BAB VI
PERKEMBANGAN
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAN
PEMBANGUNAN DAERAH
VI - 2
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
Baru 15 provinsi Sampai saat ini baru 15 provinsi, 120 kabupaten dan 25 kota yang
(45%), 120 telah melaporkan Perda Organisasi Perangkat Daerahnya kepada Depdagri,
kabupaten dan 25
atau hanya sebesar 45% provinsi dan 30% kabupaten/kota. Informasi
kota (30%) yang
telah melaporkan lengkap daerah-daerah yang telah melaporkan pelaksanaan PP No. 41
Perda Organisasi Tahun 2007 di daerahnya masing-masing dapat dilihat pada Tabel B.1 di
Perangkat Daerah lampiran B Buku Pegangan 2009 ini.
VI - 3
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
VI - 4
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
Sistem pelayanan Salah satu bentuk kelembagaan pemerintah daerah yang sedang
terpadu satu pintu ditingkatkan terkait pelayanan publik adalah pelayanan terpadu satu pintu.
dikembangkan Sistem pelayanan ini dikembangkan dalam rangka mendorong
dalam rangka
mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, sesuai Instruksi
pertumbuhan Presiden No. 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim
ekonomi melalui Investasi. Tingginya tingkat kesulitan masyarakat dalam
peningkatan mengurus/memperoleh dokumen perijinan maupun non perijinan dari
investasi pemerintah, disinyalir terkait dengan panjangnya rantai birokrasi dan
banyaknya instansi yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Oleh
karena itu, peningkatan iklim investasi diusahakan melalui pemangkasan
rantai birokrasi pelayanan publik, yang juga diaplikasikan pada pelayanan
dokumen non perijinan.
VI - 5
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
SPM dapat dijadikan Pelaksanaan SPM secara luas menghadapi beberapa tantangan
alat untuk mengukur yaitu: (1) kompleksitas dalam merancang dan menyusun indikator di
kinerja pemerintah
daerah dalam
dalam SPM; (2) ketersediaan dan kemampuan penganggaran yang relatif
memberikan terbatas; (3) perlu melakukan proses konsultasi publik dalam menentukan
pelayanan publik norma dan standar tertentu yang disepakati bersama untuk menghindari
dan meningkatkan adanya perbedaan persepsi di dalam memberikan pelayanan publik sesuai
akuntabilitas SPM. Pelaksanaan SPM ke depan diharapkan mampu meningkatkan
Pemerintahan
Daerah terhadap
pelayanan dasar Pemerintah Daerah kepada masyarakat dengan lebih baik.
masyarakat SPM juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas perimbangan keuangan
dan/atau bantuan lain dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah
menjadi lebih adil dan transparan. Dalam proses penentuan anggaran
kinerja berbasis manajemen kinerja, SPM dapat dijadikan dasar dalam
alokasi anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur. SPM dapat
menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintahan Daerah
terhadap masyarakat. Sebaliknya, masyarakat dapat mengukur
sejauhmana Pemerintahan Daerah dapat memenuhi kewajibannya dalam
menyediakan pelayanan publik.
Penataan DOB Sejak diberlakukannya UU No. 22 dan No. 25 Tahun 1999, yang
sampai saat ini kemudian diganti dengan UU No. 32 dan No. 33 Tahun 2004, Indonesia
masih sangat identik mulai mencoba satu bentuk penyelenggaraan pemerintahan baru yang
dengan pemekaran
memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintahan daerah. Oleh
wilayah, belum ada
upaya-upaya yang karena itu, penataan Daerah Otonom Baru (DOB) menjadi salah satu isu
mengarah pada penting, yang sampai tahun 2008 masih menjadi fokus Pemerintah.
penghapusan dan Penataan DOB sampai saat ini masih sangat identik dengan pemekaran
penggabungan wilayah, belum ada yang mengarah pada penghapusan dan penggabungan
wilayah seperti
wilayah seperti diatur dalam PP 129 tahun 2000 tentang Persyaratan
diatur dalam PP 129
Tahun 2000 Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan
Daerah yang kemudian diganti dengan PP 78 tahun 2007 tentang Tata
Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.
pembentukan daerah otonom baru sejak tahun 1999 sampai tahun 2009
dapat dilihat pada gambar 6.1 berikut.
250
203 205
200
173
98
100
60
45 48 49
50 38
25 30
45
12
3 1 0 2
0
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Jumlah Kumulatif
VI - 11
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
· Draft revisi PP. 69 Tahun 1996, tentang Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang dalam rangka kegiatan peninjauan kembali dan
pendayagunaan rencana tata ruang untuk menjamin keterpaduan
pembangunan antar wilayah dan antar sektor.
· Draft RPP amanat UU No. 26 Tahun 2007 yaitu RPP tentang
penyelenggaraan penataan ruang, tingkat ketelitian peta dan RTR,
penataan ruang kawasan pertahanan, pembangunan sumber daya,
bentuk dan tata cara peran masyarakat,
VI - 13
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
14,46%
Sudah ada penguasaan &
penggunaan tanah tidak
45,56% 13,94% sesuai fungsi
Sudah ada penguasaan &
penggunaan tanah sesuai
fungsi
Tersedia fungsi lindung
24,41% Tersedia
10,06% Hutan
9,49%
Non pertanian
4,64%
Sawah
Pertanian tanah kering
1,96%
9,35% Perkebunan
64,50%
Lain-lain
VI - 14
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
“Kawasan paling Di luar kategori wilayah tertinggal, terdapat sejumlah kawasan yang
tertinggal” adalah
dapat kita sebut sebagai “kawasan paling tertinggal”. Kawasan ini dihuni
kawasan yang belum
tersentuh oleh oleh Komunitas Adat Terpencil (KAT), yaitu kelompok sosial budaya yang
jaringan dan bersifat lokal dan terpencar. Pada umumnya, kawasan itu belum tersentuh
pelayanan sosial, oleh jaringan dan pelayanan sosial, ekonomi dan politik. Sementara itu,
ekonomi dan politik hampir seluruh pulau-pulau kecil terluar dan terdepan di dalam wilayah
seperti 92 pulau
kedaulatan negara kita, yang berjumlah 92 pulau, termasuk pula di dalam
kecil terluar dan
terdepan kategori kawasan tertinggal.
VI - 17
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
Permasalahan lain yang tidak dapat dilepaskan dalam pengelolaan Permasalahan yang
kawasan perbatasan adalah belum disepakatinya penetapan wilayah mengemuka dalam
negara di beberapa segmen batas darat dan laut melalui kesepakatan pengelolaan
kawasan perbatasan
dengan negara tetangga. Kerusakan atau pergeseran sebagian patok- adalah belum
patok batas darat sering menyebabkan demarkasi batas di lapangan adanya kesepakatan
menjadi kabur. Perlu diperhatikan pula eksistensi pulau-pulau terluar yangpenetapan batas
menjadi lokasi penempatan Titik Dasar/Titik Referensi sebagai acuan wilayah negara serta
dalam menarik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. kurang optimalnya
koordinasi dan
sinergitas antar
Permasalahan lainnya yang mengemuka hingga saat ini adalah masih pelaku
belum optimalnya koordinasi dan sinergitas antar pelaku yang
menyebabkan lambannya upaya pengelolaan kawasan perbatasan. Hal ini
disebabkan oleh belum berjalan optimalnya manajemen pengelolaan
kawasan perbatasan yang terintegrasi, baik dalam aspek perencanaan
maupun pelaksanaannya.
VI - 18
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
VI - 20
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
VI - 21
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
VI - 22
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
Jumlah dan proporsi Potret perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia tidak jauh
penduduk perkotaan berbeda dari gambaran perkembangan pembangunan wilayah yang ada.
terus meningkat,
Jumlah dan proporsi penduduk perkotaan terus meningkat, namun bagian
namun bagian
terbesar penduduk terbesar penduduk perkotaan masih berada di Jawa. Proporsi penduduk
pekotaan masih yang tinggal di wilayah perkotaan di Indonesia meningkat dari sekitar 22
berada di jawa persen di tahun 1980 menjadi 31 persen dan 42 persen di tahun 1990 dan
2000, dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi lebih dari 60 persen
di tahun 2025. Proporsi penduduk perkotaan yang tinggal di Jawa tidak
banyak berubah dari 69.8 persen di tahun 1980 menjadi 69.2 persen dan
69.1 persen di tahun 1990 dan 2000, masih selalu lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang menghuni kota-kota di luar Jawa.
VI - 25
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
PERKOTAAN
Jumlah penduduk perkotaan > perdesaan
90
82.6
Perdesaan
77.73
80 Perkotaan
52.03
48.3
50
51.7
47.97
40 43.99 43.95
39.61
34.95
35.91
30
30.9
20 22.27
17.4
10
80
70
90
95
02
05
10
15
20
25
19
19
19
19
20
20
20
20
20
20
Struktur dan hirarkhi kota-kota kita masih belum beranjak banyak
dari keadaan beberapa dekade lalu di mana wilayah Jakarta dan
sekitarnya masih menduduki urutan pertama pusat pertumbuhan, diikuti
Surabaya, Bandung, Semarang, Palembang, Medan, Makassar, Padang,
Malang, Lampung dan seterusnya. Jumlah kota-kota kecil relatif lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kota menengah.
Kota Metropolitan
15 %
Kota Besar
14 %
58 % Kota Sedang
12 % Kota Kecil
VI - 26
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
343 Bencana di Indonesia pada 1907 – 2007 terbanyak adalah banjir, gempa
bumi, gunung berapi , longsor dan epidemi
1 0
A n g in t o p a n
9
K e b a k a r a n h u t a n
8
T s u n a m i
4 5
G u n u n g B e r a p i
3 7
L o n g s o r
1 0 8
B a n jir
3 3
E p id e m i
8 5
G e m p a b u m i
8
K e k e r in g a n
0 3 0 6 0 9 0 1 2 0
VI - 27
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
VI - 28
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
WILAYAH PERDESAAN
96.68
Papua
90.61
Nusa Tenggara
91.54
Maluku
88.63
Sulawes i
91.58
Kalim antan
70.07
Jawa dan Bali
87.61
Sum atera
5%
0% 60%
9%
1%
60
50
40 % Penduduk Miskin lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan berdasarkan propinsi (2007 & 2008)
30
20
10
0
NTB
NAD
NTT
Riau
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Banten
Papua
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Maluku
Sumatera Utara
Sulawesi Utara
Gorontalo
Maluku Utara
Jawa Barat
Papua Barat
Jambi
Jawa Timur
Bali
Sumatera Barat
Sulawesi Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
VI - 30
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
VI - 31
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Dan Pembangunan Daerah
VI - 32
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
PENGUATAN EKONOMI DAERAH:
Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global
VI - 34
Buku Pegangan 2009
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah