaan umum: Tampak sakit HIL sinistra  Terapi lanjut
Nyeri ringan post
berkurang Kesadaran: CM hernioraphy
TTV: H2
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80 x/menit
Pernapasan: 20 x/menit
Suhu: 36,1oC
15/09/2021 Keluhan: Keadaan umum: Tampak sakit HIL sinistra  Boleh pulang
nyeri ringan post  Terapi rawat jalan:
berkurang Kesadaran: CM hernioraphy  cefixime 2 x 100 mg
TTV: H3  clindamycin 3 x 300
TD: 120/80 mmHg mg
Nadi: 80 x/menit  asam tranexamat 3 x
Pernapasan: 20 x/menit 500 mg

8
Suhu: 36,3oC

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi & Epidemiologi


Hernia merupakan suatu protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Pada hernia inguinalis
lateralis, sebagian usus masuk melalui lubang pada dinding perut ke dalam
kanalis inguinalis melalui anulis inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.
Sekitar 75% dari hernia dinding perut terjadi di selangkangan. Risiko
hernia inguinalis seumur hidup adalah 27% pada pria dan 3% pada wanita.
Dari perbaikan hernia inguinalis, 90% dilakukan pada pria dan 10% pada
wanita. Insiden hernia inguinalis pada laki-laki memiliki distribusi
bimodal, dengan puncak sebelum usia tahun pertama dan setelah usia 40
tahun. Mereka yang berusia 25 hingga 34 tahun memiliki tingkat
prevalensi seumur hidup sebesar 15%, sedangkan mereka yang berusia 75
tahun ke atas memiliki tingkat prevalensi sebesar 47%. Sekitar 70% dari
perbaikan hernia femoralis dilakukan pada wanita; namun, hernia
inguinalis lima kali lebih umum daripada hernia femoralis. Subtipe hernia
inguinalis yang paling umum pada pria dan wanita adalah hernia inguinalis
indirek/lateralis.

B. Anatomi
Kanalis inguinalis adalah daerah berbentuk kerucut dengan panjang sekitar
4 sampai 6 cm yang terletak di bagian anterior dari cekungan panggul

9
(Gbr. 37-1). Kanal dimulai pada dinding perut posterior, di mana korda
spermatika melewati cincin inguinalis dalam (internal), sebuah hiatus di
fasia transversalis. Kanalis berakhir di medial pada cincin inguinalis
superfisial (eksternal), titik di mana korda spermatika melintasi defek pada
aponeurosis oblikus eksterna. Batas-batas kanalis inguinalis terdiri dari
aponeurosis oblikus eksterna di anterior, muskulus oblikus internus di
lateral, fasia transversalis dan otot transversus abdominis di posterior, otot
oblik interna di superior, dan ligamentum inguinalis (Poupart) di inferior.
Korda spermatika melintasi kanalis inguinalis, dan mengandung tiga arteri,
tiga vena, dua saraf, pleksus vena pampiniformis, dan vas deferens. Hal ini
diselimuti tiga lapisan fasia spermatika.

Gambar 1. Lokasi kanalis inguinalis terhadap rongga pelvis.

C. Klasifikasi
Menurut sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi:
1. Hernia reponibel
Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus
keluar ketika berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk ke dalam perut. Selama hernia
masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel

10
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali
ke dalam rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi
kantong kepada peritoneum kantong hernia.
3. Hernia inkarserata
Hernia inkaserata apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut hingga menyebabkan gangguan pasase usus.
4. Hernia strangulata
Hernia strangulata terjadi apabila apabila isi hernia terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai gangguan vaskularisasi
usus.
Sedangkan hernia inguinalis dapat dibagi menjadi 2 yaitu hernia inguinalis
indirek/lateralis dan hernia inguinalis direk/medialis. Pada hernia
inguinalis indirek, kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis
melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa
epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulis inguinalis eksternus. Umumnya hernia inguinalis
indirek disebabkan kelainan kongenital dimana terjadinya kegagalan
obliterasi prosesus vaginalis. Pada hernia inguinalis direk, hernia terjadi
melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di
daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia ini merupakan penyakit
pada laki-laki lanjut usia dengan kelemahan otot dinding abdomen.

D. Etiopatofisiologi
Hernia inguinalis lateralis umumnya disebabkan oleh kegagalan obliterasi
prosesus vaginalis yang berperan saat pembentukan kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis merupakan jalur bagi testis untuk turun dari dinding
abdomen dorsal menuju ventral dan akhirnya ke skrotum. Setelah
mesonefros mengalami degenerasi, gubernaculum terbentuk pada kedua
sisi abdomen dan melekat di kaudal pada labioscrotal swelling.
Gubernaculum berfungsi sebagai semacam jangkar dan nantinya akan mjd

11
guiding bagi testis untuk berpindah ke dalam skrotum. Processus vaginalis
yang merupakan evaginasi semacam evaginasi dari dinding peritoneum
yang nantinya akan menjadi canalis inguinalis. Proc. Vaginalis terbentuk
sejak minggu 8 gestasi dan arah perkembangannya ke kaudal mengikuti
permukaan ventral dari gubernaculum. Pintu masuknya akan menjadi
annulus inguinal interna/profundus dan pintu keluarnya akan menjadi
anulus inguinalis eksternus. Melalui pengaruh androgen (cth testosterone)
testis akan turun melalui canalis inguinalis menuju skrotum dengan
dipandu oleh gubernaculum. Setelah proses turunnnya testis selesai, akan
terjadi obliterasi dari prosesus vaginalis sehingga menutup hubungan
antara cavum peritoneum dengan canalis inguinalis dan skrotum. Jika
hubungan antara cavum peritoneum dan canalis inguinalis gagal menutup,
akan terjadi keadaan yang disebut persistent processus vaginalis. Melalui
processus vaginalis tersebut, bagian dari usus dapat mengalami herniasi ke
arah skrotum atau labium majus. Terkadang, ujung abdomen dari prosesus
vaginalis tetap terbuka tetapi terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya
herniasi usus. Akibatnya, hanya cairan peritoneum yang dapat masuk ke
dalam prosesus vaginalis paten dan membentuk hidrokel skrotum. Jika
bagian tengah dari prosesus vaginalis yang tetap terbuka, cairan dapat
menumpuk dan menimbulkan hidrokel pada korda spermatika.

12
Gambar 2. Embriologi proses turunnya testis ke dalam skrotum.

Gambar 3. Kemungkinan akibat dari kegagalan penutupan prosesus


vaginalis

13
E. Diagnosis
Hernia inguinalis memiliki berbagai spektrum skenario. Mulai dari
penemuan insidental hingga keadaan darurat bedah seperti inkarserasi dan
strangulasi isi kantung hernia. Pasien yang datang dengan gejala hernia
selangkangan akan sering melaporkan nyeri selangkangan. Pertimbangan
penting dari riwayat pasien termasuk durasi dan waktu gejala. Hernia akan
sering meningkat dalam ukuran dan konten dalam waktu yang lama. Jauh
lebih jarang, pasien akan datang dengan riwayat herniasi inguinalis akut
setelah aktivitas berat. Pertanyaan juga harus diarahkan untuk
mengkarakterisasi apakah hernia dapat direduksi. Pasien akan sering
mengurangi hernia dengan mendorong isi kembali ke perut, sehingga
memberikan kenyamanan sementara. Ketika ukuran defek meningkat dan
lebih banyak isi intra-abdomen mengisi kantung hernia, hernia mungkin
menjadi lebih sulit untuk direduksi.
Umumnya, kasus hernia inguinalis bersifat asimptomatik sebelum
terjadi hernia incarcerata/strangulata. Pada anak yang lebih tua, biasanya
akan muncul keluhan nyeri pada selangkangan saat berolahraga/aktivitas.
Dapat ditemukan adanya benjolan yang keluar dari annulus inguinalis—
groin/labia/scrotum (terutama saat Valsava maneuver: menangis, batuk,
straining), dan dapat terjadi secara intermittent. Jika hernia sudah
mengalami inkarserasi, pasien akan mengalami rasa nyeri dan iritabilitas,
diikuti tanda-tanda obstruksi usus (obstipasi, distensi, mual, muntah),
tampakan usus edema, bengkak, engorged, dan terjebak di luar cavitas
abdomen.
Pemeriksaan fisik sangat penting untuk diagnosis hernia inguinalis.
Hernia asimtomatik sering didiagnosis secara kebetulan pada pemeriksaan
fisik atau dapat menjadi perhatian pasien sebagai tonjolan abnormal.
Idealnya, pasien harus diperiksa dalam posisi berdiri untuk meningkatkan
tekanan intra-abdomen, dengan selangkangan dan skrotum terbuka penuh.
Inspeksi dilakukan terlebih dahulu, dengan tujuan mengidentifikasi
tonjolan abnormal di sepanjang selangkangan atau di dalam skrotum. Jika

14
benjolan tidak terdeteksi, palpasi dilakukan untuk memastikan adanya
hernia.
Palpasi dilakukan dengan memajukan jari telunjuk melalui skrotum
menuju cincin inguinalis eksternal. Hal ini memungkinkan kanal
inguinalis untuk dieksplorasi. Pasien kemudian diminta untuk melakukan
manuver Valsava untuk menonjolkan isi hernia. Manuver ini akan
mengungkapkan tonjolan abnormal dan memungkinkan dokter untuk
menentukan apakah hernia dapat direduksi atau tidak. Pemeriksaan sisi
kontralateral memberi kesempatan pada klinisi untuk membandingkan
keberadaan dan luasnya herniasi antar sisi. Cara ini sangat berguna dalam
kasus hernia kecil.
Teknik-teknik tertentu dari pemeriksaan fisik secara klasik telah
digunakan untuk membedakan antara hernia direk dan indirek. Pada tes
oklusi inguinal, pemeriksa memblokir anulus inguinalis internal dengan
jari saat pasien diinstruksikan untuk batuk. Jika benjolan tidak muncul
menunjukkan hernia indirek, sedangkan herniasi persisten menunjukkan
hernia direk. Transmisi impuls batuk ke ujung jari menandakan hernia
indirek, sedangkan jika impuls teraba pada dorsum jari menandakan hernia
direk.

15
Gambar 4. Pemeriksaan kanalis inguinalis

F. Tatalaksana
Penatalaksanaan definitif hernia inguinalis adalah dengan pembedahan.
Rujukan ke ahli bedah dan waktu perbaikan tergantung pada apakah hernia
dapat direduksi atau tidak. Selain itu, hernia inkarserata harus direduksi
secepat mungkin untuk menghindari strangulasi isi kantung hernia. Massa
inguinal yang dapat direduksi merupakan indikasi untuk rujukan ke ahli
bedah. Konsultasi harus diperoleh dengan segera tetapi tidak bersifat
darurat. Namun, setelah diagnosis dibuat, perbaikan harus segera
dilakukan untuk menghindari komplikasi, seperti inkarserasi. Inkarserasi
telah dilaporkan pada sebanyak 13 persen anak-anak yang menunggu
perbaikan elektif, dengan mayoritas kasus pada mereka yang berusia
kurang dari satu tahun. Sambil menunggu evaluasi bedah, pasien dan
keluarga harus diberitahu tentang tanda dan gejala inkarserasi dan
diberikan indikasi untuk mencari pertolongan medis.
Hernia inguinalis yang mengalami inkarserasi harus segera
direduksi, baik secara manual maupun dengan pembedahan. Ketika

16
diagnosis sudah dibuat, pasien harus dipuasakan karena tindakan operasi
segera mungkin diperlukan untuk mereduksi hernia. Kecuali anak tampak
sangat sakit dan memiliki tanda-tanda peritonitis, obstruksi usus, atau
toksisitas dari usus gangren, reduksi manual harus dicoba. Reduksi manual
berhasil pada 95 hingga 100 persen pasien. Perbaikan elektif setelah
reduksi manual yang berhasil memiliki tingkat komplikasi yang lebih
rendah daripada reduksi secara operasi darurat. Reduksi manual dapat
dilakukan dengan menerapkan tekanan di sepanjang kanalis inguinalis
proksimal dengan satu tangan, sementara tangan lainnya mencoba untuk
mengeluarkan gas dan isi keluar dari usus yang terperangkap dengan
tekanan lembut, hingga lima menit. Setelah mengurangi isi usus yang
terperangkap, tekanan harus sedikit ditingkatkan pada aspek distal hernia
untuk mereduksi hernia.
Pada beberapa kasus dimana reduksi manual tidak dapat dilakukan
atau gagal, hernia harus direduksi dengan tindakan pembedahan. Tujuan
dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan kantong
peritoneal dan untuk menutupi defek pada fasia di dinding inguinal.
Terdapat beberapa metode pembedahan yaitu:
 Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia,
memasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan
memotong kantong hernia.
 Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan
bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di
belakang kanalis inguinalis.
 Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

17
BAB IV
DISKUSI KASUS

TEORI PASIEN

Definisi Pada pasien dijumpai benjolan pada regio


Hernia merupakan suatu protrusi atau penonjolan isi kanalis inguinalis dekstra hingga keluar dari
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari anulus inguinalis eksternus
dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Pada hernia inguinalis lateralis, sebagian usus masuk
melalui lubang pada dinding perut ke dalam kanalis
inguinalis melalui anulis inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,

18
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan
jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.

Klasifikasi
Menurut sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi: Pada pasien dicurigai mengalami hernia
1. Hernia reponibel inguinalis indirek inkarserata karena isi
Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar- hernia sudah tidak dapat direposisi kembali
masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengejan, dan ke dalam rongga perut dan terdapat
masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk gangguan pasase usus dimana pasien
ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak merasakan nyeri hebat disertai mual dan
ada keluhan nyeri atau obstruksi usus. muntah.
2. Hernia ireponibel
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga perut. Biasanya
disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
3. Hernia inkarserata
Hernia inkaserata apabila isi hernia terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut hingga
menyebabkan gangguan pasase usus.
4. Hernia strangulata
Hernia strangulata terjadi apabila apabila isi hernia
terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai gangguan vaskularisasi usus.
Umumnya, kasus hernia inguinalis bersifat
asimptomatik sebelum terjadi hernia
incarcerata/strangulata. Pada anak yang lebih tua,
biasanya akan muncul keluhan nyeri pada
selangkangan saat berolahraga/aktivitas. Dapat

19
ditemukan adanya benjolan yang keluar dari annulus
inguinalis—groin/labia/scrotum (terutama saat Valsava
maneuver: menangis, batuk, straining), dan dapat
terjadi secara intermittent. Jika hernia sudah
mengalami inkarserasi, pasien akan mengalami rasa
nyeri dan iritabilitas, diikuti tanda-tanda obstruksi usus
(obstipasi, distensi, mual, muntah), tampakan usus
edema, bengkak, engorged, dan terjebak di luar cavitas
abdomen.

Tatalaksana
Hernia inguinalis yang mengalami inkarserasi harus Pada pasien diberikan tatalaksana
segera direduksi, baik secara manual maupun dengan simptomatis dengan ketoprofen suppositoria
pembedahan. Ketika diagnosis sudah dibuat, pasien dan injeksi ketorolac untuk mengurangi
harus dipuasakan karena tindakan operasi segera nyeri, injeksi ondansetron untuk mengurangi
mungkin diperlukan untuk mereduksi hernia. Kecuali mual, dan pada pasien dilakukan tindakan
anak tampak sangat sakit dan memiliki tanda-tanda operasi dengan hernioraphy sebagai terapi
peritonitis, obstruksi usus, atau toksisitas dari usus definitif.
gangren, reduksi manual harus dicoba. Reduksi manual
berhasil pada 95 hingga 100 persen pasien. Perbaikan
elektif setelah reduksi manual yang berhasil memiliki
tingkat komplikasi yang lebih rendah daripada reduksi
secara operasi darurat. Reduksi manual dapat
dilakukan dengan menerapkan tekanan di sepanjang
kanalis inguinalis proksimal dengan satu tangan,
sementara tangan lainnya mencoba untuk
mengeluarkan gas dan isi keluar dari usus yang
terperangkap dengan tekanan lembut, hingga lima
menit. Setelah mengurangi isi usus yang terperangkap,
tekanan harus sedikit ditingkatkan pada aspek distal
hernia untuk mereduksi hernia.
Pada beberapa kasus dimana reduksi manual tidak

20
dapat dilakukan atau gagal, hernia harus direduksi
dengan tindakan pembedahan. Tujuan dari semua
perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan kantong
peritoneal dan untuk menutupi defek pada fasia di
dinding inguinal. Terdapat beberapa metode
pembedahan yaitu:
• Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia,
memasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta
mengikat dan memotong kantong hernia.
• Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai
tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding
perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
• Hernioplasti
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis.

21
BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 19 tahun datang


ke RSU Advent Medan dengan keluhan nyeri pada selangkangan bagian
kiri dirasakan sejak 2 jam SMRS. Keluhan disertai pembengkakan pada
lipat paha hingga kantong pelir kiri, disertai mual (+) dan muntah (+).
Dikatakan pasien dan keluarga sebelumnya pasien sudah pernah
mengeluhkan benjolan pada selangkangan kiri yang hilang timbul sejak
kecil sekitar usia 5 tahun, diperiksakan ke dokter dan disarankan untuk
dilakukan operasi namun pasien masih menolak. Sekarang benjolan tidak
bisa masuk lagi dan terasa nyeri. Pada saat di IGD pasien diberi terapi
dengan:
 Ketoprofen supp II
 IVFD RL 20 tpm
 inj ranitidin 1 amp/12 jam iv
 inj ketorolac 1 amp/8 jam iv
 inj ondansetron 8 mg/12 jam iv
 inj ceftriaxone 1 gr/12 jam iv
Pasien lalu dikonsukan ke dokter spesialis bedah dan dilakukan tindakan
operatif berupa hernioraphy. Pasien lalu dirawat inap selama 3 hari
kemudian dipulangkan dengan terapi cefixime 2 x 100 mg, clindamycin 3
x 300 mg, dan asam tranexamat 3 x 500 mg tablet.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, C; Beauchamp, R; Evers, B; Mattox, K. 2017. Sabiston


Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice
20th edition. Philadelphia: Elsevier.
2. Sjamsuhidajat, R.; Karnadihardja, W.; Prasetyono, T.O.H.; Rudiman, R.,
2010. Sjamsuhidajat-De Jong: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
3. Brunicardi, C; Andersen, D; Billiar, T; Dunn, D; Hunter, J; Matthews, J;
Pollock, R. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery 10th edition. New
York: McGraw-Hill.
4. Moore, KL; Persaud, T; Torchia, M. 2013. The Developing Human:
Clinically Oriented Embriology 9th edition. Philadelphia: Elsevier.
5. Stylianos S, Jacir NN, Harris BH. 1993. Incarceration of inguinal hernia
in infants prior to elective repair. J Pediatr Surg. 28(4):582.
6. Zamakhshary M, To T, Guan J, Langer JC. 2008. Risk of incarceration of
inguinal hernia among infants and young children awaiting elective
surgery. CMAJ. 179(10):1001.

23

Anda mungkin juga menyukai