Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA


DI INDONESIA

OLEH:
..........................................
MIH......................

MAGISTER ILMU HUKUM


UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE SUDIRMAN
2021

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejahatan terhadap umat manusia adalah istilah di dalam hukum
internasional yang mengacu pada tindakan pembunuhan massal dengan
penyiksaan terhadap tubuh dari orang-orang, sebagai suatu kejahatan
penyerangan terhadap yang lain. Para sarjana Hubungan internasional telah
secara luas menggambarkan "kejahatan terhadap umat manusia" sebagai
tindakan yang sangat keji, pada suatu skala yang sangat besar, yang
dilaksanakan untuk mengurangi ras manusia secara keseluruhan. Biasanya
kejahatan terhadap kemanusiaan dilakukan atas dasar kepentingan politis,
seperti yang terjadi di Jerman oleh pemerintahan Hitler serta yang terjadi di
Rwanda dan Yugoslavia
Diatur dalam Statuta Roma dan diadopsi dalam Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia. Menurut undang-undang tersebut dan juga sebagaimana diatur
dalam pasal 7 Statuta Roma, definisi kejahatan terhadap kemanusiaan ialah
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terdapat penduduk sipil. Kejahatan terhadap kemanusiaan ialah salah
satu dari empat Pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi
International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah genosida,
kejahatan perang, dan kejahatan agresi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HAM?
2. Bagaimana sejarah HAM?
3. Apa saja bentuk pelanggaran HAM?
4. Apa saja faktor penyebab pelanggaran HAM?
5. Bagaimana upaya pencegahan pelanggaran HAM?
6. Bagaimana penanganan kasus pelanggaran HAM?
3

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian HAM?
2. Untuk mengetahui sejarah HAM?
3. Untuk mengetahui bentuk pelanggaran HAM?
4. Untuk mengetahui faktor penyebab pelanggaran HAM?
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan pelanggaran HAM?
6. Untuk mengetahui penanganan kasus pelanggaran HAM?
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan ini adalah agar kita bisa menghargai hak-
hak manusia dan mencegah terjadinya pelanggaran HAM.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM
Hak asasi manusia adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma,
yang menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi
secara teratur sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional.
Mereka umumnya dipahami sebagai hal yang mutlak sebagai hak-hak dasar
"yang seseorang secara inheren berhak karena dia adalah manusia dan yang
melekat pada semua manusia terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-
usul etnis atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali
dalam arti yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap
orang. HAM membutuhkan empati dan aturan hukum dan memaksakan
kewajiban pada orang untuk menghormati hak asasi manusia dari orang lain.
Mereka tidak harus diambil kecuali sebagai hasil dari proses hukum
berdasarkan keadaan tertentu; misalnya, hak asasi manusia mungkin termasuk
kebebasan dari penjara melanggar hukum, penyiksaan, dan eksekusi.
Doktrin dari hak asasi manusia telah sangat berpengaruh dalam hukum
internasional, lembaga-lembaga global dan regional. Tindakan oleh negara-
negara dan organisasi-organisasi non-pemerintah membentuk dasar dari
kebijakan publik di seluruh dunia. Ide HAM menunjukkan bahwa jika wacana
publik dari masyarakat global mengenai perdamaian dapat dikatakan memiliki
bahasa moral yang umum, itu merujuk ke hak asasi manusia. Klaim yang kuat
yang dibuat oleh doktrin hak asasi manusia terus membuat provokasi
skeptisisme yang cukup besar dan perdebatan tentang isi, sifat dan
pembenaran hak asasi manusia sampai hari ini. Arti yang tepat dari hak asasi
memicu kontroversial dan merupakan subyek perdebatan filosofis yang
berkelanjutan; sementara ada konsensus bahwa hak asasi manusia meliputi
berbagai hak seperti hak untuk mendapatkan pengadilan yang adil,
perlindungan terhadap perbudakan, larangan genosida, kebebasan berbicara,
atau hak atas pendidikan, ada ketidaksetujuan tentang mana yang hak tertentu

4
5

harus dimasukkan dalam kerangka umum hak asasi manusia; beberapa


pemikir menunjukkan bahwa hak asasi manusia harus menjadi persyaratan
minimum untuk menghindari pelanggaran terburuk, sementara yang lain
melihatnya sebagai standar yang lebih tinggi.
Banyak ide-ide dasar yang menggambarkan gerakan hak asasi manusia
yang dikembangkan pada masa setelah Perang Dunia Kedua dan kekejaman
dari Holocaust, berpuncak pada adopsi dari Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia di Paris oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1948. Masyarakat kuno
tidak memiliki konsepsi modern yang sama dari hak asasi manusia universal.
Pelopor sebenarnya dari wacana hak asasi manusia adalah konsep hak alami
yang muncul sebagai bagian dari tradisi hukum alam abad pertengahan yang
menjadi menonjol selama Abad Pencerahan dengan filsuf seperti John Locke,
Francis Hutcheson, dan Jean-Jacques Burlamaqui, dan yang menonjol dalam
wacana politik revolusi Amerika dan revolusi Perancis. Dari dasar ini,
argumen hak asasi manusia modern muncul selama paruh kedua abad kedua
puluh, mungkin sebagai reaksi terhadap perbudakan, penyiksaan, genosida,
dan kejahatan perang, sebagai realisasi kerentanan manusia yang melekat dan
sebagai prasyarat untuk kemungkinan menciptakan masyarakat yang adil.
B. Sejarah HAM
Perjuangan dalam menegakkan hak asasi manusia telah dimulai pada
abad 17 oleh seorang filsuf berkebangsaan Inggris bernama John Locke.
Locke merumuskan hak-hak dasar yang dimiliki manusia sejak dilahirkan
yakni hak atas hidup, hak milik, dan hak kebebasan. Sejarah perkembangan
hak asasi manusia di dunia diwarnai oleh dikeluarkannya deklarasi-deklarasi
penting berikut ini:
1. Magna Charta (1215)
Peristiwa pertama yang menandai perjuangan awal bangsa-bangsa
dunia untuk memperjuangkan hak asasi manusia adalah dikeluarkannya
Magna Charta atau Piagam Besar pada tanggal 15 Juni 1215. Meskipun
isinya hanya membahas tentang hak-hak para bangsawan pada masa itu,
namun Magna Charta dapat dikatakan sebagai cikal bakal perkembangan
6

hak asasi universal. Sejak diterbitkan pada tahun 1215, piagam Magna
Charta kemudian masuk menjadi bagian dari konstitusi Inggris.
2. Bill of Rights (1689)
Setelah dikeluarkannya Magna Charta pada tahun 1215,
perjuangan menegakkan hak asasi manusia pun kemudian dilanjutkan
dengan dilahirkannya Bill of Rights pada tahun 1689. Pada peristiwa itu,
muncul adagium yang menyatakan bahwa semua manusia di dunia
memiliki kedudukan sama di muka hukum. Pernyataan tersebut kemudian
mendorong munculnya sistem demokrasi. Lahirnya Bill of Rights tersebut
menciptakan anggapan bahwa asas persamaan harus diwujudkan tak
peduli seberapa besar risiko yang dihadapi sebab kebebasan baru dapat
dihasilkan jika asas persamaan berhasil diwujudkan.
3. The American Declaration of Independence (1776)
Pernyataan mengenai hak asasi manusia juga tertuang dalam The
American Declaration of Independence atau Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat pada 4 Juli 1776. Dalam deklarasi tersebut disebutkan
bahwa setiap manusia diciptakan sama, dan Tuhan telah menganugerahkan
hak-hak dan kebebasan yang tidak dapat direnggut oleh siapapun. Hak-hak
tersebut di antaranya adalah hak atas hidup (life), hak kebebasan (liberty),
dan hak untuk meraih kebahagiaan (the pursuit of happiness).
4. The French Declaration (1789)
Peristiwa selanjutnya yang menandai awal perkembangan hak asasi
manusia adalah The French Declaration atau Deklarasi Perancis yang
dikeluarkan pada tahun 1789. Deklarasi tersebut mempertegas kembali
secara rinci mengenai hakikat hak asasi manusia yang kemudian
berkembang menjadi dasar-dasar negara. Dalam deklarasi tersebut
dinyatakan bahwa penangkapan dan penahanan yang dilakukan semena-
mena, penangkapan tanpa alasan yang sah, dan tindakan penangkapan
tanpa surat penahanan merupakan perbuatan yang melanggar hak asasi
manusia.
5. The Universal Declaration of Human Rights (1948)
7

Universal Declaration of Human Rights lahir pasca berakhirnya


Perang Dunia II yang meninggalkan dampak luar biasa bagi kehidupan
dunia. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Majelis PBB tersebut
menggarisbawahi hak-hak yang dimiliki oleh setiap manusia sejak ia
masih di dalam kandungan. Hak-hak tersebut meliputi: hak untuk hidup,
hak mengeluarkan pendapat, hak untuk memperoleh jaminan hukum, hak
untuk mendapatkan pendidikan, hak atas rasa aman, hak kebebasan dalam
memeluk agama, dan masih banyak lagi.
C. Bentuk Pelanggaran HAM
Di dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita tidak akan pernah
lepas dari yang namanya berita, entah itu kasus pembunuhan, penculikan,
pemerkosaan dan sebagainya. Dan juga, tidak menutup kemungkinan pula,
kalian pernah melihat pengeroyokan, caci maki bahkan tawuran dan masih
banyak lagi lainnya. Selain itu, yang namanya pelecehan, penghinaan, atau
diperlakukan tidak adil itu adalah salah satu bentuk pelanggaran HAM yang
sering, bukan sering lagi namun sangat sering terjadi di masyarakat.
Bentuk pelanggaran HAM yang sering muncul biasa terjadi dalam 2
bentuk, yakni sebagai berikut:
1. Diskriminasi
Diskriminasi adalah suatu pembatasan, pelecehan atau bahkan
pengucilan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada
pembedaan manusia, atas dasar agama, suku, ras, kelompok, golongan,
jenis kelamin, etnik, keyakinan beserta politik yang selanjutnya berimbas
pada pengurangan, bentuk penyimpangan atau penghapusan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik secara individu,
maupun kolektif di dalam berbagai aspek kehidupan.
2. Penyiksaan
Penyiksaan adalah perbuatan yang dilakukan secara sengaja
sehingga menimbulkan rasa sakit yang teramat atau penderitaan baik itu
jasmani maupun rohani pada seseorang untuk mendapat pengakuan dari
seseorang ataupun orang ketiga.
8

Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:


1. Pelanggaran HAM berat
Pelanggaran HAM berat adalah pelanggaran HAM yang bersifat
berbahaya, dan mengancam nyawa manusia, seperti halnya pembunuhan,
penganiayaan, perampokan, perbudakan, penyanderaan dan lain
sebagainya. Pelanggaran HAM berat, menurut Undang-Undang RI Nomor
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, dapat diklasifikasikan menjadi
2, yaitu:
a. Kejahatan Genosida
Kejahatan genosida merupakan setiap perbuatan yang
dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh
maupun sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok, maupun agama
dengan cara:
1) Membunuh setiap anggota kelompok.
2) Mengakibatkan terjadinya penderitaan fisik dan mental yang berat
terhadap anggota kelompok.
3) Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang bisa
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya.
4) Memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke dalam
kelompok yang lain.
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan suatu
tindakan/perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, yang berupa:
1) Pembunuhan.
2) Pemusnahan.
3) Perbudakan.
4) Pengusiran atau pemindahan penduduk yang dilakukan secara
paksa.
9

5) Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain


dengan sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional.
6) Penyiksaan.
7) Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau segala
bentuk kekerasan seksual lainnya yang setara.
8) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu maupun
perkumpulan yang didasari dengan persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan
lainnya yang telah diakui secara universal sebagai hal yang
dilarang menurut hukum internasional.
9) Penghilangan orang secara paksa.
10) Kejahatan apartheid, yakni sistem pemisahan ras yang diterapkan
oleh suatu pemerintahan bertujuan untuk melindungi hak istimewa
dari suatu ras atau bangsa.
2. Pelanggaran HAM ringan
Pelanggaran HAM ringan adalah pelanggaran HAM yang tidak
mengancam jiwa manusia, namun berbahaya apabila tidak segera
diatasi/ditanggulangi. Misal, seperti kelalaian dalam memberikan
pelayanan kesehatan, pencemaran lingkungan secara disengaja oleh
masyarakat dan sebagainya.
Pelanggaran HAM (hak asasi manusia) di atas pada dasarnya adalah
bentuk pelanggaran kepada hak hidup, hak kemerdekaan, dan hak kebahagiaan
yang dimiliki oleh setiap manusia. Selain itu pula, pelanggaran HAM berat
merupakan bentuk penghinaan terhadap harkat, derajat dan martabat manusia.
D. Faktor Penyebab Pelanggaran HAM
1. Faktor internal
Yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal
dari diri pelaku pelanggar HAM, di antaranya adalah:
10

a. Sikap egois atau terlalu mementing diri sendiri


Sikap ini akan menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut
haknya, sementara kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang
mempunyai sikap seperti ini, akan menghalalkan segala cara supaya
haknya bisa terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapat melanggar hak
orang lain.
b. Rendahnya kesadaran HAM
Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM berbuat
seenaknya. Pelaku tidak mau tahu bahwa orang lain pun mempunyai
hak asasi yang harus dihormati. Sikap tidak mau tahu ini berakibat
muncul perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak asasi
manusia.
c. Sikap tidak toleran
Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak
menghargai dan tidak menghormati atas kedudukan atau keberadaan
orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan mendorong orang untuk
melakukan diskriminasi kepada orang lain.
2. Faktor Eksternal
yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong seseorang
atau sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, di antaranya
sebagai berikut:
a. Penyalahgunaan kekuasaan
Di masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku.
Kekuasaan di sini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah,
tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang terdapat di masyarakat.
Salah satu contohnya adalah kekuasaan di perusahaan. Para pengusaha
yang tidak memedulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar hak asasi
manusia. Oleh karena itu, setiap penyalahgunaan kekuasaan
mendorong timbulnya pelanggaran HAM.
b. Ketidaktegasan aparat penegak hukum
11

Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap


setiap pelanggaran HAM, tentu saja akan mendorong timbulnya
pelanggaran HAM lainnya. Penyelesaian kasus pelanggaran yang tidak
tuntas akan menjadi pemicu bagi munculnya kasus-kasus lain, para
pelaku tidak akan merasa jera, dikarenakan mereka tidak menerima
sanksi yang tegas atas perbuatannya itu. Selain hal tersebut, aparat
penegak hukum yang bertindak sewenang-wenang juga merupakan
bentuk pelanggaran HAM dan menjadi contoh yang tidak baik, serta
dapat mendorong timbulnya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya.
c. Penyalahgunaan teknologi
Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif,
tetapi bisa juga memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu
timbulnya kejahatan. Selain itu juga, kemajuan teknologi dalam bidang
produksi ternyata dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya
munculnya pencemaran lingkungan yang bisa mengakibatkan
terganggunya kesehatan manusia.
d. Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi
Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya
ketidakseimbangan yang mencolok di dalam kehidupan masyarakat.
Biasanya pemicunya adalah perbedaan tingkat kekayaan atau jabatan
yang dimiliki. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan
terjadinya pelanggaran HAM, misalnya perbudakan, pelecehan,
perampokan bahkan bisa saja terjadi pembunuhan.
E. Upaya Pencegahan Pelanggaran HAM
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pernyataan itu tentunya
sudah sering kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses
penegakan HAM. Tindakan terbaik dalam penegakan HAM adalah dengan
mencegah timbulnya semua faktor penyebab dari pelanggaran HAM. Apabila
faktor penyebabnya tidak muncul, maka pelanggaran HAM pun dapat
12

diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Berikut ini tindakan pencegahan yang


dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran HAM:
1. Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum
dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para
pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan
pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan
perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan
menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka
menegakkan hukum.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya
berbagai bentuk pelanggaran HAM oleh pemerintah.
3. Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik
terhadap setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
4. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat
melalui lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun
nonformal (kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-kursus).
5. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
6. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan
dalam masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati
keyakinan dan pendapat masing-masing.
F. Penanganan Kasus Pelanggaran HAM
Kasus pelanggaran HAM akan senantiasa terjadi jika tidak secepatnya
ditangani. Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di negaranya akan disebut sebagai unwillingness state atau negara yang
tidak mempunyai kemauan menegakkan HAM. Kasus pelanggaran HAM
yang terjadi di negara tersebut akan disidangkan oleh Mahkamah
Internasional. Hal tersebut tentu saja menggambarkan bahwa kedaulatan
hukum negara tersebut lemah dan wibawa negara tersebut jatuh di dalam
pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
13

Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau
disebut sebagai unwillingness state. Indonesia selalu menangani sendiri kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah
Internasional. Contoh-contoh kasus yang dikemukakan pada bagian
sebelumnya merupakan bukti bahwa di negara kita ada proses peradilan untuk
menangani masalah HAM terutama yang sifatnya berat. Sebelum berlakunya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM, kasus pelanggaran HAM diperiksa dan diselesaikan di
pengadilan HAM ad hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden dan
berada di lingkungan peradilan umum.
Setelah berlakunya undang-undang tersebut kasus pelanggaran HAM
di Indonesia ditangani dan diselesaikan melalui proses peradilan di Pengadilan
HAM. Penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia dilakukan
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Berdasarkan
undang-undang tersebut, proses persidangannya berlandaskan pada ketentuan
Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh
Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan, kecuali
tertangkap tangan.
Penahanan untuk pemeriksaan dalam sidang di Pengadilan HAM dapat
dilakukan paling lama 90 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh
pengadilan negeri sesuai dengan daerah hukumnya. Penahanan di Pengadilan
Tinggi dilakukan paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30
hari. Penahanan di Mahkamah Agung paling lama 60 hari dan dapat
diperpanjang paling lama 30 hari. Adapun penyelidikan di terhadap
pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh Komnas HAM.
Dalam melakukan penyelidikan, Komnas HAM dapat membentuk Tim ad hoc
yang terdiri dari Komnas Ham dan unsur masyarakat. Hasil penyelidikan
Komnas HAM yang berupa laporan pelanggaran hak asasi manusia,
diserahkan berkasnya kepada Jaksa Agung yang bertugas sebagai penyidik.
Jaksa Agung wajib menindak lanjuti laporan dari Komnas Ham tersebut. Jaksa
14

Agung sebagai penyidik dapat membentuk penyidik ad hoc yang terdiri dari
unsur pemerintah dan masyarakat.
Proses penuntutan perkara pelanggaran HAM berat dilakukan oleh
Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya, Jaksa Agung dapat mengangkat
penuntut umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah atau masyarakat.
Setiap saat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dapat keterangan secara
tertulis kepada Jaksa Agung mengenai perkembangan penyidikan dan
penuntutan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Jaksa penuntut
umum ad hoc sebelum melaksanakan tugasnya harus mengucapkan sumpah
atau janji. Selanjutnya, perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
diperiksa dan diputuskan oleh Pengadilan HAM yang dilakukan oleh Majelis
Hakim Pengadilan HAM paling lama 180 hari setelah berkas perkara
dilimpahkan dari penyidik kepada Pengadilan HAM. Majelis Hakim
Pengadilan HAM yang berjumlah lima orang terdiri atas dua orang hakim
pada Pengadilan HAM yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc yang
diketuai oleh hakim dari Pengadilan HAM yang bersangkutan.
Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dimohonkan banding ke Pengadilan Tinggi, maka perkara tersebut diperiksa
dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari terhitung sejak perkara
dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi. Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM di
Pengadilan Tinggi dilakukan oleh majelis hakim yang terdiri atas dua orang
hakim Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dan tigaorang hakim ad hoc.
Kemudian, dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan
diputus dalam waktu paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan
ke Mahkamah Agung. Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM berat di
Mahkamah Agung dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas dua orang Hakim
Agung dan tiga orang hakim ad hoc. Hakim ad hoc di Mahkamah Agung
diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usulan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia.
15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejahatan terhadap kemanusiaan ialah salah satu dari empat
pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal
Court. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah genosida, kejahatan perang, dan
kejahatan agresi. Perjuangan dalam menegakkan hak asasi manusia telah
dimulai pada abad 17 oleh seorang filsuf berkebangsaan Inggris bernama John
Locke. Locke merumuskan hak-hak dasar yang dimiliki manusia sejak
dilahirkan yakni hak atas hidup, hak milik, dan hak kebebasan.
Negara kita pun tak luput dari tindakan pelanggaran hak asasi manusia.
Beberapa peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dapat
dikategorikan sebagai tindak pelanggaran HAM berat. Tindakan terbaik dalam
penegakan HAM adalah dengan mencegah timbulnya semua faktor penyebab
dari pelanggaran HAM. Apabila faktor penyebabnya tidak muncul, maka
pelanggaran HAM pun dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan diinjak-
injak oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Buyung Nasution. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi


Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai