CTH 4
CTH 4
Mioma Uteri
Disusun Oleh :
Adi Tri Pamungkas
07120110054
Pembimbing :
dr. Henny A.P, spOG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN PELITA HARAPAN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Presentasi Kasus ini.Tugas ini
berisi pembahasan mengenai Mioma Uteri. Dalam penyusunannya kami
menggunakan beberapa referensi baik yang bersumber dari buku ataupun
artikel dari internet. Dengan demikian kami berharap tugas ini dapat memenuhi
kebutuhan para pembaca.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini. terutama kepada pembimbing
sekaligus moderator dr. Henny A.P, spOG yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi
kesempurnaan presentasi laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan bagi
pengembangan ilmu di bidang kedokteran.
1
Penulis
2
Daftar Isi
Status Pasien.............................................................................................................3
Indendtitas Pasien.....................................................................................3
Anamnesis....................................................................................................3
Pemeriksaan Fisik.....................................................................................5
Pemeriksaan Penunjang.........................................................................8
Resume..........................................................................................................10
Diagnosis......................................................................................................10
Penatalaksanaan.......................................................................................11
Prognosis.....................................................................................................12
Analisa Kasus..........................................................................................................13
Anamnesis...................................................................................................13
Faktor Resiko………....................................................................................14
Pemeriksaan penunjang.........................................................................14
Diagnosis......................................................................................................14
Tatalaksana.................................................................................................14
Tinjauan Pustaka...................................................................................................16
Daftar Pustaka........................................................................................................37
3
Bab I
Status Pasien
I. Identitas pasien
II. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis pada hari Senin 12 November
2015
Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada perutnya sejak 5 tahun SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada perut bagian bawah
sejak 5 tahun yang lalu. Awal muncul keluhan, pasien merasakan nyeri
pada perut bagian bawah dan teraba adanya benjolan. Kemudian pasien
melakukan USG di klinik dekat rumahnya dan dinyatan adanya masa pada
uterus pasien dengan ukuran 10x10cm. Keluhan nyeri perut kemudian
hilang sejak 1 bulan setelah pasien mengetahui penyakitnya tersebut.
Pasien tidak mau untuk dioperasi dan diobati karena takut akan operasi.
Sejak 2010 hingga bulan november tahun 2015 pasien menyangkal adanya
4
nyeri perut, perut terasa tertekan, dan tidak ada keluhan pada saat buang
air kecil dan air besar. Nafsu makan baik. Pasien mengaku tidak ada
demam. Pasien mengatakan benjolan pada perutnya semakin membesar
hingga berada kurang lebih 5 cm diatas pusar pada bulan november 2015.
Benjolan dirasakan tidak nyeri.
Pasien mengaku sudah berhenti menstruasi sejak 2 tahun lalu.
Tetapi pada tanggal 12 Agustus 2015 pasien mengatakan bahwa adanya
perdarahan yang keluar dari vaginanya seperti menstruasi,tidak terdapat
nyeri, sehari pasien menganti pembalutnya sebanyak 2 kali, dan lama
waktu perdarahannya adalah 5 hari. Lalu pasien datang ke poli RSPAD dan
direncanakan untuk dilakukan operasi. Pasien menyangkal adanya bercak
darah atau perdarahan yang keluar setelah pasien berhubungan badan
dengan suaminya.
Riwayat Kebidanan
Riwayat haid: Menarche usia 19 tahun. Siklus haid teratur selama 28
hari. Lamanya haid 5 hari. Banyaknya darah kurang lebih 40cc/hari,
pasien mengatakan ganti pembalut 3-4 kali/hari .Pasien mengaku
tidak merasa nyeri saat haid. Pasien mengatakan bahwa iya sudah
tidak haid selama 2 tahun terakhir ini. Tetapi pada tangal 12
agustus 2015 adan perdarahan melalui vagina selama 5 hari dengan
jumlah sama dengan haid sebeumnya.
Riwayat kehamilan sebelumnya: pasien sudah menikah sejak usia
28 tahun dan sudah mempunyai 3 anak. Anak pertama lahir pada
saat pasien berusia 30 tahun. Kehamilan dan persalinan normal.
Persalinan dibantu oleh bidan. Pemberian ASI eksklusif setiap anak
kurang 6 bulan sampai 1 tahun
Riwayat KB: Pasien mengaku menggunakan kontrasepsi suntik
selama 3 tahun, yaitu tahun 2006-2009.
5
Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi
obat (-).
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
Diabetes Mellitus (-), hipertensi (+), penyakit jantung (-), kelainan
pembekuan darah (-). Pada keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
seperti ini.
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi (RSE) :
Pasien mengaku D3. Pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Pasien tidak pernah memeriksakan dirinya ke puskesmas, klinik atau
dokter setempat. Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Status general :
Kepala
Normochepali
Tidak tampak adanya deformitas
Mata
Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
Conjunctiva anemis +/+
Sklera tidak tampak ikterik
Pupil: isokor
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
6
Septum : terletak ditengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis
Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan
Telinga
Daun telinga : normal
Liang telinga : lapang
Membrana timpani : intak
Nyeri tekan mastoid : tidak ada
Sekret : tidak ada
Leher
JVP : (5+2) cm H2O
Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Trakea : letak di tengah
Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan nafas statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis
sinistra, ICS 5
7
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis
sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak membuncit, tampak masa
pada regio umbilical dan regio hypogastric
abdomen. Masa tampak 3 cm diatas umbilicus
8
- Inspekulo : Portio licin, livid (-), ostium tertutup, fluor
albus tidak ada, fluxus tidak ada
- Periksa Dalam : Uterus membesar, pool atas setinggi 3 cm
diatas pusat, masa kurang lebih sebesar bola sepak. Portio licin, kenyal,
oue menutup. Adneksa kanan dan kiri tidak teraba masa. Nyeri tekan
(-). Parametrium lemas.
V. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan Rontgen
o Rontgen Thoraks PA
Tulang tulang intak
Lengkung hemidiafragma dan sinus kostofrenikus baik
Jantung membesar, CTR>50%
Aorta elongasi, mediastinum superior tidak melebar
Trakea di tengah, kedua hilus tidak menebal
Coracan bronkovaskular ke dua paru baik
Tak tampak infiltrate/nodul pada kedua lapang paru
Kesan : Kardiomegali dengan aorta elongasi.
9
- Pemeriksaan USG
10
V. RESUME
Uraian Pembedahan :
o Pasien telentang dalam anastesi spinal, konversi menjadi GA
o Asepsis dan antisepsis daerah lapang oprasi dan sekitarnya
11
o Insisi mediana hingga 2 jari diatas pusat
o Dinding abdomen dibuka lapis demi lapis hingga tampak
peritoneum
o Peritoneum dibuka dengan tajam, tampak masa berukuran +-
30cmx20cm, permukaan licin dengan bagian bertangkai
o Dilakukan eksplorasi masa. Sumber masa berasal dari fundus uteri
dengan kesan mioma uteri subserosum bertangkai, dilakukan
miomektomi, tangkai dijepit di pangkal dekat fundus uteri,
dipotong dan diikat hemostasis dilanjutkan jahitan dinding serviks
uteri dengan jelujur dengan benang vicryl No 1.
o Uterus besar sebesar telur ayam, kedua ovarium atrofi, tuba dan
adneksa dalam batasa normal
o Diputuskan untuk dilakukan HTSOB
o Lig. Rotundum diekksplorasi,dijepit dan dipotong dan diikat dengan
benang vicryl no 1
o Lig. Infundibulopelvikum dieksplorasi, dijepit dan dipotong dan
diikat dengan benang vicryl no 1Plika vesikouterina dibuka,
kandung kemihdisisihkan ke bawah
o Arteri dan vena uterine dieksplorasi, dijepit , dipotong dan diikat
o Uterus dipotong setinggi vagina. Tunggul vagina dijahit hemostasis
dengan jelujurdan dilakukan reperitonisasi
o Dipastikan tidak ada perdarahan aktif. Rongga abdomen dicuci
dengan NaCl +- 2000cc
o Perdarahan +- 500cc, urin 200cc sedikit kemerahan
12
Planning
- Medikamentosa
o ceftriaxone IV
o Ketorolac IV
o Asam tranexamat IV
- Non-Medikamentosa
o Mobilisasi bertahap
o Perawatan luka
VI. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
13
Bab II
Pembahasan
1. Anamnesis
Dari anamnesis pada pasien ini didapati pasien mengeluhkan adanya nyeri
pada perut bagian bawah pada tahun 2010 pada saat pertama kali pasien
mengetahui bahwa di perutnya terdapat masa. Nyeri hanya berlangsung kurang
lebih 1 bulan yang lalu menghilang hingga dilakukan operasi pada pasien tahun
2015. Menurut beberapa sumber, gejala klinis pada mioma uteri tidak
menyebabkan adanya keluhan nyeri. Pada pasien ini keluhan nyeri didapati
karena adanya mioma uteri subserosum bertangkai. Mioma uteri dengan tangkai
dapat menyebabkan keluhan nyeri karena dapat terjadi adanya torsi dari tangkai
mioma tersebut5. Selain itu pada mioma subserosum , dapat terjadi degenerasi
merah yang bias mengiritasi peritoneum dan menyebabkan rasa sakit pada
abdomen. Tetapi degenerasi merah sangat jarang terjadi dan kebanyakan terjadi
pada ibu hamil8.
Pada pasien ini juga ditemukan adanya perdarah yang keluar melalui vagina
diluar siklus menstruasi. Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien
mioma uteri dan perdarahan abnormal ini bila terjadi secara kronis dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi1. Gejala klinis hanya terjadi pada 35%-50%
penderita mioma1. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang
mioma ini berada, ukuran tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi .
Hampir sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di
dalam uterusnya. Keluhan perdarahan pervaginam pada pasien ini,
kemungkinan bukan akibat dari mioma yang dideritanya. Karena mioma yang
ditemukan pada pasien ini adalah mioma subserosa bertangkai. Mioma
subserosa bertangkai tidak mennyebabkan terjadinya abnomal uterine bleeding,
karena mioma tumbuh ke arah luar uterus atau kearah rongga perut, bukan
kearah kavum uteri5.
14
2. Faktor Resiko
Faktor resiko yang ditemukan pada pasien ini adalah umur yang melebihi
40 tahun. Pasien pertama kali menyadari danya benjolan pada perut bagian
bawah dan terdapat nyeri perut pada umur 45 tahun. Menurut penelitian
yang dilakukan Parker, wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma
uteri dalam usia 40-an, tetapi masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri
yang terjadi disebabkan oleh peningkatan formasi atau peningkatan
pertumbuhan mioma secara sekunder terhadap perubahan hormon pada
usia ini5.
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Diagnosis
5. Penatalaksanaan
15
600.000 operasi histerektomi pertahun dilakukan di Amerika karena kasus
dengan keluahan mioma uteri. Dari jumlah itu,55% nya melakukan bilateral
oophorectomy profilaksis pada saat yang bersama dengan histerektomi,
walaupun hanya kurang dari 5% yang memiliki resiko tinggi terhadap kanker
payudara dan kanker ovarium12. HTSOB dilakukan sebagai langkah untuk
profilaksis dari kanker payudara dan kanker ovarium. Oophorectomy saat
histerektomi dapat mengurangi resiko payudara sebesar 20%-50% jika
dilakukan pada usia muda. Walaupun etiologi dari mioma uteri belum diketahui
secara pasti, esterogen dan progesteron diketahui berpengaruh pada
pertumbuhan mioma uteri, dan mioma uteri mengecil pada saat menopasue 13.
Paparan esterogen dan progesteron juga merupakan sebagai faktor resiko dari
kanker payudara. Jadi ada hubungannya ketika seseorang menderita mioma
uteri dengan adanya resiko untuk terkena kanker payudara karena kedua
penyakit ini memiliki faktor resiko yang hampir sama.
16
Bab III
Tinjauan Pustaka
Mioma Uteri
1. Definisi
Mioma uteri atau yang dapat disebut fibromioma, leiomioma, dan fibroid
merupakan sebuah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim
dan jaringan ikat disekitarnya1. Mioma uteri berbatas tegas, memiliki pseudo
kapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat
berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak
jika otot rahimnya yang dominan (Sozen, 2000) .
2. Anatomi Uterus
Uterus merupakan organ yang berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit
gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di
belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57 gram1.
17
janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara,
18
19
2.1. Pembagian Uterus
1. Fundus Uteri : Bagian uterus yang proksimal yang terletak antara kedua
pangkal saluran telur.
2. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Serviks: Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.
20
Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sakrum kiri dan kanan.
Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antefleksi, berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat.
Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan
tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena
ovarika.
21
3. Epidemiologi
4. Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma
uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah
pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.
Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon
estrogen. Beberapa peneliti menyimpulkan penyebab mioma uteri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, berdasarkan faktor hormonal, faktor genetik,
faktor pertumbuhan, dan biologi molekular dari tumor itu sendiri 5. Faktor yang
diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah
abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara
kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada
kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-
22
perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor
(growth factors) 5.
5. Faktor Resiko
Usia
Endogenous Hormonal
Riwayat Keluarga
Etnik
23
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai
mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan
etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri
setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak
mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan
Afrika-Amerika menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan
mempunyai mioma yang lebih banyak dan lebih besar serta lebih menunjukkan
gejala klinis. Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah
kerana masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen,
metabolisme estrogen, diet, atau peran faktor lingkungan. Walaupun demikian,
pada penelitian terbaru menunjukkan Val/Val genotype dari enzim essensial
untuk metabolisme estrogen,catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui pada
47% wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih.
Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini
menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri
dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi5.
Berat Badan
Diet
24
Sebuah studi yang melaporkan, makanan seperti daging sapi, daging merah
atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa
menurunkannya. Studi ini sulit diinterpretasikan karena pada studi ini tidak
menghitung jumlah kalori, dan asupan lemak. Tidak jelas apakah vitamin, serat,
atau phytoestrogen yang menyebabkan efek tersebut.
Olah Raga
Mantan atlet didapati pada penelitian sekitar 40% lebih rendah untuk
beresiko menderita mioma dibandingkan dengan non-atlet. Tidak jelas
perbedaan ini dihasilkan oleh efek dari olah raga atau rendahnya androgen dari
esterogen pada tubuh yang ideal5.
Merokok
25
6. Patogenesis
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini,
tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor
hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak
ini 5
. Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka
kejadiannya rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarche1. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh
stimulasi hormon estrogen6. Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada
mioma uteri lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal.
Bagi Meyer dan De Snoo, mereka mengajukan teori Cell nest atau teori
genitoblast. teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus
terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda yang terangsang) dan
estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus). Menurut Meyer asal
mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Percobaan
Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat
lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian
preparat progesteron atau testosteron. Apakah estrogen secara langsung
memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai mediator masih menimbulkan
silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali mediator didalam
mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor – 1 ( IGF – 1 ),
connexsin – 43 – Gap junction protein dan marker proliferasi.
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator
dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih
belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase
dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler.
Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi
26
somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid
seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal
dalam proses pertumbuhan tumor
Tidak ada bukti yang kuat yang mengatakan bahwa esterogen menjadi
penyebab mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor
pertumbuhan miomatosa. Konsentrasi reseptor esterogen dalam jaringan mioma
memang lebih tinggi dibandingan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih
rendah dibandingkan dengan endometrium. Mioma tumbuh cepat saat penderita
hamil atau terpapar esterogen dan mengecil atau menghilang setelah
menopause. Walaupun progesterone dianggap sebagai penyeimbang esterogen
tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten.
Degenerasi Jinak
o Atrofi : Ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi
setelah menopause atau setelah persalinan.
o Degenerasi Hialin : Terjadi pada mima yang telah matang, dimana
bagian yang semula aktif tmbuh kemudian terhenti akibat hilangnya
pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak
atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya
degenerasi hialin. Degenerasi hialin merupakan degenerasi yang
paling banya terjadi (60%) diantara degenerasi lainnya7.
27
o Degenerasi Kistik : Setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut akan
berlanjut dengan cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya
menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian
tersebut dapat menyebaban keluarnya cairan kista ke kavum uteri,
kavum peritoneum, atau retroperitoneum.
o Degenerasi Kalsifikasi : Disebut juga degenerasi kalkareus yang
umumnya mengenai mioma subserosa yang sangat rentan terhadap
defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan pengendapan kalsium
karbonat dan fosfat dalam tumor
o Septik : Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami
nekrosis dibagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang
ditandai dengan adanya nyeri, kaku dinding perut dan demam.
o Carneous : Disebut juga dengan degenerasi merah yang diakibatkan
oleh trombosis yang diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan
perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna pada mioma.
Degenerasi jenis ini, seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan
karena kecepetan pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih
diprioritaskan sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi
degenerasi aseptik dan infark. Degenerasi ini disertai dengan rasa
nyeri tetapi akan menghilang sendiri (self limiting). Terhadap
kehamilannya sendiri, dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi
diseminata intravaskuler.
o Miksomatosa : Disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah
proses degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan
umumnya asimtomatik.
Degenerasi ganas
o Transformasi kearah keganasan (menjadi miosarkoma) Terjadi pada
0,1%-0,5% penderita mioma uteri.
7. Klasifikasi
7.1 Subserosa
28
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai1. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum
latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar
akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan
ementum di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih
dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus,
sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam
rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
7.2 Intramural
7.3 Submukosa
29
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa
yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina,dikenal dengan nama “mioma geburt” atau mioma yang di lahirkan,
yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark.
Gejala klinis hanya terjadi pada 35%-50% penderita mioma 1. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, ukuran
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi . Hampir sebagian besar
penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya,
terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Gejala klinis yang dapat terjadi
pada mioma uteri adalah :
30
Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan
perdarahan abnormal ini bila terjadi secara kronis dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi1. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Antara penyebab
perdarahan ini adalah:
o Nyeri
o Efek Penekanan
31
menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia.
Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna,perlekatannya
dengan omentum dapat menyebabkan strangulasi usus. Semua efek penekanan
ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan
MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma
terhadap kavum uteri1.
9. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
32
Pada Pemeriksaan darah lengkap didapati adanya anemia. Anemia
merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi
Histeroskopi
MRI adalah suatu cara pemeriksaan yang paling baik untuk mengevaluasi
ukuran, posisi dan jumlah mioma dan MRI merupakan pilihan yang tepat untuk
menentukan sejauh mana mipma submukosa telah berpenetrasi ke
miometrium4. Keuntungan dari MRI itu sendiri adalah hasilnya tidak tergantung
pada tehnik oprator untuk mengoprasikan MRI dan rendahnya varibialitas
interpretasi antar oprator jika dibandingkan dengan USG4.
10.Diagnosa Banding
33
Diagnosa banding yang perlu dipikirkan adalah tumor abdomen di bagian
bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma
intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma,
karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri1.
11.Penatalaksanaan
Konservatif
Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih
besar dari kehamilan 10 – 12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi
torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi 5. Observasi dilakukan setiap
3-6 bulan sekali. Selain itu bila terjadi anemia maka pasien dapat diberikan zat
besi atau PRC bila hb < 8.
Medikamentosa
Tetapi efek terapi dari GnRha bersifat sementara, ketika tidak dilanjutkan
dalam beberapa siklus maka besarnya mioma akan kembali seperti sebelum di
terapi. Adjuvan terapi dilakukan pada 3-4 bulan pemberian GnRHa sehingga
dapat mengecilkan ukuran dari mioma, danmempermudah jalannya oprasi
dengan sedikitnya adanya perdarahan8. Selain hasil yang cukup baik dari
pengecilan mioma setelah pemberian GnRHa, penggunaan GnRHa dapat
menimbukan efek samping jangka pendek dan dalam jangka panjang seperti
34
gejala postmenopausal dan osteoporosis. Nyeri pada pelvis dapat muncul saat
adanya pengecilan dari mioma ketika dilakukan pengobatan dengan GnRHa 8.
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uteri
yang diberikan analog GnRH leuprorelin asetat selama 6 bulan, ditemukan
pengurangan volume uterus rata-rata 67 %, ,pada 90 wanita didapatkan
pengecilan volume uterus sebesar 20 %, dan pada 35 wanita ditemukan
pengurangan volume mioma sebanyak 80 %.
Terapi Pembedahan
Miomektomi
35
kemihnya sedangkan pada pasien dengan miomektomi tidak 8. Walaupun
demikian, wanita dengan mioma yang besar, jumlah mioma yang banyak dan
wanita dengan riwayat miomektomi yang berulang , sebaiknya disarankan untuk
melakukan histerektomi. Selain itu, wanita dengan riwayat miomektomi dengan
mioma multipel memiliki kecendrungan untuk munculnya mioma kembali jika
dibandingkan dengan wanita dengan riwayat miomektomi dengan 1 mioma 8.
Ada beberapa teknik miomektomi yang dilakukan yaitu
36
saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi
wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya9.
Histerektomi
37
dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang
mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi
pervaginam tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien
dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska
operasi lebih minimal10.
12.Prognosis
38
Daftar Pustaka
39
2. Victory R, Romano W, Bennett J, Diamond M. Clinical Gynecology. Churchill
Livingstone, an imprint of Elsevier Inc. 2006. 179-205.
3. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi II. Jakarta : Bina Pustaka, 2005.
337- 345.
4. Parker WH. Etiology, symptomatology, and diagnosis of uterine
miomas.Fertility and Sterility.Vol. 87, No. 4, April 2007. p725-3
5. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds.
Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England – New
Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 1 – 8
6. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds.
Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England – New
Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 1 – 8
7. Okizuka H, Sugimura K, Takemori M, Obayashi C, Kitao M, Ishida T. MR
detection of degenerating uterine leiomyomas. J Comput Assist
Tomogr. 1993;17:760–766
8. Wallach, Edward E., and Nikos F. Vlahos. 'Uterine Myomas: An Overview
Of Development, Clinical Features, And Management'. Obstetrics &
Gynecology 104.2 (2004): 393-406. Web.
9. Hadibroto Budi R, 2005. Mioma uteri. Dalam: Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 38,No.3,September 2005: 255-260
10. Johnson N, Barlow D, Lethaby A, Tavender E, Curr L, Garry R. Methods of
hysterectomy: systematic review and meta-analysis of randomised
controlled trials. BMJ 330,1478–1486 (2005).
11. Grover CM, Kupperman M, Kahn JG, Washington AE. Concurrent
hysterectomy at bilateral salpingooophorectomy. Benefits, risks and
costs. Obstet. Gynecol. 88,907–913 (1996).
12. Larson, C. A. "Evidence-based Medicine: An Analysis of Prophylactic
Bilateral Oophorectomy at Time of Hysterectomy for Benign Conditions."
Current Oncology Curr. Oncol. 18.1 (2011): n. pag. Web.
13. Nichols, H. B., K. Visvanathan, P. A. Newcomb, J. M. Hampton, K. M. Egan, L.
Titus-Ernstoff, and A. Trentham-Dietz. "Bilateral Oophorectomy in
Relation to Risk of Postmenopausal Breast Cancer: Confounding by
Nonmalignant Indications for Surgery?" American Journal of
Epidemiology 173.10 (2011): 1111-120. Web.
40
41