Anda di halaman 1dari 32

BIOLOGI DASAR

“EVOLUSI”

Disusun Oleh:
Kelompok : 4 (Empat)
Nama Anggota : 1. Monika Lewisky Br S. (A1D018031)
2. Manda Aprilia (A1D021010)
3. Tesa Dwi Anggraini (A1D021014)
4. Karolina Bllestasya N. (A1D021016)
5. Abid Nushrullah (A1D021029)
6. Eriq Prasetio (A1D021032)
7. Fitri Nurjana (A1D021036)
8. Dita Cahya Sakina N. (A1D021037)
9. Amdes Nur Putri (A1D021039)
10. Devy Janisca Shalihin (A1D021042)
11. Wulan Ayu Lestari (A1D021044)
12. Noprian Hadi (A1D021046)
13. Selvia Mariati (A1D021047)
14. Meby Laksmita (A1D021051)
Dosen Pengampu : Irwandi Ansori, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala, berkat


rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Biologi
Dasar ini dengan judul “Evolusi” dengan baik.
Pada kesempatan ini kami sebagai penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak Irwandi Ansori, M.Si, sebagai dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan serta kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya hingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya
ilmu yang  dimiliki. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami di masa yang akan datang.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
sebagai penyusun maupun pembaca.

Bengkulu, Desember 2021


Penyusun,

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

2.1 Pengertian Evolusi.....................................................................................3


2.1 Teori Evolusi Menurut Para Ahli................................................................4
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Evolusi........................................................10
2.3 Bukti Evolusi.............................................................................................12
2.4 Akibat Evolusi...........................................................................................15
BAB III PENUTUP............................................................................................25

3.1 Kesimpulan................................................................................................25

3.2 Saran..........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evolusi merupakan salah satu mata kuliah yang dikontrak mahasiswa
pendidikan biologi di perguruan tinggi. Evolusi merupakan kajian dalam
biologi yang membantu memahami bagaimana hubungan evolusi makhluk
hidup. Evolusi merupakan perubahan secara berangsur-angsur atau perlahan-
lahan yang terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Jangka waktu yang
sangat lama disini meliputi angka puluhan hingga ratusan ribu dalam satuan
tahun. Teori evolusi menjelaskan mengapa jutaan spesies dapat eksis. Prinsip
ini mempersatukan keseluruhan sejarah kehidupan.
Sampai saat ini, teori terakhir yang masih menjadi acuan para ilmuwan
adalah teori evolusi dari Charles Darwin. Teori evolusi ini dikatakan paling
dapat diterima sampai saat ini secara ilmiah dan masih dapat dibuktikan
kebenarannya walaupun tidak mutlak sepenuhnya. Melalui teori evolusi ini,
tercipta sebuah konsep bahwa awalnya seluruh makhluk hidup di bumi ini
mempunyai satu nenek moyang yang sama. Nenek moyang yang sama
membuat makhluk hidup di bumi ini memiliki kode genetik yang sama seperti
leluhurnya. Adanya adaptasi pada lingkungan di bumi menyebabkan terdapat
banyak sekali perubahan dari makhluk hidup karena selama bumi ini telah
ada.
Banyak manfaat yang dapat kita ambil dari mempelajari evolusi,
sehingga pada pembuatan makalah ini kelompok kami memiliki tujuan antara
lain, memahami arti dari evolusi dari berbagai macam pendapat para ahli,
memahami faktor yang mempengaruhi evolusi, memahami bukti-bukti
evolusi, serta memahami akibat dari evolusi. Karena sesungguhnya manfaat
ilmu Biologi Evolusi banyak dan berdampak secara signifikan dalam
meningkatkan kesejahteraan manusia." .Bioteknologi, prinsip-prinsip Biologi
Evolusi membantu dalam menemukan enzim-enzim, protein sintetis dan
senyawa-senyawa organik lainnnya/untuk memahami teknik-teknik genetika.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan evolusi?
b. Apa isi teori evolusi dari berbagai ahli?
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi evolusi?
d. Apa saja bukti evolusi?
e. Apa akibat dari evolusi?
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan pengertian evolusi
b. Mejelaskan teori evolusi dari berbagai ahli
c. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi evolusi
d. Menjelaskan bukti-bukti evolusi
e. Menjelaskan akibat dari evolusi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evolusi
Evolusi merupakan suatu perubahan, pertumbuhan atau perkembangan
secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan sedikit demi sedikit. Perubahan-
perubahan ini disebabkan karena adanya kombinasi tiga proses utama: variasi,
reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh
gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi
bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya
akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan
gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada
spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga
dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara
organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi
lebih umum atau langka dalam suatu populasi (Kimball, 1992).
B. Teori Evolusi Menurut Para Ahli
Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi pada makhluk
hidup. Teori evolusi merupakan suatu teori yang dinamis, selain penting dalam
biologi juga dalam perkembangan teknologi. Dalam arus globalisasi, ilmu
pengetahuan semakin berkembang, teori evolusi berkembang sejalan dengan
perubahan zaman (Widodo, 2003). Berdasarkan perkembangan waktunya, teori
tentang evolusi dimulai dari masa Fixisme, masa J.B Lammarck, masa Darwin,
hingga masa Modern.
1. Teori Evolusi menurut Anaximander (600-546 sebelum masehi)
Beliau dapat dipandang sebagai pelopor dari ajaran desendensi (ajaran
penurunan) oleh karena ia mengajarkan bahwa kosmos itu mungkin
terbentuk dari kekacauan (chaos), kehidupan itu timbul dari zat mati,
sedangkan makluk yang tinggi tingkatannya timbul dari makluk yang rendah
tingkatannya. Akan tetapi teori ini sama sekali tidak mempunyai pengaruh
apa-apa terhadap alam pemikiran para sarjana di zaman itu dan di zaman

3
berikutnya. Baru setelah teori-teori evolusi ini berkembang dengan pesat,
maka dalam tulisan-tulisan sarjana itu dapat menemukan kembali petunjuk-
petunjuk tentang adanya pendapat-pendapat semacam itu. Para ahli ilmu
hewan dari abad 17 dan 18 setuju sekali akan pendapat-pendapat dari kitab
suci injil yang tertulis dalam buku genesis yang disebut dengan ”teori
Penciptaan”. Salah satu ahli yang sejalan dengan pikiran tadi adalah Carolus
Linnaeus.
2. Teori Evolusi menurut Plato (428-348 sebelum masehi)
Plato membayangkan seorang pencipta yang menciptakan dunia dari
kehancuran dan kemudian menciptakan dewa-dewa yang lalu membuat
manusia laki-laki. Wanita dan hewan timbul dari reinkarnasi jiwa laki-laki.
Makin cacat jiwa itu makin rendah reinkarnasinya. Pada masa semodern ini,
teori seperti ini sangatlah tidak logis karena dengan pendekatan molekuler
sudah dapat dibuktikan bahwa makhluk hidup sekarang berasal dari makhluk
hidup sebelumnya, bukan dari reinkarnasi.
3. Teori Evolusi menurut Aristoteles (384-322 sebelum masehi)
Aristoteles adalah seorang pengamat alam yang teliti dan melihat
banyak bukti mengenai desain dan tujuan. Dia mengatur semua organisme di
dalam suatu ”skala alam” yang meliputi dari yang sederhana sampai yang
kompleks. Organisme yang ada dianggap tidak sempurna tetapi bergerak
kearah keadaan yang lebih baik. Terjadi proses penyempurnaan di bumi oleh
kekuatan supernatural, kekuatan yang membimbing penyempurnaan
sehingga terdapat beraneka ragam makhluk hidup. Hal ini kadang-kadang
diartikan sebagai pemikiran evolusi, tetapi Aristoteles sangat samar-samar
mengenai sifat gerakan tersebut. Mungkin gerakan itu merupakan
pendekatan yang makin cocok dengan idealis penciptaan tiap spesies
tertentu, yang pasti Aristoteles tidak merinci suatu pemikiran mengenai
transmutasi spesies.

4
4. Teori Evolusi menurut Carolus Linnaeus (1707-1778)
Linnaeus menyampaikan bahwa, semua tanaman dan binatang yang
hidup sekarang ini serentak diciptakan diatas bumi oleh satu ciptaan saja.
Mereka diciptakan dalam bentuk seperti yang tampak sekarang ini. Tidak
pernah ada tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang lain di bumi ini
kecuali tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang hidup sampai
sekarang. Pembagian sistematika hewan menurut Linnaeus adalah sebagai
berikut : a. Binatang-binatang menyusui b. Burung-burung c. Ampibi-ampibi
d. Cacing-cacing e. Serangga-serangga Binatang-binatang menyusui ini
dibagi lagi menjadi 8 golongan. Binatang yang termasuk salah satu dari 8
golongan ini diantaranya ialah (1) Gajah ; (2) Sapi Laut; (3) Macan Loreng;
(4) Pemakan Semut; (5) Trenggiling.
5. Teori Evolusi menurut Cuvier (1769-1832)
Cuvier menyampaikan bahwa sisa-sisa hewan yang telah membatu itu
adalah dari sisa hewan yang telah mati di zaman dulu. Mammouth yang
dikeluarkan dari timbunan es di Rusia dengan utuh itupun telah diketahui
oleh Cuvier. Ilmu geologi yaitu ilmu yang mempelajari perubahan-
perubahan bentuk dari kulit bumi. Lapisan-lapisan tanah (yang merupakan
kulit bumi) itu menandakan berbagai periode dalam sejarah bumi. Dari
hewan- hewan yang telah mati itupun dapat ditemukan jenis-jenisnya yang
merupakan petunjuk dari berbagai periode tersebut. Berdasarkan
pertimbangan ini, Cuvier kemudian menyusun teori yang terkenal dengan
Teori Catalysma. Ia beranggapan bahwa tiap-tiap periode dalam sejarah
bumi itu mungkin selalu diakhiri dengan suatu bencana yaitu semacam
kiamat. Air bah yang diceritakan dalam Kitab Injil, yang memusnahkan
ataupun hampir melenyapkan semua makluk hidup. Sesudah itu oleh Tuhan
mungkin menciptakan lagi suatu tumbuhan dan hewan baru. Jadi teori Civier
ini pada hakekatnya adalah sama saja dengan teori Linnaeus, akan tetapi
penciptaan yang dimaksudnya terjadi berulang-ulang.

5
6. Teori Evolusi menurut Lammarck (1744-1829)
Lammarck menyatakan bahwa di bumi ini mula-mula timbul makluk
hidup yang sederhana, yang mungkin berasal dari benda-benda mati (dengan
jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini
kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbulah jenis-jenis makluk
yang hidup sampai sekarang, tanpa ada penghentian jalannya kehidupan
seperti yang dimaksudkan dalam cerita kiamat dari kitab Injil ataupun teori
bencana menurut Cuvier. Diantara sebab-sebab yang menyelenggarakan
perubahan- perubahan dan penyempurnaan tubuh makluk hidup, Lammarck
mengemukakan bahwa pentingnya mempergunakan dan tidak
mempergunakan alat tubuh tertentu. Kalau sebuah alat tubuh sering
digunakan maka ia akan tumbuh sempurna dan bila ia jarang digunakan
ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya,
sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa
hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunanya, sehingga kelak sifat itu
tampak sempurna pada keturunannya. Lammarck memberi contoh ular
adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak/merayap
dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-
kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di
dalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi
kebiasaan bergerak dari binatang itu menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada
tubuhnya sendiri. Sedangkan jerapah memiliki leher yang panjang karena
mereka mempunyai kebiasaan hidup untuk mengambil daun-daunan dari
pohon-pohon yang tinggi. Sebaliknya hewan yang hidup di gua-gua gelap
akan mempunyai mata ayang mundur ketajamannya. Hewan itu mempunyai
kemampuan untuk selalu mempertahankan sifat yang telahmereka miliki
dalam usaha menyempurnakan organisasi alat-alat tubuhnya, tetap
dipertahankan terus hingga dengan demikian kelak pada suatu ketika
berturut-turut terjadilah makluk hidup dari berbagai kelas dan bangsa, yang

6
disebabkan oleh karena keadaan lingkungan hidupnya yang bermacam-
macam (Widodo, 2003).
7. Teori Evolusi menurut Etienne Geoffroy ST. Hilaire (1722-1844)
Disamping Cuvier dan Lammarck, pada waktu itu di Paris hidup pula
seorang ahli ilmu hewan bernama Etienne Geoffroy ST. Hilaire yang
mempunyai anggapan yang sama dengan Lammarck dan Goethe. Ia
berpendapat bahwa ada suatu hubungan antara hewan- hewan yang
mempunyai bentuk dasar dari tubuhnya. Pada teori yang disampaikan
Hilaire, ada pemahaman tentang adanya klasifikasi dalam makhluk hidup.
Sehingga, cara kerjanya, ia berpikir secara filogenetik.
8. Teori Evolusi menurut Charles Lyell (1797-1875)
Isi teori yang disampaikan oleh Lyell dalam bukunya ”An Enquiry
How Far The Former Changes of The Earth’s Surface are Referable to
Causes Now in Operatiaon” (Suatu Penyelidikan Sampai Kemanakah
Perubahan-Perubahan yang terjadi Zaman Dahulu Dari Permukaan Bumi Ini
Dapat Kita Hubungkan Dengan Sebab Musabab Alam Yang Sampai
Sekarang Masih Terjadi Terus). Lyell membuktikan dengan contoh-contoh
dari penyelidikan geologis bahwa untuk dapat menerangkan struktur dari
kulit bumi serta lapisan tanah dibawahnya, tidak perlu beranggapan bahwa di
zaman purba dulu terjadi kiamat berturutturut. Tenaga-tenaga geologi yang
sampai sekarang masih bekerja terus tentu sudah cukup untuk menerapkan
struktur bumi tadi. Tenaga geologi itu misalnya ialah daya erosi dari air,
gerakan dari kulit bumi sendiri, daya gunung berapi dan lain-lainnya. Lebih
lanjut Charles Lyell pada awal abad 19 mengembangkan pandangan hutton
yang lebih dahulu kedalam prinsip geologi mengenai ”uniformitarianisme”
yang diterbitkan dalam bukunya Principles of geology (1830-1833). Lyell
mengemukakan bahwa gunung dan lembah dan ciri-ciri fisik permukaan
bumi tidak diciptakan seperti bentuknya sekarang atau tidak dibentuk oleh
bencana yang berturut-berturut, tetapi terbentuk oleh berlanjutnya proses

7
vulkanis, pergolakan, erosi, glasiasi dan sebagainya dalam jangka waktu
yang sangat lama dan masih berlangsung sampai sekarang.
9. Teori Evolusi menurut Wilhelm Hofmeister (1824-1877)
Dalam bukunya yang terkenal mengenai sejarah perkembangan
Kryptogamen (paku- pakuan dan lumut) telah menulis: Perubahan dari
Jungermanniaceae (suku dari Lumut Hati) yang tak berdaun ke
Jungermanniaceae yang berdaun adalah lambat sekali dan perubahan itu
terjadi dengan jalan suatu deret bentuk antara yang sedikit-sedikit bedanya,
yang tak ada putus-putusnya. Pernyataan itu adalah sangat berprinsip, yang
boleh dikatakan benar-benar Darwinistis.
10. Teori Evolusi menurut Leopold Von Buch
Leopold Von Buch pada abad 19 telah menarik kesimpulan dari
penyebaran tanaman-tanaman di Kepulauan Canari, bahwa oleh karena
proses evolusi, maka di dalam jurang-jurang yang dalam, disitu terjadilah
jenis-jenis tanaman yang baru dari jenis tertentu.
11. Teori Evolusi menurut Robert Chambers (1802-1871)
Chambers juga menyetujui pendapat Lyell yang menyatakan bahwa
perubahan kulit bumi yang berlangsung secara perlahan-lahan karena
pengaruh tenaga-tenaga alam itu adalah sesuai dengan kemauan Tuhan, akan
tetapi tenaga-tenaga alam itu pun bertanggungjawab atas segala perubahan
dan pembentukan dari makluk hidup yang berkembang serasi dan bersama-
sama dengan perkembangan bumi ini. Perubahan dari jenis-jenis makluk
hidup dan penciptaan jenis baru yang terus menerus yang berasal dari jenis
yang rendah tingkatannya bagi Chambers sudah pasti, seperti anggapn
Lammarck, St. Hilaire dan pengikut- pengikutnya. Akan tetapi Chambers
tidak percaya bahwa perubahan-perubahan jenis binatang itu disebabkan
karena seringnya pemakaian dan tidak seringnya pemakaian dari alat-alat
tubuh, ataupun karena pengaruh yang berlangsung dari keadaan lingkungan
hidupnya. Dia berpendapat bahwa keinginan yang sewajarnya dari makluk-
makluk itu sendirilah yang menjadi sebab. Ia mengemukakan ”Theory of

8
Organic Development” (Teori Perkembangan Organik). Hal yang berkaitan
dengan manusia, juga disinggung oleh Chambers dengan menyatakan bahwa
terjadinya manusia itu tidak lain ialah dari jenis-jenis binatang-binatang yang
lain.
12. Teori Evolusi menurut Weismann (1834-1912)
Weismann menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi
alam terhadap faktor genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada
anaknya bukan diperoleh dari lingkungannya tetapi dengan perubahan diatur
oleh faktor genetik atau gen. Weismann memotong ekor tikus sampai 20
generasi, tetapi anaknya tidak ada yang tidak berekor dan percobaan ini
menyanggah teori evolusi Lamarck.
13. Teori Evolusi menurut Charles Darwin
Darwin mengeluarkan teori evolusi yang intinya dapat dibagi menjadi
beberapa pokok berikut:
a. Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karateristik
yang muncul dalam penampakan fenotip organisasi tersebut.
b. Rasio pertambahan terjadi secara geometrik, yaitu jumlah setiap spesies
relatif tetap. Hai ini terjadi karena banyak individu yang tersingkir oleh
predator, perubahan iklim dan proses persaingan.
c. Struggle for existance (usaha yang keras untuk bertahan ) merupakan
suatu usaha individu organisme untuk bertahan hidup. Individu dengan
variasi yang tidak sesuai untuk kondisi-kondisi yang umum dialam, akan
tersingkir. Adapun individu-individu dengan variasi menguntungkan
dapat melanjutkan kehidupannya dan memperbanyak diri dengan
berproduksi.
d. Menghasilkan the survival of the fittest kelestarian didapat dari organisasi
yang memiliki kualitas paling sesuai dengan lingkungan. Individu-
individu yang dapat hidup akan mewariskan variasi-variasi tersebut
kepada generasi berikutnya.

9
e. Menurut Darwin terjadi evolusi karena adanya seleksi alam (faktor alam
yang mampu menyeksi makhluk hidup. Adaptasi merupakan penyebab
terjadinya seleksi alam (mekanisme seleksi alam). Jerapah yang berleher
panjang berasal dair yang berlehar panjang pula, sedangkan yang berleher
pendek musnah. Faktor yang menyebabkan evolusi (mekanisme evolusi)
adalah seleksi alam.
14. Teori Evolusi menurut Ernst Heirich Haeckel (1834-1919)
Haeckel adalah sarjana ilmu pengetahuan berkebangsaan Jerman. Ia
menolak penciptaan sama sekali. Menurutnya, dunia ini kekal, tak ada
permulaan, dan hidup tercipta dengan sendirinya secara mekanis. Demikian
juga halnya dengan manusia. Haeckel dalam bukunya “Naturliche
Schopfungsgeschichte” (Sejarah Penciptaan) mengatakan, bahwa sebelum
manusia Neanderthal tentu pernah hidup semacam “keramanusia” yang
disebutnya “Pithecanthropus”. Namun sampai waktu fossil semacam
keramanusia itu belum ditemukan. Atas pengaruh Haeckel timbullah
kebiasaan untuk menyamaratakan manusia dengan kera, melalui ungkapan
“manusia berasal dari kera”. Haeckel yang sikapnya atheis membuka lebar
jalan bagi penganut teori evolusi yang menentang Tuhan terutama Marxisme
dan Komunisme.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Evolusi
Secara umum, evolusi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik
berupa variasi genetik dan faktor lingkungan yang berupa seleksi alam.
1. Pengaruh Variasi Genetik dalam Evolusi      
Adanya variasi genetik menyebabkan tidak adanya dua individu yang
benar-benar sama fenotipenya. Variasi genetik sangat berpengaruh dalam
evolusi karena semakin besar variasi genetik dalam suatu populasi maka
akan semakin besar pula peluang populasi tersebut untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dan penyakit. Variasi genetik dalam evolusi ini juga
dapat terjadi karena adanya mutasi, reproduksi seksual, maupun migrasi dan
ukuran populasi yang kecil.

10
a. Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi mendadak dalam kromosom.
Mutasi menyebabkan terbentuknya variasi sifat-sifat dalam suatu
populasi.Mutasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan
DNA dalam sel suatu spesies. Laju mutasi pada suatu spesies biasanya
lambat dan mungkin terlihat terlalu kecil untuk ukuran evolusi yang
terjadi. Tetapi jika lajunya dikalikan dengan jumlah sel kelamin yang
dihasilkan dan jumlah generasi maka jumlah mutasi akan luar biasa.
b. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual cenderung menghasilkan variasi genetik akibat
adanya rekombinasi gen dari kedua induk.
c. Migrasi
Pergerakan alel dalam populasi melalui perkawinan antar anggota
populasi dikenal dengan migrasi atau aliran gen. Perpindahan individu
dari satu populasi ke populasi lainnya menyebabkan terjadinya migrasi
gen yang mengarah pada terjadinya perubahan frekuensi gen pada
populasi tersebut. Aliran gen merupakan peristiwa pertukaran gen antar
populasi yang disebabkan oleh proses imigrasi dan emigrasi pada
populasi. Sebagai contoh, seekor kumbang merah melakukan imigrasi
ke populasi kumbang cokelat. Kemudian, apabila terjadi perkawinan,
akan ada gen baru pada populasi kumbang cokelat.
d. Ukuran Populasi yang Kecil
Ukuran populasi akan mempengaruhi segala mekanisme yang terlibat
dalam pembentukan variasi genetik pada populasi. Jika ukuran populasi
besar, maka perubahan yang terjadi tidak mempengaruhi susunan
genetik populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, jika ukuran populasi
kecil, migrasi, mutasi, serta kematian yang terjadi akan berpengaruh
besar terhadap susunan genetik populasi.

11
2. Pengaruh Seleksi Alam dalam Evolusi
Seleksi alam berperan sebagai agen penyeleksi suatu populasi. Makhluk
hidup yang dapat beradaptasi akan mempertahankan kelangsungan
hidupnya, sedangkan makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi akan
punah atau tersingkir. Terdapat 3 jenis seleksi alam yaitu seleksi direksional,
seleksi penstabilan, dan seleksi disruptif.
a. Seleksi Direksional
Seleksi direksional adalah tipe seleksi alam yang mengarahkan suatu
populasi ke arah satu sifat yang ekstrem. Misalnya, pada kasus kupu-
kupu Biston betularia, seleksi yang terjadi mengarahkan pada populasi
Biston betularia hitam yang lebih adaptif dibandingkan dengan Biston
betularia putih.
b. Seleksi Penstabilan
Seleksi penstabilan merupakan tipe seleksi yang mempertahankan
karakter pertengahan diantara dua karakter ekstrem. Contohnya adalah
bobot bayi yang dilahirkan. Penelitian menunjukan bahwa bayi dengan
bobot sedang ternyata lebih mampu bertahan hidup, sedangkan bayi
berbobot besar mengalami banyak komplikasi pada saat dilahirkan dan
bayi berbobot rendah sering lahir secara prematir serta mengalami
banyak masalah kesehatan.
c. Seleksi Disruptif
Seleksi disruptif merupakan tipe seleksi yang berlawanan dengan seleksi
penstabilan. Seleksi disruptif akan mempertahankan dua karakter
ekstrem dan mengeliminasi karakter yang ada di pertengahan.
D. Bukti Evolusi
Terjadinya evolusi dibuktikan dari adanya beberapa bukti diantaranya
sebagai berikut:
1. Homologi Organ-Organ tubuh Pada Makhluk Hidup
Pengamatan struktur organ tubuh dari berbagai jenis hewan, dapat
menemukan hal yang menarik. Petunjuk tentang adanya evolusi dapat

12
dipelajari dari studi tentang struktur organ berbagai makhluk hidup yang
memiliki persamaan, misalnya anggota tubuh yang dimiliki oleh vertebrata.
Semua anggota gerak vertebrata berupa sepasang kaki, tangan dan sayap.
Anggota gerak tersebut memiliki jari, adanya tulang radius, dan ulna, dan
lain-lain. Kesamaan anggota gerak tidak hanya meliputi tulang, tetapi juga
otot, saraf, persendian, dan pembuluh darah. Semua kesamaan tersebut
menunjukkan bahwa organ tersebut berasal dari struktur yang sama yang
dikenal dengan homologi. Anggota gerak depan pada cecak dan kadal
digunakan untuk berjalan, sayap burung dan sayap kelelawar digunakan untuk
terbang. Keseluruhan anggota gerak tersebut homolog dengan kaki depan
kuda atau tangan manusia. Hal ini berbeda dengan sayap serangga atau kaki
udang. Struktur sayap burung dan kelelawar berbeda dengan sayap serangga
ataupun kupu-kupu, meskipun fungsinya sama. Hal ini disebabkan karena
asal-usul organ tersebut diduga tidak sama. Kesamaan fungsi namun berbeda
asalnya disebut dengan analog (Widodo, 2003).
2. Organ Vestigial
Konsep organ vestigial sering muncul dalam kepustakaan evolusionis
sebagai petunjuk bagi evolusi. Sebagian evolusionis masih mempercayai dan
dari waktu ke waktu seorang evolusionis akan mencoba mengajukan organ
vestigial” sebagai petunjuk penting evolusi. Gagasan organ vestigial kali
pertama dikemukakan sekitar seabad yang lalu. Menurut para evolusionis, di
dalam tubuh sebagian makhluk hidup, terdapat sejumlah organ yang tak
berfungsi. Organ-organ ini telah diwarisi dari para moyang dan secara
bertahap menjadi vestigial (kehilangan manfaat) karena jarang dipakai. Ketika
adaptasi terjadi melalui modifikasi perlahan pada stuktur yang telah ada,
struktur dengan organisasi internal dapat memiliki fungsi yang sangat berbeda
pada organisme terkait. Ini merupakan akibat dari stuktur leluhur yang
diadaptasikan untuk berfungsi dengan cara yang berbeda.
Tulang pada sayap kelelawar sebagai contohnya, secara struktural
sama dengan tangan manusia dan sirip anjing laut oleh karena struktur leluhur

13
yang sama yang mempunyai lima jari. Ciri-ciri anatomi idiosinkratik lainnya
adalah tulang pada pergelanganpanda yang terbentuk menjadi “ibu jari” palsu,
mengindikasikan bahwa garis keturunan evolusi suatu organisme dapat
membatasi adaptasi apa yang memungkinkan. Selama adaptasi, beberapa
struktur dapat kehilangan fungsi awalnya dan menjadi struktur vestigial.
Struktur tersebut dapat memiliki fungsi yang kecil atau sama sekali tidak
berfungsi pada spesies sekarang, namun memiliki fungsi yang jelas pada
spesies leluhur atau spesies lainnya yang berkerabat dekat.
Contohnya meliputi pseudogen, sisa mata yang tidak berfungsi pada
ikan gua yang buta, sayap pada burung yang tidak dapat terbang,dan
keberadaan tulang pinggul pada ikan paus dan ular. Contoh stuktur vestigial
pada manusia meliputi geraham bungsu, tulang ekor, dan umbai cacing
(apendiks vermiformis).
3. Data Fosil
Fosil merupakan makhluk hidup atau sebagian dari makhluk hidup
yang tertimbun oleh tanah, pasir, lumnpur dan akhirnya membatu kadang-
kadang hanya bekas-bekas organisme. Pada umumnya fosil yang telah
ditemukan terdapat dalam keadaan tidak utuh, yaitu hanya merupakan suatu
bagian atau beberapa bagian dari tubuh makhluk hidup. Hancurnya tubuh
makhluk hidup yang telah mati disebabkan karena pengaruh air, angin, bakteri
pembusuk, hewan-hewan pemakan bangkai dan lain-lain. Fosil-fosil dapat
ditemukan diberbagai macam lapisan bumi, sehingga penentuan umumnya
didasarkan atas umur lapisan yang paling dalam, mempunyai umur yang lebih
tua sedangkan umur fofil yang ditemukan yang lebih atas mempunyai umur
yang lebih muda. Dengan membandingkan fosil-fosil yang ditemukan
diberbagai lapisan bumi yaitu mulai dari sederetan fosil-fosil yang telah
ditemukan dalam lapisan batuan bumi dari yang tua sampai ke yang muda
menunjukkan ada perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur maka dapat
disimpulkan bahwa fosil merupakan petunjuk adanya evolusi (Widodo, 2003).

14
a. Fosil tumbuhan
Salah satu fosil tumbuhan yang pernah ditemukan adalah Archaefructus
liaoningensis yang berusia 140 juta tahun. Struktur fosil ini mirip daun
dan pada fosil tersebut mengandung minyak tumbuh-tumbuhan. Minyak
Ini merupakan suatu ciri khas yang hanya dimiliki tanaman berbunga.
Jika dilihat dari fosil yang terekam dalam lapisan-lapisan sedimen di
kerak Bumi, fosil tumbuh-tumbuhan tertua tercatat berusia 425 juta tahun,
yang ditunjukkan dengan keberadaan fosil fern, fir, conifer dan beberapa
varietas tumbuhan purba yang lain. Sementara di masa 130 juta tahun
silam tumbuhan berbunga mulai mewarnai permukaan Bumi. Di antara
dua masa itu tidak diketahui secara pasti bagaimana tumbuhan yang lebih
tua mampu berevolusi membentuk tumbuhan berbunga. Fosil tanaman
yang paling banyak ditemukan di bumi adalah sejenis paku-pakuan (fern).
Salah satu temuan di dinding tambang batubara berupa fosil tumbuhan
sejenis pakis yang disebut pteridosperm yang memiliki daun selebar
sekitar 6 sentimeter. Hal ini ditemukan olehPara pekerja sebuah tambang
batubara di Illinois, AS terkejut saat melihat lukisan di dinding tambang
yang menggam-barkan pemandangan masa lalu. Setelah mengebor emas
hitam yang mereka inginkan, pada langit-langit gua bekas pengeboran
terlihat jejak lumut, semak belukar, dan tumbuh-tumbuhan purba lainnya
b. Fosil Hewan
Fosil hewan paling banyak ditemukan daripada fosil tumbuhan. Fosil
vertebrata banyak ditemukan di berbagai daerah, sedangkan fosil
avertebrata sangat jarang ditemukan di permukaan bumi. Hal ini karena
pada umumnya anggota vertebrata tidak memiliki bagian tubuh yang
keras. Namun demikian hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa akan
dapat ditemukan fosil dari vertebrata. Faktor adanya bagain tubuh yang
keras bukanlah satu-satunya penentu adanya fosil. Jika fosil terbentuk
pada zaman es, maka pada tersebut masih terdapat bakteri pembusuk.
Zaman es terjadi beberapa juta tahun yang lalu. Pada iklim yang dingin

15
mayoritas bakteri sedang tidak aktif melakukan proses pembusukan
(Iskandar, 2001). Contoh fosil invertebrata adalah fosil lebah madu
Contoh fosil vertebrata adalah fosil kelelawar
4. Organ yang Mengalami Rudimentasi
Rudimentasi merupakan proses terjadinya pengecilan suatu organ.
Rudimentasi organ merupakan petunjuk adanya evolusi. Organ yang berguna
pada suatu makhluk hidup bisa jadi pada makhluk hidup lain kurang
berfungsi,misalnya tulang ekor manusia yang kurang berfungsi namun pada
kelompok mamalia lain seperti kucing, kangoro, kuda, sapi sangat
berkembang dan berfungsi sebagai ekor dan contoh lainnya. Data fosil untuk
kelompok kuda dan primata cukup lengkap untuk dapat mendeskripsikan
evolusi yang terjadi pada dua kelompok hewan tersebut. Namun demikian,
selengkap-lengkapnya data fosil masih belum dapat menjelaskan secara
lengkap apa yang terjadi pada masa silam. Dasar deskripsi evolusi kuda dan
primata ini, para ahli menggunakan metode pendekatan dengan dengan
membandingkan perubahan struktur dari makhluk hidup yang paling erat
kaitannya dengan makhluk hidup sasaran (Widodo, 2003).
E. Akibat evolusi
Evolusi mempengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku organisme.
Hal yang paling terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang diakibatkan oleh
seleksi alam. Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan kebugaran dengan membantu
aktivitas seperti menemukan makanan, menghindari predator, dan menarik lawan
jenis. Organisme juga dapat merespon terhadap seleksi dengan berkooperasi satu
sama lainnya, biasanya dengan saling membantu dalam simbiosis. Dalam jangka
waktu yang lama, evolusi menghasilkan spesies yang baru melalui pemisahan
populasi leluhur organisme menjadi kelompok baru yang tidak akan bercampur
kawin. Menurut Futuyma (1986) Akibat terdiri dari dua, yaitu mikroevolusi dan
makroevolusi.
1. Mikroevolusi Perubahan di dalam populasi, yang hanya berupa perubahan
frekuensi alel, disebut mikroevolusi (Futuyma, 1986). Menurut Campbell, dkk

16
(2008) mikroevolusi adalah perubahan evolusioner yang kecil, seperti adaptasi
yang terjadi dalam spesies atau populasi. Mikroevolusi terdiri dari tiga, yaitu
adaptasi, koevolusi dan kooperasi.
a. Adaptasi Adaptasi adalah sifat fenotip yang telah berkembang untuk
membantu suatu organisme menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungannya. Empat proses evolusi yaitu mutasi, pergeseran genetik,
migrasi, dan seleksi alam mengarah ke adaptasi. Mutasi, pergeseran
genetik, dan migrasi dapat juga mempercepat atau menghambat
perkembangan adaptasi, tetapi mereka tidak dapat menyebabkan adaptasi
(Sumitro, 2015). Hidayat (2015), mengatakan adaptasi yaitu suatu
kemampuan dari makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan menjaga kelestariannya. Berdasarkan cara dari pada makhluk
hidup beradaptasi dengan lingkungannya, adaptasi dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah
laku.
b. Koevolusi
Interaksi antarorganisme dapat menghasilkan baik konflik maupun
kooperasi. Ketika interaksi antar pasangan spesies, seperti patogen
dengan inang atau predator dengan mangsanya, spesies-spesies ini
mengembangkan set adaptasi yang bersepadan. Dalam Hal ini, evolusi
satu spesies menyebabkan adaptasi spesies kedua. Perubahan pada spesies
kedua kemudian menyebabkan kembali adaptasi spesies pertama. Siklus
seleksi dan respon ini disebut koevolusi. Contohnya adalah produksi
tetrodotoksin pada kadal air Taricha granulosa dan evolusi resistansi
tetrodoksin pada predatornya, ular Thamnophis sirtalis. Pada pasangan
predator-mangsa ini, persaingan senjata evolusioner ini mengakibatkan
kadar racun yang tinggi pada mangsa dan resistensi racun yang tinggi
pada predatornya.
c. Kooperasi

17
Tidak semua interaksi antar spesies melibatkan konflik. Pada kebanyakan
kasus, interaksi yang saling menguntungkan berkembang. Sebagai
contoh, kooperasi ekstrem yang terdapat antara tanaman dengan fungi
mikoriza yang tumbuh di akar tanaman dan membantu tanaman menyerap
nutrien dari tanah. Ini merupakan hubungan timbal balik, dengan tanaman
menyediakan gula dari fotosintesis ke fungi. Pada kasus ini, fungi
sebenarnya tumbuh di dalam sel tanaman, mengijinkannya bertukar
nutrien dengan inang manakala mengirim sinyal yang menekan sistem
imun tanaman. Koalisi antara organisme spesies yang sama juga
berkembang. Kasus ini adalah eusosialitas yang ditemukan pada serangga
sosial, seperti lebah, rayap, dan semut, di mana serangga mandul memberi
makan dan menjaga sejumlah organisme dalam koloni yang dapat
berkembang biak (Astuti, 2013).
2. Makroevolusi
Perubahan yang lebih besar, misalnya yang menyebabkan
terbentuknya spesies baru, disebut makroevolusi. Sebagian evolusionis
berpendapat bahwa makroevolusi hanyalah kumpulan mikroevolusi. Sebagian
lagi berpendapat bahwa mekanisme makroevolusi berbeda dari perubahan
mikroevolusi. Punctuated equillibrium adalah salah satu teori yang diajukan
untuk menjelaskan mekanisme makroevolusi berdasarkan pola yang terekam
dalam catatan fosil (Futuyma, 1986).Menurut Campbell (2008) makroevolusi
adalah evolusi yang terjadi pada tingkat di atas spesies, seperti kepunahan dan
spesiasi. Secara umum, makroevolusi dianggap sebagai akibat jangka panjang
dari mikroevolusi. Sehingga perbedaan antara mikroevolusi dengan
makroevolusi tidaklah begitu banyak terkecuali pada waktu yang terlibat
dalam proses tersebut. Namun, pada makroevolusi, sifat-sifat keseluruhan
spesies adalah penting. Misalnya, variasi dalam jumlah besar di antara
individu mengijinkan suatu spesies secara cepat beradaptasi terhadap habitat
yang baru, mengurangi kemungkinan terjadinya kepunahan. Sedangkan
kisaran geografi yang luas meningkatkan kemungkinan spesiasi dengan

18
membuat sebagian populasi menjadi terisolasi. Dalam pengertian ini,
mikroevolusi dan makroevolusi dapat melibatkan seleksi pada tingkat-tingkat
yang berbeda, dengan mikroevolusi bekerja pada gen dan organisme, versus
makroevolusi yang bekerja pada keseluruhan spesies dan memengaruhi laju
spesiasi dan kepunahan.
a. Spesiasi Menurut Konsep Spesies Biologis (biological species concept)
yang dijabarkan pada tahun 1942 oleh ahli biologi Ernst Mayr, spesies
adalah suatu kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampuan untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup (viabel) dan fertil. Spesies
biologi tidak dapat menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil
jika kawin dengan spesies lain (Campbell, 2008). Individu yang awalnya
satu spesies karena adanya perubahan-perubahan dalam waktu yang lama,
dari generasi kegenerasi dapat berubah menjadi spesies yang baru.
Perubahan dari suatu spesies menjadi spesies baru dinamakan spesiasi
(Henuhili, 2008). Spesiasi adalah proses pemisahan satu spesies menjadi
dua spesies atau lebih. Spesiasi memikat Darwin (dan banyak ahli biologi
setelahnya) karena proses tersebut merupakan penyebab keanekaragaman
hayati yang luar biasa, menghasilkan spesies baru yang berbeda dari
spesies yang sudah ada secara berulang-ulang. Spesiasi menjelaskan tidak
hanya perbedaan di antara spesies, namun juga kesamaan di antara
mereka. Ketika satu spesies memisah, spesies yang dihasilkan memiliki
banyak kesamaan karakteristik karena mereka diturunkan dari spesies
nenek moyang yang sama. Misalnya, kesamaan DNA mengindikasikan
bahwa Phalacrocorax harrisi (sejenis pecuk tidak dapat terbang)
berkerabat dekat dengan spesies pecuk dapat terbang yang ditemukan di
pantai barat Benua Amerika. Ini menunjukkan bahwa pecuk tak dapat
terbang mungkin berasal dari spesies pecuk nenek moyang yang
bermigrasi dari daratan utama ke Galapagos (Campbell, 2008). Spesiasi
atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi

19
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetik (Campbell, 2003).
Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama
hingga berjuta-juta tahun.
Terdapat empat spesiasi yang umum terjadi pada hewan, yakni spesiasi
alopatrik, peripatrik, parapatrik dan spesiasi simpatrik.
1) Spesiasi Alopatrik
Sebutan untuk spesiasialopatrik hanyasebuah nama indah
untukspesiasi yang terjadi karena isolasi geografis. Barier geografis
ini memungkinkan populasi terpengaruh oleh faktor lingkungan
seperti makanan. Inilah yang menyebabkan terjadinya fragmentasi
habitat atau migrasi. Isolasi geografis disini berarti faktor geografis
menjadi penghalang atau pemisah bagi kedua populasi, yang
menyebabkan penghalang terjadinya Galur padi hasil kultivasi telah
mengakumulasikan alel-alel resesif mutan yang berbeda-beda pada
dua lokus selama berdivergensi dari nenek moyang bersama. Hibrida
dari dua galur yang berbeda bersifat kuat dan fertil; namun tumbuhan
pada generasi berikutnya, yang mengandung sedemikian banyak alel
resesif, bersifat kecil dan steril. Walaupun galur padi ini belum
dianggap sebagai spesies yang berbeda, mereka mulai terpisah oleh
penghalang pascazigotik (Campbell, 2008). Pencampuran genetik
antara dua populasi yang menghuni di daerah geografis yang
berbeda. Penghalang tersebut misalnya sungai dan laut, gunung dan
halangan fisik geografis lainnya (Muslim, 2008).
2) Spesiasi Simpatrik
Isolasi dua anggota populasi dalam area geografis yang sama, terjadi
karena isolasi reproduktif penghalang yang mencegah dua populasi
spesies yang sama untuk melakukan perkawinan dan yang
menyebabkan isolasi reproduktif adalah penghalang reproduktif,
yakni penghalang terjadinya percampuran genetis antara dua populasi

20
spesies yang sama akibat oleh adanya alasan–alasan ketidakcocokan
untuk kawin sesamanya (Muslim, 2008).
3) Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme
menjadi terisolasi dalam sebuah lingkungan yang baru. Ini berbeda
dengan spesiasi alopatrik dalam hal ukuran populasi yang lebih kecil
dari populasi tetua. Dalam hal ini, adalah hilangnya variasi genetik
yang terjadi ketika suatu populasi baru didirikan oleh sejumlah
individu yang sangat kecil. Akibat dari hilangnya variasi genetik,
populasi baru dapat berubah, baik secara genotipe ataupun fenotif
dari populasi asalnya. Proses spesiasi ini terjadi di daerah pinggir dari
daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya.
Suatu organisme memiliki kisaran toleransi tertentu, akibatnya jenis
tersebut akan menempati daerah tertentu. Semakin jauh dari pusat
penyebarannya, maka lingkungannya pun makin berbeda. Dengan
demikian spesies yang menempati daerah tersebut akan semakin
berbeda dengan spesies yang menempati daerah utama. Dengan
demikian, interaksi antara populasi tersebut dengan populasi satu
spesiesnya menjadi sangat terbatas (Muslim, 2008).
4) Spesiasi Parapatrik
Spesiasi parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya
variasi frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati
wilayah yang sama. Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat
yang kontinu tanpa ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari
populasi yang berdekatan. Suatu populasi yang berada di dalam
wilayah tertentu harus berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk
menjamin kelangsungan hidupnya, dan usaha itu dimulai dengan
memperluas daerah ke daerah lain yang masih berdekatan dengan
daerah asalnya. Apabila di area yang baru ini terjadi seleksi, maka
perubahan gen akan terakumulasi dan dua populasi akan berubah

21
menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Kemudian
mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda), maka
perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan demikian,
dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara geografis letaknya
berdekatan sepanjang gradient lingkungan (Muslim, 2008).
b. Kepunahan
Kepunahan adalah kematian ras atau spesies. Kepunahan dalam biologi
berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau sekelompok takson.
Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan matinya individu
terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan untuk berkembangbiak
tidak ada lagi sebelumnya. Tetapi dikarenakan wilayah sebaran sebuah
spesies atau takson yang bisa sangat luas, sehingga sangat sulit untuk
menentukan waktu kepunahan. Kesulitan ini dapat berujung kepada suatu
fenomena yang dinamakan takson Lazarus, dimana sebuah spesies
dianggap telah punah tetapi muncul kembali. Kepunahan terjadi bila suatu
spesies tidak lagi mampu bereproduksi
Menurut Elisa (2013), kebanyakan kepunahan diperkirakan disebabkan
oleh perubahan lingkungan yang mempengaruhi spesies dalam dua cara:
1) Spesies mungkin tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan
yang berubah dan mati tanpa keturunan;
2) Atau dapat beradaptasi tetapi dalam prosesnya mungkin
berkembang menjadi spesies baru yang berbeda. Ada banyak alasan
mengapa suatu spesies tertentu dapat menjadi punah. Meskipun
faktor-faktor tersebut dapat dianalisis dan dikelompokkan, ada
beberapa penyebab kepunahan yang muncul berkali-kali.

Terdapat beberapa faktor terbesar yang menyebabkan kepunahan,


diantaranya:

22
1) Perusakan Habitat
Planet kita secara berkesinambungan berubah, mengakibatkan
habitat-habitat makhluk hidup juga terus berganti dan berubah.
Perubahan-perubahan alami cenderung terjadi secara bertahap,
biasanya hanya menyebabkan pengaruh yang sedikit terhadap
individu spesies. Bagaimanapun, ketika perubahan-perubahan terjadi
pada tahapan yang cepat, hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada
waktu sama sekali bagi individu spesies untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Hal ini akan menghasilkan
bencana, dan untuk alasan ini, hilangnya habitat dengan cepat adalah
penyebab utama dari kepunahan spesies. Serangan terkuat dalam
mempercepat hilangnya habitat-habitat tersebut adalah campur
tangan manusia. Hampir setiap daerah di seluruh dunia telah
terpengaruh oleh kegiatan manusia, terlebih selama beberapa abad
terakhir ini. Hilangnya mikroba dalam tanah yang dulunya
mendukung hutan tropis, punahnya ikan dan spesies air tercemar
berbagai habitat, dan perubahan iklim global disebabkan oleh
pelepasan gas rumah kaca semua hasil aktivitas manusia.
2) Pengenalan Spesies Eksotik
Spesies asli adalah tanaman dan hewan yang merupakan bagian dari
wilayah geografis tertentu, dan biasanya menjadi bagian dari lanskap
biologis tertentu untuk periode waktu yang panjang. Mereka juga
disesuaikan dengan lingkungan lokal mereka dan terbiasa dengan
keberadaan spesies asli lainnya dalam habitat umum yang sama.
Spesies eksotik, bagaimanapun, adalah penyusup. Spesies yang
diperkenalkan ke lingkungan baru dengan cara aktivitas manusia,
baik sengaja atau tanpa sengaja. Interlopers ini dipandang oleh
spesies asli sebagai elemen asing. Mereka mungkin tidak
menyebabkan masalah yang jelas dan mungkin akhirnya dianggap
sebagai alam sebagai setiap spesies asli di habitat tersebut. Namun,

23
spesies eksotis juga dapat serius mengganggu keseimbangan ekologi
halus dan dapat menghasilkan sejumlah konsekuensi yang tidak
disengaja berbahaya
3) Eksploitasi yang berlebihan
Spesies yang menghadapi eksploitasi yang berlebihan adalah salah
satu yang dapat menjadi sangat terancam atau bahkan punah
berdasarkan tingkat di mana spesies ini sedang digunakan. Terikat
perburuan paus selama abad 20 adalah contoh eksploitasi berlebihan,
dan industri penangkapan ikan paus membawa banyak spesies ikan
paus untuk ukuran populasi yang sangat rendah. Ketika beberapa
spesies paus hampir punah, sejumlah negara (termasuk Amerika
Serikat) setuju untuk mematuhi moratorium internasional tentang
penangkapan ikan paus. Adanya moratorium ini, beberapa spesies
ikan paus, seperti ikan paus abu-abu, telah membuat comeback yang
luar biasa, sementara yang lain tetap terancam atau hampir punah
(Sutarno, 2012).
4) Faktor Lainnya
Penyakit, polusi, dan terbatasnya distribusi merupakan faktor-faktor
lain yang mengancam berbagai tanaman dan spesies hewan. Jika
suatu spesies tidak memiliki perlindungan alami terhadap patogen
genetik tertentu, penyakit diperkenalkan dapat memiliki efek yang
parah pada spesies itu. Sebagai contoh, virus rabies dan distemper
anjing saat ini menghancurkan populasi karnivora di Afrika Timur.
Binatang domestik sering mengirimkan penyakit yang mempengaruhi
populasi liar, menunjukkan lagi bagaimana aktivitas manusia terletak
pada akar penyebab paling membahayakan. Polusi memiliki dampak
serius spesies darat dan air ganda, dan distribusi yang terbatas sering
konsekuensi dari ancaman lain; populasi terbatas pada daerah kecil
karena kehilangan habitat, misalnya, mungkin malapetaka
dipengaruhi oleh faktor acak

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai yaitu berikut :
1. Evolusi merupakan suatu perubahan, pertumbuhan atau perkembangan
secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan sedikit demi sedikit
Perubahanperubahan ini disebabkan karena adanya kombinasi tiga proses
utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.

2. Teori-teori Evolusi menurut para ahli:


a. Teori Evolusi menurut Anaximander (600-546 sebelum masehi)
Beliau dapat dipandang sebagai pelopor dari ajaran desendensi (ajaran
penurunan) oleh karena ia mengajarkan bahwa kosmos itu mungkin
terbentuk dari kekacauan (chaos), kehidupan itu timbul dari zat mati,
sedangkan makluk yang tinggi tingkatannya timbul dari makluk yang
rendah tingkatannya.
b. Teori Evolusi menurut Plato (428-348 sebelum masehi)
Plato membayangkan seorang pencipta yang menciptakan dunia dari
kehancuran dan kemudian menciptakan dewa-dewa yang lalu membuat
manusia laki-laki.
c. Teori Evolusi menurut Cuvier (1769-1832)
Cuvier menyampaikan bahwa sisa-sisa hewan yang telah membatu itu
adalah dari sisa hewan yang telah mati di zaman dulu.
d. Teori Evolusi menurut Lammarck (1744-1829)
Lammarck menyatakan bahwa di bumi ini mula-mula timbul makluk
hidup yang sederhana, yang mungkin berasal dari benda-benda mati.
e. Teori Evolusi menurut Aristoteles (384-322 sebelum masehi)
Aristoteles mengatur semua organisme di dalam suatu ”skala alam”
yang meliputi dari yang sederhana sampai yang kompleks. Organisme

25
yang ada dianggap tidak sempurna tetapi bergerak kearah keadaan yang
lebih baik.
f. Teori Evolusi menurut Carolus Linnaeus (1707-1778)
Linnaeus menyampaikan bahwa, semua tanaman dan binatang yang
hidup sekarang ini serentak diciptakan diatas bumi oleh satu ciptaan saja.
Mereka diciptakan dalam bentuk seperti yang tampak sekarang ini.
g. Teori Evolusi menurut Etienne Geoffroy ST. Hilaire (1722-1844)
Etienne Geoffroy ST. Hilaire berpendapat bahwa ada suatu hubungan
antara hewan- hewan yang mempunyai bentuk dasar dari tubuhnya.
h. Teori Evolusi menurut Charles Lyell (1797-1875)
Lyell membuktikan dengan contoh-contoh dari penyelidikan geologis
bahwa untuk dapat menerangkan struktur dari kulit bumi serta lapisan
tanah dibawahnya, tidak perlu beranggapan bahwa di zaman purba dulu
terjadi kiamat berturut turut.
i. Teori Evolusi menurut Wilhelm Hofmeister (1824-1877)
Perubahan dari Jungermanniaceae (suku dari Lumut Hati) yang tak
berdaun ke Jungermanniaceae yang berdaun adalah lambat sekali dan
perubahan itu terjadi dengan jalan suatu deret bentuk antara yang sedikit-
sedikit bedanya, yang tak ada putus-putusnya.
j. Teori Evolusi menurut Leopold Von Buch
Leopold Von Buch berpendapat bahwa oleh karena proses evolusi,
maka di dalam jurang-jurang yang dalam, disitu terjadilah jenis-jenis
tanaman yang baru dari jenis tertentu.
k. Teori Evolusi menurut Robert Chambers (1802-1871)
Chambers juga menyetujui pendapat Lyell yang menyatakan bahwa
perubahan kulit bumi yang berlangsung secara perlahan-lahan karena
pengaruh tenaga-tenaga alam itu adalah sesuai dengan kemauan Tuhan
l. Teori Evolusi menurut Weismann (1834-1912)
Weismann menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi
alam terhadap faktor genetis.

26
m. Teori Evolusi menurut Ernst Heirich Haeckel (1834-1919)
Menurutnya, dunia ini kekal, tak ada permulaan, dan hidup tercipta
dengan sendirinya secara mekanis. Demikian juga halnya dengan
manusia
n. Teori Evolusi menurut Charles Darwin
Menurut Darwin terjadi evolusi karena adanya seleksi alam (faktor
alam yang mampu menyeksi makhluk hidup. Adaptasi merupakan
penyebab terjadinya seleksi alam (mekanisme seleksi alam

3. Secara umum, evolusi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik berupa
variasi genetik dan faktor lingkungan yang berupa seleksi alam.
a. Pengaruh Variasi Genetik dalam Evolusi
Adanya variasi genetik menyebabkan tidak adanya dua individu
yang benar-benar sama fenotipenya.

b. Pengaruh Seleksi Alam dalam Evolusi


Seleksi alam berperan sebagai agen penyeleksi suatu populasi.
Makhluk hidup yang dapat beradaptasi akan mempertahankan
kelangsungan hidupnya, sedangkan makhluk hidup yang tidak mampu
beradaptasi akan punah atau tersingkir.

4. Salah satu dari bukti adanya evolusi yaitu:


a. Homologi Organ-Organ tubuh Pada Makhluk Hidup
b. Organ Vestigial
Konsep organ vestigial sering muncul dalam kepustakaan
evolusionis sebagai petunjuk bagi evolusi. Sebagian evolusionis masih
mempercayai dan dari waktu ke waktu seorang evolusionis akan
mencoba mengajukan organ vestigial” sebagai petunjuk penting evolusi.
c. Data Fosil
Fosil merupakan makhluk hidup atau sebagian dari makhluk

27
hidup yang tertimbun oleh tanah, pasir, lumnpur dan akhirnya membatu
kadang-kadang hanya bekas-bekas organisme.
d. Evolusi mempengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku organisme.
Hal yang paling terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang
diakibatkan oleh seleksi alam.
e. Dalam jangka waktu yang lama, evolusi menghasilkan spesies yang baru
melalui pemisahan populasi leluhur organisme menjadi kelompok baru
yang tidak akan bercampur kawin. Menurut Futuyma (1986) Akibat
terdiri dari dua, yaitu mikroevolusi dan makroevolusi.

5. Akibat Dari evolusi


a. Mikroevolusi
Mikroevolusi Perubahan di dalam populasi, yang hanya berupa
perubahan frekuensi alel, disebut mikroevolusi (Futuyma, 1986).
Mikroevolusi terdiri dari tiga, yaitu adaptasi, koevolusi dan kooperasi.
b. Makroevolusi
Makroevolusi merupakan Perubahan yang lebih besar, misalnya yang
menyebabkan terbentuknya spesies baru

3.2 Saran
Melalui makalah ini Penulis mengharapkan bagi para pembaca untuk
bisa mengembangkan maksud dari evolusi itu dan juga ikut berperan dalam
menggali evolusi di muka bumi ini yang mana kita tahu bahwa evolusi
adalah suatu hal yang belum jelas dan dapat di buktikan secara langsung.
Oleh karena itu teori – teori tentang evolusi janganlah dijadikan sebuah
momen untuk berperang pemikiran karena akan menimbulkan perpecahan.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
mengevaluasi hasil penyusunan makalah ini dan agar dapat disempurnakan
kembali. Atas kritik dan sarannya penulis sampaikan terima kasih.

28
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2003. Biologi. Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga


Campbell, Reece, dkk. 2008. Biologi. Edisi 8 jilid 1. Jakarta:Erlangga
Futuyma, D,J. 2005. Evolutionn, Sinauer associates. Inc. Publishers Sunderland,
Massachusetts USA
Henuili, Victoria. 2008. Genetika Dan Evolusi.Yogyakarta: UNY
Iskandar, Dr. Djoko T. 2001. Catatan Kuliah Evolusi. Bandung: ITB PRESS
Kimball John, W. 1992. Biologi. Edisi 2 jilid 1. Jakarta: Erlangga
Muslim, Choirul. 2008. Evolusi. Bengkulu: UNIB PRESS
Ruyani, Dr. Aceng dan Alif Yanuar Zukmadini. 2017. Evolusi Biologi.
Bengkulu:UNIB
Widodo, dkk. 20003. Evolusi. Direktorat Pendidikan Tinggi. Proyek Peningkatan
Manajemen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai