Tugas Kelompok Antropologi Hukum
Tugas Kelompok Antropologi Hukum
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
2019
1
KATA PENGANTAR
Pertama- tama Puji dan syukur penulis panjatkan ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan rahmat nya serta kasih nya yang berlimpah, penulis dapat menyelesaikan tugas dari
“Antropologi Hukum” tepat pada waktunya dimana makalah ini berjudul “Pendekatan
antropologi hukum”.
Sebelumnya penulis ucapkan terimakasih kepada ibuk Dosen pengampu dari mata kuliah
hukum antropologi yang telah membimbing penulis dan mengajari penulis dalam pembuatan
makalah tersebut. Tersusun nya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
penulis ucapkan trimaksih sekali lagi kepada, ibuk Ratna D.E Sirait SH,M.hum dan kedua
untuk Orang tua yang telah berjasa mendiddik dan membesarkan penulis dengan segenap cinta
dan kasih sayang dan tak lupa yang ketiga kepada rekan seperjuangan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
berharap kepada setiap orang yang membaca makalah ini dapat memberi kritik, masukan
ataupun pendapat yang sifat nya membangun. Demikianlah penulis ucapkan dan semoga
bermanfaat, trimakasih.
2
1. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan isi makalah bahwa :
1. Apa pengertian pendekatan antropologi ?
2. Apa saja objek kajian dalam pendekatan antropologi ?
3. Bagaimana kerangka operasional pendekatan antropologi ?
3
DAFTAR ISI
1. COVER
2. KATA PENGANTAR
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan Makalah
3. DAFTAR ISI
4. BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Antropologi
B. Metode pendekatan Antropologi
1,1 perbedaan antropologi hukum dengan hukum adat
C. Objek Kajian dalam Antropologi
D. Kerangka Oprasional Pendekatan Antropologi
E. Manfaat Pendekatan Antropologi hukum
5. BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Pengertian Pendekatan Antropologis
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti
ilmu. Kata antropologi dalam bahasa Inggris yaitu “anthropology” yang didefinisikan sebagai
(ilmu sosial yang mempelajari asal-usul dan hubungan sosial manusia atau Ilmu tentang struktur
dan fungsi tubuh manusia).
Antropologi juga bisa diartikan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-
usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau. Menurut
Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya
dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari beberapa pengertian seperti yang telah dikemukakan, dapat disusun suatu
pengertian yang sederhana bahwa antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang
manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkannya, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-
beda.
Antropologi adalah sebuah ilmu yang didasarkan atas observasi yang luas tentang
kebudayaan, menggunakan data yang terkumpul, dengan menetralkan nilai, analisis yang tenang
(tidak memihak).
Adapun pengertian pendekatan, dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah
pendekatan adalah sama dengan metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat dan
memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan
itu, makna metodologi juga mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan
penelitian atau pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang
dikaji. Dengan demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya diartikan sebagai
sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan yang menjadi perhatian tetapi juga
mencakup pengertian metode-metode atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan
pendekatan tersebut.
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masayarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berusaha memberikan jawabannya.
5
Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam
melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antrapologi dalam kaitan ini
sebagaimana dikatakan Dawam Raharjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan
sifatnya partisipasif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang
mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pendekatan sosiologis.
Metode idilogis
metode ini dilakukan utk penelitian penjajahan dgn memperlajari kaidah2 hukum yg ideal
(norma ideal) yg tertulis maupun yg tdk tertulis. Penelitian ini memperoleh prinsip2 hkum dlm
kehidupan,masyarakat.
Metode Deskriptif,
penelitian ini bersifat penjajahan yg bermaksud untuk mengetahui bagaimana hukumn
dalam kenyataan dapt diterima daalm kehidupanm asyarakat
Metode Historis mempelajari perilaku manusia & bbudaya hukumnya dgn kacamata sejarah.
Perkembangan karakteristik budaya merupakan awal budaya masyarakat. Budaya hokum
yaitu ide, gagasan, harapan masyarakat terhadap hokum.
Setiap masyarakat mempunyai persamaan terhadap suatu perkara, peristiwa, bahkan terhadap
ideology & karena itu yg menjaminnya dlm suatu kesatuan (komunitas). Budaya hukum bukan
merupakan budaya pribadi, melainkan merupakan budaya yg menyeluruh dari suatu masyarakat
tertentu yg merupakan satu kesatuan sikap & prilaku.
Budaya hukum ini merupakan cirri atau atribut & sekaligus sbg control sosial dari suatu masyarakat
yg bersangkutan. Budaya hokum ini juga sering disebut peradaban hokum atau pandangan hidup
dari suatu masyarakat.
Tanggapan ini merupakan kesatuan pandangan terhadap nilai2 & perilaku individu sbg anggota
masyarakat y menggambarkan orientasi yg sama terhadap kehidupan hokum yg dihayati masy ybs.
6
1.1 Perbedaan antara Antropologi Hukum dgn Hukum Adat :
7
C. Objek Kajian dalam Pendekatan Antropologi
Objek kajian antropologi hokum yaitu perilaku warga masy yg dilihat dari latar belakang budaya.
Sosiologi hokum yaitu ilmu yg mempelajari bagaimana berlakunya peraturan per-UU-an dlm
masyarakat.
Ditinjau dari pengertian antropologi tersebut, obyek kajian dalam antropologi mencakup
2 (dua) hal yaitu :
1. Keanekaragaman bentuk fisik manusia.
2. Keanekaragaman budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa secara umum obyek
kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji
makhluk manusia sebagai organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga. Meski
antropologi fisik menyibukan diri dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang manusia
serta memusatkan studi terhadap variasi umat manusia, tetapi pekerjaan para ahli di bidang ini
sesungguhnnya menyediakan kerangka yang diperlukan oleh antropologi budaya. Sebab tidak
ada kebudayaan tanpa manusia.
Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari adalah
agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran agama yang datang dari Allah. Antropologi tidak
membahas salah benarnya suatu agama dan segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual
dan kepercayaan kepada yang sakral. Wilayah antropologi hanya terbatas pada kajian terhadap
fenomena yang muncul. Menurut Atho Mudzhar, ada lima fenomena agama yang dapat dikaji,
yaitu:
1. Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan penghayatan para
penganutnya.
3. Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
4. Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti Nahdatul
Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan, Syi’ah dan lain-lain.
Kelima obyek di atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologi, karena kelima obyek
tersebut memiliki unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi manusia.
8
D. Kerangka Operasional Pendekatan Antropologis
Menurut Amin Abdullah, cara kerja yag dalam hal ini bisa kita artikan sebagai langkah
dan tahapan pendekatan antropologi memiliki empat cirri fundamental yang meliputi
1. Bercorak descriptive, bukannya normative.
Pendekatan antropologi bermula dan diawali dari kerja lapangan (field work), berhubungan
dengan orang, masyarakat, kelompok setempat yang diamati dan diobservasi dalam jangka
waktu yang lama dan mendalam. Inilah yang biasa disebut dengan thick description
(pengamatan dan observasi di lapangan yang dilakukan secara serius, terstuktur, mendalam dan
berkesinambungan). Thick description dilakukan dengan cara antara lain Living in , yaitu
hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti ritme dan pola hidup sehari-hari mereka
dalam waktu yang cukup lama.
2. Local practices , yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan.
Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari, agenda mingguan, bulanan dan tahunan, lebih -lebih
ketika manusia melewati hari-hari atau peristiwa-peristiwa penting dalam menjalani kehidupan.
Ritus-ritus atau amalan-amalan apa saja yang dilakukan untuk melewati peristiwa-peristiwa
penting dalam kehidupan tersebut (rites de pessages) ? Persitiwa kelahiran, perkawinan,
kematian, penguburan . Apa yang dilakukan oleh manusia ketika menghadapi dan menjalani
ritme kehidupan yang sangat penting tersebut?
3. Keterkaitan antar berbagai domain kehidupan secara lebih utuh (connections across social
domains).
Bagaimana hubungan antara wilayah ekonomi, sosial, agama, budaya dan politik. Kehidupan
tidak dapat dipisah-pisah. Keutuhan dan kesalingterkaitan antar berbagai domain kehidupan
manusia. Hampir-hampir tidak ada satu domain wilayah kehidupan yang dapat berdiri sendiri,
terlepas dan tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.
4. Comparative (Perbandingan) artinya studi dan pendekatan antropologi memerlukan
perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama. Studi dan pendekatan
antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.
Meskipun menyebut local practices untuk era globalisasi sekarang adalah debatable,
tetapi ada empat rangkaian tindakan keagamaan yang perlu dicermati oleh penelitian
antropologi. Pertama, adalah bagaimana seseorang dan atau kelompok melakukan praktik-
praktik lokal dalam mata rantai tindakan keagamaan yang terkait dengan dimensi social,
9
ekonomi, politik, dan budaya. Sebagai contoh ada ritus baru yang disebut “walimah al-Safar”,
yang biasa dilakukan orang sebelum berangkat haji. Apa makna praktik dan tindakan lokal ini
dalam keterkaitannya dengan agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya? Religious ideas yang
diperoleh dari teks atau ajaran pasti ada di balik tindakan ini. Bagaimana tindakan ini
membentuk emosi dan menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan yang luas?. Bagaimana
walimah safar yang tidak saja dilakukan di rumah tetapi juga di laksanakan di pendopo
kabupaten? Oleh karenanya, keterkaitan dan keterhubungan antara local practices, religious
ideas, emosi individu dan kelompok maupun kepentingan sosial – poilitik tidak dapat dihindari.
Semuanya membentuk satu tindakan yang utuh.
10
E. Manfaat pendekatan Antropologi Hukum :
1) dapat mengetahui pengertian2 hkum yg berlaku dlm masy sederhana & modern.
2) Dpt mengetahui bagaimana masy bisa mempertahankan nilai2 dasar yg dimiliki sekaligus
mangetahui bagaimana masy bisa melakukan perubahan2 terhadap nilai2 dasar tsb.
3) Dpt mengetahui perbedaan2 pendapat / pandangan masy atas sesuatu yg seharusnya
mereka lakukan.
4) Dpt mengetahui suku bangsa / masy mana yg masih kuat / fanatic mempertahankan
keberlakuan nilai2 budaya mereka.
5) Dpt mengetahui suku bangsa/masy mana yg memiliki norma2 perilaku hkum yg sudah tinggi
& mana yg tdk tinggi.
11
BAB III
Penutup
A. KESIMPULAN
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masayarakat. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam
disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.
Pendekatan antropologis digunakan sebagai salah satu solusi dalam memecahkan
permasalahan yang melilit umat Islam saat ini. Pendekatan antropologis diperlukan sebagai
wahana untuk memberikan pemahaman kepada manusia dan solusi alternative dalam
menganalisis dan memecahkan problematika social kontemporer sehingga mampu menjembatani
berbagai persoalan yang dihadapi oleh manusia kontemporer.
12
B. DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin, Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir. 2007. Kawasan dan Wawasan Studi Islam.
M. Atho Mudzhar. 1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Nata, Abudin. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Amin Abdullah, Urgensi Pendekatan Antropologi Untuk Studi Agama Dan Studi Islam,
13
14