Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM”

DOSEN PEMBIMBING

Muhammad Firman, S.PD, M.PD

DISUSUN OLEH

TIA MAULIDA TRI PUTRI

RENGGANIS VIDA SYAWALIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI)

KOTA SUKABUMI

2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada allah swt. yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “metodologi memahami islam”. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas makalah kelompok mata kuliah pendidikan agama islam yang
berjudul Metodologi Memahami Islam.

Dalam makalah ini kami akan sedikit menjelaskan tentang pengertian


metodologi dan juga pentingnya memahami islam. Karena selama ini banyak sekali
kesalahpahaman umat muslim dalam memahami islam ataupun pemahaman terhadap
islam yang sesat. Maka dari itu metodologi bertujuan untuk menjelaskan secara lebih
mendalam agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna, maka dari
itu mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk makalah ini. Sekian terimakasih.

Sukabumi, 6 oktober 2018.

ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar isi..............................................................................................................................iii

Bab I pendahuluan...............................................................................................................1

1.1 Latar belakang.................................................................................1


.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
1.2 Rumusan masalah............................................................................2

Bab II pembahasan..............................................................................................................3

2.1 Pengertian Metodologi Mehami Islam............................................3


2.2 Perbedaan Metode Dan Metodologi................................................3
2.3 Tujuan Metodologi Memahami Islam.............................................4
2.4 Contoh Kekeliruan Memahami Islam..............................................5
2.5 Cara Memahami Islam Menurut Para Ahli......................................6

Bab III penutup....................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan......................................................................................8
3.2 Saran................................................................................................8

Daftar pustaka......................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sungguh suatu anugerah yang tak terhingga ketika allah SWT
memberikan nikmat terbesar dalam kehidupan manusia, yaitu nikmat iman
dan islam. Islam adalah agama yang mengimani satu tuhan yaitu allah SWT.
dengan lebih dari seperempat orang pengikut diseluruh dunia, menjadikan
islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam
memiliki arti “penyerahan” atau penyerahan diri sepenuhnya terhadap allah
SWT.

Islam merupakan agama yang diyakini memiliki segala kesempurnaan


dan ajaran yang lengkap. Dalam islam segala sesuatu telah diatur dalam al-
quran sehingga menjadi pedoman terhadap kehidupan manusia agar tidak
salah dalam melangkah.

Akan tetapi banyak orang yang keliru dalam memahami islam. Tidak
sedikit orang menganggap islam sebagai agama yang ekstrim. Sebagai salah
satu contohnya adalah teroris. Pelaku teroris selalu mengatakan bahwa dirinya
berjihad di jalan allah, akan tetapi pada kenyataannya mereka melakukan
bunuh diri sekaligus membunuh orang-orang yang tidak bersalah dengan bom.
Dan itu tidak dibenarkan dalam agama islam.

Metodologi memahami islam sangat diperlukan agar umat muslim di


dunia tidak salah jalan dalam memahami islam. Al-Mauadudi (1969)
mengemukakan bahwa seseorang bisa salah dalam memahami al-quran karena
tidak mengetahui kaidah-kaidah yang harus dikuasai untuk mengkajinya.
Ketidakpahaman seseorang tentang uslub dan gata bahsa alquran dapat
menjerumuskannya pada pemahaman yang berbeda dengan maksud alquran
sesungguhnya. Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim harus
mengetahui cara memahami islam dengan benar agar menjadikan islam
sebagai agama yang lengkap dan mampu memberikan solusi bagi kehidupan.

iv
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dikemukakan permasalahan
sebagai berikut
1. Apa itu metodologi memahami islam?
2. Apa perbedaan metode dan metodologi?
3. Apa tujuan metodologi memahami islam?
4. Apa saja contoh-contoh kekeliruan memahami islam?
5. Bagaimana cara memahami islam menurut para ahli?

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM


Metodologi berasal dari kata method (cara) dan logos (ilmu).
Metodologi merupakan ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu
dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.
Metodologi adalah ilmu-ilmu yang mengkaji tentang metode.

Makna islam sendiri secara lughawi atau etimologis, kata “islam”


berasal dari tiga akar kata. Yaitu :

- Aslama, yang artinya berserah diri

- Salam, artinya damai atau kedmaian.

Berdasarkan akar kata “islam” tersebut, maka siapa saja yang meyakini dan
mengamalkan Aslama, Salam dan Salamah dapat disebut agama islam.

Jadi, metodologi memahami islam adalah ilmu-ilmu atau cara


mengkaji pemahaman islam agar menghindari terjadinya kesalahpahaman
dalam memahami islam atau pemahaman islam yang sesat.

2.2 PERBEDAAN METODE DAN METODOLOGI


1. Metode

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan


suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

2. Metodologi

Metodologi adalah ilmu-ilmu yang mengkaji tentang cara kerja ilmu


pengetahuan secara tepat, benar, sistematis, terarah, efektif, efisien, dan
membawa orang untuk mengikuti kehendak agama bukan sebaliknya agama
yang mengikuti kehendak orang.

vi
2.3 TUJUAN METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM
Para ulama sepakat mengatakan bahwa tujuan didatangkannya syariah
islam adalah untuk menjaga hal-hal berikut, yaitu :

1. Menjaga dan memelihara agama

Agama islam adalah karunia terbesar yang Allah berikan kepada


umatnya. Jadi, selaku umat muslim kita harus menjaga dan memelihara agama
dengan cara terus membudyakan belajar agama. Pendidikan agama harus
diajarkan sejak dini kepada anak-anak agar kelak ketika dewasa mereka sudah
mempunyai benteng diri sehingga tidak terjerumus pada pergaulan bebas. Kita
wajib membudayakan belajar agama hingga akhir hayat dan dapat
diselenggarakan di semua tempat.

Selain membudayakan belajar agama, kita juga dapat menjaga dan


memelihara agama dengan menguasai ilmu-ilmu dasar islam, melaksanakan
kewajiban agama dan adanya pemandu agama. Pemandu islam harus selalu
hair ditengah-tengah masyarakat, para ulama itulah yang di sebut pemandu
agama islam ditengah-tengah masyarakat hinga akhir zaman.

2. Menjaga dan memelihara jiwa

Hidup adalah anugerah terindah yang Allah berikan terhadap manusia.


Oleh karena itu didalam islam dilarang menyia-nyiakan hidu. Kita semua
harus menjaga jiwa kita dengan baik karena segala usaha apapun untuk
menyakiti jiwa kita tidak akan dimaafkan dalam islam. Orang yang
menyelamatkan satu jiwa sama dengan menyelamtkan seluruh jiwa begitupun
sebaliknya.

3. Menjaga dan memelihara akal

Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya


siang dan malam kecuali bagi mereka yang mau berfikir. Dalam islam untuk
menjaga dan memelihara akal sudah banyak dijelaskan dalam Al-quran yaitu
dengan cara belajar, banyak dalil naqli tentang keutamaan belajar. Bahkan
dalam islam dianjurkan belajar dari dalam buaian hingga liang lahat.

vii
4. Menjaga dan memelihara harta

Dalam islam, pemilik mutlak harta adalah Allah SWT. Dalam islam
juga telah diatur cara mengelola harta dengan baik dan benar. Maka tidak aka
nada seorang pun dimuka bumi ini yang mengalami kemiskinan jika
mengelola uang dengan cara yang diajarkan oleh islam. Tentunya dalam
mendapatkan rezeki nya pun harus dengan cara yang halalan thoyibah.

5. Menjaga dan memelihara kehormatan

Dalam Qur’an surat Al-israa : 32, dikatakan “dan jangalah kalian


mendekati zina, 7sesungguhnya zina itu adalh suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk”. Dalam silam mendekati zina saja sudah dilarang
apalagi dengan zina nya itu sendiri. Jadi islam sangat menjaga kehormatan
seseorang yang menganjurkan menikah dan mengharamkan perzinahan.

2.4 CONTOH KEKELIRUAN MEMAHAMI ISLAM


1. Pada suatu hari sekelompok mahasiswa berdiskusi membahas ayat
193 dari surat Albaqarah yang artinya “Dan perangilah mereka itu, sehingga
tidak ada fitnah lagi, dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk
allah…” Dengan semangat mereka berdiskusi, sehingga menghasilkan
kesimpulan bahwa orang muslim sekarang tidak boleh tinggal diam. Mereka
harus bergerak, menyerang dan memerangi (orang kafir), sebab Al-quran
memerintahkan begitu. Ketika mereka memahami ayat tersebut hanya dari
ayat itu, tidak dihubungkan dengan ayat lain, tentu pemahaman mereka itu
terasa benar. Tapi kalau menyadari bahwa kata “mereka itu” pada ayat “
perangilah mereka itu” perlu penjelasan, maka mereka tidak berani
menafsirkan ayat tersebut secara parsial. Perlu dicarai penjelasannya, siapa
yang dimaksud “mereka itu?” penjelasannya terdapat apada ayat sebelumnya
yaitu ayat 190 yang artinya “perangilah di jalan allah orang-orang yang
memerangi kamu…” jadi, jika pemahaman ayat 193 itu di integrasikan
dengan ayat 190, maka kesimpulannya menjadi lain, yaitu bahwa yang harus
diperangi itu adalah orang-orang kafir “yang memerangi”.

2. “ Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan


mendapatkan seorang guru/penolong pun yang dapat memberinya petunjuk”.
Potongan ayat dari ayat 17 surat Al-kahfi (18) ini ada yang menggunakannya
untuk mengukuhkan keberadaan “wali mursyid” bagi kelompoknya. Dari ayat

viii
ini ia berkesimpulan : “maksud dari ayat ini, seseorang tidak memperoleh
hidayah Allah karena dia tidak mempunyai pemimpin “wali mursyid” yang
dapat memberikan petunjuk kepadanya…” jadi hidayah allah itu tergantung
kepada pemimpin yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Kesimpulan
pemahaman tersebut berbanding terbalik dari maksud yang sesungguh nya.
Maksud ayat tersebut bahwa apabila seseorang disesatkan oleh Allah maka
tidak akan ada seorang guru atau penolong pun yang dapat memberinya
petunjuk. Pemahaman semacam itu kemungkinan terjadi karena : 1) sebelum
mengkaji ayat, fikirannya sudah diisi dengan keharusan adanya guru atau wali
mursyid, sehingga ketika menemukan konsep “wali mursyid” seperti itu
dengan mudah fikiranny “merasa menemukan apa yang dicarinya”. 2) kurang
memahami gaya bahasa Alquran tentang keberadaan “|isim nakirah” pada
kontek kalimat negatif. Kalimat seperti ini memastikan arti yang meniadakan
dan tidak menyisakan satupun dari padanya, sehingga artinya “tidak aka nada
seorang guru atau penolong pun yang dapat memberinya petunjuk”.

3. Ada pendapat yang beranggapan bahwa rasul itu ada sekarang.


Katanya berdasar Alquran surat Al-hujurat ayat 7 : “dan ketahuilah bahwa
dikalanganmu ada Rasulullah”. Alasannya karena ayat itu didahului oleh
“ketahuilah” yang mengandung arti istimrar ( berkelanjutan). Kalau hanya
melihat kata tersebut tentu saja tidak salah dan memang makna istimrar
tersebut berlaku sampai akhir zaman. Masalahnya terletak pada apa yang
harus diketahui itu, yaitu “bahwa di kalangan mu ada Rasulullah”. Susunan
kalimat ini menarik untuk dikaji sebab disana ada fenomena gaya bahasa
(balaghah). Gaya bahasa ini memastikan arti adanya hashr (membatasi)
(thabathabai. 18 : 156), yakni bahwa yang dimaksud dengan Rasulullah pada
ayat tersebut adalah Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, tidak ada
seorang ahli tafsir pun yang menafsirkan ayat tersebut bahwa sekarang ada
rasul. Inilah contoh bagi ungkapan almaududi diatas yang menyatakan
“ketidakpahaman seseorang tentang uslub dan gaya bahasa Alquran sering
menjerumuskannya pada pemahaman yang berbeda dengan maksud Alquran
yang sesungguhnya”.

2.5 CARA MEMAHAMI ISLAM MENURUT PARA AHLI

ix
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapat nya tentang
metodologi memahami islam, yaitu sebagai berikut

1. Nasruddin razak

Nasruddin berpendapat bahwa ada beberapa cara untuk memahami


islam secara benar, yaitu :

a. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Al-quran dan Al-
sunnah rasulullah. Kekeliruan memahami islam karena orang hanya
mengenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari
bimbingan Al-quran dan AL-sunnah, atau melalui pengenalan dari
sumber-sumber kitab fiqih dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari islam dengan cara
demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai pemeluk islam yang
sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan khurafat, yakni telah tercampur
dengan hal-hal yang tidak islami, dari ajaran islam yang murni.
b. Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial. Artinya
dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak
secara sebagian saja. Memahami islam secara parsial akan
membahayakan, menimbulan skeptic, bimbang dan penuh keraguan.
c. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar.
d. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normative teologis yang ada
dalam Al-quran, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis,
empris, dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian
dapat diketahui tingkat kesesuaian dan kesenjangan antara islam yang
berada pada dataran normative teologis yang ada dalam AL-quran dengan
islam yang ada pada dataran historis, sosiologis dan empris.

2. Ali syari’ati

a. Mengenal allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama lain.

b. Mempelajari kitab Al-quran dan membandingkannya dengan kitab ajaran

c. Mempelajari kepribadian rasulullah dan membandingkannya dengan tokoh-


tokoh besar pembaruan yang pernah hidup dalam sejarah.

d. mempelajari tokoh-tokoh islam terkemuka dan membandingkannya dengan


tokoh-tokoh utama agama maupun aliran-aliran lain.

x
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah, metodologi memahami islam ini
sangatlah penting bagi umat muslim untuk kedepannya. Karena seperti penjelasan
diatas bahwa metodologi ini bertujuan agar umat muslin tidak mengalami
kesalahpahaman terhadap arti islam sesungguhnya dan juga agar tidak terjadi
pemahaman islam yang sesat. Tanpa kita ketahui ternyata banyak sekali kekeliruan
kita terhadap memahami islam yang tidak kita sadari.

Metodologi merupakan cara-cara atau kajian suatu ilmu pengetahuan secara


lebih mendalam. Maka dari itu, dalam pembahasan materi ini juga terdapat
penjelasan-penjelasan tentang memahami islam menurut para ahli dan juga tujuan
metodologi itu sendiri.

3.2 SARAN
Membuat makalah tentang Metodologi Memahami islam ini tidak lah mudah
dan juga belum sepenuhnya sempurna. Kami harap para pembaca dapat memahami
materi yang disampaikan dalam makalah ini.

Kami harap para pembaca juga dapat memahami agama islam secara benar
dan lebih mendalam lagi yang sesuai dengan Al-quran dan hadist agar tidak ada lagi
kekeliruan dan kesalahpahaman dalam memahami islam.

xi
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abd, dkk. 2016. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Departemen FPIPS UPI.

Rahmat,Munawar. 2015. Metodologi Memahami Islam. Diambil dari


:http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195801281986121-
MUNAWAR_RAHMAT/S1%20PAI%20%26%20SPAI/

http://senjiho.blogspot.com/2016/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam

xii

Anda mungkin juga menyukai