Anda di halaman 1dari 9

Jurnal

Pustaka Budaya. Vol. 7, No. 2. Juli 2020


Copyright ©2020, pISSN: 2355-1186 | eISSN: 2442-7799
Available Online at: https://journal.unilak.ac.id/index.php/pb

ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES PADA BANNER IKLAN NOVASI


LAYANAN PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA TERHADAP
REPRESENTASI PEREMPUAN
Shofwan Yusuf*), Arina Faila Saufa**)
*Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Yusufshofwan@gmail.com
**Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Arina.saufa@uin-suka.ac.id
Naskah diterima: 20 Februari; direvisi: 25 Februari; disetujui: 28 Februari 2020.

Abstrak
Layanan perpustakaan merupakan sebuah hal yang sangat vital bagi pemustaka dan bagi
perpustakaan itu sendiri. Perpustakaan sebagai sumber informasi perlu melakukan
promosi untuk menjembatani layanan yang dimiliki kepada pemustaka. Salah satu bentuk
media promosi layanan perpustakaan adalah melalui banner. Perpustakaan Kota
Yogyakarta sebagai perpustakaan yang termasuk aktif dalam melakukan inovasi layanan,
menjadi menarik untuk dikaji mengingat perpustakaan tersebut menggunakan nama-
nama yang identik dengan nama-nama perempuan untuk dijadikan akronim inovasi
layanannya. Penelitian ini mengkaji relasi antara Iklan inovasi layanan Perpustakaan Kota
Yogyakarta dengan representasi perempuan melalui analisis semiotika Roland Barthes.
Hasilnya menunjukkan bahwa 1) perempuan memiliki sifat-sifat berupa kebaikan hati
dalam bentuk kepedulian akan pendidikan untuk anak-anak; 2) Perempuan memiliki sifat-
sifat feminisme yang mewujud dalam hal kecantikan, 3) Perempuan memiliki potensi
untuk menjadi wanita yang juga bisa sukses, bisa terkenal, populer, dan memiliki beberapa
talenta yang di antaranya meliputi: bermain alat musik, menyanyi, menjadi model,
bermain sinetron hingga Vilm. Adapun Kritik yang muncul dari perspektif peneliti adalah
bahwa (nama-nama) perempuan dijadikan sebagai nama-nama layanan. Artinya relasi
perempuan dan layanan dibuat semakin dekat, lekat, dan menyatu. Hal ini bisa membuat
pemikiran bahwa perempuan adalah pelayan. Meskipun perempuan memiliki potensi,
kemampuan terpendam, atau beberapa bakat yang ada di dalamnya namun tetap saja pada
dasarnya perempuan adalah pelayan.

Kata Kunci: Layanan Perpustakaan, Perempuan, Roland Barthes, Semiotika

Abstract
Library services are a very vital thing for the visitors and for the library itself. Libraries as
sources of information need to do promotions to bridge the services they have to users. One
form of media promotion of library services is through banners. Yogyakarta City Library as a
library which is active in conducting service innovation is interesting to study considering
that the library uses names that are identical to women's names to be used as an acronym for
service innovation. This study examines the relationship between the innovation ads of the
Yogyakarta City Library service and the representation of women through Roland Barthes's
semiotic analysis. The results show that 1) women have characteristics of kindness in the
form of caring for education for children; 2) Women have the qualities of feminism that
manifest in terms of beauty, 3) Women have the potential to become women who can also be
successful, be famous, popular, and have several talents which include: playing musical
instruments, singing, becoming a model, playing soap operas to movies. The criticism that
arises from the perspective of researchers is that (names) women are used as service names.
This means that women's relations and services are made closer, closer, and more integrated.
This can make the thought that women are servants. Even though women have potential,
hidden abilities, or some of the talents that are in them, they are basically servants.

Keywords: Library Services, Roland Barthes, Semiotics, Women

66
Shofwan Yusuf dan Arina Faila Saufa

PENDAHULUAN Perpustakaan Kota Yogyakarta, yang


Sebagaimana Undang-Undang Nomor 43 terintegrasi menjadi Dinas Perpustakaan dan
tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 14 Kearsipan Kota Yogyakarta sebagaimana
dituliskan bahwa “layanan perpustakaan tercermin informasinya dalam web https://
dilakukan secara prima dan berorientasi bagi a r s i p d a n p e r p u s t a k a a n . j o g j a k o t a . g o . i d / ,
kepentingan pemustaka”, maka sudah sewajarnya merupakan perpustakaan tingkat kotamadya
sebuah perpustakaan memberikan pelayanan yang memiliki berbagai macam layanan. Layanan
terbaik kepada pemustaka (UU RI NO 43 TAHUN tersebut termasuk di antaranya adalah layanan
2007, 2007). Jika membicarakan tentang Re f e r e n s i , L aya n a n S i r k u l a s i , L aya n a n
perpustakaan maka mau tidak mau akan P e r p u s t a k a a n K e l i l i n g , d a n l a i n - l a i n .
membicarakan tentang pelayanan karena basis Perpustakaan Kota Yogyakarta termasuk
perpustakaan ialah pelayanan itu sendiri (Hadi, perpustakaan yang aktif dalam melakukan
Boham, & Senduk, 2014). inovasi, misalnya layanan Digital Library, Motor
Keliling, Pengantaran Buku, dan lain-lain.
Wijaya (2015) juga menyebutkan bahwa
pelayanan adalah unsur paling penting di A d a b a n y a k c a r a a g a r l a y a n a n
perpustakaan daripada kegiatan–kegiatan yang perpustakaan semakin mudah dikenal oleh
l a i n n y a . Te r d a p a t f a k t o r - f a k t o r y a n g masyarakat umum, khususnya pengguna
mempengaruhi kualitas layanan yaitu kesadaran, p e r p u s t a k a a n . H a l ya n g m e n a r i k d a r i
aturan, organisasi, kemampuan dan ketrampilan Perpustakaan Kota Yogyakarta dalam rangka
serta sarana pelayanan itu sendiri (Kosasih, mensosialisasikan layananya adalah dengan
2009). Penelitian mengenai layanan dan menggunakan akronim atau singkatan nama
kepuasan pemustaka sebelumnya menemukan untuk sebuah layanan. Seperti halnya OK-OCE
bahwa lingkungan perpustakaan dan layanan yang pernah dikenalkan oleh Calon Gubernur dan
perpustakaan berkorelasi positif dan signiVikan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dalam
terhadap kepuasan pengguna. (Mohindra & penyampaian programnya, di mana OK-OCE
Kumar, 2015). Maka dari itu, penting untuk dapat diartikan sebagai One Kecamatan One
disadari bahwa organ vital sebuah perpustakaan Center of Entrepreneurship atau setiap satu
dari perspektif pemustaka adalah layanan kecamatan akan ada satu pusat kewirausahaan
perpustakaan. Sehingga perpustakaan harus (“Beranda — OKOCE.NET,” n.d.). Sementara itu,
c o n c e r n p a d a l aya n a n nya u n t u k d a p a t Perpustakaan Kota Yogyakarta memilih
memastikan harapan pemustaka dapat tercapai. akronimnya sendiri untuk mengenalkan
layanannya di antaranya adalah: KARTIKA,
Salah satu cara agar layanan dapat sampai DIANA, JAMILA, SASKIA, RAISA, SILVIA, MONIKA
kepada pemustaka adalah melalui promosi. dan lain-lain.
Menurut Stanley (dalam Mustafa, 2012) bahwa
tujuan promosi adalah untuk membujuk Perpustakaan Kota Yogyakarta tampak
penerima agar menerima konsep, pelayanan, ide membuat akronim dari layanan yang diberikan
atau barang yang dipromosikan. Jika kaitkan dengan cara mengasosiasikannya dengan nama
dengan perpustakaan, sudah jelas barang yang yang identik sering dipakai untuk nama
dipromosikan adalah layanan perpustakaan. p e r e m p u a n . S e b a g a i m a n a y a n g s u d a h
Bentuk dan strategi promosi bermacam-macam dicontohkan di atas, nama layanan perpustakaan
termasuk menggunakan sales promotion ataupun sangat tampak menggunakan nama-nama
menggunakan papan informasi misalnya. Almira perempuan. Dari sana, timbul sebuah pertanyaan
(2018) mengemukakan hasil penelitiannya terkait bagaimana relasi antara layanan
bahwa strategi promosi perpustakaan pada perpustakaan dengan nama-nama yang identik
Perpustakaan Universitas Medan Area (UMA) dipakai oleh perempuan? Hal ini menjadi penting
hanya mencakup periklanan (Advertising), mengingat sangat jarang sebuah institusi,
personal selling, sampai dengan publisitas, serta khususnya perpustakaan, melakukan hal yang
tidak menggunakan sales promotion. Terlepas dilakukan oleh Perpustakaan Kota Yogyakarta.
dari bentuk maupun strategi promosi yang Asumsi penulis, hampir tidak ada perpustakaan
dilakukan oleh perpustakaan, pada dasarnya yang mengeksploitasi nama-nama layanannya
tujuan dari sebuah promosi layanan di dengan nama-nama perempuan. Adapun salah
perpustakaan adalah meningkatkan pengguna satu institusi yang menggunakan nama unik
layanan atau singkatnya jumlah pengunjung lainnya adalah Kementerian Riset, Teknologi, Dan
perpustakaan. Pe n d i d i k a n T i n g g i Re p u b l i k I n d o n e s i a
(Ristekdikti). Ristekdikti memilih nama-nama

67
Shofwan Yusuf dan Arina Faila Saufa

tokoh pewayangan untuk sebagian layanannya te rh a n t a r ; l aya n a n j a s a m e l a l u i m o d e l


yaitu: Rama, Arjuna dan Sinta (“Ristekdikti,” n.d.). perpustakaan keliling; dan layanan jasa informasi
dan komunikasi ke lembaga-lembaga. Berbagai
Ada setidaknya tiga alasan terkait macam layanan dapat diwujudkan oleh
perlunya dilakukan kajian serta penelitian perpustakaan namun tidak semua perpustakaan
terhadap penamaan layanan oleh Perpustakaan mampu memenuhi segala macam layanan untuk
Kota Yogyakarta. Pertama adalah belum para penggunanya.
ditemukannya kajian mengenai relasi pemilihan
nama-nama perempuan oleh suatu instansi Biasanya layanan di perpustakaan umum
khususnya perpustakaan. Kedua, hasil dari tingkat daerah maupun provinsi memiliki
penelitan ini diharapkan dapat memberikan layanan yang beragam dibandingkan layanan di
rekomendasi hingga kritik terhadap kebijakan perpustakaan sekolah. Dari perspektif system
perpustakaan. Ketiga, diharapkan kedepan informasinya, penelitian Rahmawati dan Bachtiar
penelitan ini akan menjadi rujukan serta dapat (2018) mengungkapkan bahwa rancangan sistem
dilanjutkan untuk mengamati fenomena- informasi perpustakaan sekolah lebih sederhana
fenomena yang serupa. dibandingkan perpustakaan perpustakaan
daerah. Contohnya pada layanan sirkulasi yang
Untuk mengetahui makna tersembunyi meliputi peminjaman dan pengembalian serta
dari relasi terkait layanan Perpustakaan Kota laporan denda, sistem informasi perpustakaan
Yogyakarta dengan nama-nama yang identik sekolah hanya cukup dirancang dengan bahasa
dengan nama perempuan, penulis akan pemrograman phpMyAdmin dan basis data SQL.
menggunakan analisis semiotika Roland Barthes
untuk mengkaji komunikasi periklanan yang Sistem layanan di perpustakaan umumnya
dilakukan oleh Perpustakaan Kota Yogyakarta. menggunakan, salah satu dari, sistem layanan
Asumsi awal dari tulisan ini adalah munculnya terbuka atau sistem layanan tertutup. Dalam
gambaran yang tersembunyi pada relasi-relasi sistem layanan terbuka, pemustaka dapat secara
y a n g e r a t a n t a r a p e n a m a a n l a y a n a n langsung untuk mencari, memilih, menemukan,
perpustakaan menggunakan akronim nama dan mengambil sendiri buku yang diinginkan
perempuan sebagai sebuah eksploitasi gender. dari rak koleksi perpustakaan. Pada sistem ini
Tulisan ini akan menggunakan pendekatan pemustaka dapat browsing (mel akukan
kontstruktivisme, dan menggunakan jenis pencarian acak) bahan pustaka dari rak koleksi
penelitan kualitatif. perpustakaan, artinya tidak diperlukan unsur
petugas perpustakaan dalam pencarian koleksi.
TINJAUAN LITERATUR Sementara dalam sistem tertutup, sistem layanan
Seperti halnya Perpustakaan Kota perpustakaan yang tidak membolehkan
Yogyakarta, perpustakaan pada umumnya pemustaka mengambil sendiri bahan pustaka di
memiliki berbagai layanan. Adapun beberapa perpustakaan. Pengambilan dan pengembalian
layanannya adalah: layanan sirkulasi, layanan bahan yang telah dipinjam dilakukan oleh
referensi, layanan internet, layanan petugas (LuthViyah, 2015; Yusup, 2001).
penelusuran informasi, layanan digital, layanan
pemilihan bahan pustaka, layanan pendidikan Perpustakaan perlu memperhatikan
pemustaka, layanan pengiriman dokumen, b a h w a l a y a n a n y a n g d i b e r i k a n d a p a t
layanan pandang-dengar, layanan Jasa Kesiagaan mengakomodasi tanpa diskriminasi. Diskriminasi
Informasi (JKI), silang layanan, dan layanan tidak boleh dilakukan termasuk kepada seorang
fotokopi (LuthViyah, 2015). yang mengalami disabilitas, seorang dengan ras
maupun etnis tertentu, serta seorang dengan
Menurut Yusup (2001) berbagai model gender atau pun jenis kelamin tertentu. Beberapa
layanan jasa perpustakaan di antaranya: layanan identitas terpinggirkan sangat rentan terhadap
jasa pemanfaatan sumber-sumber informasi baik diskriminasi termasuk mereka yang LGBTQ,
buku nonViksi, Viksi, media cetak bukan buku, penyandang disabilitas, siswa kulit berwarna,
referens, serta melalui media elektronik; layanan siswa internasional (Conley, Ferguson, &
jasa penelusuran informasi; layanan jasa Kumbier, 2019). Pontoriero dan Zippo-Mazur
informasi rujukan; layanan jasa konsultasi dan (2019) pengalaman pemustaka disabilitas, dan
i n fo r m a s i ; l aya n a n j a s a p e l a t i h a n d a n hasilnya adalah sebagian besar pemustaka
penyuluhan; layanan jasa peminjaman sumber- disabilitas menggunakan layanan perpustakaan
sumber informasi; layanan jasa fotokopi dan secara berbeda dengan layanan yang digunakan
penggandaan; layanan jasa penyediaan fasilitas; oleh pemustaka non-disabilitas. Penelitian
layanan jasa khusus; layanan jasa informassi Hasugian (2019) mencoba mengamati hubungan

68
Shofwan Yusuf dan Arina Faila Saufa

kepuasaan terhadap layanan, hasilnya adalah


tidak terdapat perbedaan yang signiVikan dalam D a l a m b i d a n g p e r p u s t a k a a n d a n
penggunaan sumber daya informasi berdasarkan kepustakawanan sendiri, belum banyak didapati
jenis kelamin pemustaka. Tidak terdapat kajian semiotika. Artinya sangat minim penelitian
kesenjangan yang signiVikan antara kepuasan yang menggunakan kajian semiotika dan
yang diinginkan dengan kepuasan yang diperoleh dikaitkan dengan perpustakaan. Adapun
dari penggunaan sumber daya informasi beberapa penelitian terhadulu terkait kajian
berdasarkan jenis kelamin pemustaka. Artinya semiotika dalam perpustakaan adalah sebagai
baik pemustaka laki-laki atau pun pemustaka berikut: Anwar, Hapsari, & Sinaga (2018) yang
p e re m p u a n h a r u sl a h m e n da p a t ka n h a k mengamati logo Perpustakaan Nasional
pelayanan yang sama. Perpustakaan perlu Indonesia dengan hasil yang menunjukkan
berhati-hati dalam menentukan jenis layanannya bahwa simbol bintang pada logo Perpustakaan
serta cara mengelola jenis layanannya. Nasional Indonesia sebagai cahaya alam, dan
b u k u y a n g t e r b u k a s e b a g a i k e k a y a a n
Perpustakaan dianggap sebagai harta perpustakaan. Selain itu, simbol bintang juga
karun pengetahuan atau juga dikenal sebagai bermaksa sebagai tempat pembelajaran
gudangnya pengetahuan. Tidak ada yang salah sepanjang hayat, buku sebagai jendela dunia,
dalam pendapat tersebut jika mengingat serta cahaya yang mendidik bangsa, kedalaman
perpustakaan di dunia ini selalu dipenuhi dengan pengetahuan, lembaga yang progresif dan maju,
bahan bacaan yang terdiri dari buku, jurnal, Vilm, sebuah pembukaan pikiran dan pengetahuan.
gambar, manuskrip, bahan audio visual dll. Unsur graVis buku, bintang, warna hijau, biru dan
Tentunya agar harta karun perpustakaan tidak hitam menyimbolkan identitas Perpustakaan
terpendam maka dibutuhkan promosi (Patil & Nasional itu sendiri. Simbol yang tidak
Pradhan, 2014). Lebih lanjut Patil dan Pradhan menggambarkan identitas adalah unsur gradasi.
menyebut setidaknya ada empat dalil perlunya Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa makna
p r o m o s i p e r p u s t a k a a n : 1 ) U n t u k masing-masing tanda dibangun menjadi makna
mempromosikan penggunaan bahan bacaan yang tunggal Perpustakaan Nasional Indonesia sebagai
tersedia di perpustakaan dan menciptakan lembaga yang selalu mengedepankan pelayanan
kesadaran di antara para pengguna; 2) Untuk publik dengan elemen graVis buku terbuka dan
mengoptimalkan penggunaan informasi dalam logo transformasi Perpustakaan Nasional
sumber daya dan tenaga yang terbatas; 3) Untuk Indonesia.
meningkatkan citra perpustakaan dan; (4)
Karena ledakan informasi, di mana pembaca Penelitian serupa juga dilakukan oleh
memerlukan informasi yang tepat dan benar Kurnia (2018) untuk mengamati representasi
untuk penelitian dan studi mereka. perpustakaan dan pustakawan melalui video
proVil Perpustakaan Pertamina. Hasilnya adalah
Adapun sarana untuk promosi bisa perpustakaan di sana digambarkan sebagai
bermacam-macam. Beberapa media misalnya sebuah perpustakaan kontemporer dengan
menggunakan alat tradisional, seperti selebaran, sistem kerja dan pelayanan yang berbasiskan
brosur dan poster, termasuk banner. Untuk media teknologi informasi terkini. Dulu, perpustakaan
digital di antaranya bisa menggunakan Situs web dikenal dengan aturan-aturan yang konservatis,
perpustakaan, milist, blog dan podcast; (Yi, namun sudah tidak lagi ditunjukkan dan
2016). Di Indonesia sendiri masih sangat terbuka dipertahankan dalam citra yang digambarkan
lebar peluang penggunaan media baru atau oleh Perpustakaan Pertamina. Video proVil
melalui kanal digital untuk melakukan promosi perpustakaan Pertamina berusaha untuk
perpustakaan, karena ada peluang yang besar menunjukkan sisi lain dari stereotip masyarakat
jika melihat jumlah pengguna internet di mengenai perpustakaan, baik dalam hal
Indonesia (Noor, 2018). Rachman & Putri (2018) bangunan, suasana perpustakaan, sistem
melakukan pnelitian terhadap aplikasi media pelayanan, serta citra diri seorang pustakawan.
sosial yang digunakan oleh perpustakaan Dari beberapa penelitian di atas, banyak yang
akademik di Indonesia. Hasilnya menunjukkan melihat representasi perpustakaan dan unsur-
bahwa perpustakaan akademik di Indonesia unsurnya dari sudut pandang luar. Belum banyak
sebagian besar menggunakan media sosial untuk yang mengamati dan mengkaji perpustakaan itu
mempromosikan layanan, fasilitas, dan koleksi sendiri dari dalam diri. Belum cukup banyak yang
mereka. (Rachman & Putri, 2018). Salah satu mengkaji hal-hal yang ada di perpustakaan
media sosial yang cepat dan reaktif untuk sendiri melalui metode semiotika. Baik hal yang
promosi adalah via twitter (Shulman, Yep, & sifatnya tangible seperti gedung dan sarana
Tomé , 2015).

69
Shofwan Yusuf dan Arina Faila Saufa

prasarana maupun yang sifatnya intangible dengan harapan mendapatkan mitos yang
seperti misalnya pelayanannya. muncul di laman mesin pencari ber-domain
Indonesia. Batasan alat bantu https://
METODE www.google.co.id/ juga hanya diberlakukan pada
Penelitian ini akan menggunakan analisis halaman pertama yang muncul. Selain itu, studi
semiotika. Semiotika adalah metode analisis pustaka juga dilakukan untuk membantu
untuk mengkaji tanda. Apa yang dipelajari dalam melakukan interpretasi.
semiotika pada dasarnya adalah bagaimana
manusia memaknai benda (things). Memaknai PEMBAHASAN
(to signify) dalam hal ini tidak dapat bisa a. Layanan Pojok Kartika
disamakan dengan mengkomunikasikan (to Nama layanan pertama adalah Pojok
communicate). Semiotika merupakan ilmu yang Kartika. Nama kartika mempunyai denotasi dan
mempelajari tanda. Tanda-tanda tersebut konotasi. Makna denotasi, Kartika adalah sebuah
menyampaikan sebuah informasi yang sifatnya akronim dari nama layanan Koleksi Pustaka
k o m u n i k a t i f . T a n d a m a m p u u n t u Terbitan Berkala Perpustakaan Kota Yogyakarta.
merepresentassikan sesuatu yang lain yang dapat Layanan ini menyediakan bacaan terbitan
dipikirkan atau dibayangkan (Piliang & Sobur, berkala berupa koran lokal/nasional dan juga
2004; Tinarbuko, 2008). berbagai ragam majalah. Berbagai macam
majalan yang dilanggan meliputi majalah anak-
Roland Barthes (dalam Rini, 2010) anak, majalah remaja, majalah wanita, majalah
membagi semiotika menjadi 2 tingkatan hoby dan majalah umum. Artinya layanan ini
pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. meliputi berbagai macam bidang termasuk
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang pertanian, otomotif, serta masakan.
menjelaskan hubungan penanda dan petanda
pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, Sementara makna konotasi, dapat
langsung dan pasti. Sedangkan konotasi adalah diartikan bahwa apapun bidang ilmu yang
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan dilayankan, baik untuk perempuan ataupun laki-
penanda dan petanda yang di dalamnya laki, tetap menggunakan nama yang identik
beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak dengan perempuan sebagai pelayannya. Nama
langsung dan tidak pasti. Penelitian ini Kartika di Indonesia salah satunya merujuk pada
menggunakan metode kualitatif dengan analisis pada nama Kartika Sari Dewi Soekarno, yang
semiotika model Roland Barthes yang biasa merupakan putri dari pasangan Ir Soekarna
dikenal dengan istilah order of signiaication yang (presiden RI pertama) dengan Ratna Sari Dewi.
mencakup makna denotasi dan konotasi. Model Kartika Sari Dewi juga dikenal sebagai seorang
semiotika Roland Barthes mencabut otoritas yang peduli sosial, terlihat Yayasan Kartika
pengarang (dalam hal ini berarti pembuat istilah Soekarno Foundation yang bergerak untuk
akronim layanan) sebagai produsen makna yang mengembangkan pendidikan anak-anak di
berarti juga menganggap pengarang sudah mati, Indonesia.
sehingga membuka lebar peluang bebagai
interpretasi oleh peneliti (A.A. Ngr Anom
Kumbara, 2018) Gambar 1. Hasil penelusuran Kartika
(“kartika - Penelusuran Google,” n.d.)
Pe n e l i t i a n i n i a ka n m e n g g u n a ka n
paradigma kritis. Analisis kritis digunakan untuk
mengetahui representasi perempuan dan letak-
letak ketimpangannya jika ada. Objek dalam
penelitian ini adalah banner iklan inovasi layanan
perpus kota jogja. Unit analisisnya adalah
penamaan layanan yang menggunakan nama
perempuan. Pengambilan data dilakukan dengan
cara observasi dan dokumentasi dalam
menggunakan kamera.

Dalam melakukan interpretasi makna
konotasi dan mitos, peneliti akan menggunakan Selain itu, nama Kartika juga mempunyai
alat bantu berupa mesin pencari (search engine) mitos. Nama yang identik dengan nama
https://www.google.co.id/. Peneliti membatasi perempuan ini mencerminkan sifat-sifat
alat bantu berupa https://www.google.co.id/ perempuan dengan kebaikan hati berupa

70
Shofwan Yusuf dan Arina Faila Saufa

kepedulian akan pendidikan untuk anak-anak Gambar 3. Hasil penelusuran Diana (“diana -
misalnya. Penelusuran Google,” n.d.)

Gambar 2. Pojok Kartika di Perpustakaan


Kota Yogyakarta

c. Layanan Jamila
Layanan yang ketiga adalah menggunakan
nama Jamila. Berdasarkan makna denotasi,
Jamila adalah sebuah akronim dari nama layanan
Jaminan Layanan Prima Mengantar Buku
Andalan ke Pemustaka. Sementara makna
konotasi, dilansir dari beberapa sumber, layanan
Jamila sebenarnya mengacu kepada Mulan
Jamila, tepatnya Mulan Jameela. Mulan Jameela
adalah nama artis dari penyanyi Raden Terry
Tantri Wulansari. Wanita kelahiran 23 Agustus
1979 asal Garut Jawa Barat (“Mulan Jamila,
b. Layanan Diana Layanan Baru Perpustakaan Kota Yogyakarta |
Nama layanan kedua adalah layanan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah D.I
Diana. Berdasarkan makna denotasi, Diana Yogyakarta,” n.d.; “Perpustakaan Yogyakarta Buka
adalah akronim dari Digital Library Andalan Layanan ‘Mulan Jamila’ | Republika Online,” n.d.;
Perpustakaan Yogyakarta. Sebuah layanan “Perpustakaan Yogyakarta uji coba layanan
berupa perpustakaan digital yang dapat diakses ‘Mulan Jamila’ - ANTARA News,” n.d.).
secara online menggunakan media internet.
Konten layanan ini termasuk E-Book, Buku Kepala Kantor Arsip dan Perpusatakaan
Sekolah Elektronik (BSE), Jurnal, Video, Audio. Daerah Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko,
Sementara itu, Diana juga mempunyai makna menyebutkan bahwa “singkatannya memang
Konotasi, yaitu siapapun yang dilayani, baik itu agak dipaksakan”. Harapan yang ingin dicapai
masyarakat umun yang membutuhkan E-book, adalah layanan tersebut bisa mudah diingat oleh
mahasiswa yang membutuhkan jurnal, serta masyarakat. Layanan tersebut diluncurkan
siswa menengah yang membutuhkan BSE, tetap karena kondisi perpustakaan yang sudah
menggunakan nama yang identik dengan nama semakin padat dari hari ke hari sehingga
perempuan, misalnya Diana. pengunjung dimungkinkan merasa tidak nyaman
dengan kondisi tersebut. Layanan Jamila hanya
Nama Diana di dunia salah satunya berlaku untuk anggota Perpustakaan Daerah
merujuk pada nama yang dipakai oleh anak Kota Yogyakarta saja karena petugas perlu
sulung Ratu Elizabeth II yang menjadi istri dari memastikan agar buku yang dipinjam tidak
Pangeran Charles yang familiar dengan panggilan hilang. Selain itu, mitos nama yang identik
Lady Diana atau Diana Spencer. Lady Diana dengan nama perempuan, misalnya Jamila atau
dikenal luas karena kepopulerannya serta tepatnya Mulan Jameela, mencerminkan bahwa
dianggap memiliki kecantikan feminin yang ideal wanita juga bisa sukses. Wanita juga bisa
merujuk pada berbagai lambang fashion kala itu. terkenal, populer, dan memiliki beberapa talenta.
Mitos yang dimiliki dengan nama Diana adalah Sebagaimana Mulan Jameela yang bisa bermain
mencerminkan sifat-sifat feminisme perempuan alat musik, bisa menyanyi, bisa menjadi model,
dalam hal kecantikan, serta kepopuleran yang bisa bermain sinetron hingga Vilm.
tetap sesuai masanya.

71
Shofwan Yusuf dan Arina Faila Saufa

Gambar 4. Hasil penelusuran Mulan Beranda — OKOCE.NET. (n.d.). Retrieved October


Jameela (“mulan jameela - Penelusuran 2, 2019, from https://okoce.net/
Google,” n.d.)
Conley, S., Ferguson, A., & Kumbier, A. (2019).
Supporting students with histories of
trauma in libraries: A collaboration of
accessibility and library services. Library
Trends, 67(3), 526–549. https://doi.org/
10.1353/lib.2019.0001

Diana - Penelusuran Google. (n.d.). Retrieved


O c t o b e r 3 , 2 0 1 9 , f r o m h t t p s : / /
www.google.co.id/search?
s x s r f = A C Y B G N Q q c n Q J 0 -
SIMPULAN aKqfqYfQJPOGBusW9lbg%3A15700892295
Dari analisis semiotika yang dilakukan 23&ei=DamVXcTLH5jbz7sPwaeDqA8&q=di
pada banner inovasi layanan Perpustakaan Kota ana&oq=diana&gs_l=psy-
Yogyakarta maka dapat disimpulkan bahwa ab.3..35i39j0j0i67l2j0l2j0i67j0l3.112257.1
muncul beberapa mitos dibalik nama-nama 12760..113368...0.0..0.101.441.4j1......0....1..
perempuan yang digunakan. Mitos-mitos yang g w s -
ada dibalik nama layanan inovasi tersebut di wiz.......0i131.Ov8V88wokTE&ved=0ahUKE
antaranya yaitu: 1) perempuan memiliki sifat- wiEhqqWzv_kAhWY7XMBHcHTAPUQ4dUD
sifat berupa kebaikan hati dalam bentuk CAo&uact=5
kepedulian akan pendidikan untuk anak-anak; 2)
Perempuan memiliki sifat-sifat feminisme yang Fadhli, R. (2019). Representasi Perpustakaan Dan
mewujud dalam hal kecantikan, 3) Perempuan Pustakawan Dalam Film The Night At The
memiliki potensi untuk menjadi wanita yang juga Museum 3. Nusantara - Journal of
bisa sukses, bisa terkenal, populer, dan memiliki Information and Library Studies, 2(1), 93–
beberapa talenta yang di antaranya meliputi: 1 0 2 . h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 3 0 9 9 9 / N -
bermain alat musik, menyanyi, menjadi model, JILS.V2I1.519
bermain sinetron hingga Vilm.
Hadi, S., Boham, A., & Senduk, J. J. (2014). Peran
Kritik yang muncul dari perspektif peneliti Pustakawan Dalam Meningkatkan Jasa
adalah bahwa (nama-nama) perempuan Layanan Kepada Pemustaka Di Kantor
dijadikan sebagai nama-nama layanan. Artinya Arsip Dan Perpustakaan Daerah Kota
relasi perempuan dan layanan dibuat semakin Ternate. Journal, 3(3).
dekat, lekat, dan menyatu. Hal ini bisa membuat
pemikiran bahwa perempuan adalah pelayan. Hasugian, J. (2019). Kepuasan mahasiswa
Meskipun perempuan memiliki potensi, t e r h a d a p l a y a n a n s u m b e r d a y a
kemampuan terpendam, atau beberapa bakat Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
yang ada di dalamnya namun tetap saja pada Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi,
dasarnya perempuan adalah pelayan. 15(1), 34. https://doi.org/10.22146/
bip.39370
DAFTAR PUSTAKA:
A.A. Ngr Anom Kumbara. (2018). Genealogi Teori kartika - Penelusuran Google. (n.d.). Retrieved
dan Metodologi di Cultural Studies. O c t o b e r 3 , 2 0 1 9 , f r o m h t t p s : / /
An1mage Jurnal Studi Kultural. www.google.co.id/search?
Almira. (2018). Evaluasi Penerapan Strategi sxsrf=ACYBGNRZuDBKwjH66fDsoccvQcFcs
Promosi Perpustakaan pada Perpustakaan us2eQ%3A1570089225428&source=hp&ei
Universitas Medan Area. =CamVXb_dF6GcmgegmpaYDg&q=kartika&
o q = k a r t i k a & g s _ l = p s y -
Anwar, R. K., Hapsari, I. A., & Sinaga, D. (2018). ab.3..35i39j0l2j0i203j0l6.1915.2668..2855..
Analisis semiotik Charles Sanders Pierce .0.0..0.189.831.4j3......0....1..gws-
mengenai logo baru Perpustakaan Nasional wiz.......0i131j0i67.8w2w-m-
Republik Indonesia. Jurnal Kajian Informasi Vum4&ved=0ahUKEwj_ha6Uzv_kAhUhjuYK
Dan Perpustakaan, 6(2), 123–138. https:// HSCNBeMQ4dUDCAU&uact=5
doi.org/10.24198/jkip.v6i2.15689
Kosasih, A. (2009). Artikel Pustakawan

72
Shofwan Yusuf dan Arina Faila Saufa

Perpustakaan Universitas Negeri Malang |. Professionals. Procedia - Social and


Retrieved from http://library.um.ac.id/ Behavioral Sciences, 133, 249–254. https://
images/stories/pustakawan/karsasih/ doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.04.191
Faktor2x layanan prima.pdf
Perpustakaan Yogyakarta Buka Layanan “Mulan
Kurnia, B. E. (2018). Representasi Perpustakaan Jamila” | Republika Online. (n.d.). Retrieved
Dan Pustakawan Pada Video ProVil O c t o b e r 3 , 2 0 1 9 , f r o m h t t p s : / /
Perpustakaan Pertamina. Nusantara - www.republika.co.id/berita/nasional/
Journal of Information and Library Studies, hukum/15/07/28/ns6tbe361-
1(1), 1. https://doi.org/10.30999/n- perpustakaan-yogyakarta-buka-layanan-
jils.v1i1.246 mulan-jamila

LuthViyah, F. (2015). Manajemen Perpustakaan Perpustakaan Yogyakarta uji coba layanan


d a l a m M e n i n g k a t k a n L a y a n a n “Mulan Jamila” - ANTARA News. (n.d.).
Perpustakaan. Jurnal El-Idare, 1(2), 189– Retrieved October 3, 2019, from https://
202. www.antaranews.com/berita/509122/
perpustakaan-yogyakarta-uji-coba-layanan-
Mohindra, R., & Kumar, A. (2015). User mulan-jamila
satisfaction regardthe ing quality of library
services of A.C. Joshi Library, Panjab Piliang, Y. A., & Sobur, A. (2004). Semiotika
University, Chandigarh. DESIDOC Journal of komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Library and Information Technology, 35(1),
5 4 – 6 0 . h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 4 4 2 9 / Pontoriero, C., & Zippo-Mazur, G. (2019).
djlit.35.1.8072 Evaluating the user experience of patrons
with disabilities at a community college
muJameelaeela - Penelusuran Google. (n.d.). library. Library Trends, 67(3), 497–515.
Retrieved October 3, 2019, from https:// https://doi.org/10.1353/lib.2019.0009
www.google.co.id/search?
safe=strict&ei=lPWVXZVlBNSmwgOB6aTYC Rachman, Y. B., & Putri, D. A. (2018). Social media
w&q=mulan+jameela&oq=mulan+jameela& application in Indonesian academic
g s _ l = p s y - libraries. Webology, 15(1), 19–29.
ab.3..0i131l9j0.1147942.1149747..115001
6...0.3..0.246.2022.1j10j2......0....1..gws- Rahmawati, N. A., & Bachtiar, A. C. (2018).
wiz.......0i71j0i67j0i131i67.RjVUxBM6um0& Analisis dan perancangan sistem informasi
v e d = 0 a h U K E w i X _ - perpustakaan sekolah berdasarkan
qTl4DlAhVUk3AKHYE0CbsQ4dUDCAo&uac k e b u t u h a n s i s t e m . B e r k a l a I l m u
t=5 Perpustakaan Dan Informasi, 14(1), 76.
https://doi.org/10.22146/bip.28943
Mulan Jamila, Layanan Baru Perpustakaan Kota
Yogyakarta | Dinas Perpustakaan dan Arsip Rini, D. P. (2010). Membongkar Makna dibalik
Daerah D.I Yogyakarta. (n.d.). Retrieved Representasi Citra Perempuan dalam Iklan
O c t o b e r 3 , 2 0 1 9 , f r o m h t t p : / / Kecantikan (UGM). https://doi.org/
dpad.jogjaprov.go.id/article/news/vieww/ 10.5072/ZENODO.9905
mulan-jamila-layanan-baru-perpustakaan-
kota-yogyakarta-669 Ristekdikti. (n.d.). Retrieved October 2, 2019,
from https://ristekdikti.go.id/
Mustafa, B. (2012). Promosi jasa perpustakaan.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka. Shulman, J., Yep, J., & Tomé , D. (2015). Leveraging
the Power of a Twitter Network for Library
Noor, M. U. (2018). Implementation of Library 2.0 P r o m o t i o n . J o u r n a l o f A c a d e m i c
Application: Lesson Learnt from Indonesian Librarianship, 41(2), 178–185. https://
Library and Librarian. KnE Social Sciences, doi.org/10.1016/j.acalib.2014.12.004
3(11), 1266. https://doi.org/10.18502/
kss.v3i11.2846 Tinarbuko, S. (2008). Semiotika Komunikasi
Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
Patil, S. K., & Pradhan, P. (2014). Library
Promotion Practices and Marketing of UU RI NO 43 TAHUN 2007. (2007). UNDANG-
Library Services: A Role of Library UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

73
Shofwan Yusuf dan Arina Faila Saufa

4 3 T A H U N 2 0 0 7 T E N T A N G
PERPUSTAKAAN. In Materia Japan. https://
doi.org/10.2320/materia.46.171

Wijaya, N. M. (2015). Evaluasi Kepuasan


Pe n g g u n a Te r h a d a p Pe l aya n a n d u
Perpustakaan Umum Daerah Tabanan.
Jurnal Ilmiah D3 Perpustakaan. https://
doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Yi, Z. (2016). Effective techniques for the


promotion of library services and
resources. Information Research, 21(1).

Yusup, P. M. (2001). Pengantar aplikasi teori


sosial komunikasi untuk perpustakaan dan
informasi. Bandung: UNPAD.

74

Anda mungkin juga menyukai