Anda di halaman 1dari 35

Presented by: Yenni Malkis

Pendahuluan
• AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang
menyebabkan rusaknya imunitas tubuh.
• Prevalensi semakin beningkat tiap tahunnya, berkontribusi pada
komorbiditas dan mortalitas
• UNAIDS 2017 : Penderita HIV di dunia 36,9 Juta jiwa, Indonesi 620.000
jiwa.
• Angka kematian AIDS dunia 940.000 jiwa
• Indonesia 46.000 kasus baru setiap tahunnya
• Angka kesakitan HIV lebih disebabkan karena infeksi oportunistik yang
mengharuskan hospitalisasi.
• Orang dengan HIV-AIDS masih sering mengalami stigma buruk dari
masyarakt, hal ini juga dapat berdampak penurunan Kesehatan.
• Interaksi dinamis personal, interpersonal dan social dari Imogene M King
tepat digunakan untuk askep pasien HIV-AIDS untuk mencapai tujuan
kesehatannya
Orang yg hidup dg HIV/AIDS di Dunia
Sumber : Riskesdas (2018)
Definisi
Suatu penyakit immunosupresif dg
karakteristik infeksi oportunistik yang
disebabkan oleh human immunodeficiency
virus.
Penularan

1. Transmisi mll mukosa genital


2. Transmisi langsung ke peredaran darah
mll jarum suntik
3. Transmisi vertikal dari ibu ke janin
Patofisiologi
• Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel
yang mempunyai molekul CD4.
• Setelah mengikat sel molekul CD4 virus memasuki sel
target dan melepaskan selubung luarnya.
• RNA retrovirus ditrasmisikan menjadi DNA melalui
transkripsi terbalik. Beberapa DNA yang baru terbentuk
saling tergabung dan masuk kedalam sel target dan
membentuk provirus.
• Proses selanjutnya diteruskan melalui peran enzim reverse
transcriptase dan integrase serta protease untuk
mendukung proses replikasi
Patofisiologi
• Secara perlahan seiring waktu, limfosit T yang menjadi
salah satu sel target HIV akan tertekan dan semakin
menurun melalui berbagai mekanisme, karena respons
imun humoral dan seluler yang berusaha melenyapkan
virus HIV dan sel yang telah terinfeksi.
• Penurunan limfosit T dan CD4 ini menyebabkan
penurunan sistem imun sehingga pertahanan individu
terhadap mikroorganisme patogen menjadi lemah dan
meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder sehingga
masuk ke stadium AIDS
CD4
• Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit
• Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita.
Sel CD4 disebut sebagai sel-T
• Ada dua macam sel-T yaitu sel T4 (suppressor cell) dan sel T8 (killer cell)
• HIV umumnya menulari sel CD4, karena kode genetic HIV menjadi bagian
dari sel itu
• Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus untuk
melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa
keluarga dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan
untuk melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut.
Jika ini terjadi, kita mungkin mengalami infeksi oportunistik
CD4
• Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh.
• Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan
HIV.
• Jika kita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di
bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan definisi Kemenkes.
• Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam
pengobatan termasuk ART sebaiknya dimulai.
• penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara jumlah CD4 yang
lebih rendah dan risiko kematian.
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala
tertentu. Dalam perjalanannya, infeksi HIV dapat melalui 3 fase klinis

Tahap 1: Infeksi Akut


Dalam 2 hingga 6 minggu setelah terinfeksi HIV, seseorang mungkin
mengalami penyakit seperti flu, yang dapat berlangsung selama beberapa
minggu. Ini adalah respons alami tubuh terhadap infeksi. Setelah HIV
menginfeksi sel target, yang terjadi adalah proses replikasi yang
menghasilkan berjuta-juta virus baru (virion), terjadi viremia yang
memicu sindrom infeksi akut dengan gejala yang mirip sindrom
semacam flu. Gejala yang terjadi dapat berupa demam, nyeri menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, nyeri otot, dan sendi
atau batuk
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala
tertentu. Dalam perjalanannya, infeksi HIV dapat melalui 3 fase klinis

Tahap 2: Infeksi Laten


Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi asimtomatik (tanpa gejala),
yang umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Pembentukan respons
imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam sel dendritic
folikuler di pusat germinativum kelenjar limfe menyebabkan virion dapat
dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki fase laten. Meskipun
pada fase ini virion di plasma menurun, replikasi tetap terjadi di dalam
kelenjar limfe dan jumlah limfosit T-CD4 perlahan menurun walaupun
belum menunjukkan gejala (asimtomatis). Beberapa pasien dapat
menderita sarkoma Kaposi’s, Herpes zoster, Herpes simpleks, sinusitis
bakterial, atau pneumonia yang mungkin tidak berlangsung lama.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan klinis yang patut diduga infeksi HIV (Kemenkes RI,
2012).
1. Keadaan umum, yakni kehilangan berat badan > 10% dari
berat badan dasar; demam (terus menerus atau intermiten,
temperature oral > 37,5) yang lebih dari satu bulan; diare (terus
menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan;
limfadenopati meluas.
2. Kulit, yaitu didapatkan pruritic papular eruption dan kulit kering
yang luas; merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa
kelainan kulit seperti folikulitis, dan psoriasis sering terjadi
pada ODHA tapi tidak selalu terkait dengan HIV.
3. Infeksi jamur dengan ditemukan kandidiasis oral; dermatitis
seboroik; atau kandidiasis vagina berulang.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan klinis yang patut diduga infeksi HIV (Kemenkes RI,
2012).
4. Infeksi viral dengan ditemukan herpes zoster (berulang atau
melibatkan lebih dari satu dermatom); herpes genital
berulang;
5. Gangguan pernapasan dapat berupa batuk lebih dari satu
bulan; sesak napas; tuberkulosis; pneumonia berulang;
sinusitis kronis atau berulang.
6.Gejala neurologis dapat berupa nyeri kepala yang semakin
parah (terus menerus dan tidak jelas penyebabnya); kejang
demam; atau menurunnya fungsi kognitif.
Manifestasi Klinis
1. Sistem Respiratorius :
• Pneumonia Pnoumocytis
Carinii (PCP)
Tanda:
Nafas pendek, sesak nafas,
batuk, nyeri dada, demam.
60% Odha menderita PCP.
Penyebabnya jamur.

• Penyakit kompleks
Mycobacterium
Suatu klmpk baksil tahan asam, • M.Tuberculosis
biasanya menyebabkan infeksi
pernafasan. Terjadi scr dini dlm
Angka mortalitas tinggi. perjalanan infeksi HIV.
Manifestasi Klinis (lanjutan …)
2. Sistem
Gastrointestinal
• Hilangnya selera
makan
• Mual, muntah
• Kandidiasis oral &
esofagus
• Diare kronis (50% dr
90% kasus AIDS)
Sistem Gastrointestinal (lanjutan …)
• Sindrom pelisutan
(wasting syndrome)
Kriteria diagnostik:
Penurunan BB > 10% dr BB
ideal, diare kronis > 30 hr,
kelemahan kronis, demam
yg kambuhan/ menetap
tanpa ada penyakit lain.
Manifestasi Klinis (lanjutan …)
Kanker
• Sarkoma Kaposi
• Limfoma sel B
Neurologik
• Ensefalopati HIV
• Cryptococcus
neoformans Khusus pada wanita
• Mielopati vaskuler • Kandidiasis vagina
Struktur Integumen
• Kondiloma akuminata
• Herpes zoster
• Herpes simplek
KLASIFIKASI
Pemeriksaan fisik pada HIV
Pemeriksaan tanda-tanda vital, TD, Nadi, Pernapasan, Suhu.
Catat kenaikan suhu dan observasi untuk menggigil dan
berkeringat, catat adanya tanda-tanda infeksi, timbang BB

Inspeksi adanya Lesi, dermatitis, purpura, urtikaria, sianosis,


inflamasi dan pengeluaran sekret.
Palpasi turgor kulit, palpasi permukaan kulit (edema)

Status respiratori :Pantau frekuensi napas, batuk, rinitis,


hiperventilasi, bronkospasme, Auskultasi bunyi napas
Pemeriksaan fisik pada HIV

Status kardiovaskuler : evaluasi adanya hipotensi,


takikardi, aritmia, vaskulitis, anemia, pucat

Status gastrointestinal : cek hepatosplenomegali, kolitis,


vomitus, dan diare

Status urogenital : amati tanda-tanda infeksi (frekuensi,


dysuri, hematuri, sekret dari uretra)
Pemeriksaan fisik pada HIV

Status neurosensorik : gangguan fungsi kognitif, gangguan


pendengaran, perubahan visual, sakit kepala, migren, ataksia, tetani

Sistem muskuloskeletal : persendian dinilai untuk nyeri tekan,


bengkak, peningkatan rasa hangat, dan rentang gerak yang terbatas

Palpasi kelenjar getah bening anteror dan posterior serviks, aksila


dan inguinal, catat adanya perbesaran, jika nodul teraba catat
lokasi,ukuran, konsistensi, dan laporan nyeri tekan.
Pemeriksaan penunjang HIV

• Tes laboratorium : pemeriksaan darah


vena (Hb,Ht, leukosit, limfosit, trombosit,
CD4, CD8)
• Uji serologi : rapid test, enzyme
immunoassay (EIA), western blot
• Uji virologi : Tes PCR
Evaluasi Diagnostik
1. Tes Antibodi HIV 3. Status Imun
• ELISA • CD4
• Western Blot • Hitung sel darah
putih
• Indirect Immunofluorescence
assay (IFA) • Kadar
immunoglobulin
• Radioimmunoprecipitation (RIPA)
• Reaksi
sensitivitas
2. Pelacakan HIV pada tes kulit
• Antigen p24
• Reaksi rantai polimerase
• Kultur sel kuantitatif
• Kultur plasma kuantitatif
Skrining untuk infeksi HIV adalah yang terpenting,
karena seseorang yang terinfeksi mungkin tetap
asimtomatik selama bertahun-tahun saat infeksi
berlangsung. Cakupan tes HIV yang tinggi akan dapat
menemukan orang dengan HIV/AIDS sehingga orang
tersebut dapat diobati dengan antiretroviral sehingga
risiko penularan HIV orang itu pada orang lain menjadi
amat rendah.
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan HIV tergantung pada stadium penyakit dan
setiap infeksi oportunistik yang terjadi. Secara umum, tujuan
pengobatan adalah untuk mencegah sistem imun tubuh
memburuk ke titik di mana infeksi oportunistik akan
bermunculan.
• Untuk semua penderita HIV/AIDS diberikan anjuran untuk
istirahat sesuai kemampuan atau derajat sakit, dukungan nutrisi
yang memadai berbasis makronutrien dan mikronutrien untuk
penderita HIV & AIDS, konseling termasuk pendekatan
psikologis dan psikososial, dan membiasakan gaya hidup sehat.
• Terapi antiretroviral adalah metode utama untuk mencegah
perburukan sistem imun tubuh. Terapi infeksi sekunder/
oportunistik/malignansi diberikan sesuai gejala dan diagnosis
penyerta yang ditemukan.
Penatalaksanaan (lanjutan…)
Penatalaksanaan (lanjutan…)
Terapi Alternatif
1. Terapi spiritual atau psikologis
2. Terapi nutrisi
3. Terapi oksigen
4. Terapi akupunktur, akupresure, masase,
refleksiologi, yoga.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
peningkatan sekresi bronkial, penurunan
kemampuan untuk batuk sekunder
kelemahan, keletihan, PCP.
2. Kekurangan volume cairan b.d output
yang berlebihan
3. Gangguan integritas kulit b.d kontak dg
iritan zat kimia sekunder thdp diare
kronik
4. Resiko infeksi b.d immunodefisiensi
UNIVERSAL PRECAUTION
Sejak adanya pandemic AIDS, konsep universal
precaution telah diterapkan pada semua pasien dan
spesimen laboratorium tanpa memedulikan diagnosis.
Semua pasien yang dirawat di fasilitas kesehatan
dianggap berpotensi terinfeksi dan menularkan virus
HIV dan Hepatitis. Tindakan kewaspadaan universal
bertujuan untuk mencegah paparan tenaga kesehatan
dan pasien terhadap darah dan cairan tubuh yang
dianggap berpotensi terinfeksi dan dapat ditularkan
melalui darah seperti virus HIV dan hepatitis B dan C
(WHO, 2011).
UNIVERSAL PRECAUTION
• Universal precaution merupakan pendekatan yang fokus
pada tujuan untuk melindungi pasien dan petugas
kesehatan dari semua cairan lender dan zat tubuh (sekret
dan ekskret) yang berpotensi menginfeksi bukan hanya
darah (Permenkes 27, 2017).
• Tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien terjadi kontak langsung dengan cairan
tubuh atau darah pasien, sehingga dapat menjadi tempat
di mana agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak
yang kemudian menularkan dari pasien satu ke pasien
yang lainnya, khususnya bila kewaspadaan terhadap
darah dan cairan tubuh tidak dilaksanakan terhadap
semua pasien (Efstathiou et al., 2011)
UNIVERSAL PRECAUTION
• Universal precaution merupakan metode yang efektif untuk
melindungi petugas kesehatan dan pasien. Kemungkinan
pasien menularkan HIV pada saat pelayanan kesehatan
sangat rendah, yaitu sekitar 0,3% dan hal ini kebanyakan dari
kecelakaan jarum suntik dari pasien yang terinfeksi HIV yang
belum melalui proses dekontaminasi/desinfeksi atau sudah
didesinfeksi namun tidak adekuat.
• Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no. 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan telah menyebutkan bahwa
infeksi dapat muncul setelah pasien pulang.
• Prinsip penerapan kewaspadaan universal/standar
didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh
berpotensi menularkan penyakit baik yang berasal dari
pasien maupun petugas kesehatan (CDC, 2011).
UNIVERSAL PRECAUTION
Daftar Pustaka
• Kurniawati,Ninuk Dian & Nursalam. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien
terinfeksi HIV/ AIDS. Jakarta: Salemba Medika
• Smeltzer, Suzanne C. (2001).Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC
• http://www.tthhivclinic.com/overview_adv.htm
• Bruner &Suddart ( 2001) Keperawatan Medikal bedah edisi 8. EGC. jakarta
• Bruner &Suddart (2003) medical-surgical_nursing-10th-edition, page 1626
• Hartono. (2013). Buku Ajar pemeriksaan Fisik dan Riwayat kesehatan Bates
ed. 8 Hal 168 - 169
• Patricia and Dorrie .(2013). Critical Care Nursing: A Holistic Aproach, 10
ed. Hal 1034 – 1036
• Springhouse .(2005). Professional guide to assessment. ProQuest Ebook
Central
• Sylvia dan Lorraine. (1995) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit

Anda mungkin juga menyukai