Sukarsih Nur FDK
Sukarsih Nur FDK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Sukasih Nur
10405001806
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos. I)
Oleh
Sukasih Nur
NIM : 104051001806
Pembimbing
Anggota
Penguji I Penguji
II
Pembimbing
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, segala
“Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Film Naga Bonar Karya Asrul Sani“ yang
suritauladan bagi kami agar kami menjadi insan kamil yang beriman dan bertakwa
membatu dalam penyelesaian skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
1. Prof. Dr. Kamaruddin Hidayat, M.A. selaku Rektor yang dapat amanat ilmiah
2. Bapak Dr. Murodi, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
4. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku dosen pembimbing penulisan skripsi ini,
6. Pimpinan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh staf dan
Jakarta.
cinta dan kasih sayang, doa, dukungan, baik moril maupun materil sehingga
selesai.
dan ketulusan mengasuh penulis hingga akhir hayat. Semoga semua amalnya
mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Dan tak lupa
kakak Ipar ku Wida Ningsih dan Sikun, yang ikut andil dalam memberikan
motivasi pada penulis. Keponakan ku Ami, Ica, Ayu, dan Rahman kalian
10. Sahabat ku Jefi, yang selalu memberi motivasi, dukungan dengan tulus serta
membatu atas segala kelu kesah kepada penulis selama di perantauan Jakarta
ini. Penulis sangat berhutang budi atas perhatian dan waktu-waktunya. Dan
tak lupa pula sahabat-sahabat ku dan teman-teman seperjuangan ku Happy
Ladies (Nita, Luluk, Ibed, Lilik, Trisna dan Ratna) dan teman seangkatan 2004
Sukron, kak Ilham, kak Hafiz, kak Adi, kak Dodoy, kak Supri, kak Herry, dan
kak Nia, ) dan adik-adik ku IKAPDH (Ida, Umi, Titin, Ely, Mineh, Iil, Nurul,
Salmi, Halsa, Bayu, ) dan semuanya yang tak sempat disebutkan satu persatu.
13. Teman-teman ku di kajian SAUNG (Anas, Rama, Widi, Wiwit, Afnan, Firda,
dan dukungan, Mimin dan Imut, ida, ani, terimakasih atas dukungan dan cerita
kalian. Dan teman-teman lainnya Restifa, Yayu, Ika Mika, Tya, Anis, Iik, Eza,
Sarah, Eva, Ulul, Zee, Fajar, Munih, Maulana, Ozi, Samsuri, dan lainnya
seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kan dibalas oleh Allah SWT
dengan balasan yang berlipat ganda. penulis berharap tulisan ini bisa memberikan
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
BONAR
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan. ..................................................................................... 85
B. Saran. ............................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sukasih Nur
BAB I
PENDAHULUAN
kecil bagi masyarakat dunia. Apalagi dengan timbul istilah budaya pop yang
mengajak manusia dalam kehidupan serba instant dan mewah. Hal ini tentunya
sangat berpengaruh terhadap pergeseran tata nilai moral dan ekspresi budaya
ketimuran.
peningkatan iman dan takwa, media komunikasi juga dapat digunakan untuk
penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam Islam maupun yang hanya
disepakati oleh masyarakat. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut untuk bisa
komprehensif seperti halnya film. Film merupakan salah satu hasil teknologi yang
saat ini sangat berperan dalam kegiatan komunikasi. Kata film digunakan untuk
segala sesuatu yang berhubungan dengan media massa. Film merupakan teknologi
hiburan massa untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan sekala luas,
adalah film, karena film bisa memadukan dua unsur yaitu suara dan gambar.
1
Sean Mac Bried, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara
Satu Dunia (Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco, 1983), h.120
Selain itu juga film merupakan salah satu bentuk hasil dari kebudayaan yang
kehadirannya saat ini akrab dengan keseharian manusia.2 Film memberikan ruang
Oleh karena itu film adalah medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk
hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan (edukatif) secara penuh (media
disajikan secara halus dan menyentuh relung hati tanpa merasa digurui. Namun
fakta dalam film ditampilkan secara abstrak di mana tema cerita bertolak dengan
fenomena yang terjadi di masyarakat, bahkan lebih dari itu dalam film cerita
Film memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia. Hal ini
berhubungan dengan ilmu jiwa sosial tentang gejala “Identifikasi psikologi” yaitu
orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan sehingga ia ikut merasa apa
komunikasi banyak mengandung pesan baik pesan sosial, pesan moral, maupun
pesan keagamaan. Film memang perlu mengandung pesan moral maupun agama,
karena film tidak hanya hadir dengan tujuan sebagai hiburan saja melainkan untuk
2
Mustofa Mansur, Jalan Dakwah, (Jakarta : Pustaka Ilmiah, 1994)h. 26.
3
Onong uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Cipta Aditya
Bakti, 2003), h. 207.
4
Ibid, Hal. 209.
5
Mafni Amir, Etika Komunikasi Massa dan Pandangan Islam (Jakarta : Logos, 1999) h.
27.
6
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi (Bandung : Remaja Rosda
Karya , 2005), h. 236.
pengajaran moral dan pendidikan, yang mengkritik tentang kepincangan moral
bangsa.
laku yang baik, itu akan mudah diterima oleh masyarakat penonton karena film
memberi ruang pikir bagi masyarakat untuk menerima atau menolak pesan yang
disampaikan.
Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan lewat
tabung televisi maupun layar perak, film mampu menampilkan realitas kedua (the
Second reality) dari kehidupan manuisa. Kisah-kisah yang ditayangkan bisa lebih
bagus dari kondisi nyata sehari-hari atau sebaliknya bisa lebih buruk.7
televisi, bahkan berbentuk VCD dan itu sangat digandrungi dan kebanyakan
menceritakan dunia glamour saja serta minim akan nilai-nilai moral. Film hiburan
pada pendidikan terhadap masyarakat. Hal ini adalah pembodohan secara tidak
langsung kepada generasi penerus bangsa. Hal demikian berbeda dengan keadaan
7
Asep S, Muhtadi, Dakwah Kontemporer – Pola Alternatif Dakwah Melalui Televise,
Editor, Asep S. Muhtadi dan Sri Handa jani, (Bandung : Pusdai Press, 2000), h. 93.
pendidikan yang memiliki basic culture yang kuat dengan setting ruang sosial
masyarakat Indonesia.8
Lewat film “Naga Bonar” (selanjutnya disebut NB) Asrul Sani berusaha
perjuangan dan sosial, karena ia memang tidak terpisah dari zamannya. Asrul
tidaklah heran jika ia, selalu mengungkap tema-tema perjuangan baik dalam film
maupun dalam puisi dan karya lainnya. Sekitar tahun 80-an, saat itu Asrul
sangat jauh berbeda dengan film-film sebelum perang yang fantastik alias tidak
realistis. Seperti estetika film praperang yang hanya membahas estetika hiburan,
senang-senang dengan gambar indah, casting cakep, cerita sudah diketahui umum
(karena dari legenda/dongeng sandiwara), maka tak perlu lagi tema-tema berat
dengan karakter yang spesifik. Dengan demikian terlihat yang dijual hanya efek,
gambar indah, dan sensasionalisme. Dari sini Asrul berinisiatif membuat sebuah
film layar lebar bertema humanistik dan kaya nilai-nilai moral, budaya dan
perjuangan. Film NB ini sarat dengan nilai perjuangan bangsa meski film dikemas
dalam bentuk komedi. NB merupakan salah satu film yang memiliki basic culture
dunia film di Indonesia, diproduksi sekitar tahun 1987, dengan mengambil latar
8
Veronika Kusuma.” Asrul Sani, Sebuah Fragmen Keadaan.” Artikel diakses 7 Agustus
2008 dari http://www.rumahfilm.org/artikel/artikel_asrul.htm
akhirnya menjadi Jendral dalam perjuangan. Awalnya semua dilakukan hanya
sekedar untuk mendapatkan kemewahan hidup, akan tetapi pada akhirnya dia
peperangan.
kepasrahan, kesetiaan serta harapan. Film NB yang walau terlihat usang, namun
sekarang telah di daur ulang kembali tanpa merubah cerita aslinya. Restorasi film
ini ternyata masih diminati dan diberi apresiasi yang baik oleh masyarakat. Hal ini
memberikan nilai pendidikan dan nilai moral bagi kalangan masyarakat sehingga
dikemas dan disajikan dalam bentuk yang populer. Kehadiran Naga Bonar versi
re-mastering menjadi sebuah setir di tengah upaya beragam tanya tentang wujud
nasionalisme yang kini menjadi bagian dari manusia Indonesia modern dan
beragam wajah nasionalisme lain serta kebobrokkan moral yang membuat para
untuk menyemangati bangsa ini dalam satu abad kebangkitan nasional. Film NB
ini ternyata memberi inspirasi hadirnya film Naga Bonar Jadi 2 karya Deddy
Mizwar yang tidak kalah bagusnya dengan film yang pertama dan sangat
penulis skenario (penulis cerita) film NB. Asrul banyak meraih penghargaan pada
namun ia juga seorang sastrawan angkatan 45. NB merupakan Film yang berhasil
menyabet Piala Citra FFI 1987 untuk kategori film terbaik. Asrul lebih dikenal
sebagai seorang seniman lewat sajak, cerpen, dan penulisan skenario dan
penyutradaran film. Dalam dunia perfilman Asrul lebih kurang enam piala citra
berhasil direbut olehnya. Dengan demikian Asrul pantas dinobatkan sebagai tokoh
melakukan penelitian lebih dalam mengenai film “Naga Bonar” karya Asrul Sani
dipahami dan diambil hikmahnya melalui kajian wacana yang ditampilkan dalam
penulis tuangkan dalam judul “ Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Film
1. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi agar tidak terlalu luasnya pembahasan dalam skripsi ini,
Dalam Film Naga Bonar Karya Asrul Sani”, yang diteliti yaitu mengenai teks,
konteks dan kognisi sosial. Sesuai dengan pengertian moral yang terdapat dalam
buku The Advensed’s Dictionary of Current English bahwa moral adalah suatu
ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik, sedangkan untuk mengukur tingkah
yang mengandung ajaran dan gambaran tingkah laku yang baik, termasuk di
dalamnya pelajaran hidup, penerapan terhadap sikap, yang sesuai dengan nilai-
nilai kemasyarakatan.
2. Perumusan Masalah
skripsi ini.
1. Pesan moral seperti apa yang disajikan film “Naga Bonar” dilihat dari teks
2. Pesan moral seperti apa yang termuat dalam film “Naga Bonar ” dilihat dari
C. Tujuan penelitian
9
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 1996), h. 92
D. Kegunaan penelitian
1. Segi Akademis
media massa, khususnya tentang kajian analisis wacana pada sebuah film. Di
samping itu penelitian analisis wacana film NB ini juga memberi pemahaman
kepada mahasiswa tentang analisis wacana model Teun A. Van Dijk dan dapat
diaplikasikan dalam analisis teks media lainya. Sementara itu kajian film
bagus dan positif pada khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan dan
2. Segi Praktis
memberikan motivasi kepada para sutradara dan pengelolah film untuk terus
E. Tinjauan Pustaka
khususnya tema tentang isi pesan yang disajikan. Ada beberapa penelitian analisis
wacana yang juga mengangkat tentang pesan, misalnya skripsi yang berjudul
”Analisis Pesan Dakwah dalam Film Karawang Bekasi” oleh saudara Nanang
Kosim tahun 2006, Analisis Pesan Dakwah melalui Film Koran Gandrong oleh
saudari Lisa Badria tahun 2006 dan Dakwah Melalui Film (Analisis Wacana Film
”Rindu Kami Padamu”) karya Garin Nugroho oleh saudari Amelia Istiana tahun
religius yaitu dengan mengangkat pesan dakwah yang hanya berkaitan dengan
yang lebih menyangkut aspek kehidupan sosial. Namun metode yang digunakan
sama-sama mengunakan model Van Djik dalam analisis wacana dalam film.
dalam Film Naga Bonar karya Asrul Sani”, penulis berpedoman pada buku
media)”. Dalam buku ini disajikan secara lengkap penjelasan wacana menurut
teori Teun Van A. Dijk, mulai dari segi teks (tema, skema, bentuk kalimat sampai
E. Metodologi Penelitian
analisys) yaitu studi tentang struktur pesan atau telaah mengenai aneka fungsi
yang menekankan pada pertanyaan ”Apa” (what), analisis wacana lebih melihat
”Bagaimana” (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi, maka dengan metode
ini tidak hanya diketahui pesan apa saja yang terdapat dalam film ini, tetapi juga
10
Alex Sobur, Analisis teks Media – suaTu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisi Framing, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h. 48.
Melalui analisis wacana tidak hanya mengetahui isi teks, tetapi bagaimana
juga pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa yang
disampaikan. Analisis wacana lebih melihat kepada bagaimana isi pesan yang
akan diteliti. 11
Model yang digunakan oleh peneliti adalah model Teun Van A. Djik.
Menurutnya penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas
teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktek produksi yang harus juga
12
diamati. Inti analisis Van Djik adalah mengabungkan ketiga dimensi wacana
ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut adalah dimensi teks, kognisi
11
Ibid, h. 68.
12
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h.
221.
13
Ibid, h. 224.
Sintaksis Bentuk kalimat,
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) keherensi, Kata
yang dipilih Ganti
Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang dipakai Leksikon
dalam film Naga Bonar
Retoris
Bagaimana dan dengan cara apa
penekanan dilakukan Grafis, Ironi
Setelah mengetahui struktur wacana model Van Djik di atas, ada dua
kategori yang penting dalam meneliti suatu teks media yaitu dilihat dari kognisi
sosial dan konteks sosial. Menurut Van Dijk meneliti wacana tidak hanya
didasarkan atas analisis teks semata, namun meneliti bagaimana suatu teks itu
diproduksi. Kategori kognisi sosial dan konteks sosial di atas ini mempuyai dua
dan diserap oleh penulis skenario dan akhirnya digunakan untuk membuat film
tersebut.
Adapun subjek penelitian ini adalah Film “Naga Bonar” karya Asrul Sani,
penelitiannya adalah hanya fokus pada pesan moral yan terdapat pada film
“Naga Bonar”. Pesan moral yang dimaksud adalah pesan-pesan yang bernilai
dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Sumber data dari penelitian ini
adalah berdasarkan skenario film Naga Bonar dan media cetak (Koran) dan
elektronik (Internet) juga dari buku-buku pustaka yang penulis jadikan sebagai
yaitu :
b. Observasi
langsung adalah dengan mengamati film tersebut dari VCD dan melihat
a. Proses Penafsiran
14
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), h. 92.
dan mengklarifikasikan. Setelah itu kemudian mereduksi data di mana
pengambilan tindakan.
diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Kesimpulan
F. Sistematika Penulisan
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh
sistematika penulisan yang membagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri dari
15
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,
(Rineka Cipta : Jakarta, 1998) h. 384.
BAB I Pendahuluan, membahas latar belakang masalah, pembahasan dan
BAB III Gambaran Umum : Asrul Sani dan film Naga Bonar. Dalam bab ini
juga menguraikan profil film Naga Bonar yang meliputi : visi dan
dalam Film Naga Bonar dilihat dari Teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial.
Lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Moral
Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus bahasa Indonesia
dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap kelakuan dan
perbuatan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk. 16
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
nilai (ketentuan) baik atau buruk.17 Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan
bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang
Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor penting untuk
16
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 1996), h. 92
17
Ibid, h. 93
memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berprilaku susila, dan
perbuatannya sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral itu berlaku
Kesadaran moral berkaitan erat dengan hati nurani. Dalam keadaan moral
itu mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan
suatu tindakan bermoral. Kedua, kesadaran moral berwujud rasional dan objektif,
yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai
hal yang objketif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui,
berlaku ada waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang
18
sejenis. Ketiga, kesadaran moral yang dapat muncul dalam bentuk kebebasan.
1. Pengertian Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang
dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau
sederhana film hanyalah susunan gambar yang ada dalam selluloid, kemudian
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video,
18
Ibid
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
(Jakarta : Balai Puataka, 2002), h. 316
20
Gatoto Prakoso, Film Pinggiran – Ontologi Film pendek, Eksperimental dan
Dokumenter. FFTV – IKJ dengan YLP, (Fatma Press), h. 22
piringan video dan bahan-bahan hasil temuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi elektronik atau proses lainnya.21
Banyak defenisi film yang dikemukakan oleh para ahli, menurut Alex
Shobur (2003), bahwa film merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan
hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada
Dan menurut Onong Uchana Effendy (2000), film merupakan media bukan saja
sebagai hiburan tetapi juga sebagai penerangan dan pendidikan. Para ahli bahasa
merumuskan film sebagai “gambaran hidup” (artinya, gambar yang dihidupi atau
hidup memuat 2 unsur penting, yaitu sisi visible (gambar) dan sisi invisible (yaitu,
pesan dan nilai dibaliknya).23 Film adalah teknologi komunikasi massa yang
menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan secara luas selain radio, televisi,
pers.24 Di samping itu film merupakan fenomena sosial, psikologi dan estetika
yang komplek dan merupakan dekomentasi yang terdiri dari cerita dan gambar
yang diiringi kata-kata dan musik. Film juga hasil produksi yang
menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai.25 Selain itu film
juga dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap memiliki
21
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32
22
Ibid, h. 95
23
Mudji Sutrisno, Oase Estetis – Estetika dalam Kata dan Sketza, (Yogyakarta : Penerbit
Kanisius, 2006), h. 78.
24
Sean Mac Bried, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka
Suara Satu Dunia (Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco, 1983), h. 120.
25
Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam-Mengembangkan Tablig Melalui
Media Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film, Digital (Benang Merah Press : Bandung
2004), h 94.
jangkauan, realisme dan popularitas yang hebat. Upaya pengembangan pesan
dengan hiburan sudah lama diterapkan dalam kesustraaan dan drama. Namun,
unsur film dalam mengembangkan pesan memiliki kelebihan karena dalam segi
kemampuannya film dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang
cepat dan serentak dan kemampuan film mampu memanipulasi kenyataan yang
diangkat dari bayangan kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-
hari, itulah sebabnya selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara
film dengan realitas kehidupan.27 Menurut Graenie Turner, film dibentuk dan
adalah:
1. Title (judul)
2. Crident Title, meliputi : produser, karyawan, artis dll
3. Tema film
4. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan
5. Klimaks, yaitu benturan antara kepentingan
6. Plot (alur cerita)
7. Suspend atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung
8. Million Setting, latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu, bagi kota,
perlengkapan, aksesoris. Dan
9. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaran dengan cepat
kepada orang yang berkepentingan.
10. Trailer, yaitu bagian film yang menarik
11. Character, yaitu karakteristik pelaku-pelaku.
26
Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Edisi ke-2 (Penerbit
Erlangga, 1987), h. 15.
27
Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 94.
28
Ibid, h. 95.
1. Pembagian cerita (scene)
2. Pembagian adegan (squence)
3. Jenis pengambilan gambar (shoot)
4. Pemilihan adegan pembuka (opening)
5. Alur cerita dan continuity
6. Intrique, meliputi jealousy, penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dll.
7. Anti Klimaks, penyelesaian masalah.
8. Ending, pemilihan penutup.29
Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita,
manusia. Cerita dalam film ini diambil dari kisah-kisah sejarah, cerita nyata
dari kehidupan sehari-hari, atau khayalan yang diolah untuk menjadi film. 30
Film cerita diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide, dengan pertolongan
melahirkan realitas rekaan yang merupakan suatu alternatif dari realitas nyata
bagi penikmatnya. Ide atau pesan cerita mengunakan pendekatan yang bersifat
membujuk. Oleh karena itu film cerita dapat dipandang sebagai wahana
penyebaran nilai-nilai.
terjadi. Kamera sekedar merekam peristiwa, karena sifatnya berita, film ini
disajikan kepada publik harus bernilai berita (newsvalue), film berita menitik
29
Ibid , h. 1000-1001.
30
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Cipta Aditya
Bakti, 2003), h. 211.
beratkan pada segi pemberitaan kejadian aktual, misalnya dokumentasi
dalam film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Raymond
lembaga industri, sosial, maupun politik. Dan dilihat dari segi teknik
itu. Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari kenyataan,
Film kartun adalah film yang berasal dari lukisan para seniman. Titik
berat dalam pembuatan film karun adalah seni lukis. Film ini adalah hasil dari
seperti; boneka, meja dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi
Adapun jenis-jenis film yang telah beredar memiliki beberapa jenis, jenis tersebut
Indonesia film dimulai sejak tahun 1926,37 oleh dua orang perintis orang-
34
Effendy, Ilmi Teori, h. .216.
35
Sumarno, Dasar-Dasar, h. 17.
36
Kusnawan,, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 101.
37
Umar Kayam, “Budaya Massa Indonesia”, Prisma LP3ES, November 1981, h. 13.
berjudul “Lely dan Java” diproduksi di Bandung oleh David.38 Dan untuk
pertama kali tercatat dalam surat kabar De Locomotief edisi september 1926,
film ini merupakan film cerita yang pertama yang dibuat di Indonesia dan
berikutnya mereka membuat Eulis Atjih, lalu Bung Amat Tangkap Kodok
(kruger), karina (Carli), Lari Arab (kruger). Eulis Atjih membuka munculnya
sudah terjun dalam perdagangan film impor. Tetapi menurut Armijn Pane
menjadi produser ketika seorang peranakan ikut main dalam film Naik Djadi
Dewa. 39
Perusahaan film pada waktu itu yang terkenal berasal dari Tionghoa
film seperti Pareh (Mannus Franken), Terang Bulan (1937), Fatimah (1938)
dan lainnya. Di penghujung tahun 1941 Perang Asia Timur Raya pecah, dunia
film pun berubah wajah perusahaan film, seperti Wong Brothers, South
Pacific, dan Multi film diambil alih Jepang, ketika pemerintah Belanda
lukisan. Dan akhirnya didirikan organisasi khusus mengatur film pada oktober
1942 Jawa Eiga Kosha (perusahaan film jawa), Nippon Eiga Sha.
1. Priode 1950-1962
pribumi Indonesia sendiri, seperti Haji Usmar Ismail dan Jamaludin. Mereka
film yang berdiri pada saat itu adalah : PERFINI (Perusahaan Film Nasional)
Pada tahun 1952 berdiri Surya Film Tranding, dan pihak penguasa Tionghoa
muncul Ksatrya Dharma Film. Sedangkan Banteng Film campuran dari orang
Indonesia dengan Tionghoa. Dari segi finansial Tionghoa memiliki dan yang
dengan adanya festival film Indonesia (FFI) yang pertama berlangsung dari
tanggal 30 Maret - 5 april 1955 dari sini maka timbulnya berbagai organisasi-
2. Periode 1962-1965
1960 dengan 38 judul, dan secara kualitatif bermula pada film Usmar Ismail.
Namun sebenarnya masa keemasan hanya sekejap saja, sebab tahun 1962
tercatat kemunduran dratis. Kemunduran film ini tidak lepas dari ketegangan
politik di tanah air, sehingga banyak orang-orang politik masuk dalam dunia
3. Priode 1965-1970
sering berubah-ubah, maka hal ini sangat menentukan maju dan mundurnya
dunia perfilman. Film nasional yang diproduksi tahun 1965 halnya 18 judul
antar lain; Bergema, Liburan Seniman, Insane Bahari, Karma, Darah Nelayan
dan lainnya. Di tahun ini bioskop mulai melirik bangunan fisik dan fasilitas
Indonesia seperti Vidio Tape dan pada tahun 1980 menjadi persaingan dengan
juga memiliki video dan hal ini menjadi penurunan terhadap pembioskopan.
Kemajuan sains dan teknologi pada saat ini diakui begitu cepat, salah satu
kemajuan yang pesat adalah sebagai implikasi dari modernisasi yang ditompang
oleh perangkat utamanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Film merupakan hasil
teknik manusia. Film dipakai sebagai alat komunikasi massa, populernya sebagai
alat untuk bercerita. Apa yang diceritakan itu suatu khayalan atau kisah, pada
intinya film sebagai media bercerita, yaitu suatu media baru sebagai hasil karya
40
Ibid, h. 8.13 - 8.21.
Film sebagai media transmisi nilai. Menurut Kamus Ilmiah Populer
transmisi artinya ; Pemindahan atau Pengiriman pesan. 41 Jadi film sebagai media
pengiriman pesan lewat cerita bergambar. Film bisa dimanfaatkan secara positif
guna memenuhi kebutuhan ril manusia. Salah satu pemanfaatnya adalah film
sebagai media informasi yang di dalamnya terdapat pesan nilai-nilai yang dapat
Film secara teoritis merupakan alat komunikasi yang paling dinamis, apa
yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, masih lebih cepat dan
mudah masuk akal dari pada apa yang hanya dibaca. Film sebagai media massa,
atau pesan moral.42 Menurut Jakob Sumardjo (2003), film sebagai sebuah nilai
sebagai media tablig, yaitu media yang untuk mengajak kebenaran. Tentunya
sebagai media tablig, film mempunyai kelebihan dengan media lainnya dan
penonton dengan halus dan menyentuh relung hati tanpa digurui.43 Film disebut
media yang ampuh sekali jika di tangan orang yang mempergunakan secara
efektif untuk suatu maksud, terutama sekali terhadap khalayak yang memang
41
Pius A Partanto dan M dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arloka,
1994), h. 756.
42
Kusnawan,, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 95.
43
Ibid, h. 94.
44
Ibid, h. 47.
Dengan demikian film bisa menjadikan alternatif sebagai media yang
sebagai media hiburan, film juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam
memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas tertentu, realitas yang sudah
terseleksi. Dan pada giliranya akan membentuk sikap dan prilaku khalayak yang
menyaksikan.
menyatakan bahwa fungsi utama komunikasi massa adalah salah satunya sebagai
Sosial Learning adalah media massa bertugas memberikan pendidikan sosial atau
tatap muka.46 Hal ini selaras juga dengan teori belajar sosial (sosial learning) yang
dikeluarkan oleh Badura menurutnya “kita belajar bukan saja dari pengalaman
Dalam teori ini ada empat tahap proses belajar sosial : proses perhatian,
Misalnya ketika menonton film, orang akan melihat tindakkan tokoh atau adegan
berikutnya hasil pengamatan disimpan dalam pikiran penonton dan akan kembali
lagi ketika seseorang melakukan tindakan sama seperti apa yang pernah mereka
45
Effendy, Ilmu Teori, h. 211.
46
Burhan Bungin, Sosisologi Komunikasi – Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi Masyarakat (Jakarta : Prenada Media Group, 2006), cet 1, h. 80.
47
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi (Bandung : Remaja Rosda
Karya , 2005), h. 240.
amati. Setelah itu sampailah pada, proses reproduksi motoris, yakni menghadirkan
kembali prilaku dan tindakan dalam kehidupan sesuai dengan apa yang pernah
moral atau dakwah yang dilakukan oleh film akan lebih efektif. Karena film
lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa. Berbeda dengan buku yang
memerlukan daya pikir aktif dan penonton bersifat pasif. Hal ini tentuya
dikarenakan sajian film adalah sajian yang siap dinikmati. Dan efek yang terbesar
Namun film sebagai alat komunikasi massa dewasa ini telah dipakai untuk
berbagai tujuan. Bagi mereka yang melihat film sebagai media ansich (sebagai
media tok) dan menerapkan “seni untuk seni” film adalah sebagai media untuk
menyatakan suatu pikiran, perasaan, isi hati, kadang-kadang nafsu mereka pribadi
mereka sendiri sebagai seniman. Kebanyakan film yang dibuat tidak lain pada
sebenarnya pemerintah telah menentukan aturan-aturan dalam film hal ini sesuai
dengan ketetapan MPRS No. II/MPRS/ 1960, Lampiran angkat 1 : Bidang Mental/
48
Asep S. Muhtadi, dkk, Dakwah Kontemporer, h. 97.
49
Umar Islmail, Umar Ismail Mengupas Film, Dikumpulkan J.E. Siahaan (Jakarta : Sinar
Harapan, 1983) Cet Ke-1 h. 98-99.
50
N. Riantiarno, dkk, Teguh Karya dan Teater Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
1993), h. 36, dikutip dari Perfilman Indonesia 1976, Terbitan Direktorat Jendral RTF Deppen R.I.
Jika kita bertekad untuk menjadikan film sebagai media dakwah atau
media penyampai nilai-nilai atau juga media perjuangan, maka yang menjadi
perhatian utama harus mencari dan menyelidiki secara sadar rahasia selera
maka kita tidak boleh pasif dan sinis saja, karena dengan demikian film itu tidak
akan menjadi senjata ampuh di tangan kita. Bagi sisnes-sineas muslim Indonesia,
untuk mengalisis suatu teks media. Analisis wacana adalah studi tentang struktur
pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, analisis wacana adalah telaah
mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.51 Dalam tulisan Zhondang Pan dan
dikembangkan oleh para ahli bahasa dalam pembahasan wacana. Eriyanto dalam
buku Analisis wacana sempat menyebutkan beberapa model analisis wacana yang
dikembangkan oleh Roger Fowler dkk, Theo Van Leeuwen, Sara Mills, Norman
Fairclough dan model Van Djik model ini yang sering digunakan untuk
51
Sobur, Analisis Teks Media, h. 48.
52
Fathudin Zen, NU Politik – Analisis Wacana Media, (Yoyakarta : LKIS, 2004), h. 91.
sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.53 Sementara model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model Teun Van Djik dalam menganalisis teks/
naskah film.
Model yang dipakai oleh Van Djik ini sering disebut sebagai “Kognisi
Sosial”. Menurut Van Djik penelitian atas wacana tidak hanya didasarkan atas
analisis teks semata, karena teks merupakan hasil dari suatu praktik produksi
yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat bagaimana suatu teks diproduksi
54
sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.
Van Djik melihat suatu wacana terdiri dari atas berbagai struktur dan tingkatan ia
membagi dalam tiga tingkatan, tetapi itu merupakan satu kesatuan yang saling
1. Struktur Makro
Tingkatan pertama, struktur makro dan hal yang diamati adalah tematik,
yaitu mengamati apa yang dikatakan oleh film Naga Bonar. Stuktur makro
merupakan makna global/ umum dari suatu teks, yang dapat diamati dengan
melihat topik dari suatu teks. Van Djik mendefenisikan topik sebagai struktur
makro dari suatu wacana. Dari topik kita dapat mengentahui tindakan yang
diambil dari komunikator dalam mengatasi suatu masalah. Tema wacana ini
bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.55 Tema dalam
sebuah film dapat dilihat melalui judul dan premis. Premis menurut kamus
53
Alex Sobur, Analisis Teks Media – Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 73.
54
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h.
221.
55
Sobur, Analisis Teks Media, h. 73.
adalah gagasan yang disampaikan atau ditayangkan untuk membawa kepada
a. Tematik
Secara harfiah tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu
yang telah ditempatkan”. Berasal dari bahasa Yunani tithenia yang berati
dengan apa yang disebut topik. Kata topik berasal dari bahasa yunani, topoi
suatu teks/ naskah film atau sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama
dari suatu teks/ naskah. Topik mengambarkan apa yang ingin diungkapkan
oleh penulis skenario dalam sebuah film. Topik menunjukan informasi yang
paling penting atau inti pesan yang akan disampaikan oleh komunikator topik
juga menunjukan konsep dominan, sentral dan yang paling penting dari isi
suatu film. 57
bagaimana dunia ini sebenarnya. Tema berurusan dengan hal yang bersifat
56
Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Kamus Kecil Istilah Film, ( Jakarta :
Bandan Pengembangan SDM Citra, 1997), Edisi ke- 2, h. 136.
57
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 229
58
H. Usmar Ismail, Kamus Kecil, h. 167
Tema selalu mengandung konotasi ide pokok, namun pengertian seperti
ini terlalu sempit. Ia kita artikan sebagai suatu persoalan pokok atau suatu
fokus di sekilas mana sebuah film dibangun. Dalam film wilayah pokok dibagi
menjadi empat bagian yaitu; plot, emosi, karakter dan ide. Tema berfungsi
sebagai pemersatu dalam sebuah film. Menurut Teun Van Djik topik
mengambarkan tema umum dari suatu teks/ naskah film, topik ini akan
didukung subtopik satu dan sub topik lainnya yang saling mendukung
terbentuklah topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta
dengan subbagian yang mendukung antara satu bagian dengan bagian yang
lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.59
skematik, adalah kerangka suatu teks bagaimana stuktur dan elemen wacana
itu disusun dalam teks secara utuh. Dalam sebuah film atau teks umumnya
mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut
dicatat hingga menjadi naskah yang siap diproduksi. Penataan dilakukan untuk
terdapat berbagai hal seperti inti cerita, plot dan struktur drama yang dibagi
dalam beberapa babak. Inti cerita premis akan menjadi dasar dalam
membentuk plot cerita (plotline). Plot adalah jalan cerita atau alur cerita dari
59
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 230
60
Ibid, h. 232.
awal, tengah, dan akhir. Jika sebuah film akan dibuat, maka struktur yang
sruktur tiga babak, yang merupakan fondasi yang membentuk skenario solid.
61
Pertama, Summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul
dan lead. Elemen ini adalah elemen yang dianggap pentig. Judul dan lead
dalam film. Lead ini umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin
dikatakan sebelum masuk dalam isi sebuah cerita film secara lengkap. Kedua,
story yakni isi cerita (body) secara keseluruhan. Menurut Van Djik, arti
3. Stuktur Mikro
makna wacana yang dapat diamati melalui empat hal, yaitu semantik,
61
Sony Set dan Sita Sidharta, Menjadi Penulis Skenario Professional, (Jakarta :
Grasindo, 2003), h. 26.
apa yang digunakan dalan film tersebut dan terakhir retoris, yaitu bagaimana
a. Semantik
Semantik (arti) dalam skema Van Djik dikategorikan sebagai makna lokal
(local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat,
terpenting dari struktur wacana, tetapi juga yang mengiringi ke arah sisi
strategi semantik yaitu pertama; Latar merupakan bagian berita atau cerita
strategi semantik kedua, adalah detail suatu wacana. Elemen wacana detail
dirinya dan citra baik secara berlebihan dan digambarkan secara detail. Ketiga,
elemen maksud ini hampir sama dengan detail. Elemen maksud melihat
62
Sobur, Analisis Teks Media, h. 77.
eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang merugikan akan disampaikan
Bonar informasi disampaikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhir adalah
dipertanyakan. Pengandaian dalam film ini dapat dilihat melalui dialog pada
scene. Strategi dalam sebuah film dapat dilihat melalui tematiknya, berapa kali
b. Sintaksis
sitaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk
pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, ide yang menjadi suatu
elemen koherensi dalam analisis wacana adalah pertalian dan jalinan antar
kata, proposisi atau kalimat.64 Dua buah kalimat atau proposisi yang
63
Ibid, h. 78
64
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 242.
koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
ditampilkan melalui hubungan sebab akibat, bisa juga sebagai penjelas dan
mudah untuk diamati. Di antaranya kata hubung yang dipakai (dan, akibat,
menghubungkan proposisi.
dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas, logika kausalitas, akan
kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan
kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang yang menjadi subjek
khalayak.65
negatif. Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh
65
Sobur, Analisis Teks, h. 80.
“saya” atau “kami” yang mengambarkan bahwa sikap tersebut adalah sikap
menjadi sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dari suatu
komunitas tertentu.
Sintaksis tersebut dapat kita telusuri melalui dialog atau adengan dalam
film Naga Bonar. Dialog adalah kata-kata yang diucapkan oleh para tokoh,
dialog terbagi dalam dua macam, yaitu dialog lahir (yang terucapkan) dan
c. Stilistik
sebagai sarana. Style bisa dikatakan sebagai gaya bahasa. Gaya bahasa
beranekaragam yaitu ragam lisan dan tulisan, ragam nonsatra dan sastra,
karena gaya bahasa adalah cara mengunakan bahasa dalam konteks tertentu
oleh orang tertentu dan untuk maksud tertentu. Gaya bahasa menyangkut
pemilihan leksikal atau diksi jauh lebih luas dari pada yang dipantulkan oleh
kata-kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana
yang dipakai unutk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga
atau karakteristik, yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Prinsipnya sama
mempunyai arti mati, tewas, gugur, terbunuh dan sebagainnya. Pilihan kata-
kata atau frase menunjukan sikap dan ideologi tertentu.66 Penulis naskah film
Naga Bonar memilih kata yang mudah dipahami dan tidak terlalu baku.
5. Retoris
Strategi dalam level retoris di sini adalah gaya yang diugkapkan ketika
Bentuk gaya retoris lain adalah ejekan (ironi), tujuannya untuk melebihkan
suatu yang posistif mengenai diri sendiri dan melebihkan keburukan lawan.
antara khalayak.
oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Contohnya: ekspresi wajah
66
Ibid, h. 81.
suatu wacana komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok, tetapi
bumbu dari suatu teks. Metafora tentu dipakai oleh komunikator secara
gagasan tertentu kepada publik. Wacana yang terkhir yang menjadi strategi
level retoris ini adalah dengan menampilkan apa yang disebut Visual Image.
yang ingin ditonjolkan. 67 untuk melihat retoris atau gaya, dapat dilihat melalui
67
Ibid, h. 84.
BAB III
GAMBARAN UMUM :
sebagai patokan atau landasan dalam pengkajian penelitian ini. Hingga akhirnya
pada bab ini penulis memberikan gambaran umum tentang Asrul Sani dan film
Naga Bonar yang hal itu akan dibahas secara khusus dalam bab tersendiri. Dalam
bab ini akan dijelaskan bagaimana riwayat hidup sang pengarang cerita dan film
Naga Bonar.
beberapa hasil temuan. Sesuai dengan teori wacana model Teun A.Van Djik yang
digunakan dalam penelitian ini, menurutnya Van Djik meneliti bukan hanya dari
segi teks belaka, namun harus dilihat dari segi kognisi dan konteks sosial para
pengarang dan apakah ada kaitanya juga dengan konteks sosial masyarakat.
1. Riwayat Hidup
Asrul Sani lahir di Rao, Sumatar Barat, 10 Juni 1926, Ia adalah anak
bungsu dari tiga bersaudara, Ayahnya adalah seorang raja yang bergelar “Sultan
Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Sakti Raomapat”. Ia hidup bersama
gemar menikmati karya sastra. Asrul patut berbangga hati karena sebelum
bersekolah, ia sudah mendengar karya-karya terkenal dari Schubert. Selain gemar
dengan karya sastra Asrul memelihara bebek, namun setiap hari ia menjual hasil
telor bebeknya pada ibunya sendiri. Dari situlah jatuh pilihannya untuk untuk
Setelah tamat dari sekolah Rakyat di Rao, Asrul Sani menuju Jakarta
Indonesia, namun kemudian balik lagi hingga tamat memperoleh titel Dokter
hewan. Asrul tertarik dengan dunia mengarang dan mulai mengeluti dunia
Selatan, Los Angeles, Amerika Serikat (1956), dan kemudian Asrul membantu
Setelah itu ia memutuskan untuk menjalin rumah tangga dengan sorang wanita
yang ia cintai bernama Siti Nuraini pada 29 Maret 1951 di Bogor. Siti adalah
teman Asrul semasa menjadi wartawan dan satu profesi dengannya. Namun
68
Rosihan Anwar, Asrul Sani Pribadi Religius, “Republika” 13 Januari 2004
malang bagi Asrul Sani ia tidak bisa mempertahankan keutuhan keluargannya,
menceraikan Siti pada tahun 1961. Asrul setelah bercerai dengan Siti ia pun tidak
putus asa, ia masih ingin menjalin rumah tangga yang baru. Akhirnya ia bertemu
dengan Mutiara Sarumpaet seorang aktris film layar lebar dan sinetron, 22 tahun
Bersama Siti Nuraini, Asrul dikaruniai tiga anak perempuan dari pernikahan
Asrul dikaruniai tiga anak laki-laki. Selama hidupnya Asrul Sani hanya
Perjalanan yang panjang telah dilalui Asrul Sani pada akhirnya Asrul Sani
menghembuskan nafas terakhir tenang tepat di pelukan Mutiara Sani (56 tahun)
pada pada hari Minggu, 11 Januari 2004 tepat pukul 22.15 WIB. Malam sekitar
pukul 22.15 di kediamannya di Jln. Attahiriah, Kompleks Warga Indah No. 4E,
Pejaten Jakarta. Seniman ini wafat setelah kesehatannya terus menurun sejak
RI pada tahun 2000 lalu, dia berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
meninggalkan tiga putra dan tiga putri serta enam cucu, serta istri pertama Siti
Nuraini yang diceraikannya dan istri kedua Mutiara Sani Sarumpaet. Dan
akhirnya menyusul juga istrinya di usia 76 tahun meninggal dunia karena usia
tua. 69
Asrul Sani sosok seniman kawakan yang antara lain dikenal dan kariernya
sebagai Sastrawan mulai menanjak, lewat Sajak Tiga Menguak Takdir bersama
Chairil Anwar dan Rivai Apin, yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku di
tahun 1950. Dia adalah pelaku terpenting sejarah kebudayaan modern Indonesia.
malahan didaulat menjadi tokoh pelopor sastrawan Angkatan 45. Kumpulan puisi
tafsir. Cerpennya yang berjudul “Sahabat Saya Cordiaz” dimasukkan oleh Teeuw
pujian dari para kritikus. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai penulis esai,
bahkan penulis esai terbaik tahun 50-an. Salah satu karya esainya yang terkenal
adalah “Surat atas Kertas Merah Jambu” (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Belanda).
Sesungguhnya bukan hanya bersastra, pada tahun 1945-an itu Asrul Sani
yang pernah duduk sebangku dengan sastrawan Pramoedya Ananta Toer sewaktu
Masih di masa revolusi itu, di Bogor dia memimpin Tentara Pelajar, menerbitkan
69
Ensiklopedi Tokoh Indonesia, http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/asrul-
sani/index.shtm. diakses pada tanggal 18 Juni 2008.
anggota redaksi “Gelanggang”, ruang kebudayaan majalah “Siasat”, dan menjadi
Selain penyair Asrul adalah juga penulis cerita pendek, esei, penterjemah
berbagai naskah drama kenamaan dunia, penulis skenario drama dan film, serta
sekaligus sutradara panggung dan film. Bahkan, sebagai politisi ia juga pernah
lama mengecap aroma kursi parlemen sejak tahun 1966 hingga 1971 mewakili
Partai Nahdhatul Ulama, dan berlanjut hingga tahun 1982 mewakili Partai
pendidikan sarjana kedokteran hewan pada Fakultas Kehewanan IPB Bogor dan
menjadi dokter hewan, pada sekitar tahun 1955 hingga 1957 Asrul Sani pergi ke
di desa, totalitas jiwa berkesenian terutama film makin menguat pada dirinya
setelah Asrul Sani bertemu Usmar Ismail, tokoh lain perfilman. Bahkan, keduanya
banyak sineas maupun seniman teater kesohor, seperti Teguh Karya, Wahyu
dalam sastra, buku, dan skenario film dan juga sebagai sutradara.
70
Ibit
Adapun karya-karyanya dalam sastra sebagai berikut :
1. Tiga Menguak Takdir (kumpulan sajak bersama Chairil Anwar dan Rivai
Avin, 1950),
(1967) dan
Penghormatan (1997).
Di samping menulis sajak, cerpen, dan esai, Asrul juga dikenal sebagai
Exupery, 1952),
Asrul juga menulis skenario film. Adapun skenario film yang ditulis yaitu ;
Sutradara : MT Risyaf
71
Ibit
Editor : Karsono Hadi
Artistik : Radjul
Pemeran :
¾ Nurul Arifin
¾ Deddy Mizwar
¾ Wawan Wanisar
¾ Roldiah Matulessy
¾ Afrizal Nodo
¾ Nico Pelamoniz
¾ Kaharuddin Syah
¾ Mustafa
Durasi : 95 menit
Film ini adalah lanjutan Naga Bonar dirilis pada tahun 2007
Negara : Indonesia 72
72
J.B. Kristanto, Katalog Film Indonsia 1926-2005 (Jakarta : Nalar Bekerja Sama
Fakultas Film & Televisi dan IKJ serta Sinematek Indonesia, 2005), h. 289
2. Visi dan Misi Film
pertama kali itu diputar di bioskop, terlepas dari beragam kekasaran dan beberapa
bagian yang tampak janggal, dan pada akhirnya kini di tahun 2008, hampir 20
tahun kemudian, film olahan cerita Asrul Sani itu dikemas kembali. Film tersebut
direstorasi, karena film seluloidnya sudah banyak bagian yang rusak termakan
oleh usia dan kesalahan penyimpanan. Kalaupun ada kualitasnya pun tidak cukup
menyegarkan buat mata melihatnya. Film yang dirilis tahun 1987 itu juga di-re-
mastering untuk menyemangati bangsa ini dalam satu abad kebangkitan nasional.
sekarang, ada yang salah dengan perjalanan nasionalisme bangsa, rasa senasib
seperti semasa pergerakan dan kemerdekaan kini kian menipis, persatuan nasional
nasional yang kurang memberikan nilai pendidikan dan nilai moral bagi kalangan
masyarakat mungkin mendorong upaya mereka ulang film Naga Bonar. Film
“Naga Bonar” bisa membangkitkan lagi semangat bangsa ini dan memberikan
73
http://www.Samuku.com/content/naga-bonar-1987. di akses pada tanggal 18 juni 2008.
3. Sinopsis Film ”Naga Bonar”
naïf, rela setia kawanya besar, tetapi nekad dan jujur. Tokoh Naga Bonar adalah
Seorang pencopet yang pernah mendekam dalam penjara akibat ulahnya sendiri.
Namun di dalam sel ia tidak sendiri, sahabat (Bujang) yang selalu mendampingi
Naga Bonar dimanapun. Persahabatan yang kuat antara bujang dan Naga,
membuat Bujang setia dan rela masuk dalam penjara untuk menemani Naga
bertemu dengan Mayor Pohan sebagai pejuang bangsa Indonesia pada waktu itu.
Belanda. Ketika itu pasukan pendudukan Jepang mundur pada tahun 1945 dan
Indonesia. Sosok Naga walaupun sebagai Jendral, Naga Bonar tetap patuh dan
tunduk kepada emaknya, Naga Bonar juga sangat sayang dengan emaknya sampai
pasukannya.
Pada ketika kirana ditawan oleh Meriam, Naga Bonar mengambil alih
kepada Kirana dan berniat untuk mengawini Kirana dalam kondisi perang, serta
Pada suatu ketika diadakan rapat tentang kenaikan pangkat, Naga Bonar
pangkat yang layak, namun terlihat sisi diskriminasi terhadap Bujang yang
mendapat pangkat Kopral. Bujang merasa sedih dan tak dihargai dan hasil
orang yang patut untuk dihargai. Ia pergi dengan berpakaian Jendral milik Naga
Bonar dan membawa sebagian pasukan untuk bertempur melawan Belanda. Dan
akhirnya Bujang meninggal, tewas dalam pertempuran itu. Sedihlah Naga Bonar
ketika kehilangan sahabat sejati yang dicintai. Namun ia tidaklah sendiri masih
film Naga Bonar itu sendiri. Selanjutnya pada bab IV ini maka penulis akan
terhadap film tersebut. Bab ini akan menjadi inti atau ruh dari penelitian yang di
Sebagai suatu kajian dan informasi, dalam bab ini penulis akan
memaparkan dan mewacanakan hasil temuan data yang terdapat dalam film
(NB). Menurut Van Dijk, analisis wacana dari segi teks sosial dibagi menjadi 3
struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik dan retoris), berikut ini adalah hasil
Elemen tematik atau tema menunjukan pada gambaran umum dari suatu
teks, dapat juga disebut gagasan inti, ringkasan utama dari teks. Kata tema juga
sering disebut topik. Topik mengambarkan apa yang akan disampaikan atau
Dijk, teks itu tidak menunjukan pada suatu topik tertentu, namun suatu pandangan
umum yang koheren yang disebut oleh Van Dijk sebagai koheren global (global
coheren). Koheren global ini menekankan, bahwa tema atau topik dari sebuah teks
akan didukung oleh subtopik satu dengan subtopik lain yang saling mendukung
terbentuknya topik umum. Subtopik ini didukung oleh serangkaian fakta atau
subbagian yang mengambarkan subtopik dan subtopik yang didukung tema atau
topik akan membuat teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren.
Dalam film NB, tema utama yang diambil oleh penulis skenario adalah kegigihan
Indonesia merdeka. Tema ini terdapat pada scene 8 dan scene 9. Pada scene ini
semak pinggir jalan raya. Sementara terlihat Naga Bonar memberi perintah
Pejuang : “Merdeka.....merdeka!”
bahwa perlunya perjuangan dan penghormatan terhadap sejarah. Bukan itu saja
Asrul Sani bersemangat membuat film-film bertema perjuangan, karena
menurutnya tema-tema ini sangat jauh berbeda dengan film-film sebelum perang
yang hanya sekedar fantastik alias tidak realistis. Di samping itu ia ingin
Dalam kerangka Van Dijk tema ini didukung oleh beberapa subtopik,
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Adapun subtopik mengandung unsur
a. Sikap keberanian
demi mencapai tujuan yang diinginkan. Apalagi jika dalam sebuah peperangan
seperti dalam film NB ini. Hal ini tentunnya menjadi tombak untuk mencapai
scene 21. Pada scene 13 pasukan Naga Bonar terlihat berani untuk maju,
putus asa. Dalam adegan ini Naga Bonar terlihat memberi perintah pada
pasukannya.
Dalam dialog ini jelas menunjukan sikap keberanian sosok pemimpin dalam
mempengaruhi pasukan.
Hal ini dikuatkan dalam scene 21, terlihat Naga Bonar menembak dengan
sekitarnya.
Dalam film NB terdapat sikap kecintaan dan kepatuhan yang tercermin dalam
sikap Naga Bonar. Dalam hal ini terdapat beberapa sikap kecintaan dan
seorang ibu. Hal ini terlihat dalam scene 26. Dalam film ini NB sebagai
mengambilkan sirih ibunya, bahkan demi cintanya terhadap ibu Naga rela
Jendral. Ibu baginya adalah segala-galanya, karena di dunia ini hanya ibu
lah yang dimilikinya. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini ;
anaknya. Selain itu di bawah ini dapat dilihat dialog yang menunjukkan
Naga Bonar memutar kepala mencari dari mana asal suara itu
datang.
Nampak Ibu Naga Bonar berdiri dibalik pohon tidak jauh dari rumah
Kirana
Hal ini terlihat patuhnya Naga Bonar terhadap ibunya, dan ia pun tidak
Bonar masih tersemat kecintaan terhadap negara yang tak akan usang.
merah putih. Hal dibuktikan oleh Naga Bonar, ketika dalam perang ia tak
film ini terdapat pada akhir cerita dan terlihat pada scene 78 yang
menghadap musuh.
c. Kekuatan Persahabatan
Naga dan Bujang di tengah peperangan yang memiliki nasib yang sama,
rela berada dalam tahanan untuk menemani Naga dalam penjara padahal
sebenarnya Bujang tidak tertangkap. Hal ini terdapat pada scene 66, dapat
Naga Bonar : “Itupun betul juga, tapi aku kini sendiri dia lah kawan
yang paling setia kalau aku masuk penjara dulu, dia ikut masuk, biarpun
ia tidak ikut tertangkap. Sebab dalam penjara makanan tak usah
dibayar. Sekarang habis…..”
Di samping itu juga terlihat dalam scene 32, persahabatan mereka, bukan
hanya sebatas teman biasa, namun lebih dari saudara bagi mereka. Bujang
selalu membantu Naga dalam berbagai hal, baik dalam perang, cinta, dan
penghargaan. Bagi Naga, Bujang sebagai tempat mengadu atas segala keluh
kesah, sehingga ia tidak ingin kehilangan sahabat sejatinya. Hal ini telihat
dalam dialog Naga dan Bujang ketika kekecewaan Bujang terhadap Naga,
hingga membuat Bujang ingin pergi jauh dari sisi Naga, namun Naga tidak
ingin jika Bujang meninggalkanya dalam keadaan perang. Naga lebih baik
mati dari pada harus berpisah dengan Bujang sahabat sejatinya, hal ini
Dan sebaliknya Naga juga selalu membela Bujang ketika ia dipojokan oleh
ini terlihat hanya Naga yang nampak peduli terhadap Bujang. Hal ini terlihat
Dalam sosok Naga Bonar ini digambarkan ketulusan cintanya pada Kirana
wanita menawan Naga dan memberi semangat baru untuk tetap berjuang
dalam keadaan apapun. Kesetiaan seperti ini sangat membantu Naga untuk
bangkit kembali dari takdir. Hal ini terlihat dalam sosok Kirana, walau dalam
pertempuran ini. Dialog ini terdapat dalam scene 66 dan berikut kutipannya :
Naga Bonar : “Itupun betul juga, tapi aku kini sendiri dia lah kawan
yang
paling setia kalau aku masuk penjara dulu, dia ikut masuk, biarpun ia
tidak ikut tertangkap. Sebab dalam penjara makanan tak usah dibayar.
sekarang habis aku, aku sendiri....
Naga Bonar :“Aku harap juga begitu. Tapi mak sudah bicara
padamu. Katanya...”
Kirana :”Aku tak peduli kata mak mu, ya aku tak peduli. Aku akan
dampingi kau sampai kapan pun“
Kematian adalah takdir dan sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Hal itu
tidak bisa terelakan lagi, setiap manusia di bumi pasti akan merasakan apa itu
sebagai keteguhan iman dan cara agar selalu tawakal kepada Nya. Dalam film
ini terlihat ketika kematian Bujang dalam perang, Naga merasakan kesedihan
yang mendalam, penyesalan karena tidak menghalagi Bujang. Namun apa
hendak dikata, musibah ketika itu sedang bersama Bujang. Kalau sudah ajal,
bukan saja Bujang, Jendral pun bisa mati. Hal ini terlihat dalam dialog Naga
dan Kirana, Kirana nampaknya memberi nasihat kepada Naga Bonar, dialog
Hal demikian menujukan kepada kita, bahwa kematian dan ajal itu pasti akan
menjemput, tetapi sekarang apa pesiapan kita untuk menunggu ajal itu ? oleh
karena itu kita mempersiapkan bekal diri untuk menghadapi ajal masing-
masing.
2. Superstruktur (Skematik)
skema/alur dari awal sampai akhir. Secara keseluruhan, bagunan alur cerita dalam
film NB telah sempurna, dalam arti dari suatu peristiwa ke peristiwa lain
membentuk satu kesatuan arti. Para penonton akan disodorkan dan disajikan pada
cerita.
a. Inti cerita
Inti cerita adalah isi cerita yaitu hal yang paling penting dalam film Naga
Bonar tersebut. Dalam inti cerita ini adalah kisah perjuangan pahlawan Naga
Bonar, tokoh rekaan Asrul Sani. Dikisahkan, Naga Bonar bukan sosok yang
b. Plot
Plot adalah jalan cerita dari awal, tengah, dan akhir. Biasanya mengunakan
1. Babak Awal
Sang penulis cerita Asrul Sani dalam film ini membagun lewat
keadaan Medan ketika itu sebagian besar daerah sudah dikuasai oleh
Belanda. Daerah yang awalnya tenang, damai kini harus terusik dengan
tersebut, dan mencari titik aman untuk berlindung dari serangan Belanda.
Naga Bonar dalam film ini. Naga Bonar adalah bekas pencopet yang baru
saja keluar dari penjara, namun ia seorang yang jujur, pemberani, cedik
samping itu digambarkan pula persahabatan yang kuat antara Naga dan
Bujang. Tokoh Bujang dalam film ini memberi inspirasi tetang sahabat
setia. Pada babak awal ini Naga dan Bujang keluar dari penjara, atas nama
keadaan bimbang arah tujuan, Naga dan Bujang teringat dengan Bang
Awalnya Naga berpikir ini hanya untuk kesenagan saja, namun ternyata
seorang dokter yang dituduh sebagai penghianat (masuk dalam NICA) dan
menjadi tawaan pasukan Naga Bonar, namun pada akhrinya Naga jatuh
hati kepadanya dan ingi menikahinya. Dan masih banyak kekonyolan yang
2. Babak Konflik
Babak di mana muncul berbagai konflik. Pada babak ini penulis cerita film
sedangkan Bujang sebagai Kopral. Dari sini Bujang merasa tersisih dari
berujang tanpa restu dari Naga terlebih dahulu sebagai pemimpin perang.
Bujang tewas, Naga merasa sendih dan bersalah atas kematian Bujang.
Kematian Bujang dalam film ini adalah puncak konflik dalam laskar
3. Babak Resolusi
Naga atas tewasnya sahabat Bujang. Naga pun bercerita kepada Kirana
Dokter yang cantik jelita. Kirana ikhlas menerima Naga apa adanya
kekalahannya dan pasukan Naga Bonar menang. Cerita film ini diangkat
mengungah kita rasa ingin tahu tentang perjuangan dan film ini menyatu
perjuangan dan ikut dalam perang kemerdekaan Indonesia. Film ini dapat
memberi pejaran bagi kita sebagai penerus Bangsa Indonesia untuk
meneruskan perjuangan.
c. Struktur Cerita
Dalam struktur cerita di sini terdalam beberapa hal yang penting untuk diamati
penutup (ending).
pindah.
dan prajurit nampak kehidupan mereka lebih aman dan damai. Adegan
ke-4 ini adalah kelanjutan dan terjadi beberapa konflik yang terjadi
empat serdadu Jepang berdiri tegap. Terlihat sosok Naga Bonar dan
genjatan senjata. Adengan ini yang dipilih untuk mengawali cerita film
NB.
“Merdeka....merdeka...!”
rekaan Asrul Sani, yaitu Naga Bonar, seorang tokoh pejuang Batak, yang jujur,
rendah hati, naif namun memiliki kemampuan memimpin, tokoh ini boleh saja
terlihat tampak bodoh, tapi, di balik itu semua, ia sosok yang memiliki nilai-nilai
tersebut.
3. Struktur Makro
a. Semantik
Semantik adalah studi linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam
1. Latar
74
Mansoer Petada, Semantik Leksikal (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), Cet. Ke-1, h. 7
Merupakan bagian teks yang terdapat mempengaruhi arti yang ingin
a. Latar pertama
Latar pertama Asrul Sani memilih lokasi/ tempat cerita ini berlangsung
dimana Indonesia sedang dijajah oleh Belanda dan Jepang sekitar tahun
dan Belanda masih tetap menguasai wilayah Medan. Pada ketika itu
b. Latar kedua
Dalam latar ini Asrul mencoba memberikan gambaran yang jelas tentang
kepada bangsa dan Negara. Hal ini terlihat bahwa pasukan Naga Bonar
juga menjelaskan kekuatan yang dasyat dari para penjuang dan pahlawan
Indonesia menang.
c. Latar ketiga
Latar ini menjelaskan, tokoh rekaan Asrul Sani, yang menjadi simbol dari
tiga tema besar tersebut. Dikisahkan, Naga Bonar bukan sosok yang
Kirana.
2. Detail
Merupakan kontrol informasi yang disampaikan komunikator/ pengarang dan
cerita dalam film ini sebagai komunikator tidak menampilkan informasi yang
sebagai tokoh dalam film ini, namun ia mengunakan tokoh rekaan tersendiri,
yaitu Naga Bonar. Film dimulai dengan setting si Naga Bonar beserta
sahabatnya (si Bujang) yang baru saja keluar dari penjara dengan wajah lusuh
serdadu Jepang, si Naga mencopet jam tangan yang dipakai serdadu itu. Saat
saat seperti itu, meskipun dengan masa lalu gelap sebagai pencopet, si Naga
masih cinta pada Tanah Airnya dengan ikut berjuang mengusir penjajah dan
dia sukses. Ia bersemangat berperang dan terlihat memiliki banyak anak buah,
si Bujang pun dia angkat sebagai asistennya, setiap harinya Naga berserta
hingga akhirnya menuai keberhasilan. Dari sini Naga telah meniatkan hati
untuk berubah menjadi orang yang baik dan meninggalkan berbuatan tercela.
Untuk merubah kebiasaan ini, Naga dibantu oleh sosok wanita yang dicintai
berjanji tidak akan mencopet lagi. Ibu nya pun masih tidak percaya kenyataan
ini, dia tetap saja menganggap si Naga masih dalam kehidupan gelapnya
Di sini Asrul memberi informasi setiap orang bisa berubah kebiasaan, asal
dilandasi niat yang kuat, dan setiap orang jahat pasti ia masih memiliki sisi
kebaikan.
3. Maksud
Merupakan elemen yang melihat apakah teks atau cerita yang dibuat oleh
film NB ini disampaikan secara eksplisit dan terbuka. Salah satu teks yang
terdapat dalam film ini adalah mengenai penjelasan tentang arti perjuangan
hidup dan arti arti berkorban. Dalam film ini jelas sekali karena film
mengambarkan bukan lewat dialog saja, namun lewat visual (gambar) dan
kemudian diperjelas lewat dialog. Hal ini terlihat di scene 13 dalam adegan di
bawah ini:
Dari adegan ini sangat jelas bahwa informasi yang terdapat dalam teks dan
dialog tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu penonton akan cepat
mengerti dan paham apa maksud adegan tersebut tidak perlu mencari
ini :
b. Sintaksis
adalah bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun sehingga menjadi suatu
1. Koherensi
dari pada, dan sebagainya. Dalam film NB ada beberapa kata penghubung
75
Joel Daniel, Sintaksis (Jakarta : Gramedia, 1993), cet. Ke-2, h.1
penghubung “dari pada “ sebanyak 2 kali. Jadi kata penghubung yang
paling banyak dan sering digunakan adalah kata “tetapi”. Hal ini terlihat
yang tertinggal hanya roti dan keju. Tapi aku tidak pernah lupa
hinaan itu”.
sebagai kata penghubung antar kalimat satu dengan yang lainnya. Fungsi
2. Bentuk Kalimat
khusus. Hal terlihat awal dari cerita dari film ini, mengambarkan kondisi
peperangan dengan perlawanan senjata antara pasukan Naga Bonar dan
pasukan dan dalam diri Naga Bonar sendiri yang menunjukan mangkin
EYD dengan baik dan benar. Karena film ini lebih banyak mengunakan
bahasa Melayu-Batak dan bernilai kesukuan. Jadi Asrul dalam film ini
3. Kata Ganti
Merupakan alat yang dipakai oleh komunikator atau penulis cerita film
kata ganti orang kedua “kamu”, dalam dialog diganti dengan kata ganti
“Kau”sebanyak 110 kali. Dan sebagai pangilan dalam cerita Naga Bonar
dengan kata “Jendral” kata ini dipakai sebanyak 37 kali. Kata ganti ini
c. Stilistik
atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia (style). Melihat dari dialog dalam
tetapi bahasa yang dipakai mudah dimengerti dan dipahami. Menurut sejarah,
bahasa melayu adalah bahasa yang dijadikan bahasa persatuan, yang sekarang
bahasa Melayu-Batak, akan tetapi masih dapat dipahami oleh penonton, yang
membedakan hanya intonasi dan gaya bicara. Dari sini Asrul mulai berusaha
memberi tontonan yang menarik konyol dan lucu namun mendidik dan memiliki
unsur budaya. Di samping itu ada beberapa hal bahasa yang dianggap baik dan
ada juga bahasa buruk untuk mengungkapkan ejekan. Bahasa baik dalam film NB,
yaitu ketika Kirana memberikan nasehat kepada Naga. Seperti terlihat dalam
Sedangkan bahasa yang buruk berupa ejekan. Hal ini terlihat dalam dialog di
bawah ini:
Di samping itu dalam film ada mengunakan kata “ dimakan cacing” yang
menunjukan arti tewas atau meninggal. Dalam film biasanya Asrul Sani, ia selalu
tentunya berasal dari tradisi sastranya yang kuat dan kondisi Indonesia saat itu
d. Retoris
(seperti sajak), ejekan (ironi). Dalam film NB ada beberapa kata aliterasi atau
sajak yang itu disampaikan dalam bentuk pantun dan diringi musik Melayu khas.
Hal ini adegan Naga Bonar ketika menyanyi lagu berasal dari pantun Melayu.
Hal ini menunjukkan khasan lagu Melayu dan budaya Melayu : kutipan ini terlihat
dapat menarik khlayak, sehingga tidak membosankan. Ini bisa disebut sebagai
Merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan oleh seseorang yang
diamati dari dialog dalam film dan naskah film. Dalam film NB ini yang
ditekankan adanya keinginan yang kuat dari diri Naga Bonar untuk merubah
sikap dan prilakunya. Penekanannya terletak pada dialog Naga bonar dan
Kirana, dalam dialog ini Naga Bonar menyatakan kepada Kirana benar-benar
profesinya sebagai pencopet. Hal ini terlihat scene 51 dalam dialog di bawah
ini :
2. Metafora
Metafora digunakan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita atau
diperjelas untuk memperjelas pesan utama agar setiap orang menonton akan
mudah mengingat dan memahami isi pesan tersebut. Dalam film ini tidak
banyak mengunakan bahasa kiasan, atau ungkapan namun film ini memuat
Selain itu juga, dalam film ini terdapat satu ungkapan yang lebih dikenal dan
tak terlupakan oleh penonton. Ungkapan ini merupakan ciri khas film Naga
Bonar. Hal ini dapat dilihat dalam dialog Naga Bonar dengan Bujang ketika
dalam film senjutnya yang disutradarai oleh Dedy Mizwar, film “ Naga
Bonar Jadi Dua “ kata ini menjadi jingle dan cover film.
bahasa yang lucu dan konyol sehingga dapat membuat penonton tertawa dan
kemungkinan besar akan teringat dengan kata tersebut. Bahasa konyol dan
kocak ini, namun memberikan makna yang mendalam bukan saja bagi
Sesuai dengan data-data yang ditemukan pada analisis teks di atas, terlihat
film “Naga Bonar” karya Asrul Sani ini menyoroti tentang perjuangan
keteguhan hati, keikhlasan, prilaku. yang dirasakan oleh Naga Bonar ketika
Esa.
hubungan Ibu dan anaknya. Seorang anak patuh dan taat terhadap Ibunya, dan
memiliki hubungan kasih sayang yang kuat di antara mereka. Begitu juga dengan
persahabatan antara Naga Bonar dan Bujang yang sangat kuat. Keadaan susah
maupun senang, suka dan duka mereka lalui bersama. Selain itu hubungan cinta
antara Naga Bonar dan Kirana saling memberi kasih sayang, selalu setia dan
pengertian. Hal ini tentunya menjadi pelajaran yang amat berharga bagi kita. Kita
menonton film bukan hanya sebagai hiburan saja namun dapat kita ambil nilai apa
Dalam anailsis wacana yang mengunakan model Van Dijk, analisis tidak
hanya difokuskan pada teks semata, tetapi juga melihat dari pandangan penulis
cerita/ Asrul Sani, baik dari segi kognisi sosial maupun konteks sosial.
dan ditafsirkan. Lewat film ini Asrul membuat tokoh rekaan/ ciptaan Naga Bonar
yang merupakan tokoh sang pejuang yang lucu dan konyol. Melihat dari faktor
menarik yang dikemas dengan populer dan koncak (komedi). Dalam film-film
propagandis dan pedagogis (atau dalam bahasa ‘agama’: dakwah). Hal ini
tentunya berasal dari tradisi sastranya yang kuat dan kondisi Indonesia saat itu
yang baru saja merdeka. Dalam menulis puisi, Angkatan 45 termasuk Asrul Sani,
mereka percaya bahwa bahasa adalah alat ekspresi dan buah pikiran sang
pengucap. Berdasarkan sejarah angkatan ini meneruskan apa yang dilakukan oleh
dan bentuk baku bahasa yang menjadi tradisi Balai Pustaka. Menurutnya Apa
yang dilakukan Asrul Sani terhadap puisi, sama dan sebangun dengan apa yang
dan sosial, karena Asrul Sani memang tidak terpisah dari zamannya, ia adalah
tidaklah heran jika ia, selalu mengungkap tema-tema perjuangan baik dalam film
maupun dalam puisi dan karya lainnya. Sekitar tahun 80-an, saat itu Asrul
sangat jauh berbeda dengan film-film sebelum perang yang fantastik alias tidak
realistis. Seperti estetika film praperang yang hanya membahas estetika hiburan,
(karena dari legenda/dongeng sandiwara), maka tak perlu lagi tema-tema berat
dengan karakter yang spesifik. Dengan demikian telihat yang dijual hanya efek,
dari tradisi politik etis Belanda yang kemudian menemukan dirinya dalam
merupakan inti dasar dari tradisi narasi klasik Hollywood. Tak heran, dalam film-
film bernarasi klasik, film digerakkan oleh karakter (character driven). Film-film
Asrul Sani tidak bisa tidak merupakan cermin dari gejala ini.
Seperti halnya dengan film Naga Bonar yang ditulisnya. Melihat dari sisi
sejarah dan ia ingin menyuguhkan sebuah cerita bermoral yang bisa menimbulkan
Menurutnya walaupun film ini telah melewati zamannya, namun ruh yang
dibangun dalam ceritanya masih terasa relevan dengan suasana kebangsaan saat
ini. Di samping itu moral yang ditekankan oleh Asrul Sani melalui film tersebut
adalah moral yang mengandung penerapan sikap terhadap individu yang bernilai
kebaikan, yang bernilai sosial yang lebih menekankan moral dalam ruang lingkup
hubungan dengan manusia dan negara yang tercermin dalam sikap tokoh rekaan
Asrul Sani Jendral Naga Bonar. Kita berharap sosok Naga Bonar pada akhirnya
diharapkan bakal menjadi jembatan bagi generasi muda untuk memahami siapa
sebenarnya Naga Bonar, yang berhasil mencuri perhatian generasi MTV lewat
film Naga Bonar Jadi 2, yang disutradarai dan dimainkan oleh Deddy, yang
keduannya merupakan film terbaik hasil karya anak bangsa dan perlu dijadikan
hasil karya yang diciptakan walau diproduksi pada 1987 yang hingga sekarang
hampir 20 tahunan lebih, namun setiap orang masih mengingat film ini. Film Ini
bisa dikatakan sebagai karya momental bagi Negara dan bagi rakyat Indonesia
secara keseluruhan.
sosial adalah faktor eksternal yang mempengaruhi cerita film. Eksternal di sini
yaitu dengan melihat dari keadaan lingkungan sekitar, sehingga bisa menjadi satu
hidup pada zamannya. Ia memulai hal demikian, tercermin dengan sejarah kondisi
kemudian dipaksa keluar oleh Sekutu, Indonesia memasuki fase yang sangat
kritis, hingga akhir tahun 1950-an bisa dikatakan merupakan masa di mana nation.
Dari sini Asrul Sani memulai mengunakan media film sebagai alat propagandis.
Apalagi Asrul melihat keadaan Indonesia di tahun 1980-an, ketika film ini
yang hanya memikirkan kekuasaan, kemenangan, tanpa melihat kawan dan lawan
yang hal itu tentunya masih berlangsung hingga saat ini. Kehadiran Asrul Sani
bisa dikatakan begitu khas, ia hadir dengan mengusung tema-tema perjuangan dan
namun sangat menyentuh penonton. Moral yang ditekan dalam dalam film NB
semangat baru bagi generasi bangsa untuk mewujudkan keinginan Asrul dalam
film NB dan cita-cita bangsa khususnya. Film NB ini selalu merupakan film yang
individual, ruang dan waktu yang jelas, sebab dan akibat yang jelas, cita-cita
baik dari film, karena menonton bukan hanya sekedar menyaksikan film saja,
Melalui unsur-unsur di atas Asrul membuat film itu lebih menarik dan bernilai.
Unsur-unsur ini tentunya sangat penting bagi Asrul, dan hampir bisa dikatakan
pada tahun 1980 an. Namun ternyata film ini tidak pudar ditelan waktu begitu saja
dan masih relevan hingga saat ini ditahun 2008, film NB masih diabadikan dan
ditonton oleh ribuan masyarakat. Ini merupakan bentuk keprihatinnan para sineas
dengan berbagai fenomena saat ini, di mana semua orang tentu boleh berwacana.
Ada yang salah dengan perjalanan nasionalisme kita, rasa senasib seperti semasa
apa masa depan Indonesia. Menurutnya “Ibarat tubuh tanpa roh.”, bisa jadi semua
itu karena nasionalisme baru dipahami sebatas semangat kepentingan sesaat. Bisa
jadi pula karena nasionalisme belum dijadikan sebagai prinsip hidup yang
Bisa jadi pula nasionalisme belum menjadi motivasi untuk membangun negeri dan
memberikan nilai pendidikan dan nilai moral bagi kalangan masyarakat. Hal ini
yang mungkin mendorong upaya Deddy Mizwar sebagai penerus Asrul Sani dan
kembali. Hal ini bertujuan untuk menyemangati generasi muda bangsa ini dalam
masa kini. Tentu penggagasnya tidak bermaksud menyindir betapa besarnya biaya
film ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk bangsa ini di tengah
keterpurukan moral. Terciptanya film ini adalah bentuk kepedulian kita terhadap
kecerdasan generasi anak bangsa”, sehingga tercipta mental yang kuat dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pesan moral secara umum dilihat dari segi struktur makro dalam film NB
terdapat beberapa pesan yang bernilai kebaikan yang termuat dalam topik
utama dan subtopik dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Topik utama yang
kecintaan terhadap Ibu dan negara, kesetiaan, takdir dan kepasrahan. Pesan
pada film NB ini disampaikan secara jelas baik secara visual maupun secara
2. Dilihat dari segi superstruktur, skematik atau alur film NB sangat menarik
penonton karena dalam menyajikan isi cerita, penulis cerita film lebih
film tersebut termasuk cukup baik visual maupun lisan, hal ini terbukti dari
susunan dalam bentuk semantik film tersebut seperti latar, bentuk kalimat,
koherensi, kata ganti, retoris disamping itu juga gaya metafora ikut menghiasi
4. Dilihat dari segi kognisi sosial, Asrul sani memberikan tontonan yang diambil
bertema perjuangan. Dalam segi eksternal yaitu, penulis cerita ketika itu hidup
dalam kondisi Indonesia yang saat itu baru saja merdeka, dan juga berasal dari
tradisi sastranya yang kuat Asrul sebagai seorang seniman tidak terpisah dari
dalam segi internal penulis cerita sendiri, lewat film NB Asrul Sani yang
5. Dari segi konteks sosial, Asrul terinspirasi dengan sejarah kondisi bangsa
Indonesia di tahun 1945. Di mana Jepang dan Belanda masih berusaha masuk
demokrasi yang tak jelas yang berdampak makin meleburnya identitas bangsa,
Awalnya film ini diproduksi sebagai bentuk panghargaan terhadap sejarah dan
memberi semangat kepada masayarakat pada tahun 1980 an. Namun ternyata
film ini tidak pudar ditelan waktu begitu saja dan masih relevan hingga saat
ini ditahun 2008, film NB masih diabadikan dan ditonton oleh ribuan
B. Saran
1. Mengenai pemakian bahasa. Walaupun film ini tergolong film yang sangat
bagus, namun pengunaan bahasa dalam dialog dalam film tersebut masih
bahasa daerah yang kental menjadi salah satu penghambat dalam memahami
dialog dalam film tersebut, walaupun tidak keseluruhan dalam dialog. Jadi
alangkah baiknya jika ketika mengunakan bahasa yang kurang dipahami oleh
2. Saat ini memang sedikit film-film yang berisi tentang kisah perjuangan yang
dapat memberi nilai tambah bagi generasi muda untuk semangat dan bangkit
mewujudkan Indonesia maju. Maka dari itu kehadiran film Naga Bonar ini
memberi wahana baru bagi para sineas film untuk menciptakan karya-karya
terbaik dan menjadi tolak ukur bagi para sutradara atau penulis cerita film
untuk dapat menyuguhkan film yang bernilai moral dan perjuangan hidup
3. Konflik dalam film tidak terlalu rumit dan belum menukik, sehingga terlihat
penonton penasaran kisah-kisah selanjutnya. Dan pada ending cerita film ini
masih terlihat tersamar, yaitu berakhir pada peperangan pasukan Naga Bonar
Amir, Mafni. Etika Komunikasi Massa dan Pandangan Islam. Jakarta : Logos,
1999.
Bried, Sean Mac. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan,
Aneka Suara Satu Dunia. Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco,
1983.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Cipta
Aditya Bakti, 2003.
Ismail, Usmar. Usmar Ismail Mengupas Film, Dikumpulkan J.E. Siahaan. Jakarta
: Sinar Harapan, 1983
Kristanto, J.B. Katalog Film Indonsia 1926-2005. Jakarta : Nalar Bekerja Sama
Fakultas Film & Televisi dan IKJ serta Sinematek Indonesia,
2005.
Quail, Dennis Mc. Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Edisi ke-2.
Jakarta : Erlangga, 1987.
Riantiarno, N. dkk, Teguh Karya dan Teater Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 1993.
Set, Sony dan Sidharta, Sita. Menjadi Penulis Skenario Professional. Jakarta :
Grasindo, 2003.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media – Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisi Framing. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2001.
Sutrisno, Mudji. Oase Estetis – Estetika Dalam Kata dan Sketza. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius, 2006.
Yayasan Pusat Perfilman H. Usman Ismail, Kamus Kecil Istilah Film. Jakarta :
Bandan Pengembangan SDM Citra, 1997
Ensiklopedi Tokoh Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 18 Juni 2008. dari
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/asrul-sani/index.shtm.