Anda di halaman 1dari 4

MID TEST TAFSIR TARBAWI

Nama : Zainul Mulki


NIM : 170102030863
Kelas : TBI A 2019

1. Al-Alaq 1-5

ْ ِ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم ب‬3( ‫ َر ُم‬7‫ َرْأ َو َربُّكَ اَأْل ْك‬7‫) ا ْق‬2( ‫ق‬
‫ا لَ ْم‬7‫انَ َم‬7‫) َعلَّ َم اِإْل ْن َس‬4( ‫القَلَ ِم‬7 ٍ 7َ‫ق اِإْل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫) َخل‬1( ‫ق‬
)5( ‫يَ ْعلَ ْم‬
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Surat ini adalah yang pertama kali turun kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Surat
tersebut turun di awal-awal kenabian, yaitu saat beliau diangkat menjadi nabi. Ketika itu
beliau tidak tahu tulis menulis dan tidak mengerti tentang iman. Lantas Jibril datang dengan
membawa risalah atau wahyu. Lalu Jibril memerintahkan nabi untuk membacanya, beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam enggan. Beliau berkata,

ِ َ‫“ َما َأنَا بِق‬Aku tidak bisa membaca.” (HR. Bukhari, no. 3).
‫ارٍئ‬
Beliau terus mengatakan seperti itu sampai akhirnya beliau membacanya. Kemudian
turunlah ayat,
َ ِّ‫“ ا ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan.” Yang
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
‫ق‬
dimaksud menciptakan di sini adalah menciptakan makhluk secara umum. Tetapi yang
dimaksudkan secara khusus di sini adalah manusia. Manusia diciptakan dari segumpal darah
sebagaimana disebut dalam ayat selanjutnya,

ٍ َ‫ق اِإْل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬


‫ق‬ َ َ‫“ َخل‬Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
Manusia tidak hanya diciptakan saja, namun ia juga diperintah dan dilarang. Untuk
menjelaskan perintah dan larangan tersebut diutuslah Rasul dan diturunkanlah Al-Kitab (Al-
Qur’an). Oleh karena itu, setelah menceritakan perintah untuk membaca disebutkan mengenai
penciptaan manusia. Setelah itu, Allah memerintahkan,
‫“ ا ْق َرْأ َو َربُّكَ اَأْل ْك َر ُم‬Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah.” Disebutkan bahwa Allah
memiliki sifat pemurah yang luas dan karunianya yang besar kepada makhluk-Nya.
Al-akram sendiri bermakna memberi tanpa meminta atau menunggu balasan. Disebutkan
oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil – Tafsir Juz ‘Amma,
2:428. Di antara bentuk karunia Allah kepada manusia–kata Syaikh As-Sa’di rahimahullah–
adalah Dia mengajarkan ilmu kepada manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat
ْ ِ‫“ الَّ ِذي َعلَّ َم ب‬Yang mengajar (manusia) dengan
selanjutnya, )5( ‫ا لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬777‫انَ َم‬777‫) َعلَّ َم اِإْل ْن َس‬4( ‫القَلَ ِم‬777
perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Mengajarkan ilmu dengan qalam meliputi tiga hal: (1) memikirkan, (2) mengajarkan lafal Al-
Qur’an, (3) mengajarkan cara menulisnya. Lihat At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil – Tafsir Juz
‘Amma, 2:430. Kata Syaikh As-Sa’di rahimahullah, “Manusia dikeluarkan dari perut ibunya
ketika lahir tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah menjadikan baginya penglihatan dan
pendengaran serta hati sebagai jalan untuk mendapatkan ilmu.” (Tafsir As-Sa’di, hlm. 976).
Allah mengajarkan kepada manusia Al-Qur’an dan mengajarkan kepadanya hikmah, yaitu
ilmu. Allah mengajarkannya dengan qalam (pena) yang bisa membuat ilmunya semakin
lekat. Allah pun mengutus Rasul supaya bisa menjelaskan kepada mereka. Alhamdulillah,
atas berbagai nikmat ini yang sulit dibalas dan disyukuri.

2. Surat An-Nahl Ayat 43-44 Menjelaskan tentang metode pembelajaran menurut Al-Qur’an

َ‫الذ ْك ِر اِنْ ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُم ْو ۙن‬


ِّ ‫سـَٔلُ ْٓوا اَ ْه َل‬
ْ ‫س ْلنَا ِمنْ قَ ْبلِ َك اِاَّل ِر َجااًل نُّ ْو ِح ْٓي اِلَ ْي ِه ْم فَا‬
َ ‫َمٓا اَ ْر‬

َ‫س َما نُ ِّز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُر ْون‬ ِّ َ‫الزبُ ۗ ِر َواَ ْن َز ْلنَٓا اِلَ ْيك‬
ِ ‫الذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلنَّا‬ ِ ‫ا ْلبَيِّ ٰن‬
ُّ ‫ت َو‬
Artinya : 43. “(Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.
44. (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.
Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan,

Tafsir Ibnu Katsir

َ‫الذ ْك ِر اِنْ ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُم ْو ۙن‬


ِّ ‫سـَٔلُ ْٓوا اَ ْه َل‬
ْ ‫س ْلنَا ِمنْ قَ ْبلِكَ اِاَّل ِر َجااًل نُّ ْو ِح ْٓي اِلَ ْي ِه ْم فَا‬
َ ‫َو َمٓا اَ ْر‬
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang- orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui”

Ayat ini menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia
kapan dan dimanapun, kecuali orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan
malaikat yang Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat jibril; Maka
wahai orang- orang yang ragu atau tidak tahu maka bertanyalah kepada ahl-Dzikr yakni
orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

Thabathaba’i berpendapat bahwa ayat ini menginformasikan bahwa dakwah keagamaan dan
risalah kenabian adalah dakwah yang disampaikan oleh manusia biasa yang mendapat wahyu
dan bertugas mengajak manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak seorang Rasul
pun, tidak juga kitab suci yang menyatakan bahwa risalah keagamaan berarti nampaknya
kekuasaan Allah yang goib lagi mutlak atas segala sesuatu. Tidak pernah ada pernyataan
semacam itu, sehingga kaum musyrikin tidak wajar berkata: jika Allah menghendaki, niscaya
kami tidak menyembah sesuatu apapun selain Dia.

Disisi lain bertanya kepada ahlu kitab yang dalam ayat ini mereka di gelari ahl az-Zikr
menyangkut apa yang tidak diketahui, selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif,
menunjukan Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan
Dalam dunia pendidikan kita dituntut untuk berusaha mencari tahu apa yang kita pelajari,
sehingga kita dapat memahami hal tersebut. Dalam surah ini menjelaskan bahwa kita
diperintahkan untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu atau lebih pintar dari diri kita,
dengan demikian kita akan dapat memahami sebuah ilmu tidak hanya dengan pemahaman
sepihak dari diri kira sendiri, melainkan penjelasan atau pemaparan yang kita dapatkan dari
orang lain. Orang lain tersebut bisa kita jadikan sebagai guru, dan guru itulah yang berperan
sebagai subjek pendidikan, karena gurulah yang akan memberi pemahaman kepada kita
tentang suatu hal yang tidak kita ketahui.
 

3. Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat
dipahami oleh objek pendidikan.
a. Ar-Rahman 1-4

ُ‫اَلرَّحْ مٰ ۙن‬
َ‫َعلَّ َم ْالقُرْ ٰا ۗن‬
ۙ ‫ق ااْل ِ ْن َس‬
َ‫ان‬ َ َ‫َخل‬
َ‫َعلَّ َمهُ ْالبَيَان‬
(1) (Tuhan) yang Maha Pemurah.
(2) Yang telah mengajarkan al Quran.
(3) Dia menciptakan manusia.
(4) Mengajarnya pandai berbicara.

b. An- Najm 5-6

‫ﻋَﻠ َّﻤﻪُ َش ِدي ُد ْالقُ َوى‬


7‫ُذو ِم َّر ٍة فَا ْستَ َوى‬
(5) Ia diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat.
(6) Pemilik potensi yang sangat hebat; lalu dia tampil sempurna.

4. Menuntut Ilmu wajib karena itu adalah kebutuhan, dengan ilmu kita mengerti agama,
menjadi muslim/Muslimah yang lebih baik dari waktu ke waktu, kita juga bisa mengajak
orang lain ke jalan kebaikan, menolong mereka yang tidak tahu atau membutuhkan.
Dan pastinya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang menuntut ilmu seperti dalam
Surah Al-Mujadillah ayat 11

ٍ ‫يَ ْرفَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ا ْل ِع ْل َم د ََر َجا‬
‫ت َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬

Artinya: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (Surat Al-Mujadilah: 11).

Surah At-Taubah Ayat 122 :


ِ ‫َو َما َكانَ ا ْل ُمْؤ ِمنُونَ لِيَ ْنفِ ُروا َكافَّةً ۚ فَلَ ْواَل نَفَ َر ِمنْ ُك ِّل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم طَاِئفَةٌ لِيَتَفَقَّ ُهوا فِي الد‬
‫ِّين َولِيُ ْن ِذ ُروا قَ ْو َم ُه ْم‬
َ‫ِإ َذا َر َج ُعوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْح َذرُون‬
Artinya : Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.”
Mengutip Qur’an Kemenag, kandungan Surat At Taubah ayat 122 ini menjelaskan bahwa
tidak semua orang mukmin harus berangkat ke medan perang, apabila peperangan itu hanya
dilakukan oleh sebagian kaum muslim saja.
Tetapi ada pembagian tugas dalam masyarakat, di mana sebagian lagi harus menuntut ilmu
dan mendalami agama islam. Tujuannya agar ilmu agama dapat diajarkan secara merata, dan
dakwah dapat dilakukan dengan cara yang efektif sehingga kecerdasan umat Islam bisa
ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai