Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan
belajar. (Depdiknas, 2006:14).
Beberapa aspek yang bisa menjadi perhatian penilaian diantaranya adalah : (a) Aspek
akademik. Aspek akademik meliputi apa yang diketahui, dipahami, dan tersimpan dalam otak
siswa; (b) Aspek pemikiran. Aspek pemikiran meliputi kualitas penalaran, kerangka kerja
konseptual, penggunaan metode ilmiah dan pemecahan masalah serta kemampuan menyusun
argumentasi; (c) Aspek keterampilan. Aspek keterampilan meliputi keterampilan komunikasi
tulis dan lisan, keterampilan meneliti, keterampilan dalam mengorganisasi dan menganalisis
informasi dan keterampilan teknik; (d) Aspek sikap. Aspek sikap meliputi sikap suka belajar,
komitmen untuk menjadi warga Negara yang baik, kegemaran membaca, kegemaran berfikir
ilmiah dan sebagainya; dan (e) Aspek kebiasaan kerja. Aspek kebiasan kerja meliputi
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menggunakan waktu dengan bijaksana, bekerja sebaik
mungkin dan sebagainya.
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi
Dasar dan Indikator pada tiap – tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan
demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah –
pisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil belajar, dan Indikator mata pelajaran.
Prosedur Penilaian
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian
hasil belajar, yaitu :
1. Merumuskan atau mempertegas tujuan – tujuan pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil
belajar adalah mengukur tercapai-tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya
mempertegas tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan arah terhadap penyususnan alat –
alat penilaian.
2. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran. Hal ini
penting mengingat isi teks atau pertanyaan penilaian berkenaan dengan bahan pengajaran yang
diberikan. Penguasaan materi pengajaran sesuai dengan tujuan – tujuan pengajaran merupakan
isi dan sasaran penilaian hasil belajar.
3. Menyusun alat – alat penilaian, baik tes maupun non tes, yang cocok digunakan dalam menilai
jenis – jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran. Dalam penyusunan alat
penilaian hendaknya diperhatikan kaidah – kaidah penulisan soal.
4. Menggunakan hasil – hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk
kepentingan pendiskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran, kepentingan
bimbingan belajar, maupuan kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan. (Sudjana,
2008:9)
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui perencanaan, pengumpulan
informasi, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Secara teknis,
penilaian bisa dilakukan dengan cara – cara berikut :
1. Melihat kompetensi yang ingin dicapai pada kurikulum.
2. Memilih alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
3. Mempertimbangkan kondisi anak, manakala penilaian sedang berlangsung.
4. Penilaian dilakukan secara terpadu, dengan kegiatan belajar mengajar.
5. Penilaian dapat dilakukan dalam suasana formal maupun informal.
6. Memberikan petunjuk secara jelas dalam pelaksanaan penilaian dengan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami.
7. Membuat kriteria penskoran secara jelas sehingga tidak menimbulkan multitafsir.
8. Menggunakan berbagai bentuk dan alat untuk menilai beragam kompetensi.
9. Melakukan rangkaian aktivitas penilaian melalui: pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan,
pengamatan, dan sebagainya. (Muslich, 2007:80)
Untuk menyusun alat – alat penilaian (baik tes maupun non tes) ada beberapa langkah
yang harus ditempuh, yakni: (a) menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan
lingkup pertanyaan, terutama materi pelajaran, baik luasnya maupun kedalamannya; (b)
merumuskan tujuan intruksional khusus sehingga jelas betul abilitas yang harus dinilainya; (c)
membuat kisi – kisi atau blueprint alat penilaian; (d) menyusun atau menulis soal – soal
berdasarkan kisi – kisi yang telah dibuat; dan (e) membuat dan menentukan kunci jawaban soal.
Jenis Penilaian
Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihat dari segi alatnya terdiri atas tes dan bukan
tes (nontes). System penilaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional.
System penilaian tersebut kurang dapat menggambarkan kemajuan belajar peserta didik secara
menyeluruh, sebab biasanya hasil belajar peserta didik digambarkan dalam bentuk angka – angka
atau huruf – huruf di mana gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk
melengkapi gambaran kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh, perlu dilengkapi
dengan menggunakan teknik penilaian lainnya yaitu teknik bukan tes. Penilaian dengan
menggunakan teknik bukan tes disebut penilaian alternative (alternative assessment)
Penilaian alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman
dan kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh. Melalui penggunaan penilaian alternatif
ini, kemajuan belajar peserta didik dapat diketahui oleh guru dan orang tua, bahkan oleh peserta
didik sendiri. Hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis kelas bahwa penilaian
dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar (KMB) dan dilakukan dengan
cara pengumpulan kerja siswa (portopolio), hasil
Karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper dan
pencil test). Hasil penilaian pembelajaran tematik dengan cara tersebut berguna sebagai umpan
balik bagi peserta didik, memantau kemajuan dan diagnosis, masukan bagi perbaikan program
pembelajaran, mencapai kompetensi yang diharapkan, dan memberi informasi komunikatif bagi
masyarakat.
Beberapa kompetensi dan kemajuan belajar siswa tidak mampu diungkap hanya dengan
menggunakan tes. Untuk mendapatkan hasil penilaian yang otentik (sesuai dengan kenyataan
yang ada) telah banyak dikembangkan perangkat penilaian non tes. Beberapa perangkat penilaian
tes dan non tes yang telah banyak digunakan diantaranya adalah :
Penilaian Tes :
Pilihan ganda Essay
Jawab singkat Laporan/makalah
Jawab terbuka
Penilaian Nontes :
Pengamatan Kinerja
Wawancara Proyek
Portofolio Skala Afektif
Bagian terpenting yang paling mendasar dari penilaian adalah melibatkan pengamatan
siswa secara cermat dan sitematis dalam beragam konteks. Hanya dengan pengamatan seperti
itulah guru benar – benar menyadari akan perkembangan dan kemajuan siswa melalui tahap –
tahap perkembangan literasi. Pengamatan mesti berlangsung dalam situasi alamiah pada
lingkungan pembelajaran dan harus melibatkan tindakan mengawasi, menyimak, dan
berinteraksi dengan siswa. Guru memperhatikan dan mencatat perilaku yang diperlihatkan siswa
dan selanjutnya mempertimbangkan pengamatan mereka. Segala yang dikatakan dan dilakukan
seorang anak merupakan sumber informasi tentang perkembangan anak itu. (Lipton, 2005:170)
Selanjutnya penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara. Wawancara
dapat mengungkap pikiran siswa tentang bacaan dan tulisan. Dengan pemeriksaan khusus,
seorang guru seringkali dapat mengungkap pemahaman atau kesalahpahaman siswa tentang
literasi. Bila sebagian siswa tidak sepenuhnya menyadari tentang strategi apa yang mereka
gunakan ketika membaca atau menulis, pertanyaan wawancara akan membantu mereka untuk
semakin menyadari apa yang mereka pikirkan.
Contoh soal
1. Budi adalah seorang ….
2. Ani adalah seorang ….
1. Penilaian Pengamatan
Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis
terhadap tingkah laku peserta didik didalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai alat evaluasi
pengamatan dipakai untuk :
a. Menilai minat, sikap dan nilai – nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan;
b. Melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok.
Teknik yang digunakan adalah : daftar cek (check list) dan skala penilaian (assessment
scale)
a. Pengertian
Karakteristik portofolio sebagai penilaian adalah : (a) merupakan hasil karya siswa yang
berisi kemajuan dan penyelesaian tugas – tugas secara terus menerus dalam usaha pencapaian
kompetensi pembelajaran; (b) mengukur setiap prestasi siswa secara individual dan menyadari
perbedaan antara siswa; (c) merupakan pendekatan kerja sama; (d) mempunyai tujuan untuk
menilai diri sendiri; (e) memperbaiki dan mengupayakan prestasi; dan (f) adanya keterkaitan
antara penilaian dan pembelajaran.
b. Langkah – langkah Penilaian Portofolio
Agar portofolio menjadi bagian integral dari kegiatan pembelajaran di kelas, portofolio harus
direncanakan dengan hati – hati. Langkah – langkah yang dapat ditempuh antara laian adalah :
1. Memberi keyakinan kepada siswa bahwa portofolio merupakan milik mereka. Supaya siswa
terlibat dalam kerja aktif dan mendorong mereka untuk menilai diri sendiri, harus diyakinkan
bahwa portofolio merupakan milik dan upaya mereka bukan sekedar mengumpulkan hasil kerja
supaya mendapat nilai yang baik.
2. Menentukan contoh kerja apa yang akan dikumpulkan. Berbagai contoh kerja dapat
dikumpulkan, namun guru dapat memilih contoh kerja yang memudahkan mereka melihat
perkembangan atau kemajuan siswa dalam mencapai kompetensi tertentu.
3. Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja. Guru dapat mngajak siswa untuk menempatkan dan
menyimpan kumpulan hasil kerjanya. Karya setiap siswa dapat ditampung dalam sebuah map.
4. Menyusun rubrik. Supaya guru dapat menilai dengan adil karya siswa, guru perlu membuat
rubric yang memuat kriteria – kriteria karya yang diharapkan.
5. Menyusun jadwal. Perlu dilakukan penjadwalan misalnya berapa kali seminar dilakukan dan
kapan. Demikian pula dengan penyelenggaraan pameran/display.
6. Melibatkan orang tua siswa. Pada waktu yang tepat perlu dijelaskan kepada orang tua apa itu
portofolio dan manfaatnya. jika memungkinkan orang tua dapat diajak untuk mereview hasil
portofolio anaknya dengan harapan orantua terlbat lebih aktif dalam proses belaajar anaknya.
Dalam melaksanakan penilaian portofolio perlu diperhatikan beberapa hal penting, antara
lain : (a) siswa merasa memiliki portofolio sendiri; (b)menentukan secara bersama hasil kerja
yang akan dikumpulkan; (c)mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa dalam satu tempat;
(d) memberi tanggal pembuatan; (e) menentukan kriteria untuk menilai hasil kerja siswa; (f)
meminta siswa untuk menilai hasil kereja mereka secara berkesinambungan; (g)memberikan
kesempatan bagi siswa yang kurang untuk memperbaiki hasil karyanya dan menentukan waktu
penyelesaiannya; dan (h) bilamana dirasa perlu dapat dijadwalkan pertemuan dengan orang tua.
(Muslich, 2007:89)
Penugasan :
1. Setiap siswa membuat karangan pertama tentang pengalaman yang dialami minggu pertama.
Karangan ditulis dengan huruf sambung yang rapi pada sebuah buku atau diare. Guru menilai
dan memberikan masukan pada kkarangan pertama.
2. Setiap siswa membuat karangan kedua tentang pengalaman yang dialami minggu kedua.
Karangan ditulis dengan huruf sambung yang rapi dan diletakkan setelah karangan pertama.
Guru menilai dan memberikan masukan pada karangan kedua.
3. Setiap siswa membuat karangan ketiga tentang pengalaman yang dialami minggu ketiga.
Karangan ditulis dengan huruf sambung yang rapi dan diletakkan setelah karangan kedua. Guru
menilai dan memberikan masukan pada karangan ketiga.
Aspek penilaian:
Peingkatan hasil karya (keruntutan isi, penggunaan huruf sambung, kerapian). Peningkatan usaha
perbaikan (proses).
No Nama Aspek penilaian skor
Siswa Peningkatan hasil karya Peningkatan
Keruntutan Huruf Kerapian usaha
isi sambung
1 Siswa A 20 25 20 25 90
2
3
4
5
Kriteria Penilaian :
a. Peningkatan keruntutan isi : 0 – 20
b. Peningkatan penggunaan huruf sambung : 0 – 30
c. Peningkatan kerapian : 0 – 20
d. Peningkatan usaha : 0 – 30
Sebelum melakukan penilaian portofolio, maka masing – masing karangan telah dinilai dengan
penilaian produk pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung, dan kerapian. Misalnya
siswa A mendapatkan skor 30, 20, 20, pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung dan
kerapian untuk karangan pertama, 35, 25, 25 pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf
sambung dan kerapian untuk karangan kedua dan 40, 25, 25 pada aspek keruntutan isi,
penggunaan huruf sambung dan kerapian untuk karangan ketiga dan terdeteksi bahwa usaha
yang dilakukan berdasarkan masukan guru sangat bagus, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pada keruntutan isi dengan skor 20 (tertinggi), peningkatan penggunaan huruf
sambung dengan skor 25, peningkatan kerapian sehingga bisa dibaca orang lain dengan skor 20
dan peningkatan usaha skor 25. Dengan demikian skor total siswa A adalah 90.
3. Penilaian Kinerja
a. Penertian
Menurut Masnur Muslich (2007:80) penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian ini biasanya
digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi,
pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat music, dan
aktivitas olahraga. Karakteristik dari tes kinerja ada dua : 1) peserta tes diminta untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam
suatu aktivitas (perbuatan) seperti melakukan eksperimen, praktik, dan sebagainya. 2) Produk
dari tes kinerja kebih penting dari pada perbuatan atau kinerjanya.
Tes kinerja dapat dimanfaatkan misalnya untuk mengukur kemampuan membaca, kegiatan
olahraga. Idealnya guru harus dapat mengamati keseluruhan kinerja siswa. Jika jumlah siswa
terlalu banyak perlu alternatif dengan membuat tabel – tabel pengamatan yang praktis.
Keterangan :
1 = kurang sekali
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = baik sekali
Kriteria :
1. Penampilan (mimik, sikap, gerakan anggota tubuh): 0 = kurang; 20 = sedang; 40 = baik.
2. Pelafalan dan intonasi (kejelasan dan kebenaran pelafalan serta ketepatan imtonasi): 0 = kurang;
15 = sedang; 30 = baik.
3. Keneranian, 0 = tidak berani; 15 = kurang berani; 30 = berani.
4. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Penilaian sikap sebagai penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu
objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain: (a)
observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian; (b) pertanyaan langsung,
misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru; dan (c) laporan pribadi. (Muslich,
2007:89)
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan, dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis
kategori ranah afektif, antara lain: (a) receiving/attending, kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) yang datang dari luar; (b) responding, reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar; (c) valuing, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
stimulasi; (d) organisasi, pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, dan (e)
karakteristik nilai atau internalisasi nilai. Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. (Sudiana, 2003:30)
Dalam penilaian afektif guru tentunya mengharpkan agar siswa merespon skala likert secara
sungguh-sungguh. Agar tidak terjadi kendala dalam menentukan respon sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Siswa tidak perlu mencantumkan namanya dalam lembar penilaian afektif.
5. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol
proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu. Kerja praktik atau
kualitas estetik dari sesuatu yang mereka produksi, contoh : kerja artistik ( menggambar,
melukis, kerajinan ), makanan, pakaian, produk yang terbuat dari kayu, metal, plastic, keramik.
(Muslich,2007:85)
Penilaian produk menilai siswa dalam : (a) bereksplorasi dan mengembangkan gagasan
dalam mendisain, (b) memilih bahan-bahan yang tepat, (c) menggunakan alat, (d) menunjukkan
inovasi dan kreasi, dan (e) memilih bentuk dan gaya dalam karya seni.