Anda di halaman 1dari 17

HUKUM KEKELUARGAAN DAN KEKERABATAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah

Hukum Adat

Dosen Pengampu :

Rahmi Nurtsani, S,SY.,MH

Disusun oleh :

Noval nursobah permana


Yusa badrul huda

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYA’RIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

CIAMIS - JAWABARAT

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Hukum Kekeluargaan dan kekerabatan adalah hukum yang terikat dalam keluarga
yang di dalamnya di bahas tentang bagaimana anak bisa berkomusikasi dengan orang
tua dan kerabatnya dan juga bagaimana dia apabila kedua orang tua nya bercerai
apakah dia akan memlihih ibu atau bapanya. Dan bagaimanaa pula apabila ada
keluarga akan mengadopsi seorang anak. Didalam makalah ini mari kita bahas
bersama

Sebagai makhluk yang tidak sempurna, dalam penyusunan makalah ini kurang begitu
sempurna pula. Sehingga pada kesempatan ini kami mengucapkan Puji dan Syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat-Nya makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula kami
menyampaikan sederetan terima kasih; pertama, kepada dosen mata kuliah Hukum
Adat yang telah memberikan kami tugas berupa makalah ini. Kedua, Kepada teman-
teman dan siapa saja (saya tidak bisa menyebutnya satu per satu) yang telah
memberikan dukungan demi terselesainya makalah ini.

Karena makalah ini kurang sempurna, maka segala kritik dari semua pihak sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih dan selamat membaca

Ciamis, 11 April 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hubungan anak dengan Orang tuanya...............................................................2


2.2 Hubungan anak dengan kerabatnya ..................................................................3
2.3 Pemeliharaan/Perwalian anak ..................... ......................................................5
2.4 Adopsi Anak ( Pengangkatan Anak) .................................................................7

BAB III PENUTUP.

Kesimpulan............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Hubungan anak dengan orang tua dan kerabat merupakan hal penting untung
kelangsungan kehidupan anak karena pendidikan pertama anak adalah keluarga
dan hubungan yang terdekat dengan anak adalah kerabatnya. Pemeliharaan anak
juga penting karena bagaimanapun anak nya jadi apa itu tergantung pemeliharaan
anak oleh kedua orang tuanya. Adopsi anak adalah hal yang paling di
pertimbangkan karena bagaimanapun itu kita harus memelihara anak yang bukan
dari darah kita sendiri melainkan dari darah daging orang lain
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Hubungan anak dengan Orang tuanya?
2.Apa Hubungan anak dengan kerabatnya?
3. Apa Pemeliharaan/Perwalian anak?
4. Apa Adopsi Anak ( Pengangkatan Anak)?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui Hubungan anak dengan Orang tuanya.


2.Mengetahui Hubungan anak dengan kerabatnya.
3.Mengetahui Pemeliharaan/Perwalian anak.
4. Mengetahui Adopsi Anak ( Pengangkatan Anak).

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hubungan Anak Dengan Orang Tuanya

Anak merupakan anugerah terindah yang dititipkan tuhan kepada kedua


orang tua. Hampir setiap orang tua ingin dianugerahi seorang buah hati dalam
keluarganya. Seorang anak pasti ingin mendapatkan kasih sayang dari kedua
orang tuanya.

Setiap orang tua selalu berusaha sekeras mungkin untuk anak kesayangannya
agar memiliki masa depan yang cerah. Pastinya semua orang tua ingin anak
kesayangannya selalu menjadi yang terbaik di kehidupannya. Sebagai anak yang
baik, kita harus selalu memuliakan kedua orang tua.

Penghormatan disini memiliki arti bahwa sebagai anak harus menuruti dan
mematuhi apa yang diperintahkan oleh orang tuanya dan menjauhi apa yang
dilarang olehnya. Hubungan yang baik antara anak dan orang tua itu sangat
penting, karena akan menimbulkan hal positif bagi pertumbuhan anaknya. Jika
hubungam antara kedunya tidak terjaga dengan baik, maka akan menimbulkan
kesan yang membuat anak tersebut hidupnya tidak teratur. Maka dari itu anak-
anak wajib mendapat didikan yang baik sejak usia dini dari orang tuanya. Ketika
sudah besar nanti anak tersebut akan terbiasa dengan sifat dan kelakuan yang
baik, karena sudah di didik saat ia masih kecil.

Sungguh kasih sayang orang tua kepada kita sangatlah besar, kasih
sayangnya tidak ada duanya. Bagi kita yang masih hidup bersama orang tua,
sangat wajib bagi kita untuk selalu membuat orang tua kita bahagia. Karena kita
tidak bisa melakukan semuanya tanpa bantuan dan do'a dari orang tua kita.

Sudah kewajiban kita untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua. Jika
kewajiban orang tua adalah membesarkan seorang anak dengan penuh kasih
sayang sampai tumbuh dewasa dan menjadi orang sukses, maka anak juga

2
memiliki kewajiban terhadap orang tuanya. Anak harus merawat kedua orang
tuanya sebagaimana mereka mengurus dan merawatnya saat ia kecil.

Namun pada kenyataannya, dalam sebuah hubungan antara orang tua dan
anak ini tidak selalu berjalan dengan baik, pasti ada permasalahan yang pasti
dialami oleh beberapa orang tua dan anaknya. Contohnya seperti perbedaan
pendapat yang membuat hubungan antara keduanya menjadi sedikit terganggu.

Sebagai orang tua cobalah untuk berintrospeksi diri, apakah cara


berhubungan dan sikap terhadap anaknya sudah merasa dengan baik atau belum.
Sebagai anak juga harus berintrospeksi diri apakah sikap dan perlakuan pada
orang tua kita sudah terlihat baik dihadapan mereka?.

Jika sudah saling introspeksi, maka orang tua dan anak memungkinkan
untuk memiliki hubungan yang baik karena sudah saling memahami dan saling
mengerti satu sama lain.

2.2. Hubungan Anak Dengan Kerabatnya

Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang


bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan
anak terhadap orangtua dan sebaliknya kedudukan anak terhadap kerabat dan
sebaliknya dan masalah perwalian anak. Jelasnya hukum adat kekerabatan
mengatur tentang pertalian sanak, berdasarkan pertalian darah (sekuturunan)
pertalian perkawinan dan perkawinan adat.(Hilman Hadikusuma;2003,
hal;201)

Individu sebagai keturunan (anggota keluarga ) mempunyai hak dan


kewajiban tertentu yang berhubungan dengan kedudukannya dalam keluarga
yang bersangkutan. Misalnya, boleh ikut menggunakan nama keluarga (marga)
dan boleh ikut menggunakan

3
dan berhak atas kekayaan keluarga, wajib saling membantu, dapat saling
mewakili dalam melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga dan
lain sebagainya (Bushar Muhammad; 2006, hal: 3)

Anak menghubungkan diri dengan kedua orangtuanya. Anak juga


menghubungkan diri dengan kerabat ayah-ibunya secara bilateral. Dalam
sistem kekerabatan parental kedua orang tua maupun kerabat dari ayah-ibu itu
berlaku peraturan-peraturan yang sama baik tentang perkawinan , kewajiban
memberi nafkah, penghormatan, pewarisan. Dalam susunan parental ini
seorang anak hanya memperoleh semenda dengan jalan perkawinan,
maupunlangsung oleh perkawinannya sendiri, maupun secara tak
langsung oleh perkawinan sanak kandungnya, memang kecuali perkawinan
antara ibu dan ayahnya sendiri (Van Dijk; 2006; Hal : 40). Susunan sistem
kekerabatan parental berlaku pada masyarakat jawa, madura, Kalimantan dan
sulawesi.ad. b. Sistem kekerabatan patrilineal

A. Sistem kekerabatan parental (bilateral)

Dalam sistem kekerabatan ini menarik garis keturunan dari ayah dan
ibu. Penganut sistem kekerabatan ini di antara masyarakat Jawa, Madura,
Sunda, Bugis, dan Makassar. Seorang anak akan terhubung dengan kedua
orang tuanya dan sekaligus kerabat ayah-ibunya secara bilateral.

Konsekuensi sistem kekerabatan parental yaitu berlaku peraturan yang


sama mengenai perkawinan, kewajiban memberi nafkah, penghormatan, dan
pewarisan. Seseorang akan memperoleh semenda dari jalan perkawinan, baik
perkawinan langsung atau perkawinan sanak kandungnya.

B. Sistem kekerabatan patrilineal

Dalam sistem kekerabatan ini menarik keturunan hanya dari satu pihak
yaitu sang ayah saja. Anak akan terhubung dengan kerabat ayah berdasarkan
garis keturunan laki-laki secara unilateral. Penganut sistem ini di antaranya
masyarakat Batak, Bali, Ambon, Asmat, dan Dani. Konsekuensi sistem

4
kekerabatan patrilineal adalah keturunan dari pihak bapak (lelaki) memiliki
kedudukan lebih tinggi.Hak-hak yang diterima juga lebih banyak.

C. Sistem kekerabatan matrilineal

Sistem kekerabatan ini menarik garis keturunan dari pihak ibu saja.
Anak akan terhubung dengan ibunya, termasuk terhubung dengan kerabat ibu,
berdasarkan garis keturunan perempuan secara unlateral.

Konsekuensi sistem kekerabatan ini yaitu keturunan dari garis ibu


dipandang sangat penting. Dalam urusan warisan, misalnya, orang dari garis
keturunan ibu mendapatkan jatah lebih banyak dari garis bapak. Sistem
kekerabatan ini bisa dijumpai pada masyarakat Minangkabau dan Semando.

2.3. Pemelharaan/Perwalian Anak

1.Pengertian pemeliharaan anak

Pengertian pemeliharaan anak Berdasarkan Pasal 1 huruf g KHI,


pemeliharaan anak yang biasanya disebut hadanah merupakan kegiatan
mengasuh, memelihara, dan mendidik anak hingga dewasa atau mampu
berdiri sendiri.1Menurut Pasal98 ayat 1 KHI, batas usia anak yang mampu
berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun.2Menurut bahasa hadanah berasal
dari kata hidnyang artinya anggota badan yang terletak dibawah ketiak
hingga bagian badan sekitar pinggul antara pusarhingga
pinggang.Ketikaburung itu mengerami telurnya dikatakan hadanat
tairbaydahukarena dia mengempit telurnya itu ke dalam dirinya di bawah
himpitan sayapnya.Sebutan hadanahdiberikan kepada seorang ibu ketika
mendekap atau mengemban anaknya dibawah ketiak, dada serta pinggulnya.
Hal ini menunjukkan anak tersebut berada dibawah pengasuhan ibu.

5
Menurut para ulama fiqh, pemeliharaan anak adalah melakukan
pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun perempuan
atau yang sudah besar tetapi belum mumayyiz, menyediakan sesuatu yang
menjadikan kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakitinya dan
merusaknya, mendidik jasmani, rohani, dan akalnya agar mampu berdiri
sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawabnya.

2. Rukun dan syarat memelihara anak

Rukun pemeliharaan atau pengasuhan anak adalah orang yang mengasuh


(hadin) dan anak yang diasuh ( mahdun).11Syarat anak yang akan diasuh
(mahdun)adalah masih dalamusia kanak-kanak atau belum dapat berdiri sendiri
dalam mengurus hidupnya sendri dan dalam keadaan tidak sempurna akalnya
meskipun sudah dewasa

.Syarat pengasuh (hadin)

a.Berakal sehat

b.Dewasa

c.Mampu mendidik

d.Amanah dan berbudi

e.Islam

3. Waktu pemeliharaan anak

Berdasarkan Pasal 98 ayat 1 KHI, bahwa batasan anak yang mampu


berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak
memiliki cacat fisik maupun mental atau belum melangsungkan
perkawinan. Hal ini menjelakan bahwa anak yang dapat diurus dan
dipelihara adalah anak yang berumur dibawah 21 tahun. Berdasarkan Pasal
47dan Pasal 50 UU No.1 Tahun 1974, bahwa anak yang belum mencapai
umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah

6
kekuasaan orang tua atau walinya selama kekuasaan orang tuanya tidak
dicabut.

4. Hak pilih pemelihara

Menurut Pasal 105 dan Pasal156 huruf b KHI, ketika terjadi perceraian
maka pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk
memilih antara ayah dan ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya.Hak
pilih diberikan kepada si anak bila memenuhi syarat, yaitu kedua orang
tua telah memenuhi syarat untuk mengasuh dan anak tidak dalam keadaan
idiot.Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat bahwa si anak tidak diberi hak
pilih. Abu Hanifah berpendapat bahwa bila si anak dapat hidup mandiri
maka ayah lebih berhak atasnya. Malik berpendapat bahwa ibu lebih berhak
mengasuh anak tersebut sampai selesai masa asuhannya.

2.4. Adopsi Anak ( Pengangkatan Anak)

1. Pengertian Adopsi

Adopsi adalah pengambilan anak yang dilakukan oleh seseorang terhadap anak
yang jelas nasabnya, lalu anak itu dia nasabkan kepada dirinya. Dalam syariat islam,
anak adopsi tidak mendapatkan warisan. Dikarenakan bahwa adopsi tidak mengubah
nasab seoarng anak. Hal ini didasarkan pada Q.S Al-Ahzab : 4-5, yang artinya :

Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu. Yang


demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang
sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan. Panggilah mereka dengan nama bapak-bapak
mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah (Q.S Al Ahzab : 4-5)

Sebab turunnya ayat tersebut dikarenakan dari sebuah kisah yaitu ketika Rasulullah
saw, mempunyai anak angkat Zaid bin Haristsah, suatu ketika ayah Zaid datng ke
Makkah dan meminta kepada beliau agar menjual Zaid kepadanya atau

7
memerdekakannya. Maka Rasulullah saw pun berkata, “Dia bebas dan boleh pergi
kemana dia suka.” Tetapi Zaid tidak mau berpisah dari Rasulullah saw. Itu sebabnya,
maka ayahnya menjadi marah dan berkata, “Wahai orang – orang Quraisy, saksikanlah
bahwa Zaid (sekarang) bukan anakku lagi,” dan Rasul pun menimpali dengan berkata,
“Saksikan pula oleh kalian bahwa dia sekarang adalah anakku

Secara legal, adopsi atau mengangkat anak dikuatkan berdasarkan keputusan


Pengadilan Negeri. Adopsi secara legal mempunyai akibat hukum yang luas, antara lain
menyangkut perwalian dan pewarisan. Sejak keputusan yang ditetapkan oleh pengadilan,
maka orang tua angkat akan menjadi wali bagi anak angkat, dan sejak saat itu, segala
hak dan kewajiban orang tua kandung beralih kepada orang tua angkat. Kecuali bagi
anak angkat perempuan yang beragama Islam, bila dia akan menikah, maka yang
menjadi wali nikah hanyalah orang tua kandung atau saudara sedarah.

Adopsi juga dapat dilakukan secara illegal, artinya adopsi yang dilakukan hanya
berdasarkan kesepakatan antar pihak orang tua yang mengangkat dengan orang tua
kandung anak yang diangkat. Adopsi secara illegal inilah yang disinyalir sebagai celah
untuk kasus jual beli anak (trafficking).

Akibat hukum dari pengangkatan anak adalah anak angkat tersebut secara hukum
memperoleh nama dari bapak angkatnya, dan dijadikan anak yang lahir karena
perkawinan orang tua angkat. Akibatnya, seorang anak akan terputus hubungan perdata
yang berpangkal pada keturunan karena kelahiran, Oleh karena itu, secara otomatis, hak
dan kewajiban seorang anak angkat sama dengan anak kandung harus merawat dan
menghormati orang tua, layaknya orang tua kandung, dan anak angkat berhak
mendapatkan hak yang sama dengan anak kandung orang tua angkat.

Sedangkan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam praktek


pengadilan agama, berdasarkan pasal 171 huruf (h) Kompilasi Hukum Islam yang
berlaku di Indonesia Inpres No I Tahun 1991 tangal 10 Juni 1991, menetapkan bahwa
anak angkat ialah yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sendiri, biaya pendidikan
dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asli kepada orang tua angkat
berdasarkan keputusan pengadilan.

2. Hukum Adopsi dalam Islam

8
Islam menetapkan bahwa antara orang tua angkat dengan anak angkatnya tidak
terdapat hubungan nasab, kecuali hanya hubungan kasih sayang dan hubungan tanggung
jawab sebagai sesama manusia. Karena itu, antara keduanya bisa berhubungan tali
perkawinan, misalnya Nabi Yusuf bisa mengawini ibu angkatnya ( Zulaehah ), bekas
istri raja Abdul Azis ( bapak angkat Nabi Yusuf ).

Begitu juga halnya Rasulullah Saw diperintahkan oleh Allah mengawini bekas istri
Zaid sebagai anak angkatnya. Berarti antara Rasulullah dengan Zaid, tak ada hubungan
nasab, kecuali hanya hubungan kasih sayang sebagai bapak angkat dengan anak
angkatnya. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 37

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah
melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya:
“Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu
Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu
takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka
tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami
kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk
(mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. dan adalah ketetapan Allah itu pasti
terjadi”. (Qs. Al-Ahzab : 37)

3.Motif adopsi anak

a. Dari pihak orangtua angkat.

Menurut Gosita (2004), motif adopsi dari pihak orangtua angkat adalah karena
adanya keinginan untuk mempunyai anak dengan tujuan antara lain sebagai
berikut:

1.Ingin mempunyai keturunan atau ahli waris.

2.Ingin mempunyai teman untuk dirinya sendiri atau untuk anaknya, karena
kesepian

9
3.Ingin mewujudkan rasa sosial, belas kasihan terhadap orang lain, bangsa lain
yang dalam kesulitan hidup sesuai dengan kemampuannya.

4.Adanya peraturan perundang–undangan yang memungkinkan pelaksanaan


pengadopsian anak.

5.Adanya orang–orang tertentu yang menganjurkan pengadopsian anak untuk


kepentingan pihak tertentu.

Selain hal–hal tersebut diatas, khusus untuk adopsi kerabat di Jawa, Martosedono
(1990) mengemukakan faktor–faktor penyebab orangtua angkat mengadopsi
anak dari kerabatnya sendiri (keponakannya), antara lain sebagai berikut:

1.Untuk memperkuat pertalian dengan orangtua kandung anak adopsi

2.Karena ada rasa belas kasihan ingin menolong anak tersebut (faktor sosial)

3.Adanya kepercayaan bahwa dengan mengadopsi anak tersebut, dapat menjadi


sarana kemudahan untuk memiliki anak kandung sendiri (mengadopsi dengan
tujuan sebagai “pancingan”)

4.Dengan maksud untuk dijadikan tenaga kerja, membantu pekerjaan orangtua


angkat sehari–hari.

b. Dari pihak orangtua kandung.

Motif adopsi dari pihak orangtua kandung menurut Gosita (2004) adalah:

1. Merasa tidak memiliki kemampuan untuk membesarkan anaknya.

2. Melihat ada kesempatan untuk meringankan beban dirinya, oleh karena ada
yang ingin mengangkat anaknya.

10
3. Adanya imbalan pada persetujuan tentang pengadopsian anak kandungnya
oleh orang lain.

4. Nasehat atau pandangan orang lain disekelilingnya.

5. Ingin anaknya tertolong dalam hal meterial oleh orangtua angkat setelah
diadopsi.

6. Karena masih memiliki anak beberapa orang lagi, sehingga tidak masalah bila
memberikan salah satu anaknya untuk diadopsi orang lain.

7. Tidak memiliki rasa tanggung jawab untuk membesarkan anak sendiri.

8. Merasa bertanggung jawab atas masa depan anaknya, sehingga membuat


dirinya rela memberikan anaknya untuk diadopsi orang lain demi kesejahteraan
masa depan anaknya kelak.

9. Citra atau pemahaman tentang manusia yang kurang tepat.

10. Tidak menghendaki lagi anak kandungnya karena berasal dari hubungan yang
tidak sah,atau yang tidak diinginkan.

11. Adanya peraturan perundang – undangan yang memungkinkan dilakukannya


pengadopsian anak

4. Tipe adopsi

Dua tipe adopsi Terdapat 2 tipe adopsi anak seperti yang diwartakan oleh
Planned Parenthood

1. Adopsi tertutup Tipe adopsi ini merupakan situasi ketika orang tua angkat
tidak banyak berhubungan dengan orang tua kandung anak yang diadopsi. Situasi
tersebut dikenal juga dengan adanya keterbatasan informasi di antara keduanya,
sehingga tipe ini dapat menjadi pilihan ketika orang tua angkat menginginkan
privasi yang lebih luas.

11
2. Adopsi terbuka Tipe adopsi ini, biasanya terjadi ketika hubungan antara orang
tua angkat dan orang tua kandung sudah terjalin sebelum proses adopsi, bahkan
anak yang akan diadopsi nantinya sudah mengetahui hal ini sebelumnya.
Amerika Serikat merupakan negara yang paling sering menjalani tipe adopsi ini.
Tidak jarang ke dua belah pihak, masih terus menjalin hubungan hingga anak
beranjak dewasa. Tipe adopsi terbuka, akan memberikan lebih banyak pilihan
kepada orang tua angkat untuk melihat latar belakang anak yang akan
diadopsinya, bahkan terdapat regulasi khusus untuk melakukan kunjungan
dengan anak yang akan diadopsi.

12
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Anak adalah suatu anugrah dari allah swt kepada pasangan suami istri yang
sudah menikah,hampir semua pasangan suami istrii ingin mempuanyai anak baik itu
cewe ataupun cow,baik itu sedikit atau banyak,itu di rundingkan oleh kedua
pangananya itu.

Hubungan anak sangant penting yang dapat mempengaruhi perilaku dan sikap
ketika dewasa nanti,karena pembentukan karakter seorang anak adalah di bentuknya
sejak kecil,hubungan anak dan orang tua menjadi hal yang krusial karena pendidikan
anak pertama kali adalah keluarga,bagaimana si orang tua mendidik anaknya itu
apakah di terlantarkan beguiitu saja atau di penuhi kasih sayang, seorang anak
harusnya menjadi perhatian besar oleh orang tuanya karena mana ada orng tua yang
mengingninkan seorang anak tumbuh dengan prilaku dan sikap yang buruk dan oleh
karena itu seorang anak bubtuh pendamping dalah kehidupannya dari kecil sampi dia
beranjak dewasa.

Hubungan anak dengan kerabatnya takk kalah penting juga karena kerabat
adalah orng yang juga mengasihi kita setelah orang tua,bagaimana tidak apabila
seorang anak yang ketika dai menjadi broken home karena orang tuanya bercerai
maka ia akan berlari kepada nenek paman atau om nya,karena mereka masih ada rasa
memiliki terhadap kerabat yang lainnya.

Adopsi anak adalah sebuah opsi yang di lakukan oleh sepasang suami
isrti,banyak daktor yang mempengaruhinya ada yang ingin mempunyai anak jadi
mengadopsi dahulu ada juga yang mengadopsi karena kasian kepada anaknya di
karenakan tidak ada yang merawatnya tetapi seorang anak yang di adopsi memiliki
kekurangan yaitu tida akan mendapatkan warisan dan ketika besar pasti selalu
berpikir kemana orang tua yang aslinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bushar Muhammad (2006), Pokok-pokok Hukum Adat, Jakarta, PT Pradnya

Paramita.Hilman Hadikusuma (2003), Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia,

Bandung, Mandar Maju.Iman Sudiyat (2007), Hukum Adat (sketsa asas),

Yogyakarta, LibertyVan Dijk(2006), Pengantar Hukum Adat Indonesia, Bandung,


Mandar Maju.

14

Anda mungkin juga menyukai