DOSEN PEMBIMBING :
Isni Lailatul Maghfiroh, S.Kep.,Ns.,M.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah subhahahu wa ta’alah yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Konsep Asuhan Keperawatan Badai Tiroid ” sesuai waktu yang ditentukan. Makalah ini penulis
susun sebagai salah satu tugas mata kuliah keperawatan kritis . Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis hipertiroid atau yang disebut badai tiroid (Thyroid Strom) adalah kondisi
mengancam jiwa ketika pasien dengan disfungsi tiroid yang mendasari menunjukkan tanda
dan gejala hipertiroidisme yang berlebihan. Badai tiroid dicetuskan oleh stressor seperti
infeksi, trauma, KAD, pembedahan, gagal jantung, atau stroke (Stillwell, 2011).
Krisis tiroid adalah bentuk lanjut dari hipertiroidisme yang sering berhubungan dengan
stress fisiologi atau psikologis. Krisis tiroid adalah keadaan kritis terburuk dari status
tirotoksik (Hudak, 2005).
Krisis tiroid adalah penyakit yang jarang terjadi, yaitu hanya terjadi sekitar 1-2% pasien
hypertiroidisme. Sedangkan insidensi keseluruhan hipertiroidisme sendiri hanya berkisar
antara 0,05-1,3% dimana kebanyakannya bersifat subklinis. Namun, krisis tiroid yang tidak
dikenali dan tidak ditangani dapat berakibat sangat fatal. Angka kematian orang dewasa pada
krisis tiroid mencapai 10-20%. Bahkan beberapa laporan penelitian menyebutkan hingga
setinggi 75% dari populasi pasien yang dirawat inap. Dengan tirotoksikosis yang
terkendali dan penanganan dini krisis tiroid, angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 20%.
Karena penyakit Graves merupakan penyebab hipertiroidisme terbanyak dan merupakan
penyakit autoimun yang juga mempengaruhi sistem organ lain, melakukan anamnesis yang
tepat sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Hal ini penting karena diagnosis krisis
tiroid didasarkan pada gambaran klinis bukan pada gambaran laboratories. Hal lain yang
penting diketahui adalah bahwa krisis tiroid merupakan krisis fulminan yang memerlukan
perawatan intensif dan pengawasan terus-menerus. Dengan diagnosis yang dini dan
penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan baik. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman yang tepat tentang krisis tiroid, terutama mengenai diagnosis dan
penatalaksaannya.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
klien krisis tiroid / badai tiroid dengan menggunakan metode proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan krisis tiroid
/badai tiroid
2. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
3. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan
4. Mampu membuat implementasi keperawatan
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Krisis hipertiroid atau yang disebut badai tiroid (Thyroid Strom) adalah kondisi
mengancam jiwa ketika pasien dengan disfungsi tiroid yang mendasari menunjukkan
tanda dan gejala hipertiroidisme yang berlebihan. Badai tiroid dicetuskan oleh
stressor seperti infeksi, trauma, KAD, pembedahan, gagal jantung, atau stroke
(Stillwell, 2011).
Krisis tiroid adalah bentuk lanjut dari hipertiroidisme yang sering berhubungan
dengan stress fisiologi atau psikologis. Krisis tiroid adalah keadaan kritis terburuk
dari status tirotoksik. Penurunan kondisi yang sangat cepat dari kematian dapat
terjadi jika tidak segera tertangani.
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan
ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan
sistem saluran cerna. Awalnya, timbul hipertiroidisme yang merupakan kumpulan
gejala akibat peningkatan kadar hormon tiroid yang beredar dengan atau tanpa
kelainan fungsi kelenjar tiroid. Ketika jumlahnya menjadi sangat berlebihan,terjadi
kumpulan gejala yang lebih berat, yaitu tirotoksikosis.
2.2. Etiologi
1. Operasi dan urut/pijat pada kelenjar tiroid atau gondok dan operasi pada bagian
tubuh lainnya pada penderita hipertiroid yang belum terkontrol hormon tiroidnya).
2. Stop obat anti tiroid pada pemakaian obat antitiroid
3. Pemakaian kontras iodium seperti pada pemeriksaan rontgen
4. Infeksi
5. Stroke
6. Trauma. Pada kasus trauma, dilaporkan bahwa pencekikan pada leher dapat
memicuterjadinya krisis tiroid, meskipun tidak ada riwayat hipertiroidisme
sebelumnya.
Peningkatan Peningkatan
Masa otot berkurang sintesis isenzim pemecahan VLDL, Nutrisi kurang dari
Peningkatan transkrip Na+/K+ -ATPase LDL kebutuhan
( pemecahan ,matriks
otot tulang ) ca2+ -ATPase dalam Peningkatan Osteoporosis,
reticulum sarkoplasma rangsangan terhadap hiperkalemia,
Enzim proteolitik Peningkatan
katekolamin Peningkatan hiperkalsiuria.
proteolisis
metabolisme basal
Proteolisis + Peningkatan
pningkatan kontraktilitas jantung Gangguan motilitas
pembentukan ekskresi & frekuensi denyut Rangsangan S.simpatis usus Diare dehidrasi
Peningkatan
jantung
pengunaan O2
Peningkatan metabolisme
Fibrasi atrium Takikardia,
hiperventilasi panas ( energi )
peningkatan volume Kekurangan volume
sekuncup cairan
Peningkatan suhu
Sesak naps, tubuh ( tiroksikosis )
Dekompensasi jantung Peningkatan CO & Peningkatan takikardi
dispnea
sistolik jantung (>130x/menit)
Hiperpireksid (>38,5 Berkeringan berlebih
C / > 40 C )
Kegagalan Peningkatan GFR,
kognitif Ketidakefektian
RPF, reabsorbsi
pola napas
natrium Peningkatan beban hipertermia
jantung
Nyeri dada,
edema palpitasi
Penurunan suplai O2 Otak kekurangan Penurunan Perubahan fungsi
ke seluruh tubuh oksigen kesadaran, jaringan serebral
Resiko tinggi letargistupr-koma
curah jantung
2.5 Manifestasi Klinis
Penderita umumnya menunjukkan semua gejala tirotoksikosis tetapi biasanya jauh
lebih berat.
a. Demam > 37,0 C
b. Takikardi > 130 x/menit
c. Gangguan sistem gastrointestinal seperti diare berat
d. Gangguan sistem neurologik seperti keringat yang berlebihan sampai
dehidrasi,gangguan kesadaran sampai koma.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. TSHS (Tiroid Stimulating Hormone Sometime) tertekan dan tidak berespon
pada TRH.
b. Pemeriksaan FT4 (T4)
c. Pemeriksaan T3
d. Tiroglobulin : meningkat
e. Gula darah : menurun (sehubungan dengan kerusakan adrenal)
f. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali
2.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada krisis tiroid mempunyai tujuan yaitu menangani faktor
pencetus, mengontrol pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, menghambat pelepasan
hormon tiroid, dan melawan efek perifer hormon tiroid. Penatalaksanaan medis krisis tiroid
meliputi :
1. Koreksi hipertiroidisme
7. Glukokortikoid
8. Sedasi jika perlu
b). Obat anti drenergik
Yang tergolong obat ini adalah beta bloker, reserpin, dan guatidin. Reserpin
dan guatidin kini praktis tidak dipakai lagi, diganti dengan Beta bloker. Beta
bloker yang paling banyak digunakan adalah propanolol. Penggunaan
propanolol ini tidak ditujukan untuk mengobati hipertiroid, tetapi
mengatasigejala yang terjadi dengan tujuan memulihkan fungsi jantung dengan
caramenurunkan gejala yang dimediasi katekolamin. Tujuan dari terapi
adalahuntuk menurunkan konsumsi oksigen miokardium, penurunan frekuensi
jantung, dan meningkatkan curah jantung.
2.8 Komplikasi
Meski tanpa adanya penyakit arteri koroner, krisis tiroid yang tidak diobati
dapat menyebabkan angina pektoris dan infark miokardium, gagal jantung kongestif,
kolaps kardiovaskuler, koma, dan kematian.
2.9 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan melakukan terapi tirotoksikosis yang ketat
setelah diagnosis ditegakkan. Operasi dilakukan pada pasien tirotoksik hanya
setelah dilakukan blokade hormon tiroid dan/atau beta-adrenergik. Krisis tiroid
setelah terapi RAI untuk hipertiroidisme terjadi akibat: 1) penghentian obat anti-
tiroid (biasanya dihentikan 5-7 hari sebelum pemberian RAI dan ditahan hingga
5-7 hari setelahnya); 2) pelepasan sejumlah besar hormon tiroid dari folikel yang
rusak; dan 3) efek dari RAI itu sendiri. (Sudoyo, 2007)
Karena kadar hormon tiroid seringkali lebih tinggi sebelum terapi RAI
daripada setelahnya, banyak para ahli endokrinologi meyakini bahwa penghentian
obat anti-tiroid merupakan penyebab utama krisis tiroid. Satu pilihannya adalah
menghentikan obat anti-tiroid (termasuk metimazol) hanya 3 hari sebelum
dilakukan terapi RAI dan memulai kembali obat dalam 3 hari setelahnya.
Pemberian kembali obat anti-tiroid yang lebih dini setelah terapi RAI dapat
menurunkan efikasi terapi sehingga memerlukan dosis kedua. Perlu pula
dipertimbangkan pemeriksaan fungsi tiroid sebelum prosedur operatif dilakukan
pada pasien yang berisiko mengalami hipertiroidisme (contohnya, pasien dengan
sindroma McCune-Albright).
BAB 3
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemi berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan endokrinopati
C. Intervensi Keperawatan
NO Dx kep. SLKI SIKI
1. Hipovolemi Setelah dilakukan O:
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Periksa tanda dan gejala
hipovolemia
peningkatan 1X24 jam diharapkan
- Monitor intake dan output
permeabilitas kapiler status cairan membaik cairan
dengan kriteria hasil : T:
- Hitung kebutuhan cairan
1. Kekuatan nadi
- Berikan asupan cairan oral
meningkat (5) E:
2. Turgor kulit
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
meningkat (5) - Anjurkan menghindari
perubahan posisi
3. Output urine
mendadak
meningkat (5) K:
- Kolaborasi pemberian
cairan IV issptonis ( mis.
Cairan NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis ( mis.
Glukosa 2,5 %, NaCl 0,4
%)
- Kolaborasi pemberian
koloid ( mis, albumin,
plasmante )
D NO Tindakan Keperawatan
X
1 1 - Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan
ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan
sistem saluran cerna. Etiologi yang paling banyak menyebabkan krisis tiroid
adalah penyakit Graves (goiter difus toksik). Krisis tiroid timbul saat terjadi
dekompensasi sel-sel tubuh dalam merespon hormon tiroid yang menyebabkan
hipermetabolisme berat.
Diagnosis krisis tiroid didasarkan pada gambaran klinis bukan pada
gambaran laboratoris Jika gambaran klinis konsisten dengan krisis tiroid, terapi
tidak boleh ditunda karena menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium
atas tirotoksikosis. Penatalaksanaan krisis tiroid harus menghambat sintesis,
sekresi, dan aksi perifer hormon tiroid. Penanganan suportif yang agresif
dilakukan kemudian untuk menstabilkan homeostasis dan membalikkan
dekompensasi multi organ. Angka kematian keseluruhan akibat krisis tiroid
diperkirakan berkisar antara 10-75%. Namun, dengan diagnosis yang dini dan
penanganan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA