Anda di halaman 1dari 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC

HIPOTONUS QUADRIPLEGIA TIPE EKSTENSI DENGAN PEMBERIAN NEURO


DEVELOPMENT TREATMENT, MOBILISASI TRUNK DAN PELVIC, SERTA
MASSAGE DI KLINIK YPAC PROF DR SOEHARSO

Disusun Oleh:

1. Indah Tri Hapsari : (E2018029)


2. Popita Yuarizka : (E2018047)
3. Tyan Antika : (E2018061)
Sukma

PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanallahuwa taala yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah Klinik ini
dengan baik disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat untuk terselesaikannya tugas klinik
semester VII pada Program Studi DIV Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Surakarta. Selesainya
makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis dengan
segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan moril maupun material secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis dalam penyusunan makalah praktek klinik ini hingga selesai, yaitu :

1. Ibu Riyani Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep.selaku rektor universitas Aisyiyah Surakarta
2. Ibu Ari Sapti Mei Leni, SST.FT.,MOr selaku kepala prodi Diploma IV Fisioterapi
3. Ibu Alinda Nur Ramadhani, S.Fis., M.K.M selaku dosen pembimbing dalam praktek
klinik semester VII Universitas ‘Aisyiyah Surakarta.
4. Bapak Agus Basuki, S.St.ft., FTR selaku Pembimbing lahan YPAC Prof. DR.
SOEHARSOE Surakarta yang telah memberikan kritik, saran dan bimbingan untuk
menyelesaikan makalah ini.
5. Dan teman-teman yang saya cintai serta saya banggakan terimakasih atas semangat,
dukungan, do’a serta waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik. .

Surakarta, 17 Januari 2021

Penulis

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Makalah dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Cerebral Palsy Spastic Hipotonus
Quadriplegi Tipe Ekstensi Dengan Pemberian Neuro Development Treatment, Mobilisasi Trunk
dan Pelvic, Serta Massage di Klinik YPAC PROF DR SOEHARSO” ini telah dikoreksi dan
disetujui oleh pembimbing praktek lahan guna memenuhi tugas praktik di YPAC Prof. DR.
SOEHARSOE Surakarta.

Mengetahui

Pembimbing Kampus Pembimbing Lahan

Alinda Nur Ramadhani, S.Fis., M.K.M Agus Basuki , S.St.ft., FTR

iii
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
A. Anatomi.......................................................................................................................3
.....................................................................................................................................
B. Definisi Kasus..............................................................................................................5
C. Etiologi........................................................................................................................5
D. Patofisiologi.................................................................................................................5
E. Tanda dan Gejala.........................................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnosa.................................................................................................6
G. Teknologi Intervensi fisioterapi...................................................................................7
BAB III LAPORAN STATUS KLINIS..................................................................................8
(lampiran SK pasien)..................................................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................9
BAB V KESIMPULAN dan SARAN......................................................................................10
A. Kesimpulan ...................................................................................................................10
B. Saran .............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar masyarakat jaman sekarang sudah mengenal beragam teknologi hasil
penelitian para ahli yang pada akhirnya mampu menyedot banyak perhatian. Namun, seiring
perkembangan teknologi itu pula, masyarakat terlena dan tidak mampu menghindari efek dari
teknologi tersebut. Efek dari teknologi yang tengah merajalela pastinya memiliki dampak baik
dan buruk bagi perkembangan ilmu dan penyakit kesehatan yang semakin kompleks. Tidak
hanya menyerang dewasa dan orang tua, tapi juga menyerang anak yang lebih rentan
terinfeksi penyakit. Hal ini dikarenakan sistem imunitas dalam diri anak belum sepenuhnya
sempurna sehingga penyakit lebih mudah menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyakit atau
kelainan pada anak dapat terjadi pada masa sebelum, sesaat, ataupun setelah kelahiran dengan
faktor penyebab yang beragam. Salah satu penyakit atau kelainan yang sering dijumpai pada
era perkembangan jaman saat ini adalah Cerebral Palsy.
Cerebral memiliki arti ‘otak’ dan palsy memiliki arti ‘kelumpuhan’ atau ketidak
mampuan untuk bergerak. Cerebral palsy merupakan kumpulan gangguan permanen dari
perkembangan gerak dan postur yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan
dengan gangguan non progresif yang terjadi di otak sejak dalam kandungan atau di masa
kanak-kanak (Novak, 2014).
Penyebab terjadinya cerebral palsy dalam beberapa dekade terakhir mengalami banyak
variasi. Umumnya faktor risiko terjadinya cerebral palsy terdiri dari 3 periode, yaitu periode
prenatal, perinatal, dan post natal yang tercantum pada Tabel 1 (Adogu,et al 2015., Azar,
2017). Berdasarkan The United Cerebral Palsy Research and Educational Foundation tahun
2002 melaporkan bahwa 70% kasus Cerebral palsy umum terjadi pada periode prenatal,
terutama trimester 2 dan 3, 20% kasus terjadi pada periode perinatal, dan 10% kasus terjadi
pada periode postnatal selama 2 tahun pertama kehidupan (Allen, 2010).
Tipe quadriplegi melibatkan kelainan bagian tubuh mulai dari leher sampai batang tubuh
dan juga keempat anggota gerak. Tipe quadriplegi memiliki dampak kelainan yang berat dan
tanda gejala kelainan lainnya seperti, gangguan kognitif, gangguan kemampuan berbicara, dan
kesulitan menelan. Sebagian besar penderita quadriplegi tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Hanya 15% yang berpotensi
mampu untuk berjalan dan yang lainnya menggunakan kursi roda (Berker, 2010).
Peran fisioterapi di sini adalah meningkatkan kemampuan fungsional anak sehingga
dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. Neuro Developmental Treatment
(NDT) dianggap sebagai pendekatan manajemen terapi yang komprehensif mengarahkan ke
fungsi motor sehari-hari yang relevan (Hinchcliffe, 2007). Dasar dari teknik terapi latihan
dengan metode pendekatan NDT yaitu mengontrol pola spastisitas dengan teknik inhibisi,
memfasilitasi pola sikap dan gerakan sehari-hari untuk memelihara tonus otot, serta
meningkatkan tonus otot dengan metode stimulasi.
Selain pemberian NDT, intervensi yang diberikan kepada pasien juga berupa Mobilisasi
pada trunk dan pelvic, dimana mobilisasi pelvic berhubungan erat dengan peran efek dari
penguatan otot dan exercise yang dapat meningkatkan tonus trunk pada pasien cerebal palsy,
sedangkan mobilisasi trunk bertujuan untuk mengaktivasi kan kontraksi core muscle dan berfungsi
untuk meningkatkan stabilisasi dari columna vertebralis untuk memelihara Spine dalam kondisi netral.
Massage juga sangat berperan penting guna untuk membantu dalam meningkatkan motorik halus dan
motorik kasar, dan penambahan teknik friction untuk membantu mengurangi spasme pada anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat ditentukan bahwa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah NDT metode inhibisi dan massage berpengaruh dalam menurunkan spastisitas
pada pasien Cerebral Palsy Spastic Hipotonus Quadriplegia Tipe Ekstensi?
2. Apakah NDT metode stimulasi berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot pada
pasien Cerebral Palsy Hipotonus Quadriplegia Tipe Ekstensi?
3. Apakah NDT metode fasilitasi berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan fungsional
pada pasien Cerebral Palsy Hipotonus Quadriplegia Tipe Ekstensi?
4. Apakah mobilisasi pada trunk dan pelvic berpengaruh dalam meningkatkan tonus
postural pada pasien Cerebral Palsy Hipotonus Quadriplegia Tipe Ekstensi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian intervensi NDT metode inhibisi dan massage
dalam menurunkan spastisitas pada pasien Cerebral Palsy Spastic Hipotonus
Quadriplegia Tipe Ekstensi.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian intervensi NDT metode stimulasi dalam
meningkatkan kekuatan otot pada pasien Cerebral Palsy Hipotonus Quadriplegia Tipe
Ekstensi.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian intervensi NDT metode fasilitasi dalam
meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien Cerebral Palsy Hipotonus
Quadriplegia Tipe Ekstensi.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan bagi penulis terhadap pemeriksaan dan penatalaksanaan fisioterapi
pada pasien Cerebral Palsy Spastic Hipotonus Quadriplegia Tipe Ekstensi.
2. Bagi Pembaca
Memberikan informasi, pengetahuan, serta edukasi pada masyarakat mengenai
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pasien Cerebral Palsy Spastic Hipotonus Quadriplegia
Tipe Ekstensi.
3. Bagi Mitra
Dapat dijadikan sebagai bahan evalusi untuk pengembangan intervensi di masa yang
akan datang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf pusat yang mengalami perkembangan.
Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meningen) dan berada di dalam rongga
tulang tengkorak. Otak juga merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan
internal dan eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga,
kulit, dan lain-lain).
Data yang diterima oleh otak, kemudian akan dikirimkan oleh saraf yang dikenal
dengan sistem saraf keseluruhan. Sistem saraf ini memungkinkan seluruh saraf mengubah
rangsangan dalam bentuk impuls listrik. Kemudian impuls listrik dikirim ke pusat sistem
saraf yang berada diotak dan urat saraf tulang belakang. Disinilah data atau reseptor
diproses dan direspon dengan output yang sesuai (Rahim, 2018).

Adapun bagian-bagian dari otak yaitu:


1. Batang otak (brainsteam)
Menghubungkan sumsum tulang belakang ke otak besar; terdiri darimedula oblongata,
pons, dan otak tengah, dengan formasi reticular tersebardi ketiga daerah tersebut;
memiliki banyak fungsi penting, seperti yang tercantum di bawah setiap subdivisi;
merupakan lokasi inti saraf kranial.
2. Otak tengah (midbrain)
Mengandung traktur saraf asending dan desending; mengirimkan impuls saraf sensorik
dari sumsum tulang belakang ke talamus dan impuls saraf motorik dari otak ke sumsum
tulang belakang. Mengandung pusat refleks yang menggerakkan bola mata, kepala, dan
leher dalam menanggapi rangsangan visual dan pendengaran.
3. Otak kecil (cerebelum)
Mengontrol gerakan otot dan tonus; mengatur keseimbangan dan postur yang tepat;
mengatur tingkat gerakan yang disengaja; terlibat dalam keterampilan pembelajaran
motorik. Berkontribusi terhadap perencanaan, pemrograman.

3
B. Definisi
Cerebral Palsy (CP) merupakan kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non
progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. Kelainan atau kerusakan tersebut
dapat terjadi pada saat di dalam kandungan (prenatal), selama proses melahirkan (perinatal,
atau setelah proses kelahiran (postnatal). Cerebral Palsy dapat menyebabkan gangguan
sikap (postur), control gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan
neurologis berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan
mental.

C. Etiologi
Menurut Hairunisa tahun 2021, etiologi dari cerebral palsy dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Prenatal
a. Infeksi selama masa kehamilan
b. Perdarahan yang terjadi di trimester tiga
c. Inkompeten serviks
d. Trauma
2. Perinatal
a. Hipoksia Ditemukan pada saat bayi kesulitan dalam persalinan. Suplai oksigen yang
rendah pada otak bayi dan dalam periode yang lama,akan menyebabkan kerusakan
otak, biasa disebut dengan hipoksik iskemik ensefalopati.
b. Perdarahan otak Anoksia dan perdarah otak dapat terjadi bersamaan, menyebabkan
sulit untuk membedakannya. Misal, terjadi perdarahan pada batang otak yang akan
mengganggu pernafasan dan akibatnya terjadi anoksia.
c. Prematuritas Bayi yang lahir prematur memiliki pembuluh darah diotak yang rentan
dan mudah rapuh yang akan menyebabkan terjadi perdarahan. Basal ganglia mereka
juga rentan terhadap cedera yang disebabkan oleh infeksi, dan stress oksidatif.
3. Pascanatal
a. Trauma kapitis
b. Infeksi
c. Kern icterus

D. Patofisiologi
Pada cerebral palsy terjadi kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan
terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan korteks serebri terjadi kontraksi
otot yang terus menerus dimana disebabkan oleh karena tidak terdapatnya inhibisi
langsung pada lengkung refleks.
Cerebral palsy tipe quadriplegi disebabkan adanya lesi cortex cerebri pada lobus
frontalis area 6 tepatnya medial dan lateral. Bila derajat lesi pada sisi medial lebih
besar,maka akan terjadi spastik yang lebih kuat pada kedua tungkai. Gyrus precentralis
berfungsi sebagai area motorik, berurutan dari medial ke lateral merupakan proyeksi pola
gerak pada tungkai, punggung, lengan, dan wajah. Dan serabut-serabut asosiasi pada white
4
matter di otak yang mana secara normal berfungsi sebagai penghalusan suatu aktivitas
(Apriani, 2018).

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang spesifik dari penderita cerebral palsyspastik quadriplegi adalah
terjadi spastisitas pada otot-otot keempat anggota gerak ekstremitas atas dan bawah,
meningkatnya reflek tendon, stretch reflek yangberlebihan, hiperkontraktilitas otot dan
klonus yang terjadi pada anggota gerak baik atas maupun bawah sehingga penderita
mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangannya.
Gejala CP tampak sebagai spektrum yang menggambarkan variasi beratnya penyakit.
Seseorang dengan CP dapat menampakkan gejala kesulitan dalam hal motorik halus,
misalnya menulis atau menggunakan gunting, masalah keseimbangan dalam berjalan atau
mengenai gerakan involunter, misalnya tidak dapat mengontrol gerakan menulis. Gejala
dapat berbeda pada setiap penderita, dan dapat berubah pada seorang penderita. Penderita
CP derajat berat akan mengakibatkan tidak dapat berjalan atau membutuhkan perawatan
yang ekstensif dan jangka panjang, sedangkan CP derajat ringan mungkin hanya sedikit
canggung dalam gerakan dan membutuhkan bantuan yang tidak khusus. CP bukan
penyakit menular atau bersifat herediter.
Pada kasus diatas memiliki beberapa pola spastisitas. Pola spastisitas pada anggota
gerak atas adalah adduksi dan internal rotasi bahu, fleksi siku, pronasi lengan bawah, fleksi
dan ulnar deviasi wrist dan fleksi jari-jari. Sedangkan pada anggota gerak bawah adalah
adduksi dan internal rotasi hip, fleksi knee, plantar fleksi dan inversi ankle serta fleksi jari-
jari (Sulistyawati et, al, 2019).

F. Pemeriksaan diagnose
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan menggunakan dua metode yaitu anamnesis umum dan anamnesis
sistem. Anamnesis umum pada pemeriksaan ini dilakukan sejak kali pertama pasien
datang ke klinik. Kemudian orang tua pasien akan di berikan pertanyaan terkait dengan
keluhan anak sekarang.Anamnesis sistem dilakukan untuk menanyakan kondisi
keseharian pasien selama di rumah.
2. Pemeriksaan Fisioterapi
Untuk menegakkan suatu diagnosa, sangat perlu adanya dilakukan pemeriksaan spesifik
untuk megetahui kondisi pasien saat ini. Pemeriksaanyang dilakukan untuk pasien dengan
cerebral palsy quadriplagia ini berupa :
a) Pemeriksaan Statis dan Dinamis
Pada pemeriksaan statis, fisio terapis harus melihat secara menyeluruh seluruh anggota
tubuh pasien, hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana perembangan pasien
terhadap usia pasien sekarang. Untuk pemeriksaan dinamis, fisioterapis dapat melihat
pola gerak pasien secara menyeluruh.
b) Pemeriksaan palpasi, perkusi, dan auskultasi

5
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi umum pasien seperti terpalpasi
adanya spasme otot, kekakuan otot. Pada perkusiuntuk mengetahui apakan adanya
sputum, pada auskultasi untuk mengetahui kondisi jantung pasien.
c) Pemeriksaan spesifik
1) Pemeriksaan refleks primif
Pada pemeriksaan ini, fisioterapis memeriksa bagaimanaperkembangan reflek pada
anak, hal ini bertujuan untuk meninjau apakah refleks anak mengalami
keterlambatan matur pada refleks/
2) Pemeriksaan skala ASWORTH
Pemeriksaan ASWORTH dilakukan untuk mengetahui spastisitas otot pada anak
dengan CP quadriplegia. Nilai pada skala ASWORTH ada 6 yaitu:
Skala 0: Tidak ada peningkatan tonus otot
Skala 1: Ada peningkatan sedikit tonus otot yaitu adanya tahanan minimal pada
akhir ROM saat sendi digerakkan fleksi.
Skala 2: Ada peningkatan sedikit tonus otot yaitu adanya pemberhentian gerakan
dan sedikit ada tahanan minimal.
Skala 3: Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM,
gerakan pasif mudah mudah di gerakkan
Skala 4: Peningkatan tonus otot sangat nyata dan gerakan pasif sulit digerakkan
Skala 5: Sendi pada ekstermitas kaku
3) Pemeriksaan XOTR
Pada pemeriksaam XOTR test dilakukan untuk mengukur tingkat kekuatan otot
pada anak yaitu dengan 4 penilaian:
X: Kekuatan otot normal bila ada gerakan dan kontraksi
O: Jika tidak ada kontraksi
T: Ada kontraksi, tidak ada gerakan
R: Bila gerakan terjadi merupakan reaksi refleks yang diakibatkan oleh fisioterapis
4) Pemeriksaan Gross motor function measurement (GMFM)
Pemeriksaan aktivitas fungsional dilakukan untuk menilai tingkatkemandirian anak,
apakah anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri, dibantu sebagian
atau sepenuhnya oleh orang lain.
Pemeriksaan GMFM memiliki 4 skor yaitu:
Nilai 0: Tidak dapat melakukan.
Nilai 1: Dapat melakukan tapi awalnya saja.
Nilai 2: Dapat melakukan sebagian.
Nilai 3: Dapat melakukan semuanya.
5) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Kranial
MRI adalah metode terbaik untuk mendiagnosis lesi substansia alba setelah usia 2-3
minggu. Pada saat ini, MRI dan USG merupakan satu-satunya metode untuk
melihat PVL pada bayi berusia mulai dari 1 minggu.
6) Radiologis
Indikasi utama pemriksaan radiologi adalah monitor instabilitas hip. Lakukan
pemeriksaan foto rontgen hip pada semua anak CP yang beresiko. Computed

6
Tomography (CT) 3 dimensi berguna jika merencanakan rekonstruksi hip. Rontgen
tulang belakang dilakukan pada anak CP dengan skoliosis yang merupakan
kandidat operasi untuk mengukur sudut cobb. Rontgen pada ekstremitas dilakukan
pada kandidat osteotomi. Foto kaki pada posisi berdiri tegak juga diperlukan jika
terdapat deformitas varus atau valgus

G. Teknologi Intervensi
 NDT ( Neuro Development Treatment)
Merupakan suatu metode latihan untuk merangsang respon mekanisme neuromuscular melalui
stimulasi profil sektor dengan teknik-teknik inhibisi spastisitas, stimulasi dan fasilitasi pada NDT
akan mengatasi pola gerak abnormal, normalisasi tonus dan fasilitas gerak yang normal.
 Mobilisasi Pelvic
Teknik dari stability yang berhubungan erat dengan perang efek dari penguatan otot dan exercise
dapat meningkatkan tonus trunk pada pasien cerebal palsy
 Head control
Bertujuan untuk memfasilitasi gerakan kepala sesuai alignment dan menstabilkan gerakan kepala
 Mobilisasi trunk
Latihan yang bertujuan untuk mengaktivasi kan kontraksi core muscle dan berfungsi untuk
meningkatkan stabilisasi dari columna vertebralis untuk memelihara Spine dalam kondisi netral.
 Positioning merangkak
Untuk melatih anak supaya bisa merangkak secara mandiri.
 Positioning duduk
Untuk memperkuat otot-otot cor dan melatih anak supaya dapat duduk secara mandiri.
 Stimulasi berguling
Bertujuan untuk mengoptimalkan head kontrol rotasi trunk dan hand support.
 Massage
Membantu dalam meningkatkan motorik halus dan motorik kasar, dan penambahan teknik
friction untuk membantu mengurangi spasme pada anak.

7
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Cerebral palsy merupakan kumpulan gangguan permanen dari perkembangan gerak dan
postur yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan non progresif
yang terjadi di otak sejak dalam kandungan atau di masa kanak-kanak. Pada kasus ini seorang
anak dengan diagnosa cerebral palsy quadriplegia tipe ekstensi dengan keluhan anak belum
mampu tengkurep secara mandiri dengan problematika kelemahan pada tonus postural
keterbatasan LGS pada AGA dan AGB, spasme pada otot paravertebra, spastisitas pada AGA
dan AGB, hipotonus pada AGA dan AGB, gangguan koordinasi pada AGA dan AGB, gangguan
koordinasi pada AGA dan AGB, gangguan keseimbangan serta keterbatasan kemampuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
Metode yang diberikan pada kasus ini berupa Neuro Development Treatment yang
merupakan suatu metode latihan untuk merangsang respon mekanisme neuromuscular melalui
stimulasi profil sektor dengan teknik-teknik inhibisi spastisitas, stimulasi dan fasilitasi pada NDT
akan mengatasi pola gerak abnormal, normalisasi tonus dan fasilitas gerak yang normal. Selain
itu juga diberikan mobilisasi pada pelvic yang berupa teknik dari stability yang berhubungan erat
dengan peran efek dari penguatan otot dan exercise dapat meningkatkan tonus trunk pada pasien
cerebal palsy. Mobilisasi trunk bertujuan untuk mengaktivasi kan kontraksi core muscle dan
berfungsi untuk meningkatkan stabilisasi dari columna vertebralis untuk memelihara Spine.
Positioning merangkak untuk melatih anak supaya bisa merangkak secara mandiri. Positioning
duduk untuk memperkuat otot-otot cor dan melatih anak supaya dapat duduk secara mandiri.
Stimulasi berguling bertujuan untuk mengoptimalkan head kontrol rotasi trunk dan hand
support. Control head bertujuan untuk memfasilitasi gerakan kepala sesuai alignment dan
menstabilkan gerakan kepala. Massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk menerangkan
manipulasi-manipulasi tertentu dari jaringan lunak tubuh. Manipulasi-manipulasi tersebut
dilaksanakan oleh tangan secara sistematis dan bertujuan memberikan pengaruh pada sistem otot,
susunan syaraf serta sirkulasi umum lainnya.
Terapi kepada pasien cerebral palsy spastic quadriplegi tipe ekstensi ini dilakukan sebanyak
4 kali terapi didapat adanya pengurangan spasme pada otot para vertebra, stabilisasi kepala
sedikit terkontrol, tidak ada peningkatan tonus postural selama 4x terapi, peningkatan kekuatan
otot pada kedua jari-jari anak sudah mau membuka, persendian sudah sedikit mudah untuk
dimobilisasi. Adanya perubahan yang signifikan pada sensoris visual dan audio.

9
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien An. A. A dengan diagnosa cerebral palsy quadriplegia tipe ekstensi,
dilakukantindakan fisioterapi dengan metode NDT, mobilisasi pada trunk dan pelvic, serta
pemberian massage didapatkan hasil adanya pengurangan spasme pada otot para vertebra, stabilisasi
kepala sedikit terkontrol, tidak ada peningkatan tonus postural selama 4x terapi, peningkatan kekuatan
otot pada kedua jari-jari anak sudah mau membuka, persendian sudah sedikit mudah untuk dimobilisasi.
Adanya perubahan yang signifikan pada sensoris visual dan audio.

B. Saran
Pada pasien dengan kondisi Cerebral Palsy Spastic Hipotonus Quadriplegia Tipe Ekstensi
sebaiknya dilakukan latihan atau terapi latihan dalam kurun waktu yang lama serta rutin. Hal ini
dapat juga dibantu oleh pihak keluarga terutama orang tua untuk melakukan latihan dirumah
dengan diberikan penjelasan terlebih dahulu oleh terapis mengenai tahap-tahap latihan yang bisa
dilakukan dirumah.

10
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, F. D. (2018). Deteksi Dini CerebralPalsy Pada Bayi Sebagai UpayaPencegahan
Keterlambatan Dalam Diagnosis. Jurnal Gema Kesehatan, 10(2), 70-76.
Allen PJ, Vessey JA Schapiro NA. (2010). Primary Care Of The Child With A Chronic
Condition. Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier
Berker, N and Yalcin, S. 2010. The Help Guide To Cerebral Palsy Second Edition. Merrill
Corporation, Washington, USA
Gema Kesehatan. 2018. DETEKSI DINI CEREBRAL PALSY PADA BAYI SEBAGAI
UPAYA PENCEGAHAN KETERLAMBATAN DALAM DIAGNOSIS. Volume 10,
Nomor 2, Desember 2018. p-ISSN: 2088-5083/e-ISSN: 0000-0000
Hairunisa, N. (2021). LiteratureReview: Pengaruh Latihan Hydrotherapy Dalam Meningkatkan
Kecepatan Berjalan Pada Anak Cerebral Palsy Spastic Diplegia (Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Malang).
Hinchcliffe, A. 2007. Children with Cerebral Palsy a Manual for Therapists, Parents, and
Communitty Workers second edition. London: Sage Publications.
Novak. 2014. Evidence Based Diagnosis, Health Care, and Rehabilitation for Children with
Cerebral Palsy. Journal of Child Neurology. Vol 29 No 8. Juni 2014: 1143.
Rahim, F., & Wahyuni, S. K. M. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Cerebral Palsy
Spastik Quadriplegi Di RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus (Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Selekta, M. C. (2018). Cerebral Palsy Tipe Spastik Quadriplegi Pada Anak Usia 5 Tahun. Jurnal
Majority, 7(3), 186-190.
Sulistyawati, N., & Mansur, A. R. (2019). Identifikasi Faktor Penyebab Dan Tanda Gejala Anak
Dengan CerebralPalsy. Jurnal Kesehatan Karya Husada, 7(1), 77-89.

11

Anda mungkin juga menyukai