Anda di halaman 1dari 11

Nama : Fikri Maulana Setiawan

Kelas : 1B Teknik Informatika


NPM : 2110631170016
Matkul : PTI

RESUME SEMINAR NASIONAL

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

Materi 1
Mall Pelayanan Publik sebagai Implementasi e-Government

Narasumber : H. Aep Syaepuloh, S.E. dan Eka Sanata, S.H., M.M.

Moderator : Nina Sulistyowati, S.T., M.Kom

Kabupaten Karawang memiliki MPP (Mall Pelayanan Publik). MPP adalah tempat
berlangsungnya kegiatan atau aktivitas penyelenggaraan pelayanan publik atas barang, jasa
dan/atau pelayanan administrasi yang merupakan perluasan fungsi pelayanan terpadu baik pusat
maupun daerah serta pelayanan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah/swasta
dalam rangka menyediakan pelayanan yang cepat, mudah, terjangkau, aman dan nyaman. MPP
bertujuan memberikan kemudahan, kecepatan, keterjangkauan, keamanan, dan kenyamanan
kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, meningkatkan daya saing global dalam
memberikan kemudahan berusaha di Indonesia. MPP yang ada di kabupaten Karawang ini
merupakan MPP pertama yang non-APBD (berkolaborasi dengan dunia usaha). MPP tersebut pun
merupakan MPP ke-5 di Jawa Barat dan MPP ke-44 yang ada di Indonesia. MPP tersebut
membuka pelayanan selama 7 hari dalam seminggu dan sudah terintegrasi dengan 19 unit
pelayanan publik. Contoh implementasi e-government misalnya SIAP untuk absensi pegawai,
Tangkar untuk
pelaporan hal-hal yang terjadi di masyarakat, Info Loker untuk informasi lowongan kerja, dll.

E-Government atau Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) adalah


penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memberikan layanan kepada Pengguna SPBE. Tujuan: memberikan kemudahan, kecepatan,
keterjangkauan, keamanan, dan kenyamanan kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan,
meningkatkan daya saing global dalam memberikan kemudahan berusaha di Indonesia.

Persiapan MPP:

1. Rapat-rapat internal
2. Rapat-rapat dengan instansi vertikal
3. Pendampingan KemenPAN-RB
4. Mou/PKS dengan mall, instansi vertikal, bank, BUMD

Penelitian bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembangunan Mal Pelayanan Publik


sebagai implementasi dari Praktik Whole of Government (WoG) serta pengaplikasian konsep e-
government di Indonesia. Penelusuran dalam memahami masalah tersebut dilakukan dengan
pendekatan kualitatif studi literatur. Pada studi literatur, peneliti mengumpulkan berbagai sumber
informasi melalu kajian literasi. Di samping itu peneliti juga menggunakan pendekatan tekstual
terhadap implementasi dari keefektifan Mal Pelayanan Publik, Praktik Whole of Government
(WoG) dan Aplikasi e-government. Kajian diawali dengan sejarah perkembangan WoG,
kemudian pembahasan mengenai transformasi WoG menuju implementasi e-government,
dilanjutkan dengan peluang dan tantangan dalam pengimplementasian e-government sampai pada
pembahasan Mal Pelayanan Publik sebagai manifestasi implementasi e-government. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembangunan Mal Pelayanan Publik sebagai implementasi praktik
WoG yang sejalan dengan konsep e-government telah sesuai dan mendukung prinsip pelayanan
publik yang prima.
Materi 2

Kebijakan e-Government di Indonesia

Pemateri : Deddy Permadi, Ph. D

Era transformasi digital Kementerian KOMINFO Sendiri mendapat amanat dari


bapak presiden Indonesia untuk bersama-sama mengakselerasi transformasi digital nasional.

Ada 4 pilar dalam mengakselerasi transformasi digital nasional:

1. Infrastruktur digital

2. Tata kelola pemerintahan digital

3. Masyarakat digital

4. Ekonomi digital

Dalam tata kelola pemerintahan digital KOMINFO terus mendukung dan mendorong e-
government.

Pemerintah saat ini, telah banyak merumuskan dan membuat kebijakan terkait
pelaksanaan E-Government yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan public kepada masyarakat. Kebijakan yang ada belum membahas secara detail
terkait bagaimana melaksanakan pelayanan public secara efektif dan efisien melalui
penerapan E- government. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengetahui aspek –
aspek kualitas pelayanan yang perlu dimasukkan dalam rumusan kebijakan E –
Government yang dibuat oleh pemerintah sehingga terwujud kualitas pelayanan public
yang memuaskan bagi masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat indicator
kualitas pelayanan public berbasis E-Government yaitu :

1. Efisiensi

2. Kepercayaan
3. Reliabilitas

4. Dukungan kepada masyarakat yang perlu di akomodir dalam kebijakan E-


Government.

Dan sebagai tambahan perlunya jaminan keamanan data dan privasi pengguna
layanan dalam mengakses E-Government. Implikasi bagi pemerintah adalah merumuskan
kebijakan E-Government yang telah memenuhi indicator – indicator kualitas pelayanan
public, penyediaan panduan pengembangan E-Government. Serta pemerintah harus
menyediakan koneksi internet yang cepat sehingga memudahkan dalam implementasi E-
Government.
Materi 3

Peranan Akademisi dalam Implementasi e-Government

Oleh : prof. Dr. SRI MULYANI,Ak.,ACPA.,CA.

Ada beberapa Tahap – tahap revolusi industri, yaitu sebagai berikut:

• 1800 : penemuan mesin uap mendorong munculnya kapal uap, kereta api, dll.

• 1900 : penemuan lisrik dan assembly line yang meningkatkan produksi barang.

• 2000 : inovasi teknologi informasi, komersialisasi personal computer, dll

• Sekarang : kegiatan manufaktur terintegrasi melalui penggunaan teknologi


wireless dan big data secara massif.

Ancaman:

5. Secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan
sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin
otomatis (Gerd Leonhard, Futurist);

6. Diestimasi bahwa di masa yang akan datang, 65% murid sekolah dasar di dunia akan
bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini (U.S.Department of
Labor report).

Peluang:

1. Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta
pekerjaan baru pada tahun 2025.

2. Terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga
industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari
tahun 2015-2025 (World Economic Forum).
Tantangan industry 4.0 dan society 5.0 era disrupsi teknologi seperti peran manusia
yang digantikan dengan mesin, robot, AI. Dengan memanfaatkan big data, AI, robotic,
yang diintegraksikan dalam berbagai aspek kehidupan (pemerintahan, pendidikan,
kesehatan, transportasi, industri, keuangan, dsb. ) dapat mendukung layanan dan
kenyamanan hidup manusia secara berkelanjutan.

Tata kelola pemerintahan termasuk perguruan tinggi yang modern, transparan dan
akuntabel memang harus mengurangi persinggungan orang per orang (person to person),
sehingga mengurangi dampak finansial yang kurang jelas. Dampak finansial yang
dimaksud bisa bersifat resmi maupun tidak resmi. Yang membahayakan jika dampak
finansial yang tidak diatur ini akan berakibat pada ekonomi biaya tinggi. Tata kelola yang
mengarah hal tersebut berbentuk tata kelola dan tata pemerintahan elektronik.

Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah lama memberlakukan model ini dengan


dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang
Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Kebijakan ini diniatkan
seperti yang dinyatakan pada poin 4.a : “…..pemerintah harus mengembangkan sistem
dan proses kerja yang lebih lentur untuk memfasilitasi berbagai bentuk interaksi yang
kompleks dengan lembaga-lembaga negara lain, masyarakat, dunia usaha, dan
masyarakat internasional”.

Hal ini diperkuat pada poin 5 yang menyatakan: “…….pemerintah dapat


mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-
sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja
yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk
menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus disediakan
oleh pemerintah. Dengan demikian seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia
usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi
dan layanan pemerintah secara optimal.”
Materi 4

Sistem Informasi Desa dan Kawasan

Narasumber : Solihin Nurodin, S.Sos.I.

Dasar Hukum

 UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

 UU RI No.6 tahun 2014 tentang Desa

 PP No.47 tahun 2015 tentang Perubahan atas PP No.43 tentang Peraturan


Pelaksanaan UU No.6 tahun 2014

 UU RI No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

 Instruksi Presiden No.3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government

 Nawacita Kabinet Kerja

Latar Belakang

Berawal dari penetapan Desa Prioritas Presiden sebanyak 222 Desa di 111 Kabupaten
yang ditetapkan oleh Kantor Staf Presiden pada tahun 2016.Badan Aksesibilitas
Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika yang
pada saat itu masih bernama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan
Informatika (BP3TI) telah mengembangkan sebuah sistem informasi yang bertujuan untuk
mewujudkan tata kelola pembangunan nasional berbasiskan desa dan kawasan yang dinamai
Platform Tata Kelola Desa pada tahun 2017 silam.

Manfaat bagi Pemerintahan Pusat

 Pembangunan Desa

 Penggunaan Dana
 Transparasi Anggaran

Manfaat bagi Pemerintahan Desa

 Pengelolaan Dana

 Pemetaan Potensi

 Peningkatan Akuntabilitas

SIDeKa Esksisting

Di gagas oleh BP2DK, SIDEKA sendiri mulai dikembangkan satu bulan setelah
BP2DK berdiri, yaitu pada Desember 2014. Menariknya, SIDEKA dikembangkan secara
gotong royong, persis sesuai dengan budaya yang hidup di perdesaan. Pengembangan ini
melibatkan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi dan pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun daerah

Pitur SIDeKa Eksisting

 Kependudukan, Sideka Kependudukan akan mengimpor data dasar kependudukan


dari SIAK Dukcapil.
 Keuangan, Sideka Keuangan akan menggunakan data yang diinput ke Siskeudes
BPKP.
 Pemetaan, Pemetaan wilayah desa yang di digitasi oleh pandu desa nya
 Website, berisi konten dan menampilkan data-data dari Sideka Dekstop
 Sinkronisasi, Data di Cloud dengan Sinkronisasi Offline-Online

Saat ini terdapat lebih dari 7000 (tujuh ribu) Desa yang telah terdata pada Platform
Tata Kelola Desa dan masih terus bertambah. Seiring dengan bertambahnya jumlah Desa
yang tergabung dalam Platform Tata Kelola Desa, berbagai permasalahan teknis dan non-
teknis berskala ringan maupun berat seringkali muncul dalam pemanfaatan Platform Tata
Kelola Desa ini. Komunikasi dan konsultasi diupayakan terus berjalan dalam rangka
memberikan pelayanan, meningkatkan pemahaman dan menyelesaikan permasalahan.
Materi 5
Peranan Komunitas dalam Penyelenggaraan E-Government
Oleh : Fajar Eri Dianto

Transformasi pemerintahan : digitalisasi system penegelolaan kepemerintahan mencakup


proses dan tahapan medernisasi proses kerja untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan
layanan masyarakat dan bisnis pada masyarakat

Digitalisasi layanan masyarakat : rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah


untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas barang, jasa, serta pelayanan administrative
yang dapat menjaminkan kepastian waktu, biaya dan proses pelayanan.

Berikut transformasi pemerintah yaitu

o pemerintah era lama ; posisi sebagai pelayan struktur yang tepusat prilaku yang
reaktif fokus pada produktifitas layanan umum.

o perubahan eksternal ; pada perubahan sosial dan perubahan teknologi.

o perubahan internal ; alat kerja, budaya kerja, pengukuran kinerja, ketrampilan

o tantangan pemerintah ; kecepatan perubahan ketangkasan manajemen perubahan,


harmonisasi regulasi, harmonisasi kebijakan

o upaya pemerintah ; kolaborasi, tingkatkan kepercayaan

o pemerintah masa depan ; posisi sebagai penyedia struktur kolaboratif, prilaku


proaktif.
Digitalisasi layanan masyarakat (e-service/e-citizens) :

7. Tumbuhkan kesadaran dan kepekaan Penyelenggara Pelayanan pada perubahan


kebutuhan masyarakat, mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada.

8. Maksimalkan penggunaan teknologi pendukung yang dapat di implementasikan


pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik

9. Tingkatkan kapasitas penyelenggara pelayanan dengan kemampuan yang


mendukung transformasi digital

10. Tingkatkan Kolaborasi dan kerjasama dengan Linstas Instansi / pihak swasta /
komunitas atas kebutuhan Digitalisasi Layanan Masyarakat

Support relawantik Indonesia :

5. Diskini bersama pada Proses Penemskenali kebutuhan, Design Flow dan


Perancangan layanan Digitalisasi

6. Pembangunan Layanan maupun aplikasi yang dibutuhkan oleh pemerintah

7. Pelaksanaan Edukasi dan Sosialisasi Pemanfaatan Aplikasi / Solusi pada Pengguna

8. Evaluasi dan Monitoring bersama terhadap pemanfaatan Solusi Digital

Anda mungkin juga menyukai