Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah yang di ampu oleh :
Disusun Oleh:
DEPOK
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.
(Parimin, 2005)
1.2.3 Deskripsi Buah Jambu
Jambu biji atau bahasa latinnya Psidium guajava. Psidium berasal
dari bahasa Yunani yaitu “psidium” yang berarti delima. Sementara
“guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol.Jambu biji
merupakan jenis tanaman perdu bercabang banyak. Tingginya 3-10 meter.
Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30-40 tahun. Tanaman
yang berasal dari biji relative berumur lebih panjang dibandingkan hasil
cangkokan atau okulasi. Namun, tanaman yang berasal dari okulasi
memiliki postur lebih pendek (dwarfing) dan bercabang lebih banyak
sehingga memudahkan perawatan tanaman. Tanaman ini sudah mampu
berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji.
Batang jambu memiliki ciri khusus, diantaranya berkayu keras, liat,
tidak mudah patah dan kuat, serta padat. Kulit kayu tanaman jambu biji
halus dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman jambu biji halus
dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman mengalami pergantian
atau peremajaan kulit. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit
berwarna coklat atau coklat keabu-abuan.
Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat
oval dengan ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti
hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan
daun ada yang halus mengilap dan halus biasa. Tata letak daun saling
berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan
lebar 3-6 cm. sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 cm.
Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun.
Bunga keluar di ketiak daun. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri
dari lima helai. Benang sari banyak dengan tangkai sari berwarna putih.
Bunganya ada yang sempurna (hermaprodit) sehingga pembuahannya akan
terbentuk bila terjadi penyerbukan. Ada pula yang tanpa penyerbukan
(partenokarpi) sehingga terbentuk buah jambu biji tanpa biji. Jumlah bunga
di setiap tangkai antara 1-3 bunga. Buah jambu biji berbentuk bulat atau
bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah
kuning muda mengilap setelah matang. Untuk jenis tertentu, kulit buah
berwarna hijau berbelang kuning saat muda dan berubah menjadi kuning
belang-belang saat matang. Ada pula yang berkulit merah saat muda dan
merah tua saat tua. Warna daging buah pada umumnya putih biasa, putih
susu, merah muda, merah menyala, serta merah tua. Aroma buah biasanya
harum saat buah matang. Biji jambu biji pada umumnya cukup banyak,
meskipun ada beberapa Janis buah yang berbiji sedikit bahkan tanpa biji.
Umumnya, buah jambu yang berbiji bentuknya lebih sempurna dan simetris,
sesuai karakter jenisnya. Sementara bentuk buah jambu tanpa biji relative
tidak beraturan. Buah jambu tanpa biji tersebut terbentuk tanpa
penyerbukan. Tanaman jambu biji berakar tunggang. Perakarannya lateral,
berserabut cukup banyak, dan tumbuh relative cepat. Perakaran jambu biji
cukup kuat dan penyerapan unsur haranya cukup efektif sehingga mampu
berbuah sepanjang tahun (Parimin, 2005).
1.2.4 Kandungan Kimia Jambu Biji
Menurut Taiz dan Zeiger (2006) metabolit sekunder yang
dihasilkan tumbuhan merupakan bagian dari sistem pertahanan diri.
Senyawa tersebut berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba
patogen dan mencegah pemakanan oleh herbivora. Metabolit sekunder
dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu terpen, fenolik, dan senyawa
mengandung nitrogen terutama alkaloid. Tanin pada tanaman jambu biji
dapat ditemukan pada bagian buah, daun dan kulit batang, sedangkan pada
bunganya tidak banyak mengandung tanin.
Daun tanaman jambu biji selain mengandung tanin, juga
mengandung zat lain seperti triterpenoid, asam malat, asam ursolat, asam
guajaverin, minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung eganol
sekitar 0,4%, damar 3%, minyak lemak 6%, dan garam-garam mineral,
vitamin, dan zat-zat penyamak (psiditanin) sekitar 9% (Kartasapoetra, 2004
& Dalimartha, 2004). Menurut Sudarsono dkk (2002), daun jambu biji
mengandung flavonoid, tanin (17,4%), fenolat (575,3 mb/g) dan minyak
atsiri.
1.2.5 Khasiat Jambu Bji
Daun jambu biji sejak lama digunakan untuk pengobatan secara
tradisional, dan sudah banyak produk herbal dari sediaan jambu biji.. Efek
farmakologis dari daun jambu biji yaitu antiinflamasi, antidiare, analgesik,
antibakteri, antidiabetes, antihipertensi dan penambah trombosit. Selain
daunnya, buah jambu biji terutama dari jenis berwarna merah sering
digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah. Jus jambu ini dapat
meningkatkan nilai trombosit penderita demam berdarah, namun sampai ini
belum diketahui senyawa yang dapat meningkatkan nilai trombosit (Yuliani
et al, 2003). Menurut Sipahutar (2000) Tanaman jambu biji banyak
digunakan sebagai obat. Tanaman tersebut bersifat anti diare, anti radang
(inflamasi), dan menghentikan pendarahan (hemostatik). Daun segarnya
dapat digunakan untuk pengobatan luar pada luka akibat kecelakaan,
pendarahan akibat benda tajam, dan borok (ulcus) di sekitar tulang. Daun
jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang, penghenti
perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat antioksidan
karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh (Hasanah, 2013). Pengujian daun jambu biji
pada beberapa patogen yang menyerang ikan dan udang menunjukan bahwa
daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan terhadap virus dan
bakteri pada hewan yang hidup di air (akuatis) seperti infeksi.
Jambu biji mengandung pektin tinggi sehingga dapat menurunkan
kolesterol serta mengandung tanin yang berfungsi untuk memperlancar
system pencernaan. Quersetin merupakan senyawa golongan flavonoid jenis
flavonol dan flavon yang terkandung di dalam jambu biji, yang berkhasiat
diantaranya untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia
(Yuliani dkk.2003). Kuersetin menunjukkan efek antibakteri dan antidiare
dengan kemampuannya untuk mengendurkan otot polos usus dan
menghambat kontraksi usus,dimana adanya kuersetin dapat menghambat
pelepasan asetilkolin disaluran cerna (Netty,2008).Berdasarkan literatur
yang kami temukan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji
daging buah putih dan jambu biji daging buah merah terhadap bakteri
penyebab diare yaitu Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella
flexneri, dan Salmonella typhi menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
jambu biji daging buah putih memiliki kemampuan hambat bakteri yang
lebih besar daripada jambu biji daging buah merah dimana KHM terhadap
Escherichia coli (60 mg/ml vs >100 mg/ml), Shigella dysenteriae (30 mg/ml
vs 70 mg/ml), Shigella flexneri (40 mg/ml vs 60 mg/ml), dan Salmonella
typhi (40 mg/ml vs 60 mg/ml).(Adnyana,2004)
Departemen Kesehatan pada tahun 1989 menyatakan bahwa bagian
tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena
daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri,
minyak lemak dan asam malat (Yuliani dkk. 2003). Penelitian Claus dan
Tyler pada tahun 1965 menyebutkan bahwa tannin mempunyai daya
antiseptic yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur
(Rohmawati 2008).
BAB III
METODE KERJA
1. Timbang ekstrak kering daun jambu biji, avicel ph 102 methyl PABA sesuai
berat yang dibutuhkan pada formulasi
2. Campurkan avicel PH102 , ekstrak kering, Methyl PABA daun jambu biji
hingga homogen
3. Ayak dengan ayakan mesh yang sesuai, dimasukan kedalam cangkang
kapsul
4. Periksa bobot masing-masing kapsul hasil pengisian
5. Masukan pada wadah tertutup rapat.
BAB IV
Adnyana, i. K.,2004. Efek ekstrak daun jambu biji daging buah putih dan jambu
biji daging buah meraH sebagai anti diare . Acta Pharmaceutica Indonesia.
Vol XXIX. No. 1. Hal. 18-20