Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASETIKA

“PEMBUATAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI

DENGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI”

Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah yang di ampu oleh :

Apt. Hayatun Nufus, S.Farm.,M.Farm

Disusun Oleh:

Qonitah Khalda 1948301020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN GENESIS MEDICARE

DEPOK

2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan ekstraksi maserasi simplisia daun jambu biji
1.2 Dasar Teori
Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi ke dalam pelarutdan setelah pelarut diuapkan maka zat
aktifnya akan diperoleh (Adrian, 2000).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan meliputi :
 Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung
dipanas kan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel
yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.
 Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet
dengan cara cairan penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke
kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara
sederhan adengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar
dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak
dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat simplisia, baik simplisia dengan zat
khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5
hari, sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen
kimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang
berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya.
Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara
sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening.
Sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring
untuk mendapat maseratnya. (Manitto, 2001)
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian
simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam
bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang
diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambahkan
cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh
sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk,
terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan
(Moelyono,1996)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)


Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrales
Suku : Mytaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L. (Anonim, 1986)

Kandungan kimia, khasiat dan manfaat

a. Kandungan kimia

Menurut Sudarsono dkk (2002), daun jambu biji mengandung flavonoid,


tanin (17,7%), fenolat (573,3 mg/g) dan minyak atsiri. Daun jambu biji
(Psidium guajava L.), mengandung flavonoid yang dinyatakan sebagai
kuersetin. Kuersetin memiliki aktivitas menghambat enzim reverse
transcriptase yang berarti menghambat pertumbuhan virus RNA dan
memiliki titik lebur 31oC, sehingga kuersetin tahan terhadap pemanasan.
Gambar 1. Kuersetin
b. Khasiat dan Manfaat

Daun jambu biji dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bahan obat. Daun
jambu berkhasiat untuk mengobati sariawan, diare dan radang lambung.
Efek farmakologis dari daun jambu biji yaitu antiinflamasi, antidiare,
analgesik, antibakter, antidiabetes, antihipertensi dan penambah trombosit.
Indarini (2006) menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji yang
mempunyai potensi antioksidan adalah daun jambu biji berdaging buah
putih yang diekstrak dengan etanol 70 % secara maserasi.

2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan
belum mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia tumbuhan obat
merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak baik sebagai bahan obat
atau produk. Berdasarkan hal tersebut, maka simplisia dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau
mineral. Untuk menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari
cemaran. Pada umumnya melakukan tahapan kegiatan seperti sortasi basah,
pencucian, peranjangan pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan.
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa
zat aktif yang semula berada di dalam sel tanaman ditarik oleh cairan hayati.
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah tanaman dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi
dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak dari tanaman. Sifat dari bahan
mentah tanaman merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan
dalam memperoleh metode ektraksi ( Harbone.J.B,1999 ). Pada umumnya
peyarian akan bertambah baik apabila permukaan serbuk simplisia yang
bersentuhan dengan penyari luas. Metode penyarian yang umum digunakan
yaitu maserasi, perkolasi, soxhcletasi, dan sebagainya. Pemilihan
disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik
( Anonim, 1986 ).
2.4 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan
menyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Penyari
dengan etanol dengan cara maserasi atau perkolasi (Anonim, 1979). Ekstrak
tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai
bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan
antara masih perlu diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat tunggal atau
campuran ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi berarti ekstrak yang
berada dalam sediaan obat yang siap digunakan oleh konsumen (Anonim,
2000).
2.5 Metode Ekstraksi
2.5.1 Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru hingga semua pelarut tertarik dengan sempurna ( exhaustive
extraction ), umumnya dilakukan pada suhu kamar. Tahapn perkolasi yaitu
penetesan pelarut serta penampungan perkolatnya hingga didapat volume 1
sampai 5 kali jumlah bahan. Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara
perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut, kecepatan alir pelarut dan
suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus karena dapat pori-pori
saringan perkolator (Depkes RI,2000).
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut
(perkolator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan
pengekstraksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas akan mengalir turun
secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar.
Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi
proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi
ekstraksi sempurna dari simplisia, maka pada perkolasi memungkinkan
terjadinya ekstraksi total (Voight, 1995).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan cara maserasi, karena :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang
terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meingkatkan perbedaan konsentrasi.
2.5.2 Maserasi
Maserasi adalah metode ekstraksi dengan prinsip pencapaian
kesetimbangan konsentrasi, menggunakan pelarut yang direndam pada
simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu pengadukan secara konstan maka
disebut maserasi kinetik. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar,
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi. Kekurangan metode ini, butuh
waktu yang lama dan memerlukan pelarut dalam jumlah banyak. Sedangkan
keuntungannya adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, stirak dan bahan sejenis yang mudah mengembang. Bila cairan
penyari yang digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat
ditambahkan pengawet pada awal penyarian.
Maserasi dapat dimodifikasi dengan beberapa metode yaitu digesti,
maserasi dengan pengaduk, remaserasi, maserasi melingkar.
2.5.3 Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Soxhlet dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi
diletakkan dalam kantung ekstraksi. Wadah gelas yang mengandung
kantung diletakkan diantara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik
dan dihubungkan dengan pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang
menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran balik melalui pipet yang
berkondensasi di dalamnya. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan
setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke
dalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui
penguapan bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995).
2.5.4 Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes RI, 2000).
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat
- Ayakan/ Saringan - Maserator
- Baskom - Panci
- Batang Pengaduk (Sumpit) - Pecahan Bata/ Genteng
- Blender - Pisau
- Corong - Talenan
- Gelas Ukur - Timbangan Analitik
- Gunting - Tissue
- Kain Hitam - Wadah Ekstrak
- Kain Penutup - Wadah Simplisia
b. Bahan
- Daun Jambu Biji
- Aquadest
- Ethanol 70%
3.2 Cara Kerja
a. Proses Pembuatan Simplisia Daun Jambu Biji
1. Pengumpulan bahan baku
Dengan mengumpulkan daun jambu biji yang dipetik secara langsung
dengan alat seperti gunting
2. Sortasi basah
Dengan memisahkan bahan-bahan asing yang tidak berguna atau berbahaya
saat pembuatan simplisia
3. Pencucian
Membersihkan daun jambu biji dengan menggunakan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroorganisme yang menempel
pada bahan
4. Pengubahan bentuk (pengirisan)
Pengubahan bentuk dilakukan untuk memperluas permukaan sehingga lebih
cepat kering tanpa pemanasan yang berlebihan.
5. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari langsung dengan ditutupi
kain hitam
6. Sortasi kering
Memisahkan benda asing, seperti bagian-bagian yang tidak diinginkan dan
kotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada daun jambu biji
b. Proses Maserasi
1. Simplisia yang telah kering diblender/digiling hingga menjadi serbuk, lalu
diayak
2. Simplisia yang sudah diayak lalu ditimbang, dan diperoleh bobot 18,08
gram.
3. Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana/wadah, kemudian diisi
dengan sejumlah pelarut (sejumlah 10x dari berat simplisia) sehingga
seluruh simplisia terendam oleh pelarut.
4. Serbuk simplisia yang terendam dalam bejana/ toples / wadah/ diaduk
hingga seluruh permukaan serbuk dibasahi oleh pelarut.
5. Bejana/ toples/ wadah ditutup dan simplisia direndam sambil sesekali
diaduk selama 10 menit selama 5 hari
6. Hasil maserasi disaring menggunakan corong dan kertas saring/tissue,
kemudian ditampung menggunakan botol penampung.
7. Pengukuran ekstrak yang didapat. Hasil filtrat yang tersaring didapatkan
sebanyak 100 ml
8. Setelah didapatkan ekstrak daun jambu biji yang cair, selanjutnya
dipanaskan di atas penangas air
9. Selama penguapan ekstrak harus tetap diaduk hingga diperoleh ekstrak
kental atau cara lain dengan menggunakan rotary vacuum evaporator hingga
menjadi ekstrak kental
10. Lalu timbang hasil ekstrak kental daun jambu biji yang didapat.

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Berat simplisia ( gram ) Berat ekstrak ( gram ) % rendemen


18,08 g 9g 49,77 %

4.2 Perhitungan

Berat ekstrak
% Rendemen= x 100 %
Berat simplisia
9 gram
¿ x 100 %
18,08 gram
¿ 49,77

4.3 Pembahasan
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah
maseration berasal dari bahasa laitin macere, yang artiya merendam jadi.
Jadi maserasi dapat diartikan sebagai proses dimana obat yang sudah halus
dapat memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut.
Hal yang pertama dilakukan adalah daun jambu biji yang akan
digunakan dicuci hingga bersih. Kemudian dijemur dibawah matahari tidak
langsung dengan cara diletakkan di bawah sinar matahari langsung dan
ditutup kain hitam, tujuan dari penjemuran dibawah sinar matahari tidak
langsung adalah agar metabolit sekunder yang terdapat daun biji tidak rusak
karena terkena cahaya matahari langsung. Selanjutnya dihaluskan dengan
cara blender menjadi serbuk dimaksudkan untuk memperkecil ukuran
partikel sehingga luas bidang sentuh semakin banyak supaya saat pelarutan
dengan alkohol, ekstrak yang diperoleh lebih maksimal.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam
pelarut polar, sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zat
aktif yang juga bersifat polar. Etanol digunakan sebagai cairan penyari
karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit tumbuh dalam etanol 20% ke
atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat bercampur dengan air pada
segala perbandingan, serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih
rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut dan tidak
mengakibatkan pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya adalah
sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja
enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah
campuran.
Setelah peralatan maserasi dan bahan-bahan yang akan digunakan
telah siap, selanjutnya dilakukan proses maserasi. Pertama dilakukan
penimbangan serbuk simplisia sebanyak 18,08 gram kemudian dimasukan
ke dalam toples/wadah, lalu ditambakan 200 ml etanol 70% dan diaduk.
Digunakan pelarut etanol 70% karena pelarut etanol 70% adalah pelarut
yang paling sempurna dalam melarutkan metabolit sekunder yang ada pada
sampel daun jambu karena etanol 70% adalah etanol air sehingga senyawa
metabolit sekunder dalam daun jambu yang larut air maupun yang larut
lemak dapat tertarik. Maserasi dilakukan dengan pengadukan ekstrak selama
10 menit dan dilakukan selama 5 hari. Selanjutnya menyaring hasil
rendaman sampel tersebut dengan menggunakan tissue/ kain kasa agar
endapan yang ada pada sampel daun jambu biji tidak ikut ke dalam ekstrak
cair daun jambu biji yang disaring.
Setelah didapatkan ekstrak daun jambu biji yang cair, selanjutnya
dipanaskan di atas penangas air yang bertujuan untuk menguapkan sehingga
akan terpisah antara pelarut etanol yang digunakan dengan ekstrak daun
jambu kental yang diperoleh. Dari hasil percobaan tersebut didapatkan
ekstrak kental daun jambu sebanyak 9 g.
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperature kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel
tanaman melewati di dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan
konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai
terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel.
Maserasi termasuk metode ekstraksi dingin, yaitu metode esktraksi
tanpa pemanasan. Sehingga metode ini hanya tergantung oleh lamanya
waktu kontak antara pelarut dengan sampel, dan kepolaran pelarutnya.
Semakin lama waktu kontak antara pelarut dengan sampel, maka akan
semakin banyak pula senyawa metabolit sekunder yang terekstrak.
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan
metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya pada
penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid.
Keuntungan cara ini adalah pengerjaan yang dilakukan sederhana
begitu juga alat alat yang digunakan. Sedangkan kerugiannya adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurnya artinya tidak
semua sari yang terekstraksi. Cairan penyari yang dipakai biasanya berupa
air, etanol, atau pelarut lain.
Dalam praktikum ini di gunakan etanol yang memiliki bau khas
untuk menarik komponen dari sampel yang telah diserbuk namun
sebelumnya sampel telah ditimbang dan cairan penyari (etanol) juga diukur,
sesuai dengan yang telah dilakukan jumlah cairan penyari yang digunakan
adalah 200 ml, adapun bobot simplisia 18,08 gram dan bobot ekstrak 9 gram
dengan rendemen 49,77 %
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan
massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut.
Maserasi adalah metode ekstraksi dengan prinsip pencapaian
kesetimbangan konsentrasi, menggunakan pelarut yang direndam pada
simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu pengadukan secara konstan maka
disebut maserasi kinetik. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar,
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi.
Serbuk sebelum diekstraksi daun jambu biji adalah 18,08  gram dan
berat ekstrak didapatkan 9 gram dengan persentase ekstrak (%) rendamen
adalah 49,77%.
5.2 Saran
Untuk metode penyarian dengan cara maserasi, pengadukan atau
pengocokan yang dilakukan sebaiknya dilakukan dengan goncangan dan
kecepatan yang konstan. Suhu pada saat pemanasan harus sesuai dengan
pedoman yaitu sekitar 600C agar hasil yang didapatkan bisa optimal.
Pemerasan yang maksimal mampu mendapatkan hasil ekstrak yang banyak
dan mengurangi penambahan air dari luar. Serbuk simplisia sebaiknya
sesuai dengan ayakan, apabila serbuk terlalu kecil maka proses penyaringan
tidak maksimal sehingga mempengaruhi hasil ekstrak. Dalam
pengerjaannya harus tetap dijaga dan diperhatikan, agar dapat mencatat data
yang akurat.

DAFTAR PUSAKA

Adrian, Peyne. (2000). Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas

Anonim 1999 : Senna siamea – a widely used legume tree. Fact Sheet

J. B. Harbone. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung

Anda mungkin juga menyukai