Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN METODE KOOPERATIF STAD

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII


DI MTS HASYIM ASY’ARI KOTA BATU

Khoirul Anwar
Email : khoirul.anha@gmail.com.
Madrasah Tsanawiyah Hasyim Asy’ari Kota Batu

ABSTRACT: Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
Perkembangan masyarakat pada masa kolonial dengan menerapkan metode STAD.
Penelitianinimenggunakanrancangan penelitian tindakan kelas dengan duasiklus. Masing-
masing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan,
danrefleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode STAD dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam materi Perkembangan masyarakat pada masa kolonial kelas 7- a
mata pelajaran IPS MTs Hasyim asyari Batu. Nilai siswa yang berada dibawah KKM
dari rata-rata 67.5 menjadi rata-rata 78 pada siklus I dan siklus II dari KKM yang di MTs
yang menggunakan 75 pada semester tahun ini.

Kata kunci : STAD dan Hasil Belajar Siswa

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia
(human resource) yang memiliki keterampilan dan keahlian sesuai tuntutan pembangunan
bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh
karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta secara
maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut.
Pendidikan adalah soal interaksi antara manusia. Interaksi antara pendidik dan peserta
pendidik, antara orang tua dan anak, antara guru dan murid, serta antara lingkungan, sumber
belajar yaitu perpustakaan dan para pembelajar. Guru adalah inti dari proses pendidikan. Guru
menjadi kunci utama kualitas pendidikan di suatu negara.
Proses belajar adalah suatu upaya untuk mengubah tingkah laku peserta didik.
Perubahan tingkah laku siswa bergantung terhadap adanya interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya. Menurut seorang ahli pendidikaan Gagne dalam Enoh, 1987 menyatakan bahwa
ada dua faktor yang mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa yang pertama faktor dari
dalam, yaitu merupakan dimensi siap tidaknya siswa menerima perubahan tingkah laku tersebut.
Bila siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan awal yang sudah cukup ia akan dapat
meningkatkan pengetahuan atau keterampilannya dengan bantuan lingkungannya. Yang kedua
adalah faktor dari luar. Faktor dari luar ialah lingkungan siswa yang dapat merangsang,
menunjang dan memperlancar proses belajar.
Pada kenyataannya, proses pembelajaran IPS di sekolah masih sering menggunakan
metode konvensional. Proses belajar mengajar didominasi oleh guru, sedangkan siswa kurang
diaktifkan. Siswa dianggap sebagai pendengar dan komunikasi berjalan satu arah. Berdasarkan

1
hasil observasi yang peneliti lakukan MTs.Hasyim Asyari Batu, dapat diketahui bahwa
pembelajaran IPS masih terpusat pada guru, dan siswa cenderung pasif. Situasi belajar mengajar
yang kurang kondusif membuat siswa justru melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat.
Banyak diantara mereka yang ramai sendiri, mengganggu teman, sekadar corat-coret buku,
melamun bahkan adapula yang mengantuk. Guru kurang memberi motivasi kepada siswa untuk
lebih bersemangat dalammengikuti pembelajaran di kelas. Guru lebih terfokus pada
menerangkan ketimbang mengkondisikan siswa.Saat ini pembelajaran IPS di MTs Hasyim
Asyari Batu belum mampu menghasilkan nilai IPS dengan optimal. Hal ini terlihat dari rata-rata
nilai IPS masih dibawah 75
Berdasarkan pengamatan hasil belajar IPS dilapangan masih belum maksimal,
berdasarkan arsip guru mata pelajaran IPS MTs Hasyi Asyari Kota Batu, nilai rata - rata
peserta didik pada Ujian Tengah Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.
Tabel 1 menunjukkan bahwa masih ada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat berpengaruh pada cara berfikir mereka yang mengurangi
ketertarikan pada pelajaran IPS. Dalam melaksanakan pembelajaran, seorang guru harus
memiliki strategi atau metode yang baik digunakan, sehingga peserta didik mampu memahami
pelajaran yang diberikan.
Keberhasilan pembelajaran IPS tidak luput dari peran guru dan peserta didik. Selain
guru dan peserta didik, keberhasilan pembelajaran pun dipengaruhi oleh media pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat memicu keaktifan dan kreatifitas peserta
didik. Oleh karena itu, guru harus memiliki kreatifitas dalam memilih dan menggunakan media
yang tepat dalam pembelajarannya. Pada pembelajaran IPS Mts Hasyim Asyari Batu, hasil
belajar peserta didiknya yang masih tergolong rendah atau kurang baik. Hal tersebut
dikarenakan guru belum memanfaatkan media yang tersedia dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan keaktifan siswa, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar
siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata
pelajaran IPS, adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievemen
Divisions). STAD terdiri dari lima tahap pembelajaran yaitu presentasi kelas yang dilakukan
oleh guru, belajar kelompok dengan menggunakan LKS, kuis individu, peningkatan nilai
individu dan penghargaan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota secara heterogen,
baik jenis kelamin, ras, maupun tingkat kemampuannya (akademik). Metode STAD mempunyai
keunggulan, siswa dilatih untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman, dan mengajarkan
makna keberagaman kepada siswa. Hal ini sesuai dengan konsep IPS, yakni mencetak siswa
menjadi pribadi yang demokratis, mampu bersosialisasi dan bermasyarakat. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD memungkinkan terciptanya situasi belajar yang menyenangkan,

2
meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa baik terhadap kelompoknya maupun terhadap
guru, serta menciptakan situsi belajar mengajar yang kondusif. Adanya kompetisi dalam
kelompok juga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yang nantinya berpengaruh terhadap
hasil belajar dalam kelompok.
Diskusi memfasilitasi siswa untuk dapat berfikir kritis, bekerjasama, saling
menyampaikan pendapat, menilai kemampuan danperanan diri sendiri maupun teman yang lain,
mampu menerima perbedaan dan menyumbangkan pikiran untuk memecahkan masalah
bersama. Dalam diskusi kelompok siswa akan banyak menemukan perbedaan pandangan yang
justru akan melatih mereka untuk dapat menyatukan, meluruskan pendapat yang pada akhirnya
akan menemukan konsep yang sama. Dengan demikian dapat membantu siswa untuk lebih
memahami materi.
METODE
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas dengan dua siklus masing-masing
siklus berlangsung empat tahap, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan. Keempat tahap
tersebut merrupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan akan berhubungan dengan siklus
berikutnya. Adapun prosedur keempat tahap dapat digambarkan pada diagram dibawah ini :

3
Diagram alur desain penelitian ( Adaptasi Desain PTK menurut kemmis dan Mc tanggar dalam
Tim Proyek PGSM, 1999;21 )
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan perangkat penelitian. Perangkat yang
disiapkan sesuai dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan. Langkah-langkah yang
dilakukan untuk tahap perencanaan, yaitu:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai pelaksanaan
pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe STAD.
c. Menyusun pedoman wawancara untuk siswa dan guru. Pedoman wawancara untuk
siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan tipe STAD, serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang
dirasakan siswa selama pembelajaran. Sedangkan pedoman wawancara guru,
digunakan untuk mengetahui respon guru terhadap pembelajaran, dan sebagai
refleksi untuk pelaksanaan maupun perbaikan pembelajaran selanjutnya.
d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisikan soal-soal latihan yang
dikerjakan secara berkelompok oleh siswa. Serta soal kuis yang akan dikerjakan
secara individu oleh siswa setelah diskusi dan presentasi kelompok.
e. Menyusun soal pre tes, dan pos tes yang akan diberikan pada setiap akhir siklus.
Tes disusun oleh peneliti dengan meminta pertimbangan dari guru IPS yang
bersangkutan.
f. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam tindakan.

1. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melakukan kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan,
yaitu kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Guru menggunakan RPP yang telah disusun peneliti selama proses pembelajaran berlangsung.
Sementara guru mengamati aktivitas-aktivitas dan perilaku siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tindakan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan.
2. Tahap Pengamatan
Pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti
dengan dibantu oleh observer menggunakan pedoman observasi. Pengamatan dilakukan
terhadap siswa, maupun dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru kelas sebagai
kolabolator. Observasi dilaksanakan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
Observasi dilakukan untuk mengetahui jalannya pembelajaran dengan menggunakan model

4
pembelajaran kooperatif tipe STAD hasil pengamatan ini digunakan untuk refleksi pada
perencanaan tindakan kelas siklus II.
2. Tahap Refleksi (Reflection)
Kegiatan ini dilakukan selama pelajaran berlangsung dengan cara monitoring secara
sistematis terhadap kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Data-data yang
diperoleh kemudian di diskusikan antara peneliti dan guru sejawat pada akhir siklus. Diskusi ini
bertujuan untuk mengetahui hasil pembelajaran serta mencari solusi terhadap masalah-masalah
yang mungkin timbul sehingga dapat dijadikan acuan oleh peneliti untuk merumuskan
perencanaan pada
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7-A Mts Hasyim Asyari Batu yang
berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki.
Dalam penelitian ini guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilai. Sebagai pelaksana
guru menyusun dan merencanakan pembelajaran dangan membuat RPP. Sebagai pelaksana guru
melaksanan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dan melaksanakan model
STAD sesuai tahapan. Sebagai penilai guru melaksanakan penilaian pada proses pembelajaran
dan hasil tes siswa.
Penelitian ini melibatkan pengamatan teman sejawat. Observer pada penelitian ini
adalah teman sejawat guru IPS Kota Batu antara lain Bpk Marom .(Mts Hasyi Asyari) dan Bpk
Faisol (MTs Hasyim Asyari) pengumpulan data merupakan metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi:
1. Observasi
Pelaksanaanobservasidilakukansebelumdanpadasaattindakanberlangsung.
Observasisebelumtindakandilakukanuntukmengetahuiinformasitentangkegiatanpembelajaran di
kelas yang meliputikegiatansiswaselama proses pembelajaranberlangsung.
Sedangkanobservasiselamatindakanberlangsungdilakukanpadasaattindakanpenelitian.
Tujuannyauntukmelihathasil keaktivan siswa dalam proses pembelajaran di kelas selama proses
pembelajaran berlangsung.
2. Tes
Instrumentesdigunakanuntukmengukurkemampuankognitif.
Tesdiberikanuntukmengetahuikemampuansiswadalammemahamimateri yang telahdisampaikan,
sertauntukmengetahuipeningkatanhasilbelajarsiswasetelahdiberikanperlakuanyaitu proses
pembelajarandenganmenggunakanmodel STAD.

G :. Guru menunjukkan gambar LCD, kemudian guru memancing pertanyaan


kepada siswa
S : Siswa menjawab pertanyaan guru dengan berbagi macam jawaban.

5
G : Guru menyajikan gambar untuk diamati siswa yang berbeda dalam setiap
kelompok, dan meminta siswa mendiskusikan gambar yang diterimanya.
Kemudian membuat laporan dari hasil analisis tersebut.
S : Baik pak... (siswa menganalisis gambar yang diterimanya dalam bentuk
laporan)
G :Kalo sudah selesai, silakan melakukan karya kunjung. Kelompok 1 ke 2, 2 ke 3,
3 ke 4, 4 ke 5, 5 ke 6, 6 ke 7, 7 ke 8, dan 8 ke 1.

Pembelajaran dilakukan dengan STAD yang terdiri atas :


1) Guru menjelaskankegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan STAD.
2) Guru meminta 1 siswa untuk mempin lagu “Maju tak gentar”
3) Guru membagi kelompok berdasarkan heterogen setiap kelompok 4 siswa.
4) Guru membagikan gambar yang berbeda pada setiap kelompok
5) Siswa berdiskusi dan menganalisis gambar tersebut.
6) Menuliskan analisisnya dalam bentuk laporan
7) Siswa melakukan karya kunjung, kelompok 1 ke kelompok 2 dan seterusnya.
8) Siswa memberi komentar pada hasil karya temannya.

Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus-1

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan model STAD yang dilaksanakan
pada kelas 7-A MTs Hasyim Asy,ari Batu Jika mengacu pada KKM terdapat 71% yang
memenuhi kriteria KKM yaitu 29% siswa mendapatkan rentang nilai 75-83, 23% siswa
mendapatkan rentang nilai 84 -91, 19% siswa yang mendapatkan rentang nilai 92-100.
Sedangkan 29% siswa yang tidak memenuhi kriteria KKM.
Refleksi
Berdasarkanhasilobservasisiklus I, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal yang harus
diperbaiki antara lain ;
1. Posisi duduk siswa yang cenderung membelakangi guru sehingga sulit untuk
mengamati demonstrasi guru dengan baik dan tidak fokus kepada guru .
2. Media yang disajikan guru kurang lengkap.
3. Lagu yang disajikan guru “Tanah Airku” tidak sesuai dengan materi.
4. Guru kurang memancing pertanyaan kepada siswa.
5.
Diskripsi Penerapan Siklus II
Pembelajaran dilakukan dengan STAD yang terdiri atas :
1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan STAD.

6
2) Siswa membentuk kelompok dengan posisi duduk lebih fokus dalam mengamati
guru.
3) Guru meminta 1 siswa untuk mempin lagu “ Indonesia Raya”
4) Guru meminta siswa mengamati gambar yang disediakan oleh guru
5) Guru memancing pertanyaan kepada siswa supaya aktif bertanya.
6) Guru membagi kelompok berdasarkan heterogen setiap kelompok 4 siswa.
7) Guru membagikan gambar yang berbeda pada setiap kelompok
8) Siswa berdiskusi dan menganalisis gambar tersebut.
9) Menuliskan analisisnya dalam bentuk laporan.
10) Siswa melakukan karya kunjung, kelompok 1 ke kelompok 2 dan seterusnya.
11) Siswa memberi komentar pada hasil karya temannya.

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan model STAD yang dilaksanakan
pada kelas 7CSMPN 3 Batu Jika mengacu pada KKM terdapat 94% yang memenuhi kriteria
KKM yaitu 23% siswa mendapatkan rentang nilai 75-83, 42% siswa mendapatkan rentang nilai
84 -91, 29% siswa yang mendapatkan rentang nilai 92-100. Sedangkan 6% siswa yang tidak
memenuhi kriteria KKM.
Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan nilai tes hasil belajar pada
siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatannya. Peningkatan hasil belajar siswa kelas 7-
C MTs Hasyim Asyari Kota Batu dapat dilihat pada Tabel berikut
Penerapan metode pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 7
mata pelajaran IPS di MTs Hasyim Asy,ari Batu, kemampuan siswa dalam menjawab tes hasil
belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal itu ditunjukkan dengan nilai rata-
rata tes hasil belajar secara klasikal dan jumlah siswa yang lulus mengalami peningkatan. Pada
siklus I jumlah siswa yang mampu mencapai KKM berjumlah 67.5 %, sedangkan pada siklus II
jumlah siswa yang mampu mencapai SKM berjumlah 78%. Peningkatan jumlah siswa yang
lulus dari siklus I ke siklus II sebesar 11.5 %.
Temuan penelitian yang diperoleh adalah pembelajaran dengan menggunakan
modelSTAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang baik dan dapat memberikan
perbaikan proses pembelajaran dalam perolehan hasil belajar IPS kelas 7 A MTs Hasyim
Asyari Batu.
Hal ini sesuai dengan Teori Vygotsky yang menekankan pentingnya peran aktif seseorang
dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut
dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan social yang aktif pula.Teori

7
psikologi yang dipegang oleh vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme. .

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa model STAD
dapat meningkatkan hasil pemanfaatan SDA siswa kelas 7 mata pelajaran IPS di MTs
Hasyim Asyari Batu. Dengan rata2 nilai siklus 1 dan siklus 2 dari hasil tes siswa yang
dibawah KKM ada kenaikan 11 % dari siklus I nilai rata-rata 67.5 perbandingannya
siklus II yaitu nialai rata-rata 78 pada saat pembelajaran dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, A.. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja GrafindoPersyada
Huda, M. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur Dan Model Penerapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ngalimun.2012. strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Scripta Cendikia
Suprijono, A.. 2011.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Slavin, R.2009. Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media.
Dikdasmen, 2003, Sumber Belajar geografi, Modul : Geo C 05, Jakarta: Dit PLP,
Depdiknas.Ditjen Dikdasmen, 2003, Media Pembelajaran Geografi, Modul : Geo C 04,
Jakarta: Dit PLP, Depdiknas.
Ditjen Dikdasmen, 2003, Kurikulum 2004, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian. Mata Pelajaran Geografi, Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

Ditjen Dikdasmen, Direktorat PLP, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning). Jakarta. Depdiknas.

Gagne, R.M., 1975, Essentials of Learning for Instruction. New York. Hart Renerhart and
Winston.
Mochamad, E. 1987, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya. FPIPS IKIP Surabaya.
Mochamad, E.. 1994. Pengantar Geografi Regional. Surabaya. University Press IKIP
Surabaya.
M. Nuh, 2013, Pengantar Mata Pelajaran IPS Kelas VII, Jakarta. Kementerian pendidikan dan
Kebudayaan RI.

Anda mungkin juga menyukai